Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KASUS TEKANAN DARAH TINGGI

( HIPERTENSI ) DI RUANG ICU ( INTENSIVE CARE UNIT ) DI


RSUD IDAMAN BANJAR BARU

DOSEN PEMBIMBING : Ernawati,S.Kep.Ns.,M.kep

DISUSUN OLEH :

NAMA :

NIM :

TINGKAT :

SEMESTER :

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM VI/TANJUNGPURA


BANJARMASIN
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KASUS TEKANAN DARAH TINGGI


( HIPERTENSI ) DI RUANG ICU DI RSUD IDAMAN BANJAR BARU, TELAH DI
SETUJUI OLEH PEMBIMBING LAHAN DAN AKADEMIK.

Banjarmasin, Mei 2021

Menyetujui

Pembimbing Lahan
Pembimbing Akademik

Ernawati,S.Kep,Ns
NIP : 197404032001120
Risdianto,S.kep,Ns
NIP. 197406181995021001
HIPERTENSI

I KONSEP DASAR TEORI


A. PENGERTIAN
Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan
peningkatan tekanan darah sistolik di atas batas normal yaitu lebih dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (WHO, 2013; Ferri, 2017). Penyakit
hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah salah satu jenis penyakit yang
mematikan di dunia dan faktor risiko paling utama terjadinya hipertensi yaitu faktor
usia sehingga tidak heran penyakit hipertensi sering dijumpai pada usia senja/ usia
lanjut (Fauzi, 2014), sedangkan menurut Setiati (2015), hipertensi merupakan tanda
klinis ketidakseimbangan hemodinamik suatu sistem kardiovaskular, di mana
penyebab terjadinya disebabkan oleh beberapa faktor/ multi faktor sehingga tidak
bisa terdiagnosis dengan hanya satu faktor tunggal (Setiati, 2015).

Klasifikasi Tekanan Tekanan Sistolik/Diastolik


Darah (mmHg)

Normal < 120 dan < 80

Pre-Hipertensi 120 – 139 atau 80 – 89


Hipertensi Stadium I 159 atau 90 – 99
Hipertensi Stadium II > 160 atau > 100

Besarnya tekanan darah selalu dinyatakan dengan dua angka. Angka yang
pertama menyatakan tekanan sistolik, yaitu tekanan yang dialami dinding pembuluh
darah ketika darah mengalir saat jantung memompa darah keluar dari jantung.
Angka yang kedua di sebut diastolic yaitu angka yang menunjukkan besarnya
tekanan yang dialami dinding pembuluh darah ketika darah mengalir masuk kembali
ke dalam jantung.
Tekanan sistolik diukur ketika jantung berkontraksi, sedangkan tekanan
diastolic diukur ketika jantung mengendur (relaksasi). Kedua angka ini sama
pentingnya dalam mengindikasikan kesehatan kita, namun dalam prakteknya,
terutama buat orang yang sudah memasuki usia di atas 40 tahun, yang lebih riskan
adalah jika angka diastoliknya tinggi yaitu diatas 90 mmHg.

B. ANATOMI DAN FISILOGI


Jantung adalah organ yang memompa darah melalui pembuluh darah
menuju ke seluruh jaringan tubuh. Sistem kardiovaskular terdiri dari darah, jantung,
dan pembuluh darah. Darah yang mencapai sel-sel tubuh dan melakukan pertukaran
zat dengan sel-sel tersebut harus di pompa secara terus-menerus oleh jantung
melalui pembuluh darah. Sisi kanan dari jantung, memompa darah melewati paru-
paru, memungkinkan darah untuk melakukan pertukaran antara oksigen dan
karbondioksida (Tortora, 2012). Ukuran jantung relatif kecil, pada umumnya memiliki
ukuran yang sama, tetapi memiliki bentuk yang berbeda seperti kepalan tangan
setiap orang. Dengan panjang 12cm, lebar 9cm, tebal 6cm, dan berat 250 gr pada
wanita dewasa dan 300 gr pada pria dewasa (Tortora, 2012).

