Menimbang
Ww
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
‘REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
NOMOR 6 TAHUN 2021
TENTANG
PENGAWASAN PERIKLANAN PANGAN OLAHAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN,
fi
bahwa masyarakat perlu dilindungi dari informasi yang
tidak benar dan menyesatkan dalam iklan pangan olahan;
bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 3 ayat (1) huruf d
Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan
Pengawas Obat dan Makanan, Badan Pengawas Obat dan
Makanan memiliki fungsi pelaksanaan tugas pengawasan
sebelum beredar dan pengawasan selama beredar;
bahwa pengaturan mengenai pengawasan_periklanan
pangan olahan sebagaimana telah diatur dalam Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 2
Tahun 2016 tentang Pedoman Teknis Pengawasan
Periklanan Pangan Olahan sudah tidak sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
periklanan pangan olahan sehingga perlu diganti;
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Badan Pengawas Obat dan Makanan tentang Pengawasan
Periklanan Pangan Olahan;Mengingat
Menetapkan
-2-
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor
227, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5360);
Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 131, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3867};
Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2019 tentang
Keamanan Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2019 Nomor 249, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6442);
Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan
Pengawas Obat dan Makanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 180);
Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 11
Tahun 2019 tentang Bahan Tambahan Pangan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 723);
Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 21
Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Pengawas Obat dan Makanan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 1002);
Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 22
Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat
dan Makanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2020 Nomor 1003);
MEMUTUSKAN:
PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
TENTANG PENGAWASAN PERIKLANAN PANGAN OLAHAN,
Pasal 1
Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan:
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber
hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan,
perikanan, peternakan, perairan dan air, baik yang diolahmaupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai
makanan atau minuman bagi konsumsi manusia,
termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan
dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan,
pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau
minuman.
Pangan Olahan adalah makanan atau minuman hasil
proses dengan cara atau metode tertentu dengan atau
tanpa bahan tambahan.
Pangan Olahan untuk Keperluan Gizi Khusus yang
selanjutnya disingkat PKGK adalah Pangan Olahan yang
diproses atau diformulasi secara khusus untuk memenuhi
kebutuhan gizi tertentu karena kondisi fisik/fisiologis dan
penyakit/gangguan tertentu.
Pangan Olahan untuk Diet Khusus yang selanjutnya
disingkat PDK adalah Pangan Olahan yang diproses atau
diformulasi secara khusus untuk memenuhi kebutuhan
gizi tertentu karena kondisi fisik atau fisiologis tertentu.
Pangan Olahan untuk Keperluan Medis Khusus yang
selanjutnya disingkat PKMK adalah Pangan Olahan yang
diproses atau diformulasi secara_ khusus untuk
manajemen diet bagi orang dengan penyakit/ gangguan
tertentu.
Formula Bayi adalah formula sebagai pengganti Air Susu
Ibu (ASI) untuk bayi sampai umur 6 (enam) bulan yang
secara khusus diformulasikan untuk menjadi satu-
satunya sumber gizi dalam bulan-bulan _pertama
kehidupannya sampai bayi diperkenalkan dengan
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI).
Formula Lanjutan adalah formula yang diperoleh dari
susu sapi atau susu hewan lain dan/atau bahan yang
berasal dari hewan dan/atau yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan yang semuanya telah dibuktikan sesuai untuk
bayi usia 6 (enam) sampai 12 (dua belas) bulan.
Bahan Baku Pangan yang selanjutnya disebut Bahan
Baku adalah bahan dasar yang dapat berupa pangan segar10,
qd.
12.
13.
()
(2)
(3)
q)
(2)
(3)
(4)
dan Pangan Olahan yang dapat digunakan untuk
memproduksi Pangan.
Iklan Pangan Olahan yang selanjutnya disebut Iklan
adalah setiap keterangan atau pernyataan mengenai
Pangan Olahan dalam bentuk gambar, tulisan, suara,
audio visual, atau bentuk lain yang disampaikan melalui
berbagai cara untuk pemasaran dan/atau perdagangan
Pangan Olahan.
Media Massa adalah media periklanan yang menyasar
khalayak umum dan luas.
Bahasa Asing adalah bahasa selain bahasa Indonesia dan
bahasa daerah.
Setiap Orang adalah orang perseorangan dan badan
usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun tidak.
Kepala Badan adalah Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan.
Pasal 2
Setiap Orang dapat mengiklankan Pangan Olahan.
Pangan Olahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
termasuk bahan tambahan pangan.
Bahan tambahan pangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam
Pangan untuk memengaruhi sifat atau bentuk Pangan.
Pasal 3
Setiap Orang yang mengiklankan Pangan Olahan wajib
bertanggung jawab terhadap informasi yang disampaikan
dalam Iklan.
Iklan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memuat
informasi yang benar, jujur, dan tidak menyesatkan.
Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebelum
dipublikasikan dalam bentuk Iklan wajib disampaikan
kepada pemegang izin edar.
Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(3) harus sesuai dengan informasi label Pangan Olahan
yang disetujui pada saat mendapatkan izin edar atauQQ)
(2)
@)
(2)
(3)
(4)
(1)
sertifikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 4
Iklan wajib menggunakan bahasa Indonesia.
Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) untuk Bahasa Asing, bahasa dacrah, dan/atau
istilah asing yang sudah dipahami secara umum, baik
yang ada atau tidak ada padanannya dalam bahasa
Indonesia.
Dalam hal Iklan secara khusus disampaikan di suatu
daerah atau ditujukan untuk konsumen dari daerah
tertentu, Iislan dapat menggunaken bahasa daerah.
