Anda di halaman 1dari 18

PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN LAUT TERPADU – MO

184744

LAPORAN PENELITIAN:

ANALISIS KUALITAS PERAIRAN WILAYAH PESISIR di


KOTA TANJUNG PINANG

Muhammad Imam Ariq Hanafi

NRP 04111740000016

Dosen:

Prof. Ir. Agoes Pratikto, M.Sc., Ph.D.

Drs. Mahmud Mustain, M.Sc., Ph.D.

DEPARTEMEN TEKNIK PERKAPALAN

FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukuratas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat-Nya kami bisa
menyelesaikan makalah dengan judul, “Analisis Kualitas Perairan Wilayah Pesisir di Kota
Tanjung Pinang”. Banyak kendala dalam pengerjaan laporan ini, namun dengan pengerjaan
yang efisien penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Oleh karena itu pada
kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada:

 Prof. Ir, Agoes Pratikto, M.Sc., Ph.D. selaku dosen Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Laut Terpadu yang sudah memberikan tugas ini sehingga penulis mengerti tentang
pemberdayaan, pengelolaan, dan pelestarian wilayah pesisir dan laut.

 Drs. Mahmud Mustain, M.Sc., Ph.D. . selaku dosen Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Laut Terpadu yang sudah memberikan tugas ini sehingga penulis mengerti tentang
pemberdayaan, pengelolaan, dan pelestarian wilayah pesisir dan laut

 Orang Tua kami yang telah memberikan semangat berupa moral maupun material.

 Segala pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu
menyelesaikan tugas ini

Adapun laporan yang penulis ajukan ini guna memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Laut Terpadu, dalam laporan ini membahas tentang suatu analisis kualitas
perairan wilayah pesisir di Kota Tanjung Pinang. Laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Surabaya, 15 November 2020

Penyusun

20

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................... ........................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................3
2.1 Pencemaran Laut...........................................................................................................3
2.2 Parameter Perairan........................................................................................................4
2.2.1.Suhu ..............................................................................................................4
2.2.2 BOD...............................................................................................................5
2.2.3. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen), DO...................................................6
2.2.4. Salinitas.........................................................................................................6
2.2.5. Kekeruhan.....................................................................................................7
2.2.6. Derajat Keasaman (pH).................................................................................8
2.3 Mutu Lingkungan Hidup...............................................................................................8
BAB II METODOLOGI PENELITIAN........................................................................................10
3.1 Kerangka Kerja Penelitian...........................................................................................10
3.2 Metode Pengumpulan Data..........................................................................................11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................................12
4.1 Hasil Kualitas Analisis Air..........................................................................................12
4.1.1. Suhu.............................................................................................................12
4.2.2 BOD..............................................................................................................12
4.2.3. Salinitas........................................................................................................13
4.2.4. Kekeruhan....................................................................................................13
4.2.5. DO................................................................................................................13
4.2.6. pH.................................................................................................................13
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................................14
5.1 Kesimpulan..................................................................................................................14
5.2 Saran............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Indonesia memiliki wilayah pesisir yang sangat luas dan pusat berbagai macam
pembangunan. Hal ini disebabkan karena wilayah pesisir Indonesia memiliki sumber daya
alam yang sangat kaya dan beragam. Baik sumbe rdaya yang dapat diperbaharui maupun
sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui. Selain itu, wilayah ini juga memiliki aksesibilitas
yang sangat baik untuk segala macam kegiatan ekonomi. Namun demikian, seiring dengan
peningkatan jumlah penduduk dan tingkat intensitas pembangunan yang sangat tinggi, daya
dukung ekosistem pesisir dalam menyediakan segenap sumber daya alam dan jasa-jasa
lingkungan akan terancam rusak atau menurun
Wilayah pesisir dan lautan merupakan salah satu sumber daya alam yang mempunyai sifat
yang unik karena pengaruh dari dua ekosistem, yaitu ekosistem lautan dan daratan. Di lain
pihak wilayah pesisir merupakan wilayah tempat berbagai kegiatan sosial dan ekonomi, antara
lain, pemukiman, perhubungan, dan industri.
Kepulauan Riau merupakan salah satu provinsi kepulauan termuda di Indonesia yang
memiliki wilayah lautan yang lebih luas dibandingkan daratan, dan memiliki berbagai macam
sumber daya alam hayati seperti pertanian, perikanan, kehutanan, dan perternakan.
Kota Tanjungpinang merupakan wilayah yang terdapat di Provinsi Kepulauan Riau. Kota
Tanjungpinang merupakan wilayah pesisir yang memiliki aktivitas masyarakat seperti
pemukiman, perikanan dan pertambangan. Dengan persentasi luas perairan yang lebih besar
dari pada daratan tentu saja banyak sumber daya yang terkandung di wilayah perairannya.
Dengan besarnya potensi yang ada maka sering terjadi proses pengeksploitasian secara besar
besaran yang menghasilkan dampak pencemaran. Pencemaran yang terjadi dapat
menyebabkan menurunnya kualitas perairan terutama di wilayah pesisir Kota Tanjungpinang.
Sehingga menyebabkan parameter kualitas air di Kota Tanjung Pinang menurun.
Parameter merupakan persyaratan yang diperlukan sebagai faktor penentu terhadap daya
dukung perairan untuk berbagai keperluan terutama terhadap keberlanjutan ekosistem di laut.