C. ETIOLOGI
Menurut Smeltzer (2013), berdasarkan penyebab terjadinya, hipertensi terbagi
atas dua bagian, yaitu :
a. Hipertensi Primer (Esensial)
Jenis hipertensi primer sering terjadi pada populasi dewasa antara 90% - 95%.
Hipertensi primer, tidak memiliki penyebab klinis yang dapat diidentifikasi, dan juga
kemungkinan kondisi ini bersifat multifaktor (Smeltzer, 2013; Lewis, Dirksen,
Heitkemper, & Bucher, 2014). Hipertensi primer tidak bisa disembuhkan, akan tetapi
bisa dikontrol dengan terapi yang tepat. Dalam hal ini, faktor genetik mungkin
berperan penting untuk pengembangan hipertensi primer dan bentuk tekanan darah
tinggi yang cenderung berkembang secara bertahap selama bertahun-tahun (Bell,
Twiggs, & Olin, 2015).
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder memiliki ciri dengan peningkatan tekanan darah dan disertai
penyebab yang spesifik, seperti penyempitan arteri renalis, kehamilan, medikasi
tertentu, dan penyebab lainnya. Hipertensi sekunder juga bisa bersifat menjadi akut,
yang menandakan bahwa adanya perubahan pada curah jantung (Ignatavicius,
Workman, & Rebar, 2017).

D. TANDA DAN GEJALA


a. Di antaranya, sakit kepala dan penglihatan yang kabur, kecemasan yang berlebihan,
serta kebingungan yang semakin parah. Selain itu, terjadinya penurunan kesadaran,
kejang, nyeri dada yang bertambah berat.
b. Gejala lainnya, sesak napas, mual dan muntah, pembengkakan atau penumpukan
cairan di jaringan tubuh, serta kelemahan anggota gerak (lengan dan tungkai). Ia
memaparkan, hipertensi dapat merusak organ penting lainnya di dalam tubuh. 
.
E. PATOFISIOLOGI
Tekanan darah arteri sistemik merupakan hasil perkalian total resistensi/
tahanan perifer dengan curah jantung (cardiac output). Hasil Cardiac Output
didapatkan melalui perkalian antara stroke volume (volume darah yang dipompa dari
ventrikel jantung) dengan hearth rate (denyut jantung). Sistem otonom dan sirkulasi
hormonal berfungsi untuk mempertahankan pengaturan tahanan perifer. Hipertensi
merupakan suatu abnormalitas dari kedua faktor tersebut yang ditandai dengan
adanya peningkatan curah jantung dan resistensi perifer yang juga meningkat
(Kowalak, 2011; Ardiansyah, 2012).

Berbagai teori yang menjelaskan tentang terjadinya hipertensi, teoriteori


tersebut antara lain (Kowalak, 2011):
a. Perubahan yang terjadi pada bantalan dinding pembuluh darah arteri yang
mengakibatkan retensi perifer meningkat.
b. Terjadi peningkatan tonus pada sistem saraf simpatik yang abnormal dan berasal
dalam pusat vasomotor, dapat mengakibatkan peningkatan retensi perifer.
c. Bertambahnya volume darah yang disebabkan oleh disfungsi renal atau hormonal.
d. Peningkatan penebalan dinding arteriol akibat faktor genetik yang disebabkan oleh
retensi vaskuler perifer.
e. Pelepasan renin yang abnormal sehingga membentuk angiotensin II yang
menimbulkan konstriksi arteriol dan meningkatkan volume darah.

Tekanan darah yang meningkat secara terus-menerus pada pasien


hipertensi dapat menyebabkan beban kerja jantung akan meningkat. Hal ini terjadi
karena peningkatan resistensi terhadap ejeksi ventrikel kiri. Agar kekuatan kontraksi
jantung meningkat, ventrikel kiri mengalami hipertrofi sehingga kebutuhan oksigen
dan beban kerja jantung juga meningkat. Dilatasi dan kegagalan jantung bisa terjadi,
jika hipertrofi tidak dapat mempertahankan curah jantung yang memadai. Karena
hipertensi memicu aterosklerosis arteri koronaria, maka jantung bisa mengalami
gangguan lebih lanjut akibat aliran darah yang menurun menuju ke miokardium,
sehingga timbul angina pektoris atau infark miokard. Hipertensi juga mengakibatkan
kerusakan pada pembuluh darah yang semakin mempercepat proses aterosklerosis
dan kerusakan organorgan vital seperti stroke, gagal ginjal, aneurisme dan cedera
retina (Kowalak, 2011).