Pasal 5
Simbol dapat digunakan dalam Iklan untuk memberikan
tambahan penjelasan atau keterangan.
Simbol sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
tanda bintang (*) atau tanda pagar (#).
Penjelasan atau keterangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus mudah dibaca.
Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (2), dan ayat (3), penggunaan simbol dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan __ perundang-
undangan.
Pasal 6
Iklan dapat dipublikasikan pada media _periklanan
meliputi
a, media cetak;
b. media penyiaran;
c. media daring;
d. media sosial;
media luar-griya/ out-of home media; dan
°
komunikasi tatap muka.(2)
q)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
(3)
26:
Media periklanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
Pasal 7
Iklan dapat menyertakan undian, sayembara, dan/atau
hadiah.
Iklan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
mencantumkan tanggal penarikan undian dan cara
pengumuman pemenang.
Dalam hal Iklan yang menyertakan undian, sayembara,
dan/atau hadiah mencantumkan pernyataan “syarat dan
ketentuan berlaku” maka:
a. pernyataan “syarat dan ketentuan berlaku” harus
mudah dibaca; dan
b. harus menjelaskan persyaratan dan ketentuan
tersebut.
Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (2), dan ayat (3), Iklan yang menyertakan undian,
sayembara, dan/atau hadiah dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 8
Iklan wajib memuat pesan bagi masyarakat untuk berhati-
hati dalam membeli dan mengonsumsi Pangan Olahan.
Pesan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. “teliti sebelum membeli”;
b. “baca label sebelum membeli’; atau
c. _ pernyataan lain yang bermakna sama.
Pesan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
Pasal 9
Dalam hal Pangan Olahan wajib mencantumkan keterangan
berupa peringatan pada label* maka Iklan wajib memuat
pernyataan “baca peringatan pada label’.Pasal 10
Label atau informasi halal dapat disampaikan dalam Iklan
setelah Pangan Olahan memperoleh sertifikat halal dari
lembaga yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
q@)
2)
(3)
()
(2)
(3)
a)
(2)
Pasal 11
PKGK dapat diiklankan.
PKGK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. PDK; dan
b. PKMK.
Iklan PDK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
wajib memuat keterangan mengenai nama jenis dan
peruntukan.
Pasal 12
PDK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf
a berupa Formula Bayi dan Formula Lanjutan dilarang
diiklankan pada media massa apapun kecuali dalam
media cetak khusus tentang kesehatan.
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan _peraturan
perundang-undangan.
PKMK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2)
huruf b dilarang diiklankan pada media massa apapun
kecuali dalam media khusus tentang kesehatan.
Pasal 13
Iklan dapat memuat informasi mengenai proses, asal,
dan/atau sifat Bahan Baku.
Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dicantumkan sepanjang memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
a. pernyataan ‘alami” hanya dapat digunakan untuk
Pangan Olahan yang tidak dicampur atau Pangan
Olahan yang diproses secara fisika dan tidak
mengubah sifat serta kandungan Pangan Olahan;-8-
pernyataan “murni” atau “100%” hanya dapat
digunakan untuk Pangan Olahan yang tidak
ditambah/dicampur dengan bahan lain;
pernyataan “dari (diikuti nama bahan)” dapat
digunakan jika bahan tersebut digunakan dalam
Pangan Olahan yang bersangkutan dengan
kandungan bahan tersebut minimal 50%;
pernyataan “dengan (diikuti nama bahan)” dapat
digunakan jika bahan tersebut merupakan salah satu
Bahan Baku yang digunakan dalam Pangan Olahan
yang bersangkutan;
pernyataan “segar” tidak boleh digunakan pada Iklan
untuk Pangan Olahan yang terbuat dari Pangan
Olahan antara (intermediate product) yang
memerlukan pengolahan lebih lanjut dengan atau
tanpa penambahan Bahan Baku lainnya kecuali
pernyataan tersebut digunakan dalam bentuk
ckspresi atau sensasi; dan/atau
pernyataan “asli” atau kata lain yang memiliki makna
yang sama, tidak dapat digunakan pada tklan untuk
Pangan Olahan yang dicampur dengan bahan yang
dapat mengaburkan keasliannya, seperti penggunaan
perisa.
