Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Tn.M DENGAN NYERI AKUT ABSES MANUS DEXTRA

Ida Ayu Jija Kristina S.Kep

NIM :

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CIREBON

SEMESTER GENAP

2022-2023

i
COVER .................................................................................................................. i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v

BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP DARAR PENYAKIT ABSES MANUS ....................................... 1
Pengertian Abses Manus ........................................................................................ 1
1. Pengertian Nyeri ............................................................................................... 1
2. Anatomi dan fisiologis ...................................................................................... 2
3. Etiologi Nyeri Akut Abses Manus .................................................................... 4
4. Manifestasi Klinis .............................................................................................. 6
5. Pathway .............................................................................................................. 8
6. Pemeriksaan Penunjang .................................................................................... 9
7. Komplikasi ...................................................................................................... 10
8. Penatalaksanaan .............................................................................................. 10
9. Pencegahan ....................................................................................................... 10

B. DAMPAK PENYAKIT TERHADAP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

1. Kebutuhan Oksigenasi ..............................................................................11


2. . Kebutuhan Nutrisi ................................................................................ 12
3. Kebutuhan Aktivitas ............................................................................... 12
4. Kebutuhan Rasa Aman ............................................................................ 12

BAB II
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian ................................................................................................ 13
a. Identitas Klien ............................................................................. 13
C. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)

1. Riwayat Keperawatan Sekarang ........................................................... 14


2. Riwayat Penyakit Sebelumnya ................................................................. 14
3. Riwayat Kesehatan Keluarga ................................................................... .14

ii
D. KEBUTUHAN DASAR KHUSUS
1. Pola Nutrisi ............................................................................................... 15
2. Pola Eliminasi ........................................................................................... 15
3. Pola Personal Hygiene ............................................................................... 15
4. Pola Istirahat dan Tidur ............................................................................. 16
5.Pola Aktivitas .............................................................................................. 16
6. Persistem ................................................................................................... 17
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG ................................................................. 21
F. TERAPI MEDIS ........................................................................................... 22
G. ANALISA DATA ........................................................................................... 22
H. INTERVENSI ................................................................................................ 26
I. IMPLEMENTASI ........................................................................................... 28
J. EVALUASI ...................................................................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 39

iii
iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan
Literature Review Gambaran Tingkat Stres Kerja Perawat Di Ruang Instalasi
Gawat Darurat.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya,
tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai
pihak.Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik
dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh
karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Cirebon, 12 April 2023

I.A. Jija Kristina S.Kep

v
vi
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT ABSES MANUS


1. Pengertian Abses Manus
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu
infeksi bakteri, jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat
maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan hancur meninggalkan
rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah
putih yang merupakan pertahanan tubuh melewan infeksi, bergerak ke
dalam rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan
mati sel darah putih itulah yang membentuk nanah, yang mengisi rongga
tersebut. Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan
terdorong. Jaringan pada akhirnya tumbuh disekeliling abses dan
menjadi dinding pembatas abses, hal ini merupakan mekanisme tubuh
untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut (Anggi. Noviyanti,
2019).
Abses Manus merupakan penimbunan nanah yang terakumulasi di
sebuah kavasitas jaringan akibat infeksi bakteri. Gejala yang dirasakan
gatal pada bagian kulit tertentu timbul benjolan kecil pada telapak
tangan dengan warna kemerahan, keluar nanah, nyeri tekan, nyeri
kepala, kulit meradang, bengkak dan demam (Ekasari & Hastuti, 2022).
2. Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan bagian dari pengalaman hidup sehari-hari.
Nyerimempunyai sifat yang unik, karena di satu sisi nyeri menimbulkan
derita bagiyang bersangkutan, tetapi disisi lain nyeri juga menunjukkan
suatu manfaat(Syaifudin,2011).
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkanyang berhubungan dengan kerusakan jaringan atau
potensial menyebabkankerusakan jaringan (Perry & Potter, 2010).

1
Nyeri bukan hanya merupakan modalitas sensori tetapi juga
merupakansuatu pengalaman. Menurut The International Association
for the Study of Pain (IASP) 2015 , nyeri didefinisikan sebagai suatu
pengalaman sensorik dan emosionalyang tidak menyenangkan yang
berhubungan dengan adanya atau potensirusaknya jaringan atau
keadaan yang menggambarkan kerusakan jaringan tersebut.
Berdasarkan definisi tersebut nyeri merupakan suatu gabungan
darikomponen objektif (aspek fisiologi sensorik nyeri) dan komponen
subjektif (aspekemosional dan psikologis).

