19 (2017) pp
© (2017) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia
Abstrak
Proses penyembuhan luka merupakan bagian regenerasi jaringan kulit untuk memperbaiki
kerusakan. Proses ini akan terhambat dengan adanya infeksi bakteri, terutama bakteri MRSA (Methicillin
resistant Staphylococcus aureus) yang resisten terhadap antibiotik dan mampu membentuk lapisan biofilm.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek topikal +dalethyne terhadap epitelisasi pada proses
penyembuhan luka terinfeksi MRSA di kulit tikus wistar. Tiga puluh enam ekor tikus Wistar, berumur 3
bulan, dibagi dalam 6 kelompok, kontrol negatif (didekapitasi hari keempat dan hari keenam), kontrol
positif (didekapitasi hari keempat dan keenam), perlakuan (didekapitasi hari keempat dan hari keenam).
Perlukaan pada kulit punggung dengan cara diinsisi menggunakan pisau sepanjang 2 cm dan kedalaman
sampai subkutan. Luka pada kontrol positif diinfeksikan MRSA, kelompok perlakuan diinfeksikan MRSA
dan diaplikasikan +dalethyne. Setelah didekapitasi masing-masing kelompok pada hari ke-4 dan ke-6,
jaringan kulit difiksasi dan dibuat preparat dan diberi pewarnaan Hemaktosilin Eosin. Panjang epitel
diukur menggunakan Optilab yang dipasang pada mikroskop cahaya. Data panjang epitel dianalisis
dengan membandingkan jumlah rerata dan SD. Panjang epitel pada kelompok perlakuan lebih tinggi
dibandingkan kontrol positif {(0,46±0,19)vs(0,21±0,16);(0,63±0,76)vs(0,42±0,301), sedang dibandingkan
dengan kontrol negatif tidak jauh berbeda pada hari ke-4 dan ke-6 setelah perlukaan. Kesimpulan aplikasi
topikal +dalethyne mempercepat epitelisasi pada proses penyembuhan luka kulit tikus yang terinfeksi
MRSA.
Abstract
Wound healing is part of the regeneration of skin tissue from the damage. This will be hampered by
the Methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA) infection.This study aims to determine the effect of
+dalethyne against epithelialization in wound healing of the skin MRSA-infected rats. Thirty six Wistar
rats, 3 months old, are divided into 6 groups, 2 groups of negative control, 2 groups of positive control, 2
groups of treatment group (All are sacrificed on the fourth day and sixth day). Injury to the back skin of
rats by a knife along the incised 2 cm and depth to subcutaneous. Wound of positive control groups infected
by MRSA, wound in the treatment groups also infected MRSA and then applied topically +dalethyne. Each
groups are sacrificed on day 4 and 6, the skin tissue is fixed, made histological preparations, stained with
HE. The measurement of the epithelial length using Optilab mounted on a light microscope. The data are
analyzed by comparing the mean and SD. The epithelial length in the treatment group was higher than the
positive control {(0,46±0,19)vs(0,21±0,16);(0,63±0,76)vs(0,42±0,301), being compared with the negative
control is not much different. Conclusion: Topical +dalethyne accelerates epithelialization in wound
healing of the skin MRSA-infected rat.
