Anda di halaman 1dari 33
Menimbang Ww BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN ‘REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 6 TAHUN 2021 TENTANG PENGAWASAN PERIKLANAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, fi bahwa masyarakat perlu dilindungi dari informasi yang tidak benar dan menyesatkan dalam iklan pangan olahan; bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 3 ayat (1) huruf d Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan, Badan Pengawas Obat dan Makanan memiliki fungsi pelaksanaan tugas pengawasan sebelum beredar dan pengawasan selama beredar; bahwa pengaturan mengenai pengawasan_periklanan pangan olahan sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 2 Tahun 2016 tentang Pedoman Teknis Pengawasan Periklanan Pangan Olahan sudah tidak sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang periklanan pangan olahan sehingga perlu diganti; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan tentang Pengawasan Periklanan Pangan Olahan; Mengingat Menetapkan -2- Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5360); Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3867}; Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2019 tentang Keamanan Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 249, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6442); Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 180); Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 11 Tahun 2019 tentang Bahan Tambahan Pangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 723); Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 21 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 1002); Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 22 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 1003); MEMUTUSKAN: PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN TENTANG PENGAWASAN PERIKLANAN PANGAN OLAHAN, Pasal 1 Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan: Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. Pangan Olahan adalah makanan atau minuman hasil proses dengan cara atau metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan. Pangan Olahan untuk Keperluan Gizi Khusus yang selanjutnya disingkat PKGK adalah Pangan Olahan yang diproses atau diformulasi secara khusus untuk memenuhi kebutuhan gizi tertentu karena kondisi fisik/fisiologis dan penyakit/gangguan tertentu. Pangan Olahan untuk Diet Khusus yang selanjutnya disingkat PDK adalah Pangan Olahan yang diproses atau diformulasi secara khusus untuk memenuhi kebutuhan gizi tertentu karena kondisi fisik atau fisiologis tertentu. Pangan Olahan untuk Keperluan Medis Khusus yang selanjutnya disingkat PKMK adalah Pangan Olahan yang diproses atau diformulasi secara_ khusus untuk manajemen diet bagi orang dengan penyakit/ gangguan tertentu. Formula Bayi adalah formula sebagai pengganti Air Susu Ibu (ASI) untuk bayi sampai umur 6 (enam) bulan yang secara khusus diformulasikan untuk menjadi satu- satunya sumber gizi dalam bulan-bulan _pertama kehidupannya sampai bayi diperkenalkan dengan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). Formula Lanjutan adalah formula yang diperoleh dari susu sapi atau susu hewan lain dan/atau bahan yang berasal dari hewan dan/atau yang berasal dari tumbuh- tumbuhan yang semuanya telah dibuktikan sesuai untuk bayi usia 6 (enam) sampai 12 (dua belas) bulan. Bahan Baku Pangan yang selanjutnya disebut Bahan Baku adalah bahan dasar yang dapat berupa pangan segar 10, qd. 12. 13. () (2) (3) q) (2) (3) (4) dan Pangan Olahan yang dapat digunakan untuk memproduksi Pangan. Iklan Pangan Olahan yang selanjutnya disebut Iklan adalah setiap keterangan atau pernyataan mengenai Pangan Olahan dalam bentuk gambar, tulisan, suara, audio visual, atau bentuk lain yang disampaikan melalui berbagai cara untuk pemasaran dan/atau perdagangan Pangan Olahan. Media Massa adalah media periklanan yang menyasar khalayak umum dan luas. Bahasa Asing adalah bahasa selain bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Setiap Orang adalah orang perseorangan dan badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun tidak. Kepala Badan adalah Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan. Pasal 2 Setiap Orang dapat mengiklankan Pangan Olahan. Pangan Olahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk bahan tambahan pangan. Bahan tambahan pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam Pangan untuk memengaruhi sifat atau bentuk Pangan. Pasal 3 Setiap Orang yang mengiklankan Pangan Olahan wajib bertanggung jawab terhadap informasi yang disampaikan dalam Iklan. Iklan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memuat informasi yang benar, jujur, dan tidak menyesatkan. Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebelum dipublikasikan dalam bentuk Iklan wajib disampaikan kepada pemegang izin edar. Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) harus sesuai dengan informasi label Pangan Olahan yang disetujui pada saat mendapatkan izin edar atau QQ) (2) @) (2) (3) (4) (1) sertifikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Pasal 4 Iklan wajib menggunakan bahasa Indonesia. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk Bahasa Asing, bahasa dacrah, dan/atau istilah asing yang sudah dipahami secara umum, baik yang ada atau tidak ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Dalam hal Iklan secara khusus disampaikan di suatu daerah atau ditujukan untuk konsumen dari daerah tertentu, Iislan dapat menggunaken bahasa daerah. Pasal 5 Simbol dapat digunakan dalam Iklan untuk memberikan tambahan penjelasan atau keterangan. Simbol sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa tanda bintang (*) atau tanda pagar (#). Penjelasan atau keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mudah dibaca. Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), penggunaan simbol dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan __ perundang- undangan. Pasal 6 Iklan dapat dipublikasikan pada media _periklanan meliputi a, media cetak; b. media penyiaran; c. media daring; d. media sosial; media luar-griya/ out-of home media; dan ° komunikasi tatap muka. (2) q) (2) (3) (4) (1) (2) (3) 26: Media periklanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini. Pasal 7 Iklan dapat menyertakan undian, sayembara, dan/atau hadiah. Iklan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mencantumkan tanggal penarikan undian dan cara pengumuman pemenang. Dalam hal Iklan yang menyertakan undian, sayembara, dan/atau hadiah mencantumkan pernyataan “syarat dan ketentuan berlaku” maka: a. pernyataan “syarat dan ketentuan berlaku” harus mudah dibaca; dan b. harus menjelaskan persyaratan dan ketentuan tersebut. Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), Iklan yang menyertakan undian, sayembara, dan/atau hadiah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 8 Iklan wajib memuat pesan bagi masyarakat untuk berhati- hati dalam membeli dan mengonsumsi Pangan Olahan. Pesan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa: a. “teliti sebelum membeli”; b. “baca label sebelum membeli’; atau c. _ pernyataan lain yang bermakna sama. Pesan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini. Pasal 9 Dalam hal Pangan Olahan wajib mencantumkan keterangan berupa peringatan pada label* maka Iklan wajib memuat pernyataan “baca peringatan pada label’. Pasal 10 Label atau informasi halal dapat disampaikan dalam Iklan setelah Pangan Olahan memperoleh sertifikat halal dari lembaga yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. q@) 2) (3) () (2) (3) a) (2) Pasal 11 PKGK dapat diiklankan. PKGK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. PDK; dan b. PKMK. Iklan PDK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a wajib memuat keterangan mengenai nama jenis dan peruntukan. Pasal 12 PDK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf a berupa Formula Bayi dan Formula Lanjutan dilarang diiklankan pada media massa apapun kecuali dalam media cetak khusus tentang kesehatan. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan _peraturan perundang-undangan. PKMK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf b dilarang diiklankan pada media massa apapun kecuali dalam media khusus tentang kesehatan. Pasal 13 Iklan dapat memuat informasi mengenai proses, asal, dan/atau sifat Bahan Baku. Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dicantumkan sepanjang memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. pernyataan ‘alami” hanya dapat digunakan untuk Pangan Olahan yang tidak dicampur atau Pangan Olahan yang diproses secara fisika dan tidak mengubah sifat serta kandungan Pangan Olahan; -8- pernyataan “murni” atau “100%” hanya dapat digunakan untuk Pangan Olahan yang tidak ditambah/dicampur dengan bahan lain; pernyataan “dari (diikuti nama bahan)” dapat digunakan jika bahan tersebut digunakan dalam Pangan Olahan yang bersangkutan dengan kandungan bahan tersebut minimal 50%; pernyataan “dengan (diikuti nama bahan)” dapat digunakan jika bahan tersebut merupakan salah satu Bahan Baku yang digunakan dalam Pangan Olahan yang bersangkutan; pernyataan “segar” tidak boleh digunakan pada Iklan untuk Pangan Olahan yang terbuat dari Pangan Olahan antara (intermediate product) yang memerlukan pengolahan lebih lanjut dengan atau tanpa penambahan Bahan Baku lainnya kecuali pernyataan tersebut digunakan dalam bentuk ckspresi atau sensasi; dan/atau pernyataan “asli” atau kata lain yang memiliki makna yang sama, tidak dapat digunakan pada tklan untuk Pangan Olahan yang dicampur dengan bahan yang dapat mengaburkan keasliannya, seperti penggunaan perisa. Pasal 14 (1) Setiap Orang dilarang mengiklankan Pangan Olahan dengan: a menggunakan pernyataan dan visualisasi