F. MANIFESTASI KLINIS
Hipertensi sulit dideteksi oleh seseorang sebab hipertensi tidak memiliki
tanda/ gejala khusus. Gejala-gejala yang mudah untuk diamati seperti terjadi pada
gejala ringan yaitu pusing atau sakit kepala, cemas, wajah tampak kemerahan,
tengkuk terasa pegal, cepat marah, telinga berdengung, sulit tidur, sesak napas,
rasa berat di tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah
di hidung) (Fauzi, 2014; Ignatavicius, Workman, & Rebar, 2017).
G. PATHWAYS
Skema 2.1 Pathway Hipertensi

Beban kerja

Skema 2.1 Pathway Hipertensi


Sumber: Amin Huda (2016)
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti:
hipokoagulabilitas, anemia.
b. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
c. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
d. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
f. Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan
hipertensi
g. Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)
h. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
i. Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
j. Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
k. EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel kiri
ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan, dimana luas,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
l. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan
terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran
jantung.
I. PROGNOSIS
Prognosis dari krisis hipertensi dinilai berdasarkan klasifikasinya apakah
termasuk urgensi ataukah emergensi. Beberapa studi menjelaskan bahwa
pemeriksaan yang tidak tepat pada ruang gawat darurat dalam penanganan krisis
hipertensi sering ditemukan. Pemeriksaan funduskopi biasanya jarang dikerjakan
demikian pula dengan pemeriksaan biokimia dari serum pasien yang biasanya
membutuhkan waktu dan biaya yang cukup besar.

J. PENATALAKSANAAN
1. Terapi tanpa obat
a. Mengendalikan berat badan
Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk
menurunkan berat badannya sampai batas normal.

b. Pembatasan asupan garam (sodium/Na)


mengurangi pamakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram
natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium, magnesium, dan
kalium yang cukup).

c. Berhenti merokok
Penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok
diketahui menurunkan aliran darah keberbagai organ dan dapat meningkatkan kerja
jantung.

d. Mengurangi atau berhenti minum minuman beralkohol.

e. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar kolesterol
darah tinggi.

f. Olahraga aerobic yang tidak terlalu berat.


Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan
darahnya terkendali.
g. Teknik-teknik mengurangi stress
Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR dengan cara
menghambat respon stress saraf simpatis.

h. Manfaatkan pikiran
Kita memiliki kemampuan mengontrol tubuh, jauh lebih besar dari yang kita duga.
dengan berlatih organ-organ tubuh yang selama ini bekerja secara otomatis seperti;
suhu badan, detak jantung, dan tekanan darah, dapat kita atur gerakannya.

2. Terapi dengan obat


a. Penghambat saraf simpatis
Golongan ini bekerja dengan menghambat akivitas saraf simpatis sehingga
mencegah naiknya tekanan darah, contohnya: Metildopa 250 mg (medopa,
dopamet), klonidin 0,075 & 0,15 mg (catapres) dan reserprin 0,1 &0,25 mg (serpasil,
Resapin).

b. Beta Bloker
Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga pada gilirannya
menurunkan tekanan darah. Contoh: propanolol 10 mg (inderal, farmadral), atenolol
50, 100 mg (tenormin, farnormin), atau bisoprolol 2,5 & 5 mg (concor).

c. Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot pembuluh darah.

d. Angiotensin Converting Enzym (ACE) Inhibitor


Bekerja dengan menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh: Captopril 12,5, 25, 50 mg
(capoten, captensin, tensikap), enalapril 5 &10 mg (tenase).

e. Calsium Antagonis
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung (kontraktilitas). Contohnya: nifedipin 5 & 10 mg (adalat, codalat,
farmalat, nifedin), diltiazem 30,60,90 mg (herbesser, farmabes).
f. Antagonis Reseptor Angiotensin II
Cara kerjanya dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada reseptornya
yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Contoh : valsartan (diovan).

g. Diuretic
Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat urin) sehingga
volume cairan tubuh berkurang, sehingga mengakibatkan daya pompa jantung
menjadi lebih ringan. Contoh: Hidroklorotiazid.