Pasal 14
(1) Setiap Orang dilarang mengiklankan Pangan Olahan
dengan:
a
menggunakan pernyataan dan visualisasi yang
bermakna hiperbola dan berpeluang untuk ditiru dan
membahayakan;
menampilkan visualisasi dalam bentuk apa pun yang
dianggap dapat mengganggu atau merusak jasmani
dan rohani anak;
memuat pernyataan pendekatan fantasi atau
imajinasi yang dapat merugikan keselamatan atau
kesehatan sehingga mendorong anak untuk
mempercayainya sebagai suatu kebenaran;memuat pernyataan yang memanfaatkan kemudah
percayaan, kekurang pengalaman atau kepolosan
anak sehingga mempercayai informasi yang tidak
benar dan menyesatkan;
memuat pernyataan yang menganjurkan atau
membenarkan, atau mendorong timbulnya perilaku
yang tidak benar pada anak, seperti:
1. menentang atau mengabaikan nasihat dan
anjuran orang tua atau orang yang dituakan;
2. menampilkan adegan berbahaya_— atau
kekerasan, sekalipun dikemas dalam bentuk
permainan anak;
3. menggunakan bahasa atau percakapan yang
tidak pantas diucapkan oleh anak; dan/atau
4. menampilkan adegan yang mengeksploitasi daya
rengek (pester power) anak dengan tujuan
memaksa para orang tua untuk mengabulkan
permintaan anak mereka akan produk terkait;
menganjurkan pola makan atau diet yang tidak sehat;
menggunakan kata superlatif, kecuali jika disertai
dengan bukti berupa sertifikat atau bentuk lain
sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
memuat pernyataan “satu-satunya”, “hanya”, “cuma”,
atau yang bemakna sama, kecuali jika memiliki data
jawabkan;
mengeksploitasi kata yang sudah terdaftar sebagai
yang dapat dipertanggu
merek yang dapat menimbulkan makna yang
menyesatkan;
memuat pernyataan perbandingan produk, kecuali
apabila perbandingan dilakukan dengan Pangan
Olahan sejenis yang diproduksi oleh perusahaan yang
sama dan telah beredar;
memuat pernyataan Pangan Olahan dapat
menyehatkan dan dapat meningkatkan kecerdasan
dengan hanya mengonsumsi Pangan Olahan yang
diiklankan tersebut;-10-
memuat pernyataan yang mengesankan bahwa
manfaat dari satu produk dapat memengaruhi
perubahan status, popularitas, _kepandaian,
keberhasilan dalam kegiatan olah-raga, perubahan
fisik, dan hal sejenis lainnya;
menghubungkan dengan suatu
acara/peristiwa/kegiatan, dimana_—ikarena
mengonsumsi Pangan Olahan tersebut seseorang
meraih prestasi, atau berhasil keluar sebagai
pemenang dalam kegiatan tersebut;
memuat pernyataan “aman”, “tidak berbahaya”,
“tidak mengandung risiko” atau ‘tidak ada efek
samping” atau yang bermakna sama tanpa
keterangan yang lengkap;
menampilkan testimoni terkait klaim gizi, klaim
Kesehatan, atau klaim lain yang belum disetujui pada
saat mendapatkan izin edar;
menampilkan visualisasi atau informasi terkait klaim
gizi, klaim Kesehatan atau Klaim lain yang belum
disetujui pada saat mendapatkan izin edar;
menggunakan dan/atau menampilkan pahlawan dan
monumen secara tidak layak;
memuat —pernyataan = “penemuan _baru",
“ajaib/keajaiban lami’, “keramat’, “keajaiban
dunia”, “agar lebih efektif”, “agar lebih berprestasi
“modern”, atau “canggih”;
menyalahgunakan istilah ilmiah dan statistik untuk
menyesatkan masyarakat;
menggunakan dan mengeksploitasi_ ikon yang
berkesan ilmiah yang sebenarnya tidak memiliki arti
ilmiah;
menyebutkan teknologi pengolahan, kecuali teknologi
tersebut diatur dalam ketentuan _peraturan
perundang-undangan atau dapat dibuktikan dengan
data dukung ilmiah;
mengambil kesempatan dan/atau keuntungan atas
kesalahan orang lain;aa.
bb.
cc,
da,
ce.
ff.
88.
hh.
ai
memuat keterangan atau pernyataan bahwa suatu
Pangan Olahan merupakan sumber energi yang
unggul dan segera memberikan kekuatan;
menampilkan penyia-nyiaan, pemborosan, atau
perlakuan yang tidak pantas lainnya terhadap
Pangan Olahan;
memuat pernyataan Pangan Olahan dapat
menyehatkan, memulihkan kesehatan; atau
memulihkan tenaga;
diperankan oleh tenaga kesehatan, tokoh agama atau
pejabat publik, atau berperan sebagai tenaga
kesehatan, tokoh agama, atau pejabat publik;
memuat pernyataan yang seolah-olah merupakan
pernyataan tenaga kesehatan, tokoh agama, atau
pejabat publik;
menampilkan pemeran semata-mata anak berusia di
bawah 5 (lima) tahun dalam bentuk apapun, kecuali
apabila Pangan Olahan tersebut diperuntukkan bagi
anak yang berusia di bawah 5 (lima) tahun;
menampilkan nama lembaga, logo, atau identitas
lembaga, termasuk lembaga sertifikasi__ yang
melakukan analisis dan/atau —_ mengeluarkan
sertifikat terhadap Pangan Olahan, serta gambar
laboratorium beserta aktivitas pengujian;
menampilkan nama, logo, atau identitas organisasi
profesi;
menampilkan visualisasi yang menampilkan adegan,
gambar, tanda, tulisan, kata, suara, dan lainnya yang
memberi kesan tidak sopan;
mengandung unsur pornografi;
memuat pernyataan/visualisasi yang
menggambarkan bahwa susu kental dan analognya
disajikan sebagai hidangan tunggal berupa minuman
susu dan sebagai satu-satunya sumber gizi;
menggunakan tulisan, kata, gambar seolah-olah
pemanis buatan berasal dari alam;(2)
kk.
u
nn.
Pp.
qa.
rr.
ss.