yang bermakna hiperbola dan berpeluang untuk ditiru dan membahayakan; menampilkan visualisasi dalam bentuk apa pun yang dianggap dapat mengganggu atau merusak jasmani dan rohani anak; memuat pernyataan pendekatan fantasi atau imajinasi yang dapat merugikan keselamatan atau kesehatan sehingga mendorong anak untuk mempercayainya sebagai suatu kebenaran; memuat pernyataan yang memanfaatkan kemudah percayaan, kekurang pengalaman atau kepolosan anak sehingga mempercayai informasi yang tidak benar dan menyesatkan; memuat pernyataan yang menganjurkan atau membenarkan, atau mendorong timbulnya perilaku yang tidak benar pada anak, seperti: 1. menentang atau mengabaikan nasihat dan anjuran orang tua atau orang yang dituakan; 2. menampilkan adegan berbahaya_— atau kekerasan, sekalipun dikemas dalam bentuk permainan anak; 3. menggunakan bahasa atau percakapan yang tidak pantas diucapkan oleh anak; dan/atau 4. menampilkan adegan yang mengeksploitasi daya rengek (pester power) anak dengan tujuan memaksa para orang tua untuk mengabulkan permintaan anak mereka akan produk terkait; menganjurkan pola makan atau diet yang tidak sehat; menggunakan kata superlatif, kecuali jika disertai dengan bukti berupa sertifikat atau bentuk lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku; memuat pernyataan “satu-satunya”, “hanya”, “cuma”, atau yang bemakna sama, kecuali jika memiliki data jawabkan; mengeksploitasi kata yang sudah terdaftar sebagai yang dapat dipertanggu merek yang dapat menimbulkan makna yang menyesatkan; memuat pernyataan perbandingan produk, kecuali apabila perbandingan dilakukan dengan Pangan Olahan sejenis yang diproduksi oleh perusahaan yang sama dan telah beredar; memuat pernyataan Pangan Olahan dapat menyehatkan dan dapat meningkatkan kecerdasan dengan hanya mengonsumsi Pangan Olahan yang diiklankan tersebut; -10- memuat pernyataan yang mengesankan bahwa manfaat dari satu produk dapat memengaruhi perubahan status, popularitas, _kepandaian, keberhasilan dalam kegiatan olah-raga, perubahan fisik, dan hal sejenis lainnya; menghubungkan dengan suatu acara/peristiwa/kegiatan, dimana_—ikarena mengonsumsi Pangan Olahan tersebut seseorang meraih prestasi, atau berhasil keluar sebagai pemenang dalam kegiatan tersebut; memuat pernyataan “aman”, “tidak berbahaya”, “tidak mengandung risiko” atau ‘tidak ada efek samping” atau yang bermakna sama tanpa keterangan yang lengkap; menampilkan testimoni terkait klaim gizi, klaim Kesehatan, atau klaim lain yang belum disetujui pada saat mendapatkan izin edar; menampilkan visualisasi atau informasi terkait klaim gizi, klaim Kesehatan atau Klaim lain yang belum disetujui pada saat mendapatkan izin edar; menggunakan dan/atau menampilkan pahlawan dan monumen secara tidak layak; memuat —pernyataan = “penemuan _baru", “ajaib/keajaiban lami’, “keramat’, “keajaiban dunia”, “agar lebih efektif”, “agar lebih berprestasi “modern”, atau “canggih”; menyalahgunakan istilah ilmiah dan statistik untuk menyesatkan masyarakat; menggunakan dan mengeksploitasi_ ikon yang berkesan ilmiah yang sebenarnya tidak memiliki arti ilmiah; menyebutkan teknologi pengolahan, kecuali teknologi tersebut diatur dalam ketentuan _peraturan perundang-undangan atau dapat dibuktikan dengan data dukung ilmiah; mengambil kesempatan dan/atau keuntungan atas kesalahan orang lain; aa. bb. cc, da, ce. ff. 88. hh. ai memuat keterangan atau pernyataan bahwa suatu Pangan Olahan merupakan sumber energi yang unggul dan segera memberikan kekuatan; menampilkan penyia-nyiaan, pemborosan, atau perlakuan yang tidak pantas lainnya terhadap Pangan Olahan; memuat pernyataan Pangan Olahan dapat menyehatkan, memulihkan kesehatan; atau memulihkan tenaga; diperankan oleh tenaga kesehatan, tokoh agama atau pejabat publik, atau berperan sebagai tenaga kesehatan, tokoh agama, atau pejabat publik; memuat pernyataan yang seolah-olah merupakan pernyataan tenaga kesehatan, tokoh agama, atau pejabat publik; menampilkan pemeran semata-mata anak berusia di bawah 5 (lima) tahun dalam bentuk apapun, kecuali apabila Pangan Olahan tersebut diperuntukkan bagi anak yang berusia di bawah 5 (lima) tahun; menampilkan nama lembaga, logo, atau identitas lembaga, termasuk lembaga sertifikasi__ yang melakukan analisis dan/atau —_ mengeluarkan sertifikat terhadap Pangan Olahan, serta gambar laboratorium beserta aktivitas pengujian; menampilkan nama, logo, atau identitas organisasi profesi; menampilkan visualisasi yang menampilkan adegan, gambar, tanda, tulisan, kata, suara, dan lainnya yang memberi kesan tidak sopan; mengandung unsur pornografi; memuat pernyataan/visualisasi yang menggambarkan bahwa susu kental dan analognya disajikan sebagai hidangan tunggal berupa minuman susu dan sebagai satu-satunya sumber gizi; menggunakan tulisan, kata, gambar seolah-olah pemanis buatan berasal dari alam; (2) kk. u nn. Pp. qa. rr. ss. -12- menyebutkan