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
a. Aktivitas / istirahat
Gejala :
- Kelemahan
- Letih
- Napas pendek
- Gaya hidup monoton
Tanda :
- Frekuensi jantung meningkat
- Perubahan irama jantung
- Takipnea

b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner /   katup,
penyakit serebrovaskuler
Tanda :
- Kenaikan TD
- Nadi : denyutan jelas
- Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
- Bunyi jantung : murmur
- Distensi vena jugularis
- Ekstermitas
Perubahan warna kulit, suhu dingin ( vasokontriksi perifer ),  pengisian kapiler
mungkin lambat

c. Integritas Ego
Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor
stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )
Tanda :
- Letupan suasana hati
- Gelisah
- Penyempitan kontinue perhatian
- Tangisan yang meledak
- otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
- Peningkatan pola bicara

d. Eliminasi
Gejala :  Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi,  riwayat penyakit
ginjal )

e. Makanan / Cairan
Gejala :
- Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan
kolesterol
- Mual
- Muntah
- Riwayat penggunaan diuretik
Tanda :
- BB normal atau obesitas
- Edema
- Kongesti vena
- Peningkatan JVP
f. Neurosensori
 Gejala :
- Keluhan pusing / pening, sakit kepala
- Episode kebas
- Kelemahan pada satu sisi tubuh
- Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
- Episode epistaksis
Tanda :
- Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori ( ingatan )
- Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
- Perubahan retinal optic

g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
- nyeri hilang timbul pada tungkai
- sakit kepala oksipital berat
- nyeri abdomen

h. Pernapasan
Gejala :
- Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
- Takipnea
- Ortopnea
- Dispnea nocturnal proksimal
- Batuk dengan atau tanpa sputum
- Riwayat merokok
Tanda :
- Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
- Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
- Sianosis
i. Keamanan
Gejala       : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda       : Episode parestesia unilateral transien

j. Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala       :
- Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit
serebrovaskuler, ginjal
- Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
- Penggunaan obat / alcohol

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.
c. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang
diderita klien.
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b/d peningkatan afterload ,
vasokontriksi,iskemia miokard, hipertropi ventricular.
- Tujuan : Afterload tidak meningkat , tidak terjadi vasokontriksi, tidak terjadi iskemia
miokard.
- Rasional : Klien berpartisipasi dalam aktifitas yang menurunkan tekanan
darah/beban kerja jantung, mempertahankan TD dalam rentan individu yang dapat
diterima , memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam rentangnormal
pasien.
Intervensi :
1. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat.
2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
4. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler.
5. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
6. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt tidur/kursi
7. Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
8. Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher
9. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
10. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
11. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi.

D. EVALUASI
Evaluasi adalah hasil akhir dari tindakan proses keperawatan yang menandakan
seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan sudah
berhasil dicapai. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan dan respon klien
terhadap perencanaan implementasi keperawatan. Evaluasi keperawatan yang
dilakukan terhadap masalah Hipertensi :

- Pasien mengungkapkan pengetahuan dan ketrampilan penatalaksanaan perawatan


dini
- Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokontrikai hipertrofi/
rigriditas ventrikuler, iskemia miokard
- Nyeri akut b.d. peningkatan tekanan vaskuler serebral dan iskemia.
- Kelebihan volume cairan.
- Intoleransi aktivitas b.d. kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.
- Resiko cidera.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. (2017). Kasus Hipertensi di Indonesia terus Meningkat.
health.detik.com/read/2017/05/17/122206/3503396/763/kemenkes-
sebutkasus-hipertensi-di-indonesia-terus-meningkat. diakes pada tanggal 14
Febuari 2018.

2. Black, hawks. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: manajemen klinis untuk


hasil yang diharapkan. Jakarta:EGC.