-12-
menyebutkan kata “higienis”, “sanitasi’, dan hal lain
semakna yang sudah merupakan keharusan dalam
proses produksi Pangan Olahan yang baik;
memuat pernyataan yang mengeksploitasi kata
“halal”;
memuat pernyataan kandungan zat gizi pada Pangan
Olahan apabila kandungan zat gizi tersebut tidak
seluruhnya berasal dari Pangan Olahan tersebut,
tetapi sebagian diberikan oleh Pangan Olahan lain
yang dapat dikonsumsi bersama-sama;
memuat pernyataan yang dikaitkan dengan
kesehatan, kecantikan dan perawatan kulit, kecuali
telah sesuai dengan label Pangan Olahan yang
disetujui;
. menampilkan visualisasi gambar bayi dibawah usia 6
(enam) bulan pada iklan MP-ASI;
memuat pernyataan yang menyinggung suku, agama,
ras, dan antar golongan (SARA);
memuat pernyataan Pangan Olahan seolah-olah
sebagai obat;
mensyaratkan “selama persediaan masih ada” atau
ungkapan lain yang sejenis;
memuat pernyataan yang melecehkan,
mendiskreditkan, atau merendahkan baik secara
langsung maupun tidak langsung pangan lain;
menampilkan Pangan Olahan yang mempunyai nama
dagang dan desain label yang sama, baik sebagian
ataupun seluruhnya, dengan Formula Bayi, Formula
Lanjutan dan PKMK; dan
menggunakan simbol untuk —menyembunyikan,
membingungkan, atau menyesatkan konsumen
tentang informasi Pangan Olahan yang diiklankan.
tiap Orang dilarang mengiklankan Pangan Olahan
dalam iklan layanan masyarakat.-13-
Pasal 15
Iklan minuman beralkohol dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
a
(2)
(3)
()
(2)
(3)
(4)
Pasal 16
Pengawasan Iklan dilakukan oleh Pengawas.
Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan aparatur sipil negara yang melakukan
pengawasan terhadap Iklan berdasarkan surat perintah
tugas dari pejabat yang berwenang.
Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berwenang untuk:
a, memeriksa dan/atau mengambil data, informasi
dan/atau dokumen meliputi gambar, foto, dan/atau
video serta data, informasi dan/atau dokumen lain
yang patut diduga merupakan kegiatan yang
berkaitan dengan Iklan, termasuk menggandakan
atau mengutip keterangan tersebut;
b. melakukan pemeriksaan fasilitas yang berhubungan
dengan Iklan termasuk media periklanan;
c. mengakses data identitas, nama, dan alamat
pemasang Iklan; dan/atau
d. _ melakukan evaluasi Iklan yang beredar.
Pasal 17
Masyarakat dapat berperan serta dalam pengawasan
Iklan
Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat dilaksanakan dengan memberikan informasi
dan/atau laporan atas dugaan pelanggaran Iklan.
Dalam hal pemegang izin edar mengetahui dugaan
pelanggaran Iklan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
pemegang izin edar wajib memberikan informasi dan/atau
laporan atas dugaan pelanggaran Iklan.
Pemberian informasi dan/atau laporan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) disampaikan kepada
Kepala Badan secara elektronik melalui:(5)
(6)
-14-
a. alamat email resmi layanan pengaduan masyarakat
BPOM halobpom@pom.go.id; dan/atau
b. telepon pengaduan masyarakat dengan nomor
1500533.
Selain disampaikan secara_ elektronik, _pemberian
informasi dan/atau laporan sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) juga dapat disampaikan secara tertulis kepada
Kepala Badan melalui direktorat yang mempunyai tugas
dan fungsi melaksanakan pengawasan Iklan dan/atau
unit pelaksana teknis di lingkungan Badan Pengawas Obat
dan Makanan.
Pemberian informasi dan/atau laporan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) harus disertai:
a. data mengenai identitas pelapor, pimpinan organisasi
masyarakat, atau pimpinan lembaga swadaya
masyarakat dengan melampirkan fotokopi kartu
tanda penduduk atau identitas diri lain; dan
b. keterangan mengenai dugaan adanya pelanggaran
Iklan dan dilengkapi dengan bukti-bukti permulaan.
Pasal 18
Iklan yang telah dipublikasikan sebelum berlakunya Peraturan
Badan ini, wajib menyesuaikan dengan ketentuan dalam
Peraturan Badan ini paling lama 6 (enam) bulan sejak
Peraturan Badan ini diundangkan.
Pasal 19
Pada saat Peraturan Badan ini mulai berlaku, Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 2 Tahun 2016
tentang Pedoman Teknis Pengawasan Periklanan Pangan
Olahan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor
738), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 20
Peraturan Badan ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan-15-
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Badan ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 22 Februari 2021
KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN,
ttd
PENNY K. LUKITO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 23 Februari 2021
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA.
REPUBLIK INDONESIA,
WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2021 NOMOR 165
Salinan Sesuai Dengan Aslinya
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN,
Kepala Biro Hukum dan Organisasi,
a
Reghi Perdana2162
LAMPIRAN 1
PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
NOMOR 6 TAHUN 2021
TENTANG
PENGAWASAN PERIKLANAN PANGAN OLAHAN
MEDIA PERIKLANAN
Media periklanan meliputi:
a.
media cetak antara lain surat kabar, majalah, tabloid, buletin, kalender,
poster atau selebaran, leaflet, brosur, stiker, buklet, pamflet, halaman
kuning (Yellow Pages);
media penyiaran antara lain televisi, radio, layar lebar termasuk di
dalamnya penempatan atau penyisipan iklan dalam alur cerita suatu film,
sandiwara, acara;
media daring dapat berupa aktivitas (seperti pencarian (situs dan laman)),
e-commerce, game, media sosial, aplikasi, publisher, transportation on
demand, hiburan) dan berupa format (seperti video, audio, teks, dan
banner);
media sosial antara lain instagram, facebook, twitter;
media luar griya/out-ofhome media antara lain papan reklame, papan
nama, iklan cetak yang ditempel/digantung di luar ruang, spanduk, transit
ad (iklan yang diletakkan pada obyek bergerak), videotron, sarung ban
mobil, backdrop;
komunikasi tatap muka antara lain Sales Promotion Person.
KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN,
ttd.
PENNY K. LUKITO17+
LAMPIRAN IL
PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
NOMOR 6 TAHUN 2021
TENTANG
PENGAWASAN PERIKLANAN PANGAN OLAHAN
PESAN BAGI MASYARAKAT
Penyampaian pesan bagi masyarakat pada spot Iklan dapat dilakukan
sebagai berikut:
a
b,
Baca Label Sebelum Membeli
Baca Label Sebelum Membeli F enon
Teliti Sebelum Membeli
Pencantuman pesan bagi masyarakat harus memenuhi ketentuan minimal
sebagai berikut:
a.
media cetak
Pesan bagi masyarakat harus dibuat proporsional dengan halaman
Tklan sehingga terlihat dan terbaca dengan jelas.
media penyiaran
1. pesan bagi masyarakat pada media penyiaran audio visual harus
dicantumkan dengan tulisan yang jelas terbaca.
pesan bagi masyarakat untuk media penyiaran audio harus
dibacakan dengan nada suara jelas dan tegas.
media daring
1. pesan bagi masyarakat pada media daring audio visual harus
dicantumkan dengan tulisan yang jelas terbaca.
2. pesan bagi masyarakat untuk media daring audio harus
dibacakan dengan nada suara jelas dan tegas.
media sosial
1. _ pesan bagi masyarakat pada media sosial visual atau audio visual
harus dicantumkan dengan tulisan yang jelas terbaca.
2. pesan bagi masyarakat untuk media sosial audio harus dibacakan
dengan nada suara jelas dan tegas.-18-
media luar griya/out-ofshome media
Pesan bagi masyarakat pada media luar griya harus proporsional dan
jelas terbaca.
komunikasi tatap muka
Pesan bagi masyarakat dengan komunikasi tatap muka harus
disampaikan dengan jelas.
KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN,
ttd.
PENNY K. LUKITObd
[BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
NOMOR 5 TAHUN 2021
TENTANG
STANDAR KEAMANAN DAN MUTU MINUMAN BERALKOHOL,
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN,
Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai standar keamanan dan mutu
minuman beralkohol sebagaimana telah diatur dalam
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 14 Tahun 2016 tentang Standar Keamanan dan
Mutu Minuman Beralkohol sudah tidak sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga
perlu diganti;
b. _ bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, serta untuk melaksanakan ketentuan
Pasal 5 ayat (3) Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2013
tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman
Beralkohol, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas
Obat dan Makanan tentang Standar Keamanan dan Mutu
Minuman Beralkohol;Mengingat
Menetapkan
20's
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor
227, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5360);
Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2019 tentang
Keamanan Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2019 Nomor 249, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6442);
Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2013 tentang
Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor
190);
Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan
Pengawas Obat dan Makanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 180);
Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 21
Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Pengawas Obat dan Makanan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 1002);
Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 22
Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat
dan Makanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2020 Nomor 1003);
Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 23
Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis di Lingkungan Pusat Pengembangan
Pengujian Obat dan Makanan Nasional Badan Pengawas
Obat dan Makanan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 1004);
MEMUTUSKAN:
PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
TENTANG STANDAR KEAMANAN DAN MUTU MINUMAN
BERALKOHOL.Pasal 1
Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan:
1
Minuman Beralkohol adalah minuman yang mengandung
etil alkohol atau etanol (C2HsOH) yang diproses dari bahan
hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan
cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa
destilasi.
Minuman Beralkohol ‘Tradisional adalah Minuman
Beralkohol yang dibuat secara tradisional dan turun
temurun yang dikemas secara sederhana dan
pembuatannya dilakukan — sewaktu-waktu, —_serta
dipergunakan untuk kebutuhan adat istiadat atau
upacara keagamaan.
Etil alkohol atau Etanol yang selanjutnya disebut Etanol
adalah senyawa kimia dengan rumus C:HsOH yang
umumnya digunakan sebagai pelarut pengekstraksi.
Alkohol Tara Pangan atau Etanol Tara Pangan yang
selanjutnya disebut Etanol Tara Pangan adalah produk
hasil fermentasi dan destilasi yang diperuntukkan untuk
produksi pangan.
Metil alkohol atau Metanol yang selanjutnya disebut
Metanol adalah senyawa kimia dengan rumus CH3OH yang
umumnya digunakan sebagai pelarut pengekstraksi dan
bersifat toksik bagi manusia.
Kepala Badan adalah Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan.
Pasal 2
Minuman Beralkohol yang diproduksi di dalam negeri atau
diimpor untuk diedarkan di wilayah Indonesia wajib memenuhi
standar keamanan dan mutu.
Pasal 3
Minuman beralkohol harus diproduksi dengan menggunakan
bahan baku dan proses produksi sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan@
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
Pasal 4
Standar keamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
meliputi pemenuhan terhadap:
a. batas maksimal kandungan Metanol;
b. batas maksimal bahan tambahan pangan;
c. batas maksimal cemaran logam; dan
d. batas maksimal cemaran kimia
Batas maksimal kandungan Metanol sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dalam Minuman Beralkohol yaitu
tidak lebih dari 0,01 % b/v yang dihitung dari persentase
berat Metanol terhadap volume total Minuman Beralkohol.