1
Kualitas air juga dapat dijadikan sebagai salah satu parameter dalam penentuan tingkat
kelayakan atau kesesuaian untuk berbagai penggunaan serta dapat dijadikan sebagai indikator
terhadap tingkat kerusakan.
Penurunan kualitas perairan pesisir akan berdampak langsung terhadap sumber daya yang
ada disekitarnya baik itu komponen biotik dan abiotik. Kualitas perairan pesisir yang telah
melewati ambang batas pada baku mutu air akan menyebabkan gangguan kehidupan
organisme-organisme di laut. Oleh sebab itu perlu dilakukannya tinjauan kualitas perairan agar
dapat diketahui seberapa besar dampak yang ditimbulkan dari aktivitas manusia terhadap
kawasan pesisir sehingga masih bisa mempertahankan ekosistem yang ada sehingga dapat
memanfaatkan sumber daya perairan laut.
1.2.Perumusan Masalah
Melihat besarnya potensi sumber daya yang dimiliki oleh perairan pesisir Kota
Tanjungpinang, maka dari itu diperlukan kajian pengukuran kualitas perairan agar dapat
diketahui seberapa berkualitas kualitas perairan untuk berbagai keperluan terutama terhadap
keberlangsungan kehidupan biota di laut.

1.3.Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kualitas perairan pesisir di Kota
Tanjung pinang, mengetahui keterkaitan antara beberapa parameter kualitas perairan dan
mengetahui perbandingan kualitas perairan yang diperoleh dengan mutu air laut untuk biota
yang telah ditetapkan oleh KEPMENLH No. 51 Tahun 2004.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pencemaran Laut
Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di duni dengan sumber daya di wilayah
pesisir yang sangat kaya dan terletak di kawasan yang sangat strategis dengan iklim tropis.
Lingkungan laut Indonesia yang memiliki iklim tropis sangat luas dengan sumber daya hayati
dan mineral merupakan kondisi alamiah yang memiliki keunggulan tersendiri sebagai untuk
masa depan bagi kesejahteraan bangsa Indonesia. Tetapi ekosistem pantai yang beriklim tropis
peka terhadap pencemaran, sedangkan sebagian besar penduduk Indonesia berdiam di kawasan
pesisir dan hidupnya bergantung kepada produktivitas berbagai ekosistem pantai

Gambar II.1. Pencemaran air laut (sumber wikipedia)


Pencemaran laut dapat didefinisikan sebagai dampak negatif) terhadap kehidupan
lingkungan sekitar laut, sumber daya, dan kenyamanan ekosistem laut serta kesehatan