3. Depkes. (2013). Riset Kesehatan Dasar : prevalensi penyakit hipertensi.


http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%20 2013.pdf diakses pada tanggal 14 Febuari 2018.

4. Kowalak, Jenifer P. (2011). Buku ajar patofisiologi. Jakarta:EGC.

5. Nurarif, Amin Huda, Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid
II.Jogjakarta:MediAction.

6. Setiati, Siti., Dkk. (2015). Buku Ajar : Ilmu Penyakit Dalam Edisi keenam Jilid
II.Jakarta: InternaPublishing.

7. Smeltzer . (2013). Keperawatan Medikal Bedah . Jakarta:EGC.


Bell, K., Twiggs, J., & Olin, R. B. (2015). Hypertension : The Silent Killer :
Updated JNC 8 Guideline Recommendations. Alabama Pharmcay
Association , 2.

8. Ignatavicius, Workman, & Rebar. 2017. Medical Surgical Nursing: Concepts


For Interprofessional Collaborative Care (9 th ed.). St. Louis : Elsevier, Inc.
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN DASAR
KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN ( HIPERTENSI )
I. DATA DEMOGRAFI

A. Biodata

1. Nama : Tn, A

2. Usia/tanggal lahir : 63 th / 1 Oktober 1957

3. Jenis Kelamin : Laki - laki

4. Alamat : jl Purnasakti no 56

5. Suku/Bangsa : Banjar / Indonesia

6. Agama/keyakinan : Islam

7. Pekerjaan/sumber pendapatan : Swasta / Ojek

8. Diagnosa Medis : Hipertensi

9. No. RM :-

10. Tanggal Masuk :-

11. Tanggal Pengkajian :-

B. Penanggungjawab

1. Nama : Ny, S

2. Usia : 56 th

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

5. Hubungan dengan klien : Istri

II. KELUHAN UTAMA

Tn,A mengatakan sering pusing


III. RIWAYAT KESEHATAN

A. Riwayat kesehatan sekarang

1. Waktu timbulnya penyakit, kapan ? Tn,A mengatakan sekitar 2 th yang lalu

2. Bagaimana awal munculnya ? Tn,A mengatakan Secara Tiba Tiba

3. Keadaan penyakit apakah sudah membaik, parah atau tetap sama dengan
sebelumnya? Tn,A mengatakan sudah membaik dan kadang timbul

4. Usaha yang dilakukan untuk mengurangi keluhan ? Tn,A mengatan


dengan mengkonsumsi obat

5. Kondisi saat dikaji (PQRST) ?

P : Tn,A mengatakan sering pusing Ketika Kelelahan

Q : Tn,A mengatakan sakitnya seprti di tusuk tusuk

R : Tn,A mengatakan nyeri pada bagian kepala belakang

S : Tn,A mengatakan skla nyeri 3

T : Tn,A mengatakan waktu yg tidak menentu

B. Riwayat kesehatan lalu

1. Penyakit pada saat anak-anak dan penyakitinfeksi yang pernah dialami ?

Tn,A mengatakan tidak ada

2. Imunisasi ? Tn,A mengatakan tidak pernah

3. Kecelakaan yanyg pernah dialami ? Tn,A mengatakan jatuh dari sepeda

motor

4. Prosedur operasi dan perawatan Rumah Sakit ? Tn,A mengatakan oprasi

Kelopak mata kanan

5. Alergi (makanan,obat-obatan,bebas) ? Tn,A mengatakan tidak ada

6. Pengobatan dini (konsumsi obat-obatan bebas) ? Tn,A mengatakan ada


C. Riwayat kesehatan keluarga

1. Identifikasi berbagai penyakit keturunan yang umumnya menyerang ?

Tn,A mengatakan tidak ada

2. Anggota keluarga yang terkena alergi, asma, TBC, hipertensi, penyakit


jantung, stroke, anemia, hemopilia, artritis, migrain, DM, kanker dan
gangguan emosional (penyakit gangguan jiwa) ?

