Anda di halaman 1dari 5

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN


KONSERVASI ENERGI

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN


KONSERVASI ENERGI

NOMOR : 332 K/10/DJE/2018


TENTANG

STANDAR DAN MUTU (SPESIFIKASI) BAHAN BAKAR NABATI (BIOFUEL)


JENIS BIODIESEL SEBAGAI BAHAN BAKAR LAIN
YANG DIPASARKAN DI DALAM NEGERI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN


KONSERVASI ENERGI,

Menimbang: a. bahwa untuk mendapatkan kepastian mutu bahan bakar


nabati jenis biodiesel di dalam negeri dengan memperhatikan
perkembangan teknologi, kemampuan produsen, kemampuan
dan kebutuhan konsumen, keselamatan dan kesehatan keija
serta pengelolaan lingkungan hidup, perlu dilakukan
pengaturan kembali spesifikasi bahan bakar nabati ( biofuel )
jenis biodiesel sebagaimana telah ditetapkan melalui
Keputusan Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan
Konservasi Energi Nomor 100K/10/DJE/2016 tentang
Standar dan Mutu (Spesifikasi) Bahan Bakar Nabati (Biofuel)
Jenis Biodiesel Sebagai Bahan Bakar Lain yang Dipasarkan di
Dalam Negeri;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 32
Tahun 2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan dan Tata Niaga
Bahan Bakar Nabati [Biofuel) Sebagai Bahan Bakar Lain
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 12
Tahun 2015, perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal
Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi tentang
Standar dan Mutu (Spesifikasi) Bahan Bakar Nabati ( Biofuel)
Jenis Biodiesel Sebagai Bahan Bakar Lain yang Dipasarkan di
Dalam Negeri;

Mengingat ...
-2-

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan


Gas Bumi (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 136,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4152;
2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4746);
3.. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2004 tentang Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 124, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4436) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2009
(Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4996);
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun
2014 tanggal 17 Oktober 2014 tentang Kebijakan Energi
Nasional (Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 300,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5605);
5. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2006 tentang Penyediaan
dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan
Bakar Lain;
6. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor
0048 Tahun 2005 Tentang Standar dan Mutu (Spesifikasi)
serta Pengawasan Bahan Bakar Minyak, Bahan Bakar Gas,
Bahan Bakar Lain, LPG, LNG, dan Hasil Olahan Yang
Dipasarkan Di Dalam Negeri;
7. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 32
Tahun 2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan, dan Tata
Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar lain
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 12
Tahun 2015 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 32 Tahun 2008
tentang Penyediaan, Pemanfaatan, dan Tata Niaga Bahan
Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 406);
8. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 13
Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 782);
9. Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor
311/KEP/BSN/ 12/2015 tentang Penetapan Revisi 2 (Dua)
Standar Nasional Indonesia;

MEMUTUSKAN ...
-3-

MEMUTUSKAN:
Menetapkan: KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL ENERGI BARU,
TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI TENTANG STANDAR
DAN MUTU (SPESIFIKASI) BAHAN BAKAR NABATI (BIOFUEL)
JENIS BIODIESEL SEBAGAI BAHAN BAKAR LAIN YANG
DIPASARKAN DI DALAM NEGERI.
KESATU: Pelaksanaan Keputusan Direktur Jenderal ini memperhatikan
standar dan mutu (spesifikasi) bahan bakar nabati ( biofuel) jenis
biodiesel sebagai bahan bakar lain yang dipasarkan di Dalam
Negeri sebagaimana tercan turn dalam angka 1 Lampiran
Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor
311/KEP/BSN/ 12/2015 tentang Penetapan Revisi 2 (dua) Standar
Nasional Indonesia.
KEDUA: Bahan Bakar Nabati [Biofuel) jenis Biodiesel yang Dipasarkan di
Dalam Negeri sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kesatu dapat
digunakan sebagai campuran Bahan Bakar Minyak Jenis Minyak
Solar.
KETIGA: Pada saat Keputusan ini mulai berlaku, Keputusan Direktur
Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Nomor
100 K/10/DJE/2016 tentang Standar dan Mutu (Spesifikasi)
Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Jenis Biodiesel Sebagai Bahan Bakar
Lain yang Dipasarkan di Dalam Negeri dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
KEEMPAT: Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 12 November 2018
DIREKTUR JENDERAL ENERGI BARU,
TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI

RIDA MULYANA
NIP. 196305021990031003

Tembusan :
1. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral;
2. Menteri Perindustrian;
3. Menteri Perdagangan;
4. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
5. Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral;
6. Inspektur Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral;
7. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi;
8. Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi.
-4-

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN


DAN KONSERVASI ENERGI

NOMOR : 332 K/10/DJE/2018


TANGGAL : 12 November 2018

STANDAR DAN MUTU (SPESIFIKASI) BAHAN BAKAR NABATI (BIOFUEL)


JENIS BIODIESEL SEBAGAI BAHAN BAKAR LAIN
YANG DIPASARKAN DI DALAM NEGERI

SATUAN,
NO PARAMETER UJI METODE UJI PERSYARATAN
Min/ Max
1 Massa jenis pada 40 °C ASTM D-1298 atau ASTM 850 - 890 kg/m3
D 4052 atau lihat bagian
9.1 pada SNI 7182:2015
2 Viskositas kinematik ASTM D-445 atau lihat 2,3 - 6,0 mm2/ s
pada 40 °C bagian 9.2 pada SNI (cSt)
7182:2015
3 Angka setana ASTM D-613 atau ASTM 51 Min
D 6890 atau lihat bagian
9.3 pada SNI 7182:2015
4 Titik nyala (mangkok ASTM D-93 atau lihat 100 °C, min
tertutup) bagian 9.4 pada SNI
7182:2015
5 Titik kabut ASTM D-2500 atau lihat 18" °C, maks
bagian 9.5 pada SNI
7182:2015
6 Korosi lempeng ASTM D 130 - 10 atau nomor 1
tembaga (3 jam pada lihat bagian 9.6 pada SNI
50 °C) 7182:2015
7 Residu karbon
dalam percontoh asli ASTM D 4530 atau ASTM 0,05
%-massa,
atau D 189 atau lihat bagian
maks
dalam 10 % ampas 9.7 pada SNI 7182:2015 0,3
distilasi
8 Air dan sedimen ASTM D 2709 atau lihat 0,05 %-vol.,
bagian 9.8 pada SNI maks
7182:2015
9 Temperatur distilasi ASTM D 1160 atau lihat 360 °C, maks
90 % bagian 9.9 pada SNI
7182:2015
10 Abu tersulfatkan ASTM D-874 atau lihat 0,02 %-massa,
bagian 9.10 pada SNI maks
7182:2015
11 Belerang ASTM D 5453 atau 50 mg/ kg,
ASTM D-1266, atau ASTM maks
D 4294 atau ASTM D
2622 atau lihat
bagian 9.11 pada SNI
7182:2015
12 Fosfor AOCS Ca 12-55 atau lihat 4 mg/ kg,
bagian 9.12 pada SNI maks
7182:2015
-5-

NO PARAMETER UJI METODE UJI SATUAN,


PERSYARATAN
Min /Max
13 Angka asam AOCS Cd 3d-63 atau 0,5 mg-
ASTM D-664 atau lihat KOH/g,
bagian 9.13 pada SNI maks
7182:2015
14 Gliserol bebas AOCS Ca 14-56 atau 0,02 %-massa,
ASTM D-6584 atau lihat maks
bagian 9.14 pada SNI
7182:2015
15 Gliserol total AOCS Ca 14-56 atau 0,24 %-massa,
ASTM D-6584 atau lihat maks
bagian 9.14 pada SNI
7182:2015
16 Kadar ester metil lihat bagian 9.15 pada 96,5 %-massa,
SNI 7182:2015 min
17 Angka iodium AOCS Cd 1-25 atau lihat 115 %-massa
bagian 9.16 pada SNI (g-I2/100
7182:2015 g), maks
18 Kestabilan oksidasi EN 15751 atau lihat
Periode induksi metode bagian 9.17.1 pada SNI 480
rancimat 7182:2015
atau menit
Periode induksi metode ASTM D 7545 atau lihat 36
petro oksi bagian 9.17.2 pada SNI
7182:2015
19 Monogliserida AOCS Cd 11-57 atau lihat 0,8 %-massa,
bagian 9.18 pada SNI maks
7182:2015
20 Warna ASTM D.-1500 3 maks
21 Kadar air ASTM D-6304 500 ppm,
maks
22 CFPP ( Cold Filter ASTM D-6371 16 °C, maks
\ Plugging Point)

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 12 November 2018
DIREKTUR JENDERAL ENERGI BARU,
TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI

RIDA MULYANA
NIP. 196305021990031003

Anda mungkin juga menyukai