kata “higienis”, “sanitasi’, dan hal lain semakna yang sudah merupakan keharusan dalam proses produksi Pangan Olahan yang baik; memuat pernyataan yang mengeksploitasi kata “halal”; memuat pernyataan kandungan zat gizi pada Pangan Olahan apabila kandungan zat gizi tersebut tidak seluruhnya berasal dari Pangan Olahan tersebut, tetapi sebagian diberikan oleh Pangan Olahan lain yang dapat dikonsumsi bersama-sama; memuat pernyataan yang dikaitkan dengan kesehatan, kecantikan dan perawatan kulit, kecuali telah sesuai dengan label Pangan Olahan yang disetujui; . menampilkan visualisasi gambar bayi dibawah usia 6 (enam) bulan pada iklan MP-ASI; memuat pernyataan yang menyinggung suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA); memuat pernyataan Pangan Olahan seolah-olah sebagai obat; mensyaratkan “selama persediaan masih ada” atau ungkapan lain yang sejenis; memuat pernyataan yang melecehkan, mendiskreditkan, atau merendahkan baik secara langsung maupun tidak langsung pangan lain; menampilkan Pangan Olahan yang mempunyai nama dagang dan desain label yang sama, baik sebagian ataupun seluruhnya, dengan Formula Bayi, Formula Lanjutan dan PKMK; dan menggunakan simbol untuk —menyembunyikan, membingungkan, atau menyesatkan konsumen tentang informasi Pangan Olahan yang diiklankan. tiap Orang dilarang mengiklankan Pangan Olahan dalam iklan layanan masyarakat. -13- Pasal 15 Iklan minuman beralkohol dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. a (2) (3) () (2) (3) (4) Pasal 16 Pengawasan Iklan dilakukan oleh Pengawas. Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan aparatur sipil negara yang melakukan pengawasan terhadap Iklan berdasarkan surat perintah tugas dari pejabat yang berwenang. Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berwenang untuk: a, memeriksa dan/atau mengambil data, informasi dan/atau dokumen meliputi gambar, foto, dan/atau video serta data, informasi dan/atau dokumen lain yang patut diduga merupakan kegiatan yang berkaitan dengan Iklan, termasuk menggandakan atau mengutip keterangan tersebut; b. melakukan pemeriksaan fasilitas yang berhubungan dengan Iklan termasuk media periklanan; c. mengakses data identitas, nama, dan alamat pemasang Iklan; dan/atau d. _ melakukan evaluasi Iklan yang beredar. Pasal 17 Masyarakat dapat berperan serta dalam pengawasan Iklan Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan dengan memberikan informasi dan/atau laporan atas dugaan pelanggaran Iklan. Dalam hal pemegang izin edar mengetahui dugaan pelanggaran Iklan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pemegang izin edar wajib memberikan informasi dan/atau laporan atas dugaan pelanggaran Iklan. Pemberian informasi dan/atau laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) disampaikan kepada Kepala Badan secara elektronik melalui: (5) (6) -14- a. alamat email resmi layanan pengaduan masyarakat BPOM halobpom@pom.go.id; dan/atau b. telepon pengaduan masyarakat dengan nomor 1500533. Selain disampaikan secara_ elektronik, _pemberian informasi dan/atau laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) juga dapat disampaikan secara tertulis kepada Kepala Badan melalui direktorat yang mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan pengawasan Iklan dan/atau unit pelaksana teknis di lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan. Pemberian informasi dan/atau laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) harus disertai: a. data mengenai identitas pelapor, pimpinan organisasi masyarakat, atau pimpinan lembaga swadaya masyarakat dengan melampirkan fotokopi kartu tanda penduduk atau identitas diri lain; dan b. keterangan mengenai dugaan adanya pelanggaran Iklan dan dilengkapi dengan bukti-bukti permulaan. Pasal 18 Iklan yang telah dipublikasikan sebelum berlakunya Peraturan Badan ini, wajib menyesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Badan ini paling lama 6 (enam) bulan sejak Peraturan Badan ini diundangkan. Pasal 19 Pada saat Peraturan Badan ini mulai berlaku, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 2 Tahun 2016 tentang Pedoman Teknis Pengawasan Periklanan Pangan Olahan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 738), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 20 Peraturan Badan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan -15- Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Badan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 22 Februari 2021 KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, ttd PENNY K. LUKITO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 23 Februari 2021 DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. REPUBLIK INDONESIA, WIDODO EKATJAHJANA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2021 NOMOR 165 Salinan Sesuai Dengan Aslinya BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Kepala Biro Hukum dan Organisasi, a