Tn,A mengatakan tidak ada

3. Buat bagan genogram ?...

-------------------

: Laki – Laki

: Perempuan

----- : Tinggal serumah

: Pasien
IV. KEADAAN UMUM KLIEN

A. Penampilan umum

1. Tanda-tanda dari distress ? Tn,A terlihat menahan nyeri kepala belakang

2. Penampilan dihubungkan dengan usia ? Tn,A terlihat biasa saja

3. Ekpresi wajah, bicara, mood ? Tn,A terlihat menahan nyeri kepala

4. Tinggi badan : 160 berat badan : 65 kg gaya berjalan : Tanpa alat bantu

B. Tanda-tanda Vital

1. Suhu : 36,5oC

2. Nadi : 80

3. Pernapasan : 20 x / menit

4. Tekanan Darah : 150 / 100 mmHg

V. PENGKAJIAN KEBUTUHAN KENYAMANAN

A. Penyebab nyeri

1. Tn,A mengatakan jatuh dari sepeda motor dan kepala terbentur aspal

Luka robek pada kelopak mata kanan

2. Tn,A mengatakan terlalu bnyak mengkonsumsi kopi

3. Tn,A mengatakan terlalu bnyak makan yang berasa asin

B. Regional ( Daerah )

1. Tn,A mengatakan kepala bagian belakang dan leher

C. Intensitas Nyeri

1. Tn,A mengatakan nyeri berat


D. Kualitas Nyeri
1. Tn,A mengatakan sakit nya seperti di tusuk tusuk
E. Waktu
1. Apakah pernah menderita penyakit/trauma yang menyebabkan rasa
nyeri? Tn,A mengatakan ya pernah
2. Jika ya, kapan terjadinya? Tn,A mengatakan sekitar 2th yang lalu
3. Lamanya berlangsung ? Tn,A mengatakan perawatan 5 hari di RS ansal
4. Interval nyeri ? Tn,A mengatakan kadang timbul kadang tidak
F. Factor yang meringankan
1. Apakah pernah membeli obat untuk menghilangkan rasa nyeri ? Tn,A
mengatakan opernah
2. Kalua pernah obat apa yang digunakan? Tn,A mengatakan Candesartan,
Bcomplex
3. Dosis obat yang di gunakan ? Tn,A mengatakan 8mg
4. Efek obat yang digunakan? Tn,A mengatakan menghilangkan pusing dan
nyeri sementara
5. Selain obat Tindakan apa yang di lakukan? Tn,A mengatakan mengobrol ,
menonton televisi , mengatur posisi
G. Pengaruh nyeri terhadap aktifitas
1. Tn,A mengatakan tidur terganggu
2. Tn,A mengatakan makan kurang enak
3. Tn,A mengatakan bekerja pun terganggu Ketika pusing
4. Tn,A mengatakan interaksi biasa saja
H. Gejala klinik yang menyertai nyeri
1. Pusing dan nyeri pada kepala bagian belakang.

V. pemeriksaan diagnostik

1. Tn,A mengatakan Tidak ada


ANALISA DATA

DATA FOKUS PENYEBAB MASALAH

DS : - peningkatan tekanan - Nyeri akut yang


- Tn,A mengeluh pusing darah sistolik di atas disebabkan hipertensi
dan nyeri pada bagian batas normal
belakang kepala.