3. Anatomi dan Fisiologis


Salah satu fungsi sistem saraf yang paling penting adalah
menyampaikan informasi tentang ancaman kerusakan tubuh. Saraf yang
dapat mendeteksi nyeri tersebut dinamakan nociception. Nociception
termasuk menyampaikan informasi perifer dari reseptor khusus pada
jaringan (nociseptors) kepada struktur sentral pada otak. Sistem nyeri
mempunyai beberapa komponen (gambar 2.1):
a. Reseptor khusus yang disebut nociceptors, pada sistem saraf perifer,
mendeteksi dan menyaring intensitas dan tipe stimulus noxious.(orde 1)
b. Saraf aferen primer (saraf A-delta dan C) mentransmisikan stimulus
noxious ke CNS.
c. Kornu dorsalis medulla spinalis adalah tempat dimana terjadi hubungan
antara serat aferen primer dengan neuron kedua dan tempat kompleks
hubungan antara lokal eksitasi dan inhibitor interneuron dan traktus
desenden inhibitor dari otak.
d. Traktus asending nosiseptik (antara lain traktus spinothalamikus
lateralis dan ventralis) menyampaikan signal kepada area yang lebih
tinggi pada thalamus. (orde 2)
e. Traktus thalamo-kortikalis yang menghubungkan thalamus sebagai
pusat relay sensibilitas ke korteks cerebralis pada girus post sentralis.
(orde 3)

2
Gambar 2.1. Lintasan sensibitlitas
f. Keterlibatan area yang lebih tinggi pada perasaan nyeri, komponen
afektif nyeri,ingatan tentang nyeri dan nyeri yang dihubungkan dengan
respon motoris (termasuk withdrawl respon).
g. Sistem inhibitor desenden mengubah impuls nosiseptik yang datang pada
level medulla spinalis (Wardani,2014).

Saat terjadinya stimulus yang menimbulkan kerusakan jaringan


hingga pengalaman emosional dan psikologis yang menyebabkan nyeri,
terdapat rangkaian peristiwa elektrik dan kimiawi yang kompleks, yaitu
transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi.
a. Transduksi adalah proses dimana stimulus noksius diubah menjadi
aktivitas elektrik pada ujung saraf sensorik (reseptor) terkait.
b. Proses berikutnya, yaitu transmisi dalam proses ini terlibat tiga
komponen saraf yaitu saraf sensorik perifer yang meneruskan
impuls ke medulla spinalis, kemudian jaringan saraf yang

3
meneruskan impuls yang menuju ke atas (ascendens), dari medulla
spinalis ke batang otak dan thalamus. Yang terakhir hubungan
timbal balik antara thalamus dan cortex.
c. Proses ketiga adalah modulasi yaitu aktivitas saraf yang bertujuan
mengontrol transmisi nyeri. Suatu senyawa tertentu telah
ditemukan di system saraf pusat yang secara selektif menghambat
transmisi nyeri di medulla spinalis. Senyawa ini diaktifkan jika
terjadi relaksasi atau obat analgetika seperti morfin.
d. Proses terakhir adalah persepsi, proses impuls nyeri yang di
transmisikan hingga menimbulkan perasaan subyektif dari nyeri
sama sekali belum jelas. Bahkan struktur otak yang menimbulkan
persepsi tersebut juga tidak jelas. Sangat di sayangkan karena nyeri
secara mendasar merupakan pengalaman subyektif yang dialami
seseorang sehingga sangat sulit untuk memahaminya (Nurjanah,
Amilia.2021) .

4. Etiologi Nyeri Akut Abses


Manus

Menurut (Putri, 2020) Abses dapat disebabkan karena adanya :

a. Infeksi Microbial
Salah satu penyebab yang paling sering ditemukan pada proses
radang infeksi microbial. Virus menyebabkan kematian sel
dengan cara multiplikasi intraseluler. Bakteri melepaskan
eksotokin yang spesifik yaitu suatu sintesis kimiawi yang secara
spesifik mengawali proses peradangan atau melepaskan
endotoksin yang ada hubungannya dengan dinding sel .
b. Reaksi Hipersentivitas
Reaksi hipersentivitas terjadi bila perubahan kondisi respons
imunologi mengakibatkan tidak sesuainya atau berlebihannya
reaksi imun yang akan merusak jaringan.
c. Agen Fisik