68
JBP Vol. 19, No. 1, April 2017 ± William Sayogo
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 19 (2017) pp
© (2017) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia
mengenai otot. Bila luka sampai mengenai tergantung pada etiologi penyebab luka, ada
struktur dermis atau otot akan disertai tidaknya infeksi, adanya obat atau tindakan
perdarahan karena pembuluh darah juga yang mengintervensi (Han, 2016)
terkena. Luka menjadi SRUW G¶HQWU\ bagi Adanya masalah resistensi bakteri
mikroorganisme untuk masuk ke dalam tubuh, terhadap banyak antibiotik, menyebabkan
menjadikan luka menjadi tidak steril. angka kematian dikarenakan infeksi MRSA
Mikroorganisme patogen yang masuk melalui semakin tinggi. Diperlukan obat lain yang juga
kulit yang tidak intak dapat menyebabkan mempunyai efektifitas untuk meeradikasi
infeksi, dimana infeksi tersebut bisa bersifat kuman yang resisten terhadap banyak
lokal, menyebar sampai jaringan di bawah antibiotik menjadi tantangan saat ini, dengan
kulit bahkan dapat menyebar secara sistemik harapan angka kematian dikarenakan infeksi
ke organ lain tergantung dari patogenitas dari MRSA dapat ditekan. +dalethyne merupakan
mikroorganisme tersebut. Infeksi tersebut senyawa aktif baru yang diekstrak secara
memicu respon imunitas tubuh untuk ozonisasi, terdiri dari kombinasi senyawa
mengeradikasi kuman tersebut. Proses imun yaitu: minyak esensial (aldehyde), asam lemak
tersebut bisa bersifat non spesifik (innate) dan (stearat, oleat, linoleat, palmitat), iodine dan
bisa juga sampai bersifat spesifik (acquired) peroksida. +dalethyne tersebut membentuk
(Abbas, 2015) antimicrobial agent yang mampu membunuh
Ketika trauma terjadi dan merusak bakteri juga mampu merangsang pembentukan
struktur kulit oleh berbagai sebab terjadilah jaringan baru pada kulit yang mengalami luka.
keradangan atau inflamasi sebagai aksi
pertahanan tubuh yang pertama dalam 2. TINJAUAN PUSTAKA
mempertahankan jaringan kulit agar tidak 2.1 Struktur dan Fungsi Kulit
terjadi kerusakan yang meluas. Pada saat
proses keradangan atau inflamasi tersebut Kulit merupakan organ tubuh terluas,
berlangsung, terjadilah infiltrasi sel-sel radang berat total berkisar 2,7 ± 3,6 kg dan menerima
seperti PMN (polimorfonuclear), makrofag sepertiga dari volume darah tubuh, ketebalan
dan limfosit yang bertujuan untuk kulit bervariasi antara 0,5 ± 6,0 mm, terdiri
menghancurkan jejas dan mikroorganisme dari sel ± sel dan matriks ekstraselular.
patogen yang masuk ke daerah luka. PMN dan Struktur kulit terdiri dari 3 lapisan, epidermis
makrofag akan memfagosit kuman yang merupakan lapisan terluar kulit dan tipis,
masuk melalui luka tersebut dan dermis merupakan lapisan tebal dan terletak di
menghancurkan kuman tersebut dengan dalam, lapisan di bawah dermis terdapat
menghasilkan radikal bebas. Sedangkan jaringan lemak subkutan (hipodermis).
limfosit diaktifkan melalui reseptor Jaringan hipodermis merupakan jaringan ikat
pengenalan patogen yang diekspresikan oleh longgar yang melekat di bawah dermis (Chu,
sel dendritik. Limfosit yang teraktifasi akan 2008)
menghasilkan sitokin pro inflamasi (TNF-. Kulit manusia mempunyai banyak fungsi
IL-1, IL-6, IL-8) (Modlin et al, 2008) yang penting terutama sebagai pertahanan
Epitelisasi merupakan salah satu garis depan, melindungi tubuh dari berbagai
mekanisme dasar penyembuhan luka. Tiga elemen yang berasal dari lingkungan luar
jaringan pokok yang berperan pada proses tubuh. Jika terjadi luka pada kulit, integritas
penyembuhan yaitu jaringan ikat, pembuluh pertahanan kulit menjadi terganggu dan
darah dan epitel. Proses epitelisasi menjadi tempat masuk berbagai
berlangsung kompleks yang melibatkan sel mikroorganisme seperti bakteri dan virus.