- Tn,A mengatakan
pusing seperti di tusuk
tusuk

- Tn,A mengatakan sering


mengkonsumsi makan
makan yang asin dan
minum kopi

DO :
- Wajah Tn,A Terlihat
gelisah menahan nyeri

- TD : 150/100mmHg
N: 80x/menit
S: 36,5 c
R: 20x/menit
RENCANA KEPERAWATAN

N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


O KEPERAWATAN
1. Nyeri akut bd - pain control - Pantau TD, - Klien berpartisipasi
agen pacadera - distraction ukur pada
fisiologis - comfort level kedua tangan, dalam aktifitas yang
disebabkan oleh gunakan menurunkan tekanan
peningkatan Kriteria hasil : manset dan
tekanan vaskuler - Px mampu tehnik yang darah/beban kerja
serebral dan mengontrol tepat jantung,
iskemia nyeri - Berikan
- melaporkan lingkungan mempertahankan TD
bahwa nyeri tenang, dalam rentan
berkurang nyaman,
dengan kurangi individu yang dapat
manajemen aktivitas diterima ,
nyeri 12. - Lakukan
- mampu memperlihatkan
tindakan yang
mengenali norma dan frekwensi
skala nyeri nyaman spt
jantung stabil dalam
- menyatakan
pijatan
rasa nyaman rentangnormal
- TTV px punggung dan
pasien.
dalam
leher
keadaan
normal 13. - Anjurkan
tehnik
relaksasi,
panduan
imajinasi,
aktivitas
pengalihan
IMPLEMENTASI

NO TANGGAL DIAGNOSA JAM IMPLEMENTA EVALUASI


SI
1. - 5 sep 2020 - Pain control - memantau TD S : px merasa
pada px sedikit
- Comfort level - menyediakan nyaman
lingkungan dengan
yang tenang ruangan yang
-meminimalkan disediakan
gangguan
lingkungan dan O : px tampak
rangsangan nyaman dan
- Distraction - memberikan tidak cemas
posisi yang dan kesakitan
nyaman
- mengajarkan A : masalah
Teknik px sdh dapat
relaksasi nafas teratasi
dalam
P : Lanjutkan
intervensi

S : px
bersedia di
anjurkan nafas
dalam

O : pasien
Nampak
mengikuti

A : masalah
teratasi

P : lanjutkan
inter;vensi
CATATAN PERKEMBANGAN

NO TANGGAL DIAGNOSA KEP. EVALUASI


1. - 6 sep 2020 Nyeri akut bd agen S : px mengatakan nyeri
pacadera fisiologis berkurang, dan perasaan nya
disebabkan oleh lebih baik dari sebelumnya
peningkatan tekanan
vaskuler serebral dan O : px terlihat lebih tenang dan
iskemia tidak cemas

TD : 140 / 90
N : 80 x/ menit
RR : 20x/ menit
S : 36,0oC

A : masalah teratasi Sebagian


dan klien mengikuti semua
intruksi dan terlihat lebih tenang

P : Lanjutkan intervensi
pemberian nafas dalam dan
kolaborasi dalam pemberian
obat
YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA
AKADEMI KEPERAWATAN
“KESDAM VI/TANJUNGPURA”

FORMAT KEHADIRAN MAHASISWA

NAMA : NAVY DIGDYO SATRIO

NIM : 11409719051

WILAYAH : BANJARMASIN

PUSKESMAS :-

MATA KULIAH : KEPERAWATAN DASAR

Tanda tangan
Tanda tangan KK/anggota atau Materi
No Hari/Tanggal
mahasiswa pembimbing kunjungan/bimbingan
akademik
1. 3 SEP 2020

2. 5 SEP 2020
YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA
AKADEMI KEPERAWATAN
“KESDAM VI/TANJUNGPURA”

FORMAT KEHADIRAN BIMBINGAN

NAMA : NAVY DIGDYO SATRIO

NIM : 11409719051

WILAYAH : BANJARMASIN

PUSKESMAS :-

MATA KULIAH : KEPERAWATAN DASAR

No Nama Mahasiswa Materi bimbingan Keterangan

Dokumentasi
YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA
AKADEMI KEPERAWATAN
“KESDAM VI/TANJUNGPURA”

FORMAT KEHADIRAN BIMBINGAN

NAMA : NAVY DIGDYO SATRIO

NIM : 11409719051

tanda tangan
No Hari / Tanggal Keterampilan Tindakan
pembimbing

Dokumentasi
LEMBAR PERSETUJUAN

NAMA :

NIM : 11409719

KLS : 1B

SAYA YANG BERTANDA TANGAN DIBAWAH INI TELAH


MENYELESAIKAN LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN
KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN ( HIPERTENSI )

Banjarmasin Sebtember 2020

Pembimbing akademik Mahasiswa

DESPIYADI,S.Kep,Ns

NIDN 056637120

Anda mungkin juga menyukai