[RUMAH SAKIT ERNALD! BAHAR.
PROVINSI SUMATERA SELATAN
5 bidana Kepers
No. Dokumen
445.1/0246/10/RS.ERBA/2023 |
Standar Prosedur
Operasional
Tanggal Terbit | Ditetapkan oleh : |
DIREKTUR,
28 Februari 2023
dr. YUMIDIANSI, F, M.Kes:
Pembina Utama Muda/lV.c
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN
‘Observasi pasien risiko lari merupakan tindakan observasi
perawat secara berkala atas segala bentuk perilaku pasien yang |
bertujuan untuk melarikan diri dari perawatan rawat
TUJUAN
KEBIAKAN
' Mencegah terjadinya pasien melarikan diri dari perawatan rawat
inap pada pasien risiko lari
Kebijakan Direktur RS. Ernaidi Bahar Prov. Sumsel_
PROSEDUR
4. Lakukan pengkajian apakah pasien menolak perawatan,
riwayat penggunaan NAPZA, memiliki keinginan kuat atas
kepentingan di luar rumah sakit, kejenuhan terhadap
aktivitas monoton selama perawatan, perintah halusinasi
untuk melarikan diti, berkurangnya kontrol diri, perilaku
seksual tidak wajar, kemarahan, frustasi, ketakutan terhadap
pasien lain atau tenaga kesehatan.
2. Tempatkan pasien di ruangan yang mudah diawasi dan
pastikan kondisi ruangan cukup memadai untuk merawat
pasien risiko melarikan diri
3. Nilai PANSS-EC secara berkala setiap 30 menit, apabila ada
| kenaikan skor PANSS-EC 2 4 lapor DPJP, lakukan instruksi
DPJP dan dokumentasikan di CPPT rekam medis pasien.
| 4. Jika PANSS-EC = 4 dan perlu dilakukan tindakan fiksasi |
maka lakukan sesuai SPO fiksasi.
5. Lakukan pengawasan berdasarkan skor yang didapatkan
dari hasil pengkajian
| Jika risiko sedang maka dilakukan observasi setiap 2 jam
| _ Jika risiko tinggi maka dilakukan observasi setiap 1 jam
|6. Lakukan penilaian risiko lari secara berkala dan
dokumensikan dalam CPPT aa
UNIT TERKAIT
1 Instalasi Rawat Inap |
2. Komite Medik
3. Komite KeperawatanRUMAH SAKIT ERNALD! BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN _|
PROSEDUR PERAWATAN PASIEN POTENSIAL BUNUH DIRI
~__ Bidang Keperawatan _
“No. Dokumen No. Revisi Halaman : |
445.1/0245/10/RS.ERBA/2023 00 1
Standar Prosedur
Operasional
Tiedt Ditetapkan oleh =
ena DIREKTUR,
28 Februari 2023
dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Utama MudallV.c
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN
| TUJUAN
TRisiko terhadap bunuh diri adalah suatu keadaan dimana |
individu berada pada usaha membunuh dirinya. Perilaku
menyakiti diri sendiri secara langsung dan disengaja untuk
mengakhiri kehidupan individu secara sadar berkeinginan untuk
mati sehingga melahirkan tindakan-tindakan untuk melanjutkan
keinginan tersebut. Perilaku yang muncul meliputi isyarat
percobaan atau ancaman verbal untuk melakukan tindakan
yang mengakibatkan kematian.
| Mencegah terjadinya bunuh diri pada pasien risiko bunuh iri
KEBIJAKAN
| Kebijakan Direktur Rumah Sakit Emaldi Bahar Prov, Sumatera
| Selatan |
PROSEDUR
7. Setelah dilakukan pengkajian, didapatkan data pasien risiko
bunuh diri dengan skor risiko bunuh diri sedang-tinggi.
| 2. Tempatkan pasien di ruang isolasi yang mudah diobservasi/
diawasi oleh perawat.
3. Lakukan pengawasan lebih ketat disesuaikan dengan hasil
pengkajian risiko bunuh diri
Untuk skor 10 atau lebih (risiko tinggi), observasi tiap 1 jam.
Untuk skor 4-9 (risiko sedang), observasi tiap 2 jam.
4. Perhatikan alat-alat atau benda yang dapat dipergunakan
untuk melakukan tindakan bunuh diri seperti tali, benda
tajam, selimut, sprei, baju, celana, silet, paku dan lain-lain.
5. Memberi informasi kepada keluarga untuk wajib menunggu
pasien selama dalam masa perawatan. Jika keluarga tidak
bersedia menunggu maka keluarga harus membuat surat
pernyataan penolakan dan tidak akan menuntut pihak rumah
sakit apabila terjadi ha-hal yang tidak diinginkan.
6. Perawat mendokumentasikan semua kejadian dalam CPPT
rekam medis.
UNIT TERKAIT
Instalasi Rawat inap
. Komite Medik
Komite KeperawatanRUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
| OBSERVAS! PASIEN RISIKO PERILAKU KEKERASAN
a Bidang Keperawatan
No. Dokumen No. Revisi
| 445.1/0247/10/RS.ERBA/2023 00
Halaman :
141
|_PROVINS! SUMATERA SELATAN
| Standar Prosedur
Operasional
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh
DIREKTUR,
28 Februari 2023
dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Utama Muda/lV.c
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN,
~ | Observasi Pasien dengan risiko perilaku kekerasan merupakan
| tindakan observasi perawat secara berkala atas segala bentuk
risiko terjadi periiaku yang bertujuan untuk melukai seseorang
secara fisik maupun psikologis.
TUJUAN
Mencegah terjadinya periiaku kekerasan pada pasien isiko
perilaku kekerasan
KEBIJAKAN
Kebijakan Direktur Rumah Sakit Emaldi Bahar Prov. Sumatera
| Selatan.
PROSEDUR
[UNIT TERKAIT
14. Identifikasi penyebab rasa marah, tanda dan gejala yang
dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan serta akibatnya
dengan penuh caring.
2. Identifikasi ekspresi ide untuk melukai orang lain, akses
| untuk melakukan kekerasan, ide curiga, perintah halusinasi
| untuk tindakan kekerasan, kemarahan, frustasi, agitasi,
kesenangan untuk melakukan kekerasan fisik, prilaku
seksual yang tidak wajar, berkurangnya kontrol diri dan |
riwayat penggunaan NAPZA |
3. Nilai PANSS-EC secara berkala setiap 30 menit, apabila ada
kenaikan skor PANSS-EC 2 4 lapor DPJP, lakukan instruksi
DPUP dan dokumentasikan di CPPT rekam medis pasien.
4. Jika PANSS-EC 2 4 dan perlu dilakukan tindakan fiksasi |
maka lakukan sesuai SPO fiksasi |
5. Jika PANSS-EC 1-2 maka ajarkan pasien 5 cara mengontrol
resiko perilaku kekerasan. |
6. Minta pasien mengulangi cara yang telah diajarkan oleh |
perawat dalam mengontrol perasaan marah.
7. Berikan reinforcement positif atas respon pasien. |
8. Anjurkan pasien saat merasakan tanda gejala marah|
mulaitimbul, segera melakukan 5 cara mengontrol risiko
perilaku kekerasan
9. Lakukan penilaian risiko kekerasan fisik secara berkala dan
| dokumentasikan di Formulir Penilaian Resiko Kekerasan
Fisik
1. Instalasi Rawat Inap
| 2. Komite Medik
3. Komite Keperawatan