Reghi Perdana 2162 LAMPIRAN 1 PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 6 TAHUN 2021 TENTANG PENGAWASAN PERIKLANAN PANGAN OLAHAN MEDIA PERIKLANAN Media periklanan meliputi: a. media cetak antara lain surat kabar, majalah, tabloid, buletin, kalender, poster atau selebaran, leaflet, brosur, stiker, buklet, pamflet, halaman kuning (Yellow Pages); media penyiaran antara lain televisi, radio, layar lebar termasuk di dalamnya penempatan atau penyisipan iklan dalam alur cerita suatu film, sandiwara, acara; media daring dapat berupa aktivitas (seperti pencarian (situs dan laman)), e-commerce, game, media sosial, aplikasi, publisher, transportation on demand, hiburan) dan berupa format (seperti video, audio, teks, dan banner); media sosial antara lain instagram, facebook, twitter; media luar griya/out-ofhome media antara lain papan reklame, papan nama, iklan cetak yang ditempel/digantung di luar ruang, spanduk, transit ad (iklan yang diletakkan pada obyek bergerak), videotron, sarung ban mobil, backdrop; komunikasi tatap muka antara lain Sales Promotion Person. KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, ttd. PENNY K. LUKITO 17+ LAMPIRAN IL PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 6 TAHUN 2021 TENTANG PENGAWASAN PERIKLANAN PANGAN OLAHAN PESAN BAGI MASYARAKAT Penyampaian pesan bagi masyarakat pada spot Iklan dapat dilakukan sebagai berikut: a b, Baca Label Sebelum Membeli Baca Label Sebelum Membeli F enon Teliti Sebelum Membeli Pencantuman pesan bagi masyarakat harus memenuhi ketentuan minimal sebagai berikut: a. media cetak Pesan bagi masyarakat harus dibuat proporsional dengan halaman Tklan sehingga terlihat dan terbaca dengan jelas. media penyiaran 1. pesan bagi masyarakat pada media penyiaran audio visual harus dicantumkan dengan tulisan yang jelas terbaca. pesan bagi masyarakat untuk media penyiaran audio harus dibacakan dengan nada suara jelas dan tegas. media daring 1. pesan bagi masyarakat pada media daring audio visual harus dicantumkan dengan tulisan yang jelas terbaca. 2. pesan bagi masyarakat untuk media daring audio harus dibacakan dengan nada suara jelas dan tegas. media sosial 1. _ pesan bagi masyarakat pada media sosial visual atau audio visual harus dicantumkan dengan tulisan yang jelas terbaca. 2. pesan bagi masyarakat untuk media sosial audio harus dibacakan dengan nada suara jelas dan tegas. -18- media luar griya/out-ofshome media Pesan bagi masyarakat pada media luar griya harus proporsional dan jelas terbaca. komunikasi tatap muka Pesan bagi masyarakat dengan komunikasi tatap muka harus disampaikan dengan jelas. KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, ttd. PENNY K. LUKITO bd [BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 5 TAHUN 2021 TENTANG STANDAR KEAMANAN DAN MUTU MINUMAN BERALKOHOL, DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai standar keamanan dan mutu minuman beralkohol sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 14 Tahun 2016 tentang Standar Keamanan dan Mutu Minuman Beralkohol sudah tidak sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga perlu diganti; b. _ bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (3) Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2013 tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan tentang Standar Keamanan dan Mutu Minuman Beralkohol; Mengingat Menetapkan 20's Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5360); Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2019 tentang Keamanan Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 249, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6442); Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2013 tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 190); Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 180); Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 21 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 1002); Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 22 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 1003); Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 23 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Pusat Pengembangan Pengujian Obat dan Makanan Nasional Badan Pengawas Obat dan Makanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 1004); MEMUTUSKAN: PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN TENTANG STANDAR KEAMANAN DAN MUTU MINUMAN BERALKOHOL. Pasal 1 Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan: 1 Minuman Beralkohol adalah minuman yang mengandung etil alkohol atau etanol (C2HsOH) yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi. Minuman Beralkohol ‘Tradisional adalah Minuman Beralkohol yang dibuat secara tradisional dan turun temurun yang dikemas secara sederhana dan pembuatannya dilakukan — sewaktu-waktu, —_serta dipergunakan untuk kebutuhan adat istiadat atau upacara keagamaan. Etil