epitel berupa perubahan struktur internal sel Kulit juga dapat menjadi faktor penting dalam
epitel meliputi migrasi, proliferasi dan kesehatan mental dan kondisi sosial manusia
diferensiasi. Seringkali pada fase (Han, 2016)
penyembuhan tersebut terjadi overlapping
waktu, fisiologi dan tipe sel. Hal tersebut
70
JBP Vol. 19, No. 1, April 2017 ± William Sayogo
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 19 (2017) pp
© (2017) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia
2.5 Sistem Imun Kulit terhadap Infeksi dan menstimulasi produksi AMP. Sel APC
MRSA juga menghasilkan sitokin IL-1 dan IL-6 yang
2.5.1 Sistem Imun Non Spesifik bergabung dengan faktor pertumbuhan TGF-
(transforming growth factor- PHQJDNWLINDQ
Infeksi dimulai ketika patogen IDNWRU WUDQVNULSVL 67$7 GDQ 525 7 \DQJ
berhasil menembus pembatas anatomis dari menstimulasi diferensiasi dari sel T CD4+
inang. Beberapa mekanisme sistem imun non menjadi Th17. Pada gambar 3 tampak adanya
spesifik mulai diaktifkan meliputi beberapa kolaborasi antara sistem imun non spesifik dan
kelompok molekul terlarut baik yang ada di spesifik terhadap infeksi bakteri pada kulit
cairan ekstraselular, darah, dan yang (Ranzato, 2011)
disekresikan sel epitel. Molekul terlarut antara
lain enzim antimikroba seperti lysozyme untuk
mencerna dinding sel bakteri; peptida
antimikroba seperti defensin untuk melisiskan
membran sel bakteri; sistem protein plasma
yang dikenal sebagai sistem komplemen untuk
melisiskan sel bakteri. Fagositosis dalam
sistem imun non spesifik oleh sel seperti
neutrofil dan makrofag. Bila fagositosis gagal
membunuh bakteri, sel imun non spesifik
diaktifkan oleh pattern recognition receptors
(PRRs) yang mengenali molekul yang disebut
pathogen-associated molecular patterns
(PAMPs) yang merupakan ciri khas dari
mikroba. Sel-sel pada sistem imun non
spesifik yang teraktifasi melibatkan berbagai
mekanisme efektor untuk menghilangkan
infeksi. Bila infeksi masih mampu menembus
pertahanan non spesifik maka mekanisme
pertahanan melibatkan respon imun spesifik
yang akan menghancurkan patogen secara
spesifik dan membentuk sel-sel memori
jangka panjang (Murphy, 2017) Gambar 3. Respon imun terhadap infeksi
MRSA pada luka di kulit
2.5.2 Sistem Imun Spesifik
2.6 Komponen Senyawa +dalethyne dan
APC (antigen precenting cell) yang Fungsi Dalam Proses Penyembuhan Luka
diinduksi oleh fagositosis S. aureus dan yang Terinfeksi Bakteri MRSA
stimulasi TLR oleh komponen dinding sel S.
aureus mengekspresikan MHC kelas II. MHC +dalethyne senyawa yang berasal dari
kelas II akan berikatan dengan TCR (T cell olive oil yang diozonisasi, pertama
receptor) CD4+. Sel T helper (sel Th) CD4+ diperkenalkan di India pada tahun 2015 oleh
berdiferensiasi menjadi Th17 yang suatu perusahaan yang bergerak di bidang
menghasilkan sitokin IL-17 dan IL-22. Sitokin pembuatan produk perawatan kulit berbasis
IL-17 menstimulasi kemokin, sitokin lainnya dari tanaman. Proses ozonisasi melalui sistem
(IL-1, IL-6, TNF, CSF/colony stimulating injeksi ozon dengan menggunakan generator
factor) yang meningkatkan produksi dan ozon plasma dingin (Edward, 2009)
merekrut neutrofil selain itu juga menstimulasi Hasil pengujian yang dilakukan Unit
produksi peptida anti mikroba (AMP). Sedang Layanan Pengujian Fakultas Farmasi
IL-22 berfungsi meningkatkan fungsi barrier Universitas Airlangga diperoleh penyusun
senyawa +dalethyne yaitu asam lemak (asam
75