3
manusia yang disebabkan secara langsung maupun tidak langsung oleh pembuangan
bahan-bahan limbah ke dalam laut yang berasal dari kegiatan manusia (Dahuri, 2004).
Pencemaran laut telah menjadi suatu masalah yang sangat besar sehingga perlu ditangani
secara sungguh-sungguh. Hal ini berkaitan dengan meningkatnya kegiatan manusia dalam
usaha memenuhi kebutuhan hidup. Disamping menghasilkan produk-produk yang diperlukan
bagi kehidupan, dampak dari kegiatan manusia tersebut dapat menghasilkan limbah yang dapat
menjadi pencemar. Polutan itu sebagian akan sampai ke laut yang dibawa-bawa oleh sungai
sebagai tempat yang mudah untuk membuang limbah yang bermuara ke laut. Hal ini perlu
dicegah atau setidaknya dibatasi hingga sekecil mungkin. (Hayati, 2009).
2.2 Parameter Perairan
Parameter yang mempengaruhi kualitas perairan antara lain suhu, BOD, DO, salinitas,
kekeruhan, pH, TSS, Coliform, kandungan fosfor dan nitrogen, serta kandungan Cu, Fe dan
Pb.
2.2.1 Suhu
Hardjojo dan Djokosetiyanto (2005) menyatakan bahwa suhu air normal adalah
suhu air yang memungkinkan makhluk hidup dapat bertahan dan melakukan metabolisme
dan berkembangbiak dengan baik. Suhu merupakan faktor fisik yang penting di air, karena
dengan zat/unsur yang terkandung didalamnya akan menentukan massa jenis air, dan
dengan tekanan dapat digunakan untuk menentukan densitas air. Selanjutnya, densitas air
dapat digunakan untuk menentukan kejenuhan air. Suhu air sangat bergantung pada tempat
dimana air tersebut berada. Kenaikan suhu air akan menimbulkan akibat sebagai berikut:
1) Jumlah oksigen di dalam air menurun
2) Kecepatan reaksi kimia meningkat
3) Kehidupan ikan dan hewan air akan terganggu. Jika batas suhu yang mematikan
terlampaui, maka akan menyebabkan ikan dan hewan air lainnya mati.
Suhu dapat mempengaruhi fotosintesis di laut baik secara langsung maupun tidak
langsung. Pengaruh secara langsung ialah suhu berperan untuk mengontrol reaksi kimia
enzimatik dalam proses fotosintesis. Tinggi suhu dapat menaikkan laju fotosintesis,
sedangkan pengaruh secara tidak langsung yakni dalam merubah struktur hidrologi
perairan yang dapat mempengaruhi distribusi fitoplankton

4
Di Indonesia, suhu udara rata-rata pada siang hari di berbagai tempat berkisar antara
28,2 0C sampai 34,6 0C sedangkan pada malam hari suhu berkisar antara 12,8 0C sampai
30 0C. Keadaan suhu tersebut tergantung pada ketinggian tempat yang diukur dari atas
permukaan laut. Suhu air umumnya beberapa derajat lebih rendah dibanding suhu udara
disekitarnya. Secara umum, suhu air di perairan Indonesia sangat mendukung bagi
pengembangan budidaya perikanan dan pesisir wilayah laut.(BPS, 2003; Cholik etal.,
2005).
2.2.2. BOD
BOD (Biochemical Oxygen Demand) atau kebutuhan oksigen menunjukkan
jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh organisme untuk mengoksidasi bahan-bahan
buangan di dalam air. Jika konsumsi oksigen tinggi yang ditunjukkan dengan
semakin kecilnya sisa oksigen terlarut, maka berarti kandungan bahan-bahan
buangan yang membutuhkan oksigen tinggi. Konsumsi oksigen dapat diketahui
dengan mengoksidasi air pada suhu 20 0C selama 5 hari, dan nilai BOD yang
menunjukkan jumlah oksigen yang dikonsumsi dapat diketahui dengan menghitung
selisih konsentrasi oksigen terlarut sebelum dan sesudah inkubasi (Hardjojo dan
Djokosetiyanto, 2005).

Berikut akan disajikan derajat pencemaran suatu perairan yang dilihat berdasarkan
nilai BOD5 (Tabel 1).
Tabel 1. Derajat Pencemaran Berdasarkan Nilai BOD5
Kisaran BOD5(mg/l) Kriteria Kualitas Perairan

≤ 2,9 Tidak tercemar


3,0 – 5,0 Tercemar ringan
5,1 – 14,9 Tercemar sedang
≥ 15,0 Tercemar berat

Sumber: Lee (1987) dalam Sukardiono (1987).