alkohol atau Etanol yang selanjutnya disebut Etanol adalah senyawa kimia dengan rumus C:HsOH yang umumnya digunakan sebagai pelarut pengekstraksi. Alkohol Tara Pangan atau Etanol Tara Pangan yang selanjutnya disebut Etanol Tara Pangan adalah produk hasil fermentasi dan destilasi yang diperuntukkan untuk produksi pangan. Metil alkohol atau Metanol yang selanjutnya disebut Metanol adalah senyawa kimia dengan rumus CH3OH yang umumnya digunakan sebagai pelarut pengekstraksi dan bersifat toksik bagi manusia. Kepala Badan adalah Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan. Pasal 2 Minuman Beralkohol yang diproduksi di dalam negeri atau diimpor untuk diedarkan di wilayah Indonesia wajib memenuhi standar keamanan dan mutu. Pasal 3 Minuman beralkohol harus diproduksi dengan menggunakan bahan baku dan proses produksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan @ (2) (3) (1) (2) (3) Pasal 4 Standar keamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 meliputi pemenuhan terhadap: a. batas maksimal kandungan Metanol; b. batas maksimal bahan tambahan pangan; c. batas maksimal cemaran logam; dan d. batas maksimal cemaran kimia Batas maksimal kandungan Metanol sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam Minuman Beralkohol yaitu tidak lebih dari 0,01 % b/v yang dihitung dari persentase berat Metanol terhadap volume total Minuman Beralkohol. Batas maksimal bahan tambahan pangan, cemaran logam, dan cemaran kimia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Pasal 5 Standar mutu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 meliputi pemenuhan terhadap: a. persyaratan kandungan Etanol dan_persyaratan kandungan lainnya sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini; dan b. persyaratan mutu yang ditetapkan dalam kategori pangan sesuai dengan ketentuan _ peraturan perundang-undangan. Minuman Beralkohol sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditambahkan Etanol Tara Pangan untuk mencapai kadar Etanol yang diharapkan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Badan ini. Etanol Tara Pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memenuhi spesifikasi sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini. Pasal 6 Minuman beralkohol yang telah beredar sebelum berlakunya Peraturan Badan ini wajib menyesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Badan ini paling lama 12 (dua belas) bulan sejak Peraturan Badan ini diundangkan. Pasal 7 Pada saat Peraturan Badan ini mulai berlaku, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 14 Tahun 2016 tentang Standar Keamanan dan Mutu Minuman Beralkohol (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1027), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 8 Peraturan Badan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. #6 Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Badan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 22 Februari 2021 KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, ttd PENNY K. LUKITO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 23 Februari 2021 DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, WIDODO EKATJAHJANA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2021 NOMOR 164 Salinan Sesuai Dengan Aslinya BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN Kepala Biro Hukum dan Organisasi, Be Reghi Perdana LAMPIRAN 1 PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 5 TAHUN 2021 TENTANG STANDAR KEAMANAN DAN MUTU MINUMAN BERALKOHOL, STANDAR MUTU MINUMAN BERALKOHOL Kategori Pangan Definisi Standar Mutu 14.2.1 Bir Bir Minuman mengandung Etanol sebagai hasil|Kadar _ Etanol tidak proses fermentasi khamir (yeast) terhadap | kurang dari 0,5% v/v dan bahan baku utama malt, hops (Humulus| tidak lebih dari 8% v/v luputus) dan air yang memberikan aroma, rasa, dan sifat khas bir dapat ditambahkan bahan pangan lain seperti: beras, jagung, gula, tapioka, barley, barley yang disangrai. Malt. merupakan —ihasil__—_proses pengecambahan/germinasi barley (Hordeum vulgare], gandum (Triticum sp.), atau rye (Secale cereale) Bir hitam|Minuman hasil fermentasi kamir yang|Kadar Etanol tidak (stout) mengapung dari malt dan biji barley| kurang dari 2% v/v dan (Hordeum vulgare) yang disangrai dan| tidak lebih dari 8% v/v ditambahkan hops (Humulus — lupulus) dengan aroma hops yang kuat, berwarna hitam kecoklatan, dengan atau tanpa bahan pangan lain 14.2.2 Cider dan Perry Cider Minuman hasil fermentasi lumatan buah | Kadar Etanol tidak lebih atau apel dan atau produk yang berasal dari | dari 8,5% v/v anggur _| buah apel (sari buah apel, konsentrat apel) Kategori Pangan Definisi Standar Mutu «Perry Minuman yang dibuat melalui fermentasi | Kadar Btanol tidak lebih sari buah pir/pear atau campuran sari | dari 8,5% v/v | buah pir/pear dan apel dimana jumlah sari buah apel tidak lebih dari 25% v/v dari total jumlah sari buah 