JBP Vol. 19, No. 1, April 2017 ± William Sayogo
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 19 (2017) pp
© (2017) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia
lemak oleat, asam lemak palmitat, asam lemak intervensi dengan semua variabel luar yang
stearat, asam lemak linoleat), minyak essensial mempengaruhi dikendalikan, penelitian ini
(golongan aldehyde), iodine dan peroksida. menggunakan rancangan penelitian Post Test
Fungsi dari asam lemak tidak jenuh Only Control Group Design. Obyek Penelitian
(unsaturated) mempunyai aktifitas anti bakteri adalah tikus Rattus norvegicus strain Wistar
yang sangat baik terhadap bakteri MRSA. berumur sekitar 3 bulan dengan berat badan
Asam lemak tidak jenuh menghambat aktifitas 200-250 gram. Kelompok obyek penelitian
enzim dalam sel bakteri, menghambat ada 6 kelompok yaitu O1 (kontrol negatif
pengambilan nutrisi oleh bakteri, diamati sampai hari ke-4), O2 (kontrol negatif
pembentukan peroksidasi dan auto oksidasi diamati sampai hari ke-6), OK1 (kontrol
yang langsung berefek melisiskan sel bakteri. positif diamati sampai hari ke-4), OK2
Minyak esensial mempunyai aktifitas anti (kontrol positif diamati sampai hari ke-6), OP1
bakteri juga. Mekanismenya yaitu berefek (kelompok perlakuan diamati sampai hari ke-
pada dinding sel dan struktur membran 4), OP2 (kelompok perlakuan diamati sampai
bakteri, perubahan homeostasis pH di dalam hari ke-6). Kontrol negatif adalah luka tikus
sel bakteri, ekspresi chaperone dan protein tanpa diinfeksi MRSA, control positif adalah
permukaan sel yang berlebihan. Minyak luka tikus diinfeksi MRSA, perlakuan adalah
esensial meningkatkan permeabilitas dari sel luka tikus dinfeksi MRSA dan dioles
bakteri yang mengakibatkan hilangnya bahan +dalethyne. Tiap kelompok berisi 6 ekor tikus
penting dalam sel (berakibat trauma pada (total 36 ekor tikus), tiap 6 ekor tikus diberi
struktur sel). Minyak esensial menyebabkan penomoran 1 sampai 6 dengan kertas yang
influk proton yang menyebabkan kadar proton lekatkan pada ekor, selanjutnya tiap tikus
melebihi kapasitas penyangga sitoplasma, dirandom dimasukkan ke 6 kelompok sampai
penurunan pH, gangguan pada fungsi penting tiap kelompok terdapat 6 ekor tikus.
sel. Minyak esensial menyebabkan juga Setiap tikus ditimbang dan dimasukkan
ekspresi berlebihan protein chaperone (DnaK, ke dalam kandang berukuran 20 x 15 x 15 cm
GroEL, HtpG dan Trigger factor Tf) dan untuk adaptasi. Tikus di anestesi
protein permukaan sel (OmpX dan OmpA) menggunakan larutan ketamin. Pembuatan
yang menganggu jalur metabolik sel bakteri. larutan ketamin yaitu 3 ml ketamin ditambah 1
Minyak esensial sangat efektif untuk ml xylazine diencerkan menggunakan
menghambat pembentukan biofilm oleh aquabidest untuk injeksi 6 ml, lalu diinjeksi
bakteri MRSA melalui mekanisme quorum pada tikus (0,1 ml per tikus) hingga tikus
sensing yang menghambat pembentukan dan sudah dalam keadaan tenang dan hanya
sekresi molekul sinyal yang penting dalam terlihat pernafasan perut. Setelah tikus dalam
pembentukan biofilm. Pada bakteri MRSA keadaan teranestesi dicukur dengan luas
yang resisten banyak obat, ternyata masih bidang 3 cm x 3 cm, didesinfeksi dengan
sensitif dengan minyak esensial (Faleiro et al, betadin selanjutnya dilakukan sayatan pada
2014) kulit punggung tikus dengan pisau skapel
Iodine dan peroksida merupakan dengan panjang luka ±2 cm dengan
antiseptik topikal yang mempunyai efek kedalaman sampai lapisan subkutan.