Tabel 1 menyajikan tingkat pencemaran di perairan berdasarkan nilai BOD.
2.2.3. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen, DO)

5
Oksigen terlarut adalah gas oksigen yang terdapat di perairan dalam bentuk
molekul oksigen biasanya dinyatakan dalam mg/l (ppm). Oksigen bebas dalam air
dapat berkurang bila dalam air dalam terdapat kotoran/limbah organik. Dalam air
yang kotor selalu terdapat bakteri, baik yang aerob maupun yang anaerob. Bakteri
ini akan menguraikan zat organik dalam air menjadi persenyawaan yang tidak
berbahaya.
Oksigen larut dalam air dan tidak bereaksi dengan air secara kimiawi. Pada
tekanan tertentu, kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi oleh suhu. Faktor lain
yang mempengaruhi kelarutan oksigen adalah luas permukaan air terbuka bagi
atmosfer. Persentase oksigen di sekeliling perairan dipengaruhi oleh suhu perairan,
salinitas perairan, ketinggian tempat dan plankton yang terdapat di perairan (di
udara yang panas, oksigen terlarut akan turun). Daya larut oksigen lebih rendah
dalam air laut jika dibandingkan dengan daya larutnya dalam air tawar. Daya larut
O2 dalam air limbah kurang dari 95% dibandingkan dengan daya larut dalam air
tawar
Terbatasnya kelarutan oksigen dalam air menyebabkan kemampuan air untuk
membersihkan dirinya juga terbatas, sehingga diperlukan pengolahan air limbah
untuk mengurangi bahan-bahan penyebab pencemaran.
2.2.4. Salinitas
Salinitas merupakan garam-garam terlarut yang dapat berpengaruh terhadap
pengaturan osmosis pada tumbuhan dan hewan, dan zat-zat hara yang terkandung
didalamnya mempengaruhi sifat komunitas jazad tersebut. fluktuasi salinitas dapat
disebabkan oleh adanya gradien salinitas pada saat tertentu yang polanya bervariasi
bergantung pada topografi estuaria, musim, pasang surut dan jumlah air tawar.
Salinitas di perairan Indonesia umumnya berkisar antara 30-35 ppt. Untuk
daerah pesisir salinitas berkisar antara 32-34 ppt, sedangkan untuk laut terbuka
umumnya salinitas berkisar antara 33-37 ppt dengan rata-rata 35 ppt. Salinitas ini
juga masih baik untuk kehidupan organisme laut, khususnya ikan.
2.2.5. Kekeruhan

6
Mahida (1986) mendefinisikan kekeruhan sebagai intensitas kegelapan di
dalam air yang disebabkan oleh bahan-bahan yang melayang. Kekeruhan perairan
umumnya disebabkan oleh adanya partikel-partikel suspensi seperti tanah liat,
lumpur, bahan-bahan organik terlarut, bakteri, plankton dan organisme lainnya.
Kekeruhan merupakan sifat fisik air yang tidak hanya membahayakan ikan
tetapi juga menyebabkan air tidak produktif karena menghalangi masuknya sinar
matahari untuk fotosintesa. Kekeruhan ini disebabkan air mengandung begitu
banyak partikel tersuspensi sehingga merubah bentuk tampilan menjadi berwarna
dan kotor.

Gambar II.2. Tingkat kekeruhan air (sumber pasirsilika.com)


Tingkat kekeruhan air di perairan mempengaruhi tingkat kedalaman
pencahayaan matahari, semakin keruh suatu badan air maka semakin menghambat
sinar matahari masuk ke dalam air. Pengaruh tingkat pencahayaan matahari sangat
besar pada metabolisme makhluk hidup dalam air, jika cahaya matahari yang
masuk berkurang maka makhluk hidup dalam air terganggu, khususnya makhluk
hidup pada kedalaman air tertentu, demikian pula sebaliknya (Hardjojo dan
Djokosetiyanto, 2005; Alaerts dan Santika, 1987).