14.2.3 Anggur (Grape wine) Anggur (Grape wine) Minuman beralkohol hasil peragian sari buah anggur Vitis sp Kadar Etanol tidak kurang dari 7% v/v dan tidak lebih dari 24% v/v 14.2.3.1 Still grape wine ‘Still Grape Wine (putih/ white, merah/re d, merah jambu/ro séatau blush, dry atau sweet) Anggur dengan kandungan karbondioksida tidak lebih dari 0,4 g/100 ml pada suhu 20°C *Kadar Btanol tidak kurang dari 7% v/v dan tidak lebih dari 24% v/v * Kadar karbondioksida tidak lebih dari 0,4g/100 ml pada suhu 20°C 14.2.3.2 Anggur Sparkling dan Semi Sparkling Anggur sparkling dan semi sparkling ‘Anggur yang menghasilkan karbondioksida selama fermentasinya, baik fermentasi dalam botol atau tangki tertutup. Termasuk di dalamnya anggur berkarbonasi dimana karbondioksidanya — sebagian atau seluruhnya ditambahkan dari_luar. Contohnya termasuk spumante dan anggur “cold duck" *Kadar Etanol tidak kurang dari 7% v/v dan tidak lebih dari 24% v/v eKadar karbondioksida tidak kurang dari 0,3 g/100 ml pada suhu 20°C Kategori Pangan Definisi ‘Standar Mutu 14.2.3.3 Anggur Fortifikasi, Anggur Liqueur dan Anggur Manis Anggur fortifikasi, anggur liqueur dan anggur manis Anggur buah yang dihasilkan dari fermentasi sari buah anggur yang tinggi kandungan _gulanya, atau dengan mencampurkan konsentrat sari buah anggur dengan anggur buah atau campuran dari sari buah anggur yang difermentasi dan alkohol. Contohnya termasuk grape dessert wine Kadar Btanol tidak kurang dari 7% v/v dan tidak lebih dari 24% v/v 14.2.4 Anggur dari Selain Buah Anggur Anggur buah Minuman hasil fermentasi buah-buahan (selain buah anggur, apel, pir) dan hasil pertanian lainnya dengan atau tanpa bahan pangan lain, Buah-buahan dan hasil pertanian lainnya dapat dicampur dengan anggur dan atau apel dan atau pir Kadar Etanol tidak kurang dari 7% v/v dan tidak lebih dari 24% v/v Anggur beras Minuman beralkohol hasil fermentasi beras yang telah dimasak, dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain Kadar Etanol tidak kurang dari 7% v/v dan tidak lebih dari 24% v/v ‘Anggur beras ketan Minuman beralkohol hasil fermentasi beras ketan yang telah dimasak, dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain Kadar Etanol tidak kurang dari 7% v/v dan tidak lebih dari 24% v/v ‘Anggur brem Bali Minuman hasil fermentasi beras ketan. Merupakan produk khas daerah Bali Kadar Btanol tidak kurang dari 7% v/v dan tidak lebih dari 24% v/v ‘Anggur sayur (vegetable wine) Minuman beralkohol yang diperoleh dari fermentasi sari sayur dan bagian lain dari sayur Kadar Btanol tidal kurang dari 7% v/v dan tidak lebih dari 24% v/v Tuak Minuman beralkohol yang diperoleh dari hasil fermentasi nira kelapa atau aren Kadar Etanol _ tidak | kurang dari 7% v/v dan tidak lebih dari 24% v/v -10- Kategori Pangan Definisi Standar Mutu Minuman beralkohol yang terbuat dari anggur yang ditambah dengan kinina atau senyawa dari kinina *Kadar Btanol _ tidak kurang dari 7% v/v dan tidak lebih dari 24% v/v eKadar kinina (sebagai kinina hidroklorida) 0,6 g/l hingga 2,5 g/1 Sake Minuman beralkohol Khas Jepang yang terbuat dari hasil fermentasi beras, dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain Kadar Btanol tidak kurang dari 7% v/v dan tidak lebih dari 24% v/v 14.2.5 Mead, Anggur Madu Mead, anggur madu Minuman beralkohol yang diperoleh dari fermentasi campuran madu dengan air, atau dengan sari buah atau campuran madu, air dan sari buah dengan atau tanpa penambahan herbal atau rempah Kadar Btanol tidak kurang dari 7% v/v dan tidak lebih dari 24% v/v | 14.2.6 Minuman ‘Spirit yang Mengandung Etanol Lebih Dari 15% Minuman spirit Minuman beralkohol dari penyulingan cairan beralkohol hasil fermentasi_ biji- bijian, buah atau gula tebu Kadar Btanol lebih dari 15% v/v ‘Brandy | Hasil penyulingan dari fermentasi buah anggur yang dimatangkan dalam tong kayu selama tidak kurang dari 1 tahun dengan ukuran tong kayu tidak lebih dari 1000 L *Kadar Btanol tidak kurang dari 36% v/v *Dapat — mengandung gula, glukosa, fruktosa, jus anggur maupun anggur. Brandy buah Spirit yang diperoleh dari penyulingan cairan beralkohol (liqueur) hasil fermentasi | buah selain buah anggur Kadar Etanol tidak kurang dari 36% v/v Cognac Brandy yang dibuat dari penyulingan hasil fermentasi buah anggur yang tumbuh di daerah tertentu di Perancis Kandungan Etanol tidak kurang dari 40% v/v ‘Rum Minuman beralkohol hasil destilasi dari fermentasi sari tebu, sirup tebu, molase tebu atau produk tebu lainnya Kadar Btanol tidak kurang dari 37,5% v/v ee Kategori Pangan Definisi ‘Standar Mutu Whisky Minuman beralkohol dari spirit hasil peragian lumatan serealia atau biji-bijian atau hasil olahannya, dan dimatangkan dalam tong kayu selama tidak kurang dari 2 tahun Kadar Btanol tidak kurang dari 40% v/v Gin Hasil penyulingan fermentasi dari _ bij bijian, kentang, molases, atau bahan pertanian lainnya, penyulingan ulang dari spirit