membunuh, menghambat atau mengurangi Pada kelompok kontrol positif dan
jumlah bakteri pada luka. Antiseptik ini kelompok perlakuan, luka pada kulit tikus
mempunyai aktifitas antimikroba spektrum diinfeksi bakteri MRSA dengan kadar 50
luas (Atiyeh, et al, 2009) mikro liter dari suspensi kuman 0,5 mcFarland
dengan cara dioles menggunakan micropipet
3. METODE PENELITIAN pada luka. Pemberian bakteri dilakukan
setelah luka berhenti pendarahan. Pemberian
Jenis penelitian merupakan penelitian krim yang mengandung senyawa aktif
eksperimental murni pada laboratorium (True +dalethyne pada daerah luka pada kelompok
Experimental) karena penelitian ini diberikan perlakuan. Aplikasi krim yang mengandung
76
JBP Vol. 19, No. 1, April 2017 ± William Sayogo
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 19 (2017) pp
© (2017) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia
77
JBP Vol. 19, No. 1, April 2017 ± William Sayogo
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 19 (2017) pp
© (2017) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia
memicu migrasi dan proliferasi dari (Halldor Thormar ed). USA: John
keratinosit. Dengan pematangan jaringan Wiley & Sons Ltd. Pp. 48-75
epitel baru yang terbentuk, sel-sel epitel Badiu, Diana. Vasile, Monica. Teren, Ovidiu.
bermigrasi ke tepi luka lalu berproliferasi 2011. Regulation of Wound Healing
sampai saling berhubungan dan menutup luka. by Growth Factor and Cytokines in
Wound Healing: Process, Phases, and
5. KESIMPULAN DAN SARAN Promoting, Jane E. Middleton (ed.).
5.1 Kesimpulan New York: Nova Science Publishers
Inc. Pp. 73-93
Berdasarkan hasil dari penelitian ini, Bergstresser, Paul R. 2008. Basic Science
diperoleh kesimpulan aplikasi topical +dalethyne Approaches to the Pathophysiology of
berpengaruh dalam mempercepat epitelisasi Skin Disease in the Skin in Klaus
proses penyembuhan luka pada kulit tikus Wistar :ROII HW DO HG )LW]SDWULFN¶V
yang terinfeksi bakteri MRSA. Dermatology in General Medicine
seventh edition. USA: The McGraw-
5.2 Saran
Hill Companies, Inc. Pp. 87-92
Penelitian ini diharapkan menjadi dasar Berger, Timothy G. 2008. General
untuk penelitian berikutnya dengan aplikasi Considerations of Bacterial Diseases
kepada manusia, untuk melihat apakah in the Skin in Klaus Wolff et al (ed.),
+dalethyne juga efektif meningkatkan epitelisasi )LW]SDWULFN¶V 'HUPDWRORJ\ LQ *HQHUDO
pada luka manusia terutama luka infeksi seperti Medicine seventh edition. USA: The
luka gangren, luka dekubitus, sehingga McGraw-Hill Companies, Inc. Pp.
+dalethyne bisa menjadi obat alternatif bagi luka 1689-93
infeksi oleh bakteri yang resisten berbagai Cassat, James E. Smeltzer, Mark S. and Lee,
antibiotik. Chia Y. 2014. Investigation of Biofilm
Formation in Clinical Isolates of
DAFTAR PUSTAKA Staphylococcus aureus in Yinduo Ji
Abbas, AK. Andrew, H. and Pillai, S. 2015. (ed.), Methicillin-Resistant
Cellular and Molecular Immunology Staphylococcus aureus (MRSA)
8th Edition. Philadelphia; WB Elsiver Protocol, Methods in Molecular
Company: Pp 35-168, 339-350, 493- Biology second edition. Springer
500 Science+Business Media, LLC. Vol.
Aller, M.A. Arias, J.I. et al. 2011. Oxygen- 1085. Pp. 195-200
Related Inflammatory Wound utama Cordeiro, J.V. Jacinto, A. 2013. The Role of
Process, Phases, and Promoting, Jane Transcription-Independent Damage
E. Middleton (ed.). New York: Nova Signals in the Initiation of Epithelial
Science Publishers Inc. Pp. 25-48 Wound Healing. Nature Reviews:
Atiyeh, Bishara S. Dibo, Saad A. Hayeh, Molecular Cell Biology, Volume 14:
Shady N. 2009. Wound Cleansing, Pp. 249-262
Topical Antiseptics and Wound Choi, Jin Kyui. Jang, Ji-Hye. Jang, Won-Hee.