7
2.2.6. Derajat Keasaman (pH)
pH merupakan suatu pernyataan dari konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam
air, besarannya dinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi ion H. Besaran
pH berkisar antara 0 – 14, nilai pH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang
masam sedangkan nilai diatas 7 menunjukkan lingkungan yang basa, untuk pH = 7
disebut sebagai netral (Hardjojo dan Djokosetiyanto, 2005).
Perairan dengan pH < 4 merupakan perairan yang sangat asam dan dapat
menyebabkan kematian makhluk hidup, sedangkan pH > 9,5 merupakan perairan
yang sangat basa yang dapat menyebabkan kematian dan mengurangi produktivitas
perairan. Perairan laut maupun pesisir memiliki pH relatif lebih stabil dan berada
dalam kisaran yang sempit, biasanya berkisar antara 7,7 – 8,4. pH dipengaruhi oleh
kapasitas penyangga (buffer) yaitu adanya garam-garam karbonat dan bikarbonat
yang dikandungnya (Boyd, 1982; Nybakken, 1992).
Pescod (1973) menyatakan bahwa toleransi untuk kehidupan akuatik terhadap
pH bergantung kepada banyak faktor meliputi suhu, konsentrasi oksigen terlarut,
adanya variasi bermcam-macam anion dan kation, jenis dan daur hidup biota.
Perairan basa (7 – 9) merupakan perairan yang produktif dan berperan mendorong
proses perubahan bahan organik dalam air menjadi mineral-mineral yang dapat
diassimilasi oleh fotoplankton (Suseno, 1974). pH air yang tidak optimal
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan, menyebabkan
tidak efektifnya pemupukan air di kolam dan meningkatkan daya racun hasil

2.3. Mutu Lingkungan Hidup


Mutu lingkungan hidup diartikan sebagai ukuran batas atau kadar mahluk hidup, zat energi
atau komponen yang ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam
suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup (Kementerian Negara Lingkungan
Hidup, 2009), sedangkan baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar mahluk hidup, zat
energi atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam air .

8
Air merupakan komponen lingkungan hidup yang penting bagi kelangsungan hidup dan
kehidupan makhluk hidup , sehingga dipandang perlu untuk melakukan upaya-upaya
melestarikan fungsi air. Upaya yang dilakukan adalah dengan pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air secara bijaksana dengan memperhatikan kepentingan generasi
sekarang dan mendatang serta keseimbangan ekologis.

9
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Kerja Penelitian


Untuk menyelesaikan penelitian ini, diperlukan sebuah kerangka kerja yang jelas tahapan-
tahapannya. Kerangka kerja ini merupakan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam
penyelesaian masalah yang dibahas adapun kerangka kerja yang digunakan dapat dilihat
pada gambar III.1. Kerangka kerja penelitian.

Identifikasi Masalah

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Pembuatan Laporan

Gambar III.1. Kerangka kerja penelitian

10
3.2 Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian kali ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang didapatkan
dari studi literatur dari kumpulan berbagai jurnal mengenai kualitas air yang ada di perairan
Tanjung Pinang yang di dapat dari internet.

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengukuran kualitas perairan Kota Tanjung Pinang dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil Pengukuran Kualitas Perairan Kota Tanjungpinang
No. Parameter Satuan ST 1 ST 2 ST 3 ST 4 ST 5 ST 6 ST 7 BM
0
1. Suhu C 30 30 30 30 31 31 32 Alami
2. BOD mg/L 2,10 6,00 3,16 5,03 3,12 4,33 3,08 20
3. Salinitas ‰ 30,0 30,0 31,0 32,0 32,0 33,5 34,0 Alami
4. Kekeruhan NTU 5,25 4,95 4,71 5,55 5,16 2,17 3,14 <5
5. DO mg/L 7,6 11,0 8,6 9,6 7,4 9,0 7,6 >5
6. pH 8 6 7 7 6 6 6 7-8,5