Batas maksimal bahan tambahan pangan, cemaran
logam, dan cemaran kimia sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 5
Standar mutu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
meliputi pemenuhan terhadap:
a. persyaratan kandungan Etanol dan_persyaratan
kandungan lainnya sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Badan ini; dan
b. persyaratan mutu yang ditetapkan dalam kategori
pangan sesuai dengan ketentuan _ peraturan
perundang-undangan.
Minuman Beralkohol sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat ditambahkan Etanol Tara Pangan untuk mencapai
kadar Etanol yang diharapkan sesuai dengan ketentuan
dalam Peraturan Badan ini.
Etanol Tara Pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
harus memenuhi spesifikasi sebagaimana tercantum
dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini.Pasal 6
Minuman beralkohol yang telah beredar sebelum berlakunya
Peraturan Badan ini wajib menyesuaikan dengan ketentuan
dalam Peraturan Badan ini paling lama 12 (dua belas) bulan
sejak Peraturan Badan ini diundangkan.
Pasal 7
Pada saat Peraturan Badan ini mulai berlaku, Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 14 Tahun 2016
tentang Standar Keamanan dan Mutu Minuman Beralkohol
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1027),
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 8
Peraturan Badan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.#6
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Badan ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 22 Februari 2021
KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN,
ttd
PENNY K. LUKITO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 23 Februari 2021
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2021 NOMOR 164
Salinan Sesuai Dengan Aslinya
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
Kepala Biro Hukum dan Organisasi,
Be
Reghi PerdanaLAMPIRAN 1
PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
NOMOR 5 TAHUN 2021
TENTANG
STANDAR KEAMANAN DAN MUTU MINUMAN BERALKOHOL,
STANDAR MUTU MINUMAN BERALKOHOL
Kategori Pangan Definisi Standar Mutu
14.2.1 Bir
Bir Minuman mengandung Etanol sebagai hasil|Kadar _ Etanol tidak
proses fermentasi khamir (yeast) terhadap | kurang dari 0,5% v/v dan
bahan baku utama malt, hops (Humulus| tidak lebih dari 8% v/v
luputus) dan air yang memberikan aroma,
rasa, dan sifat khas bir dapat ditambahkan
bahan pangan lain seperti: beras, jagung,
gula, tapioka, barley, barley yang disangrai.
Malt. merupakan —ihasil__—_proses
pengecambahan/germinasi barley
(Hordeum vulgare], gandum (Triticum sp.),
atau rye (Secale cereale)
Bir hitam|Minuman hasil fermentasi kamir yang|Kadar Etanol tidak
(stout) mengapung dari malt dan biji barley| kurang dari 2% v/v dan
(Hordeum vulgare) yang disangrai dan| tidak lebih dari 8% v/v
ditambahkan hops (Humulus — lupulus)
dengan aroma hops yang kuat, berwarna
hitam kecoklatan, dengan atau tanpa bahan
pangan lain
14.2.2 Cider dan Perry
Cider Minuman hasil fermentasi lumatan buah | Kadar Etanol tidak lebih
atau apel dan atau produk yang berasal dari | dari 8,5% v/v
anggur _| buah apel (sari buah apel, konsentrat apel)Kategori Pangan Definisi Standar Mutu
«Perry Minuman yang dibuat melalui fermentasi | Kadar Btanol tidak lebih
sari buah pir/pear atau campuran sari | dari 8,5% v/v
|
buah pir/pear dan apel dimana jumlah sari
buah apel tidak lebih dari 25% v/v dari total
jumlah sari buah
14.2.3 Anggur (Grape wine)
Anggur
(Grape
wine)
Minuman beralkohol hasil peragian sari
buah anggur Vitis sp
Kadar Etanol tidak
kurang dari 7% v/v dan
tidak lebih dari 24% v/v
14.2.3.1 Still grape wine
‘Still
Grape
Wine
(putih/
white,
merah/re
d, merah
jambu/ro
séatau
blush, dry
atau
sweet)
Anggur dengan kandungan karbondioksida
tidak lebih dari 0,4 g/100 ml pada suhu
20°C
*Kadar Btanol tidak
kurang dari 7% v/v dan
tidak lebih dari 24% v/v
* Kadar karbondioksida
tidak lebih dari
0,4g/100 ml pada suhu
20°C
14.2.3.2 Anggur Sparkling dan Semi Sparkling
Anggur
sparkling
dan semi
sparkling
‘Anggur yang menghasilkan karbondioksida
selama fermentasinya, baik fermentasi
dalam botol atau tangki tertutup. Termasuk
di dalamnya anggur berkarbonasi dimana
karbondioksidanya — sebagian atau
seluruhnya ditambahkan dari_luar.