hasil penyulingan atau pencampuran beberapa spirit asli dan penambahan aroma Juniper berries (Juniperus communis L. dan atau Juniperus oxicedrus L.) dengan atau tanpa penambahan gula, Umumnya gin tidak berwarna meskipun kadang-kadang berwarna emas atau coklat muda Kadar Btanol tidak kurang dari 37,5% v/v Vodka Hasil penyulingan produk fermentasi biji- bijian, kentang, molases, atau bahan pertanian lainnya dan setelah penyulingan ditambahkan arang atau karbon aktif atau absorben lainnya Kadar Etanol tidak kurang dari 37,5% v/v Tequila Minuman beralkohol yang berasal dari Meksiko, yang dihasilkan dari varietas tanaman Agave tequilana Weber blue, yang hanya ditanam di wilayah yang telah ditentukan dalam the Declaration for the Protection of the Appellation of Origin of Tequila dan memenuhi spesifikasi_ bahan baku, proses produksi, sifat fisiko kimia serta telah memenuhi persyaratan Regulasi Teknis Meksiko (Mexican Technical Regulation). Jenis Tequila : 1. “100%” agave; spesifikasi : tidak boleh ditambahkan gula dari sumber lain Kadar Etanol tidak kurang dari 35% v/v dan tidak lebih dari 55% v/v -12- Kategori Pangan Definisi Standar Mutu 2. “Tequila®, spesifikasi__: dapat ditambahkan gula dari sumber lain, sebelum fermentasi hingga kadar gula pereduksi tidak lebih dari 49% ‘Arak Minuman beralkohol yang diperoleh dari | Bau dan rasa khas penyulingan cairan beralkohol _hasil fermentasi bahan pangan misalnya beras,|Kadar Etanol _ tidak shorgum, molases, nira, dan atau buah-| kurang dari 30% v/v buahan Genever |Hasil penyulingan fermentasi dari biji-|Kadar Btanol tidak bijian, kentang, molases, atau bahan | kurang dari 30% v/v pertanian lainnya, penyulingan ulang dari spirit hasil penyulingan atau pencampuran beberapa spirit asli dan penambahan aroma Juniper berries (Juniperus communis L. dan atau Juniperus oxicedrus L.) dengan atau tanpa penambahan gula Liqueur | Minuman beralkohol yang diperoleh dengan |Kadar Etanol tidak mencampur atau menyuling spirit dengan | kurang dari 15% v/v atau bersama buah, bunga, daun atau|Kadar gula tidak kurang sayur lain atau sarinya, tunggal atau| dari 2,5% b/b dihitung campuran atau dengan ekstrak yang|terhadap berat produk berasal dari penyulingan, — seduhan, | alchir perkolasi atau maserasi bahan tersebut di atas dengan atau tanpa penambahan gula Soju Minuman beralkohol hasil destilasi dari | Kadar Etanol tidak fermentasi beras, gandum, barley, kentang, | kurang dari 20% v/v dan ubi, tapioka, atau pati lainnya tidak lebih dari 35% v/v -13- Kategori Pangan Definisi Standar Mutu 14.2.7 Minuman Minuman Cooler-: ‘Spirit, Penyegar Rendah Alkohol) Beralkohol yang Diberi Aroma (Misalnya Minuman Bir, Anggur Buah, Minuman ringan beralkoho 1 Minuman ringan berkarbonasi yang diberi aroma Kadar Etanol tidak lebih dari 1% v/v Shandy Produk minuman yang mengandung Etanol tidak lebih dari 1% dibuat dari konsentrat shandy, dengan atau tanpa dicampur bir, ditambah gula, air berkarbondioksida. Umumnya shandy diperoleh dari campuran bir dan minuman tidak beralkohol Kadar Btanol tidak lebih dari 1% v/v ‘Anggur rendah alkohol ‘Anggur yang dikurangi kadar Etanolnya dengan cara selain pengenceran dengan air Kadar Etanol : reduced alcohol wine tidak kurang dari 1,2% v/v dan tidak lebih dari 6,5% v/v dan low alcohol wine tidak lebih dari 1,2% v/v. cocktail) Anggur atau anggur fortifikasi yang ditambah dengan salah satu atau campuran dari" sari buah atau bahan aroma buah, herbal egetable bitters’, bahan aroma, buah, kering dan atau aromanya Kadar Etanol tidak kurang dari 7% v/v dan tidak lebih dari 24% v/v Meat wine Anggur yang ditambah dengan sari daging atau sari daging sapi eKadar protein tidak | kurang dari 20 g/1 *Kadar Etanol tidak kurang dari 7% v/v dan tidak lebih dari 24% viv. -14- Kategori Pangan Definisi ‘Standar Mutu Anggur | Anggur ditambah dengan sari atau bahan mengand_| pangan lain ung bahan pangan lain {antara lain: Ginseng/ kolesom/ Temulawa k Kadar Btanol tidak kurang dari 7% v/v dan tidak lebih dari 24% v/v KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, ttd. PENNY K. LUKITO -15- LAMPIRAN IL PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 5 TAHUN 2021 TENTANG STANDAR KEAMANAN DAN MUTU MINUMAN BERALKOHOL, SPESIFIKASI ETANOL TARA PANGAN No Parameter Uji Satuan Persyaratan 1. | Kadar Etanol | %v/v Tidak Kurang dari 94,9 2. | Asam asetat %b/v Tidak lebih dari 0,005 3. | Amonia %b/b Tidak lebih dari 0,003 4. | Non - volatile residue mg/100 ml Tidak lebih dari 2 5. | Timbal (Pb) mg/kg Tidak lebih dari 0,5 6. | Keton dan alkohol lain - Total % Tidak lebih dari 0,5 - Metanol %b/v Tidak lebih dari 0,01 - Lainnya % Tidak lebih dari 0,1 7. | Minyak Fusal (Fusel off) > Negatif 8. | Readily carbonizable - Negatif substances 9. | Readily oxidizable - Negatif substances KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, ttd, PENNY K. LUKITO

Anda mungkin juga menyukai