Hasil pengukuran kualitas perairan menunjukkan bahwa suhu rata-rata perairan sebesar 30 0C,
BOD rata-rata 3,83 mg/L, salinitas rata-rata 31,78 ‰, kekeruhan rata-rata 4,41 NTU, DO rata-rata
8,68 mg/L, pH rata-rata 6,5,
4.1 Hasil Analisis Kualitas air
4.1.1.Suhu
Baku mutu kadar suhu untuk kualitas air laut untuk biota laut berdasarkan
KEPMENLH No. 51 Tahun 2004 adalah sebesar suhu alami yang mampu mendukung
perikehidupan organisme, yakni berkisar antara 20 0C- 32 0C. Tidak ada suhu yang
melewati batas baku mutu pada tiap stasiun.
4.1.2.BOD
Baku mutu kadar BOD untuk kualitas air laut untuk biota laut berdasarkan
KEPMENLH No. 51 Tahun 2004 adalah sebesar 20 mg/L. Tidak ada BOD yang
melewati batas baku mutu pada tiap stasiun. Akan tetapi tiap stasiun mengindikasikan
bahwa telah terjadinya pencemaran di perairan pesisir Kota Tanjungpinang meskipun

12
hanya berkisar antara pencemaran ringan dan pencemaran sedang. Ditandai dengan
kisaran BOD yang mencapai 6 mg/L pada stasiun II.
4.1.3.Salinitas
Baku mutu kadar salinitas untuk kualitas air laut untuk biota laut berdasarkan
KEPMENLH No. 51 Tahun 2004 adalah sebesar salinitas alami yang mampu
mendukung perikehidupan organisme, yakni rata-rata 35 ppt. Tidak ada salinitas yang
melewati batas baku mutu pada tiap stasiun.
4.1.4.Kekeruhan
Baku mutu kadar kekeruhan untuk kualitas air laut untuk biota laut berdasarkan
KEPMENLH No. 51 Tahun 2004 adalah < 5 NTU. Stasiun I, stasiun IV, dan stasiun
V telah melewati ambang batas baku mutu. Kekeruhan perairan ini umumnya
disebabkan oleh adanya partikel-partikel suspensi seperti tanah liat, lumpur, bahan-
bahan organik terlarut, bakteri, plankton dan organisme lainnya
4.1.5.DO
Baku mutu kadar DO untuk kualitas air laut untuk biota laut berdasarkan
KEPMENLH No. 51 Tahun 2004 adalah > 5 mg/L. Semua kadar DO pada tiap stasiun
mendukung untuk perikehidupan biota di laut.
4.1.6.pH
Baku mutu kadar pH untuk kualitas air laut untuk biota laut berdasarkan
KEPMENLH No. 51 Tahun 2004 adalah berkisar antara 7-8,5. Pada stasiun II, stasiun
V, stasiun VI, dan stasiun VII kadar pH berada dibawah baku mutu, namun masih tetap
dapat ditoleransi oleh biota meskipun akan menyebabkan beberapa dampak gangguan
keberlangsungan fungsi organ.

13
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengukuran kualitas perairan pesisir di Kota Tanjungpinang maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa perairan pesisir Kota Tanjungpinang sudah bisa dikatakan terindikasi
sebagai perairan tercemar. Sumber pencemar yang mempengaruhi kualitas air pada perairan ini
adalah kegiatan industri pertambangan, kegiatan rumah tangga, kegiatan pariwisata, dan kegiatan
transportasi. Meskipun telah tercemar, masih ada biodata laut yang masih hidup.
5.2 Saran
Agar pemerintah setempat memperhatikan dan melakukan pengawasan agar perairan pesisir di
Kota Tanjung Pinang lebih bersih dan indah sehingga menarik daya pikat wisatawan dan juga
melakukan treatment pengolahan limbah buangan agar tidak merubah kualitas perairan sangat
diperlukan, kesadaran dari pihak masyarakat juga sangat diharapkan agar limbah rumah tangga
tidak sembarang dibuang ke perairan laut.

14
DAFTAR PUSTAKA
www.wikipedia.com
Dahuri, R. 2004. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, Edisi
Revisi. Pradnya Paramita. Jakarta.
Setiari, Ni Made. 2012. Identifikasi Sumber Pencemar dan Analisis Kualitas Air Tukad Yeh Sungi
Di Kabupaten Tabanan Dengan Metode Indeks Pencemaran [Tesis]. Universitas Udayana.
Denpasar.
www.pasirsilika.com
Sofyan, Adnan. 2009. Identifikasi Kualitas Air Di Wilayah Pesisir Kota Ternate. Jurnal Tanah
dan Air. 10 (1) : 12-21.

15

Anda mungkin juga menyukai