Contohnya termasuk spumante dan anggur
“cold duck"
*Kadar Etanol tidak
kurang dari 7% v/v dan
tidak lebih dari 24% v/v
eKadar karbondioksida
tidak kurang dari 0,3
g/100 ml pada suhu
20°CKategori Pangan
Definisi
‘Standar Mutu
14.2.3.3 Anggur Fortifikasi, Anggur Liqueur dan Anggur Manis
Anggur
fortifikasi,
anggur
liqueur
dan
anggur
manis
Anggur buah yang dihasilkan dari
fermentasi sari buah anggur yang tinggi
kandungan _gulanya, atau dengan
mencampurkan konsentrat sari buah
anggur dengan anggur buah atau campuran
dari sari buah anggur yang difermentasi dan
alkohol. Contohnya termasuk grape dessert
wine
Kadar Btanol tidak
kurang dari 7% v/v dan
tidak lebih dari 24% v/v
14.2.4 Anggur dari Selain Buah Anggur
Anggur
buah
Minuman hasil fermentasi buah-buahan
(selain buah anggur, apel, pir) dan hasil
pertanian lainnya dengan atau tanpa bahan
pangan lain, Buah-buahan dan hasil
pertanian lainnya dapat dicampur dengan
anggur dan atau apel dan atau pir
Kadar Etanol tidak
kurang dari 7% v/v dan
tidak lebih dari 24% v/v
Anggur
beras
Minuman beralkohol hasil fermentasi beras
yang telah dimasak, dengan atau tanpa
penambahan bahan pangan lain
Kadar Etanol tidak
kurang dari 7% v/v dan
tidak lebih dari 24% v/v
‘Anggur
beras
ketan
Minuman beralkohol hasil fermentasi beras
ketan yang telah dimasak, dengan atau
tanpa penambahan bahan pangan lain
Kadar Etanol tidak
kurang dari 7% v/v dan
tidak lebih dari 24% v/v
‘Anggur
brem Bali
Minuman hasil fermentasi beras ketan.
Merupakan produk khas daerah Bali
Kadar Btanol tidak
kurang dari 7% v/v dan
tidak lebih dari 24% v/v
‘Anggur
sayur
(vegetable
wine)
Minuman beralkohol yang diperoleh dari
fermentasi sari sayur dan bagian lain dari
sayur
Kadar Btanol tidal
kurang dari 7% v/v dan
tidak lebih dari 24% v/v
Tuak
Minuman beralkohol yang diperoleh dari
hasil fermentasi nira kelapa atau aren
Kadar Etanol _ tidak |
kurang dari 7% v/v dan
tidak lebih dari 24% v/v-10-
Kategori Pangan
Definisi
Standar Mutu
Minuman beralkohol yang terbuat dari
anggur yang ditambah dengan kinina atau
senyawa dari kinina
*Kadar Btanol _ tidak
kurang dari 7% v/v dan
tidak lebih dari 24% v/v
eKadar kinina (sebagai
kinina hidroklorida) 0,6
g/l hingga 2,5 g/1
Sake
Minuman beralkohol Khas Jepang yang
terbuat dari hasil fermentasi beras, dengan
atau tanpa penambahan bahan pangan lain
Kadar Btanol tidak
kurang dari 7% v/v dan
tidak lebih dari 24% v/v
14.2.5 Mead, Anggur Madu
Mead,
anggur
madu
Minuman beralkohol yang diperoleh dari
fermentasi campuran madu dengan air,
atau dengan sari buah atau campuran
madu, air dan sari buah dengan atau tanpa
penambahan herbal atau rempah
Kadar Btanol tidak
kurang dari 7% v/v dan
tidak lebih dari 24% v/v
|
14.2.6 Minuman
‘Spirit yang Mengandung Etanol Lebih Dari
15%
Minuman
spirit
Minuman beralkohol dari penyulingan
cairan beralkohol hasil fermentasi_ biji-
bijian, buah atau gula tebu
Kadar Btanol lebih dari
15% v/v
‘Brandy
| Hasil penyulingan dari fermentasi buah
anggur yang dimatangkan dalam tong kayu
selama tidak kurang dari 1 tahun dengan
ukuran tong kayu tidak lebih dari 1000 L
*Kadar Btanol tidak
kurang dari 36% v/v
*Dapat — mengandung
gula, glukosa, fruktosa,
jus anggur maupun
anggur.
Brandy
buah
Spirit yang diperoleh dari penyulingan
cairan beralkohol (liqueur) hasil fermentasi
| buah selain buah anggur
Kadar Etanol tidak
kurang dari 36% v/v
Cognac
Brandy yang dibuat dari penyulingan hasil
fermentasi buah anggur yang tumbuh di
daerah tertentu di Perancis
Kandungan Etanol tidak
kurang dari 40% v/v
‘Rum
Minuman beralkohol hasil destilasi dari
fermentasi sari tebu, sirup tebu, molase
tebu atau produk tebu lainnya
Kadar Btanol tidak
kurang dari 37,5% v/vee
Kategori Pangan
Definisi
‘Standar Mutu
Whisky
Minuman beralkohol dari spirit hasil
peragian lumatan serealia atau biji-bijian
atau hasil olahannya, dan dimatangkan
dalam tong kayu selama tidak kurang dari 2
tahun
Kadar Btanol tidak
kurang dari 40% v/v
Gin
Hasil penyulingan fermentasi dari _ bij
bijian, kentang, molases, atau bahan
pertanian lainnya, penyulingan ulang dari
spirit hasil penyulingan atau pencampuran
beberapa spirit asli dan penambahan aroma
Juniper berries (Juniperus communis L. dan
atau Juniperus oxicedrus L.) dengan atau
tanpa penambahan gula, Umumnya gin
tidak berwarna meskipun kadang-kadang
berwarna emas atau coklat muda
Kadar Btanol tidak
kurang dari 37,5% v/v
Vodka
Hasil penyulingan produk fermentasi biji-
bijian, kentang, molases, atau bahan
pertanian lainnya dan setelah penyulingan
ditambahkan arang atau karbon aktif atau
absorben lainnya
Kadar Etanol tidak
kurang dari 37,5% v/v
Tequila
Minuman beralkohol yang berasal dari
Meksiko, yang dihasilkan dari varietas
tanaman Agave tequilana Weber blue, yang
hanya ditanam di wilayah yang telah
ditentukan dalam the Declaration for the
Protection of the Appellation of Origin of
Tequila dan memenuhi spesifikasi_ bahan
baku, proses produksi, sifat fisiko kimia
serta telah memenuhi persyaratan Regulasi
Teknis Meksiko
(Mexican Technical Regulation).