Healing. International Wound Kim, Jaekwan. Bae, Il-Hong. Bae,
Journal, Vol 6, No. 6: 420-438 Joonho. Park, Young-Ho. Kim, Beum
Brittany, Busse. 2016. Wound Management in Joon. Lim, Kyung-Min. and Park, Jin
Urgent Care. Springer International Woo. 2012. The Effect of Epidermal
Publishing Switzerland: 1-55 Growth Factor (EGF) Conjugated
Bergsson, Gudmundur. Hilmarsson, Hilmar. With Low-Molecular-Weight
Thormar, Halldor. 2011. Protamine (LMWP) On Wound
Antibacterial, Antiviral and Antifungal Healing of The Skin. Biomaterial
Activities of Lipids in Lipids and Elsevier Ltd; 33(33): 8579-90.
Essential Oil as Antimicrobial Agents
79
JBP Vol. 19, No. 1, April 2017 ± William Sayogo
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 19 (2017) pp
© (2017) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia
Galvan-3HQD 6LOYLD 2¶1HLOO /XNH $ - 4. Ishii, Ken J. Akira, Shizuo. 2008. Nucleic Acid
Metabolic Reprogramming in in Innate Immunity. USA: Taylor &
Macrophage Polarization. Frontiers Francis Group. Pp. 43-55
Media SA (www.frontiersin.org): Kumar, Vinay. Abbas, Abul K. Aster, Jon C.
Perspective Article, Vol. 5, article 2015. Robbins and Cotran Pathologic
420. Pp. 275-279. doi: Basis of Disease Ninth Edition.
10.3389/fimmu.2014.00420 Canada: Saunders, Elsevier.inc. Pp.
Han, Seung-Kyu. 2016. Innovations and 31-112
Advances in Wound Healing second Koh, Timothy J. Dipietro, Luisa Ann. 2013.
edition. USA: Springer-Verlag Berlin Inflammation and Wound Healing:
Heidelberg New York. Pp. 1-28 The Role of The Macrophage. NIH
Haihua, Zhang. Weixiao, Nan. Shiyong, Public Access Author Manuscript; 13:
Wang. Tietao, Zhang. Huazhe, Si. 1-14. doi:
Datao, Wang. Fuhe, Yang. and 10.1017/S1462399411001943
Guangyu, Li. 2016. Epidemal Growth Kristmundsdottir, Thordis. Skulason, Skuli.
Factor Promotes Proliferation of 2011. Lipids as Active Ingredients in
Dermal Papilla Cells Via Notch Pharmaceuticals, Cosmetics and
Signalling Pathway. Biochimie, Health Foods in Lipids and Essential
Elsevier Ltd;127: 10-18 Oil as Antimicrobial Agents (Halldor
Hammer, Katherine A. Carson, Christine F. Thormar ed). USA: John Wiley &
2011. Antibacterial and Antifungal Sons Ltd. Pp. 152-171
Activities of Essential Oils in Lipids Kwakman, Paulus H.S. A. te. Velde, Anje.
and Essential Oil as Antimicrobial Vandenbroucke-Grauls, Christina
Agents ( Halldor Thormar ed). USA: M.J.E. et al. 2006. Treatment and
John Wiley & Sons Ltd. Pp. 256-295 Prevention of Staphylococcus
Holland, Steven M. Loveless, James. and epidermidis Experimental
Beck, Lisa A. 2008. Regulation of the Biomaterial-Associated Infection by
Production and Activation of Bactericidal Peptide 2. American
Neutrophils and Eosinophils in Society for Microbiology,
General Medicine seventh edition. Antimicrobial Agents and
USA: The McGraw-Hill Companies, Chemotherapy: p. 3977-83.
