Anda di halaman 1dari 9

"HADIST TENTANG JUAL BELI SALING RIDA

DAN HADIST KHIYAR "

Mata kuliah hadist ahkam

Disusun oleh kelompok 1:

Kelas : HES A/ semester 2

1. Weni apriani (11000122036)

2. Siti saudah Darto ( 11000122032)

3. Regiana ( 11000122031)

Jurusan hukum ekonomi syariah

Fakultas syari'ah dan hukum

Universitas Islam negeri Alauddin Makassar

2023/202
HADIST JUAL BELI SALING RIDA

1. " Hadist jual beli saling Rida "

2. Periwayat pertama':

-Abi Sa'id Al -khudri

- mukharij hadist : H.R Ibnu Majah

3. Takhrijul hadist ( penelusuran hadist)

- H.R Ibnu Majah no. 2185,ghalil 5/125 dishahikan oleh syekh Muhammad Nasruddin Al - albani

- HR. Bukhari 2133 & Muslim 3915

4. Mufradat ( kosa kata dalam hadits)

Dari:‫ﻋﻦ‬

Berkata:‫ﻗﺎل‬
Sesungguhnya:‫اﻧﻨﺎ‬

Jual beli:‫اﻟﺒﻴﻊ‬

Itu didasarkan:‫ﻋﻦ‬

Saling ridha:‫ﺗﺮاض‬

5. Syarhul - hadist ( pandangan ulama)

-. Ibnu Hibban berpendapat "Sesungguhnya jual beli itu berangkat dari saling ridha." Karena
ridha adalah urusan hati dan bersifat samar (khafy), sementara manusia hanya bertugas
mengenal dhahirnya, maka ditetapkanlah batas-batas diketahuinya ridha dua orang yang
sedang bertransaksi ini secara fiqih, yaitu dengan "lafadh" yg menunjuk makna ridha. Tanpa
keberadaan lafadh yang menunjuk ke pengertian ridha, maka jual beli bisa dianggap tidak sah.
Misalnya adalahjual beli mu'athah, yaitu jual beli yang saling mengulurkan barang tanpa disertai
lafadh jual beli apalagi makna lahiriah saling ridha.

- qaul mukhtar (pendapat pilihan) Imam Nawawi yang menjelaskan bahwa jual beli mu'athah
bisa sah asalkan terjadi pada kasus adat jual beli barang tertentu, seperti: khubz (roti) dan lahm
(daging). Namun demikian, Imam Nawawi juga menjelaskan bahwa bai’ mu’âthah diputus
sebagai tidak sah untuk jual beli hewan ternak (dawâb) dan kebun ('iqar). Pembedaan ini
semata didasarkan atas adat yang berlaku di masyarakat untuk jual beli barang-barang dengan
harga yang sudah diketahui dan lazim. Namun, untuk barang dengan harga jual yang tinggi,
maka bai’ mu’âthah tetap diputus sebagai tidak sah.

-. (Lihat: Syekh Abu Yahya Zakaria al Anshory, Fathul Wahab bi Syarhi Manhaji al Thullab, Kediri:
Pesantren Fathul Ulum, tt: Jilid 1: 157) Karena ridha adalah urusan hati dan bersifat samar
(khafy), sementara manusia hanya bertugas mengenal dhahirnya, maka ditetapkanlah batas-
batas diketahuinya ridha dua orang yang sedang bertransaksi ini secara fiqih, yaitu dengan
"lafadh" yg menunjuk makna ridha. Tanpa keberadaan lafadh yang menunjuk ke pengertian
ridha, maka jual beli bisa dianggap tidak sah. Misalnya adalahjual beli mu'athah, yaitu jual beli
yang saling mengulurkan barang tanpa disertai lafadh jual beli apalagi makna lahiriah saling
ridha.

6. fiqhul hadist ( kandungan hadits)

Dari hadist di atas menjelaskan bahwa sesungguhnya jual beli didasarkan atas saling suka
sama suka, Jika tidak ada keridhaan dari pelaku akad maka jual beli tersebut tidak sah. Oleh
karena itu, apabila dalam akad terdapat unsur pemaksaan maka jual beli tersebut tidak sah,
kecuali jika pemaksaan itu dilakukan dengan alasan yang benar, misalnya jika hakim memaksa
seseorang untuk menjual barangnya supaya bisa melunasi hutangnya, maka ketika itu jual
belinya sah.

Syaikh Khalid Al Musyaiqih berkata, “Setiap akad dipersyaratkan adanya keridhaan secara lahir
dan batin, termasuk akad nikah. Apabila seseorang menghadiahkan hartanya kepada orang lain
karena malu, maka hadiah itu tidak boleh diterima karena tidak terwujudnya keridhaan secara
batin.”