Jenis Tequila :
1. “100%” agave; spesifikasi : tidak boleh
ditambahkan gula dari sumber lain
Kadar Etanol tidak
kurang dari 35% v/v dan
tidak lebih dari 55% v/v-12-
Kategori Pangan Definisi Standar Mutu
2. “Tequila®, spesifikasi__: dapat
ditambahkan gula dari sumber lain,
sebelum fermentasi hingga kadar gula
pereduksi tidak lebih dari 49%
‘Arak Minuman beralkohol yang diperoleh dari | Bau dan rasa khas
penyulingan cairan beralkohol _hasil
fermentasi bahan pangan misalnya beras,|Kadar Etanol _ tidak
shorgum, molases, nira, dan atau buah-| kurang dari 30% v/v
buahan
Genever |Hasil penyulingan fermentasi dari biji-|Kadar Btanol tidak
bijian, kentang, molases, atau bahan | kurang dari 30% v/v
pertanian lainnya, penyulingan ulang dari
spirit hasil penyulingan atau pencampuran
beberapa spirit asli dan penambahan aroma
Juniper berries (Juniperus communis L. dan
atau Juniperus oxicedrus L.) dengan atau
tanpa penambahan gula
Liqueur | Minuman beralkohol yang diperoleh dengan |Kadar Etanol tidak
mencampur atau menyuling spirit dengan | kurang dari 15% v/v
atau bersama buah, bunga, daun atau|Kadar gula tidak kurang
sayur lain atau sarinya, tunggal atau| dari 2,5% b/b dihitung
campuran atau dengan ekstrak yang|terhadap berat produk
berasal dari penyulingan, — seduhan, | alchir
perkolasi atau maserasi bahan tersebut di
atas dengan atau tanpa penambahan gula
Soju Minuman beralkohol hasil destilasi dari | Kadar Etanol tidak
fermentasi beras, gandum, barley, kentang, | kurang dari 20% v/v dan
ubi, tapioka, atau pati lainnya tidak lebih dari 35% v/v-13-
Kategori Pangan
Definisi
Standar Mutu
14.2.7 Minuman
Minuman Cooler-:
‘Spirit, Penyegar Rendah Alkohol)
Beralkohol yang Diberi Aroma (Misalnya Minuman Bir, Anggur Buah,
Minuman
ringan
beralkoho
1
Minuman ringan berkarbonasi
yang diberi aroma
Kadar Etanol tidak lebih
dari 1% v/v
Shandy
Produk minuman yang mengandung Etanol
tidak lebih dari 1% dibuat dari konsentrat
shandy, dengan atau tanpa dicampur bir,
ditambah gula, air berkarbondioksida.
Umumnya shandy diperoleh dari campuran
bir dan minuman tidak beralkohol
Kadar Btanol tidak lebih
dari 1% v/v
‘Anggur
rendah
alkohol
‘Anggur yang dikurangi kadar
Etanolnya dengan cara selain pengenceran
dengan air
Kadar Etanol : reduced
alcohol wine tidak kurang
dari 1,2% v/v dan tidak
lebih dari 6,5% v/v dan
low alcohol wine tidak
lebih dari 1,2% v/v.
cocktail)
Anggur atau anggur fortifikasi yang
ditambah dengan salah satu atau campuran
dari"
sari buah atau bahan aroma buah, herbal
egetable bitters’, bahan aroma, buah,
kering dan atau aromanya
Kadar Etanol tidak
kurang dari 7% v/v dan
tidak lebih dari 24% v/v
Meat wine
Anggur yang ditambah dengan sari daging
atau sari daging sapi
eKadar protein tidak |
kurang dari 20 g/1
*Kadar Etanol tidak
kurang dari 7% v/v dan
tidak lebih dari 24%
viv.-14-
Kategori Pangan Definisi
‘Standar Mutu
Anggur | Anggur ditambah dengan sari atau bahan
mengand_| pangan lain
ung
bahan
pangan
lain
{antara
lain:
Ginseng/
kolesom/
Temulawa
k
Kadar Btanol tidak
kurang dari 7% v/v dan
tidak lebih dari 24% v/v
KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN,
ttd.
PENNY K. LUKITO-15-
LAMPIRAN IL
PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
NOMOR 5 TAHUN 2021
TENTANG
STANDAR KEAMANAN DAN MUTU MINUMAN BERALKOHOL,
SPESIFIKASI ETANOL TARA PANGAN
No Parameter Uji Satuan Persyaratan
1. | Kadar Etanol | %v/v Tidak Kurang dari 94,9
2. | Asam asetat %b/v Tidak lebih dari 0,005
3. | Amonia %b/b Tidak lebih dari 0,003
4. | Non - volatile residue mg/100 ml Tidak lebih dari 2
5. | Timbal (Pb) mg/kg Tidak lebih dari 0,5
6. | Keton dan alkohol lain
- Total % Tidak lebih dari 0,5
- Metanol %b/v Tidak lebih dari 0,01
- Lainnya % Tidak lebih dari 0,1
7. | Minyak Fusal (Fusel off) > Negatif
8. | Readily carbonizable - Negatif
substances
9. | Readily oxidizable - Negatif
substances
KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN,
ttd,
PENNY K. LUKITO