Inc. Pp. 279-288 doi:10.1128/AAC.00575-06
Italiani, Paola. Boraschi, Diana. 2014. From Kusumawati, D. 2004. Bersahabat Dengan
Monocytes to M1/M2 macrophages: Hewan Coba. Jogjakarta:Gajah Mada
Phenotypical versus Functional University Press. Pp.5-8, 25-45, 71-
Differentiation. Frontiers Media SA 77, 82-112
(www.frontiersin.org): Perspective Li Jie, Kirsner Robert S, 2005. Extracellular
Article, Vol. 5, article 514. Pp. 47-63. Matrix and Wound Healing In
doi: 10.3389/fimmu.2014.00420 Falabella AF, Krisner RS (eds),
Ito, Teruyo. Kuwahara-Arai, Kyoko. Wound Healing. New York: Taylor &
Katayama, Yuki. Uebara, Yuki. Han, Francis Group, pp.39-48
Xiao. Kondo, Yoko. and Hiramatsu, Murphy, Kenneth. 2017. -DQHZD\¶V
Keiichi. 2014. Staphylococcal Immunobiology 9th Edition. USA:
Cassette Chromosome mec (SCCmec) Garland Science, Taylor & Francis
Analysis of MRSA in Yinduo Ji (ed.), Group, LLC. Pp. 37-256, 345-398
Methicillin-Resistant Staphylococcus Murray, Patrick R. Rosenthal, Ken S. and
aureus (MRSA) Protocol, Methods in Pfaller, Michael A. 2016. Medical
Molecular Biology second edition. Microbiology 8th Edition.
Springer Science+Business Media, Philadelphia: Elsevier Inc. Pp. 34-96,
LLC. Vol. 1085. Pp. 131-146 170-182
81
JBP Vol. 19, No. 1, April 2017 ± William Sayogo
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 19 (2017) pp
© (2017) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia
Sudiana, I.K. 2006. Teknologi ilmu jaringan Biology second edition. Springer
dan Imunohistokimia. Jakarta: Science+Business Media, LLC. Vol.
Penerbit CV. Sagung Seto. Hal: 1-49 1085. Pp. 187- 192
Tortora, G. J. Funke, B. R. and Case, C. L. Zhihong, Yang. Xiu-Fen, Ming. 2014.
2016. Microbiology An Introduction Functions of Arginase Isoforms in
12th Edition. USA: Pearson Education Macrophage Inflamatory Responses:
Inc. Pp. 1-5, 73-91, 442-463, 579-583 Impact on Cardiovascular Diseases
Tisserand, Robert. Young, Rodney. 2014. and Metabolic Disorders. Frontiers
Essential Oil Safety: a Guide for Media SA (www.frontiersin.org):
Health Care Professionals second Perspective Article, Vol. 5, article
edition. UK: Churchill Livingstone 633. Pp. 178-184. doi:
Elsevier. Pp. 5-90 10.3389/fimmu.2014.00420
Turgeon, Mary Louise. 2014. Immunology and
Serology in Laboratory Medicine Fifth
Edition . Missouri: Elsevier Mosby
Inc. Pp. 30-99, 197-200
Tang, Ling. Kirsner, Robert S. and Li, Jie.
2011. Extracellular Matrix Molecules
in Skin Wound Repair in in Wound
Healing: Process, Phases, and
Promoting, Jane E. Middleton (ed.).
New York: Nova Science Publishers
Inc. Pp. 49-71.2010.01.022
Thormar, Halldor. 2011. Antimicrobial Lipids
and Innate Immunity in Lipids and
Essential Oil as Antimicrobial Agents
(Thormar Halldor ed). USA: John
Wiley & Sons Ltd. Pp. 124-144
Takeuchi, Osamu. Akira, Shizuo. 2010.
Pattern Recognition Receptors and
Inflamation. Elsevier inc: Cell 140:
805-820. DOI 10.1016/j.cell
Travers, Jeffrey B. Mousdicas, Nico. 2008.
Gram-Positive Infections Associated
with Toxin Production in Klaus Wolff
et al (ed.), )LW]SDWULFN¶V 'HUPDWRORJ\
in General Medicine seventh edition.
USA: The McGraw-Hill Companies,
Inc. Pp. 1710-19
Traversa, B. Sussman, G. 2001. The Role of
Growth Factors, Cytokines and
Proteases in Wound Management.
Primary Intention, Vol. 9, No. 4: 161-
167
Yang, Junshu. Ji, Yinduo. 2014. Investigation
of Staphylococcus aureus Adhesion
and Invasion of Host Cells in Yinduo
Ji (ed.), Methicillin-Resistant
Staphylococcus aureus (MRSA)
Protocol, Methods in Molecular
84
JBP Vol. 19, No. 1, April 2017 ± William Sayogo