Keridhaan merupakan syarat terpenting dalam akad jual beli. Hal itu karena dalil-dalil syar’i
secara tegas menyebutkannya, bahkan dalam sebagaian dalil disebutkan pembatasan jual beli
dengan persyaratan ini. Darinya dapat kita ketahui pentingnya keridhaan dalam akad jual beli.
HADIST JUAL BELI TENTANG KHIYAR
2. Periwayat pertama' dan mukharij :

- Ibnu Umar ra

- HR . Bukhari dan Muslim

3. Takhrijul hadist khiyar

Takhrijul hadis khiyar

1. Muttafaqun alaih HR.Bukhari no.2079,dan muslim no.1232

2.HR.Bukahri no.2112,dan muslim no.1231

3.HR.Bukari no.1486,dan abu Daud no.3367

4 . Mufradat hadist khiyar

Dari Ibnu Umar‫ﻋﻦ ا ﺑﻦ ﻋﻤﺮ‬

Apabila ‫اذا‬

Dua orang‫ارﺟﻼن‬

Melakukan jual beli‫ﺗﺒﺎﻳﻊ‬

Masing2 Mereka ‫ﻓﻜﻞ وا ﺣﺪ‬

Mempunyai‫ﻣﻨﻬﻤﺎ‬

Hak khiyar ‫ﺑﺎﺧﻴﺎر‬

Belum berpisah ‫ﻟﻢ ﻳﺘﻔﻘﺮ‬

Msih berkumpul ‫وﻛﺎن ﺟﻤﻴﻌﺎ‬

Atau ‫او‬

Salah satu pihak‫ﻳﺨﻴﺮ‬

Memberi hak khiyar ‫ﺑﺨﻴﺮ اﺣﺪﻫﻤﺎ‬

Sesudah‫ﺑﻌﺪ‬

Tidak meninggalkan‫ﻟﻢ ﻳﺘﺮك‬


Jual beli telah terjadi ‫وﺟﺒﺔ اﻟﺒﻴﻌﺔ‬

5 .syarhul- hadist (pandangan ulama ) khiyar

- Pertama: Mazhab Hanafi, Syafi’i dan Zhahiri berpendapat; bahwa tidak boleh bagi kedua belah
pihak yang berakad atau salah satunya untuk memberikan syarat lebih dari tiga hari untuk jenis
barang apa saja. Jika keduanya atau salah satunya menyaratkan lebih dari tiga hari, maka
akadnya menjadi rusak (tidak sah).

- Kedua: Mazhab Hambali, Al-Auza’i dan sebagian ulama Hanafi berpendapat; kedua belah
pihak boleh mensyaratkan lebih dari tiga hari asalkan penjual merelakannya (ridha). Sedangkan
yang ketiga; Madzhab Maliki berpendapat; bahwa tempo khiyar berbeda-beda berdasarkan
perbedaan barang yang dijual apakah ia termasuk barang yang perlu ada khiyar untuk mencari
informasi atau meminta pendapat keluarga atau pihak yang ahli di bidangnya, seperti dalam
satu, dua atau tiga hari untuk memilih baju, satu bulan untuk membeli tanah, semuanya
ditetapkan berdasarkan keperluan dan pertimbangan barang yang dijual.

-ketiga pendapat ulama’ tersebut, tentu yang paling realistis adalah gabungan dari pendapat
yang kedua dan ketiga, yaitu kebolehan untuk melakukan hak khiyar disesuaikan dengan
keperluan dan pertimbangan barang serta keridhaan dari pihak penjual.

- Dan keempat Untuk itu ulama terkini mendefinisikan khiyar secara syar'i sebagai ”Hak orang
yang berakad dalam membatalkan akad atau meneruskannya karena ada sebab-sebab secara
syar'i yang dapat membatalkannya sesuai dengan kesepakatan ketika berakad .

6 . fikhul hadist ( kandungan hadits) khiyar

Dari hadist di atas menjelaskan bahwa apabila ada 2 orang melakukan transaksi jual beli maka
masing masing mereka mempunyai hak khiyar sebelum mereka berpisah dari tempat itu artinya
khiyar itu di miliki seseorang yang melakukan perjanjian jual beli untuk melakukan pilihan antara
meneruskan perjanjian atau membatalkan nya .

Prof Wahbah dalam Kitab Fiqhul Islam wa Adilatuhu mengatakan, Khiyar disyariatkan sebagai
jaminan untuk kesepakatan dua orang yang sedang berakad. Tujuannya agar menjaga
kemaslahatan kedua belah pihak dan untuk menghindari kemudharatan atau kerugian salah
satu pengakad. "Jadi, khiyar ini disyariatkan karena suatu maslahat atau kebutuhan.
KESIMPULAN

1. Pengertian jual beli saling Rida

Jual beli dan bermuamalahbdakam Islam sangat dianjurkan,tetapi harus berdasarkan atas
dasar suka sama suka antara penjual dan pembeli.kedua pihak harus saling rela secara
sempurna tidak ada paksaan atau kesesalan yg terjadi.Apanila sesama umat saling
bermuamalh dengan asas Ridha maka akan menimbulkan kebaikan antara keduanya.

2. Pengertian Khiyar

Kata khiyar menurut bahasa artinya memilih antara dua pilihan. Sedangkan menurut istilah
khiyar ialah hak memilih bagi penjual atau pembeli untuk meneruskan akad (transaksi) jual beli
atau membatalkannya. Khiyar hukumnya mubah bagi penjual dan pembeli dengan cara
membuat kesepakatan dalam akad jual beli.

Khiyar sangat bermanfaat bagi penjual dan pembeli, sehingga dapat memikirkan sejauh mana
kebaikan dan keburukannya agar tidak terjadi penyesalan di kemudian hari. Biasanya
penyesalan terjadi dalam akibat kurang berhati-hati, tergesa-gesa, dan kurang teliti dalam
melakukan transaksi jual beli.
Daftar pustaka

Https://rumaisho.com/32538-matan-taqrib-mengenal-hak-khiyar-lanjut-atau-batal-dalam-akad
-jual-beli.html

Https://pengusahamuslim.com

Https://www.aromi.co.id.magizine/khiyar

Anda mungkin juga menyukai