4
Kerusakan jaringan yang terjadi pada proses radang dapat
melalui trauma fisik, ultraviolet atau radiasi ion, terbakar atau
dingin yang berlebih (frosbite).
d. Bahan kimia iritan dan korosif Bahan kimiawi yang
menyebabkan korosif (bahan oksidan, asam basa) akan merusak
jaringan yang kemudian akan memprovokasi terjadinya proses
radang. Disamping itu, agen penyebab infeksi dapat melepaskan
bahan kimiawi spesifik yang mengiritasi dan langsung
mengakibatkan radang.
e. Nekrosis jaringan
Aliran darah yang tidak mencukupi akan menyebabkan
berkurangnya pasokan oksigen dan makanan pada daerah
bersangkutan, yang akan mengakibatkan terjadinya kematian
jaringan. Kematian jaringan sendiri merupakan stimulus yang
kuat untuk terjadinya infeksi. Pada tepi infark sering
memperlihatkan suatu respons radang akut.
Menurut siregar (2019) suatu infeksi bakteri menyebabkan abses
melalui beberapa cara:
1) Bakteri masuk ke dalam kulit akibat luka yang berasal
dari tusukan jarum yang tidak steril
2) Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang
lain.
3) Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam
tubuh manusia dan tidak menimbulkan gangguan, kadang
bisa menyebabkan terbentuknya abses. Peluang
terbentuknya abses akan meningkat jika terdapat kotoran
atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi ,
Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang
kurang, terdapat gangguan system kekebalan.

5
Zat- zat yangtimbul akibat nyeri :

Zat sumber Menimbulkan Efek pada


Nyeri aferen primer
Kalium Sel – sel yang ++ mengaktifkan
rusak
Seroronin Thrombosis ++ mengaktifkan
Bradikinin Kininogen +++ mengaktifkan
plasma
Histamin Sel-sel mast + mengaktifkan
Prostaglandin Asam ± sensitisasi
arakidonat
dan sel rusak
Lekotrien Asam ± sensitisasi
arakidonat
dan sel rusak
Substansi P Aferen primer ± sensitisasi
(Nurjanah, Amilia.2021) .

Histamin, bradykinin, dan prostaglandin E2 memiliki efek vasodilator dan


meningkatkan permeabilitas pembuluh darah sehingga terjadi edema local, tekanan
jaringan meningkat dan terjadi perangsangan nosiseptor. Ketika nosiseptor
terangsang, substansi peptide P dan kalsitonin gen terkait peptide akan merangsang
proses inflamasi, vasodilatasi, dan meningkatnya pemeabilitas pembuluh darah.
Serotonin memiliki efek vasokontriksi diikuti oleh vasodilatasi ,Semua
perangsangan nosiseptor ini yang menjadi penyebab nyeri (Bahrudin, 2018).

5. Manifestasi Klinis
Abses biasanya terbentuk diseluruh bagian tubuh. Menurut (Longso,
2018). Gejala dari abses tergantung kepada lokasi dan pengaruhnya
terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalanya biasanya berupa:

6
a. Nyeri (Dolor)
Nyeri merupakan respon yang bersifat subyektif terhadap adanya
stressor
fisik dan psikologik. Nyeri merupakan tanda peringatan adanya
kerusakan jaringan. Nyeri disebabkan oleh regangan dan distorsi jaringan
akibat edema dan terutama tekanan pus di dalam rongga abses. Beberapa
mediator kimiawi pada radang akut termasuk bradikinin, prostaglandin,
dan serotonin, diketahui juga dapat mengakibatkan nyeri.
b. Nyeri tekan
Nyeri tekan timbul di daerah yang terjadi kerusakan jaringan.
c. Pembengkakan (Tumor)
Pembengkakan sebagai hasil adanya edema merupakan suatu akumulasi
cairan di dalam rongga ekstravaskuler yang merupakan bagian dari
cairan eksudat dan dalam jumlah sedikit, kelompok sel radang yang
masuk dalam daerah tersebut.
d. Kemerahan (Rubor)
Jaringan yang mengalami radang akut tampak merah, sebagai contoh
kulit yang terkena sengatan matahari, warna kemerahan ini terjadi akibat
adanya dilatasi pembuluh darah kecil dalam daerah yang mengalami
kerusakan.
e. Panas (calor)
Peningkatan suhu hanya tampak pada bagian perifer atau tepi tubuh,
seperti pada kulit. Peningkatan suhu ini diakibatkan oleh peningkatan
aliran darah (hiperemia) yang hangat pada daerah tersebut,
mengakibatkan system vaskuler dilatasi dan mengalirkan darah hangat
pada daerah tersebut. Demam sistemik sebagai hasil dari beberapa
mediator kimiawi proses radang juga ikut meningkatkan temperatur
lokal.

7
6. Path way

8
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Hidayati, 2019) pemeriksaan pada abses dapat dilakukan
sebagai berikut:
1. Pemeriksaan leukositosis bisa terjadi terutama saat kondisi akut
2. Radilogi, hal ini dilakukan rutin untuk evaluasi fistula. Dapat
membantu
saat luka pertama sulit untuk diidentifikasi atau dalam kasus kambuhan
atau untuk mengidentifikasi jalur sekunder pada fistula multiple dan
sebagainya.
3. CT Scan, membantu dalam pengaturan terhadap penyakit infeksi
perirectal disbanding dalam pengaturan terhadap fistula yang kecil
karena lebih baik dengan mengeringkan cairan kantong daripada sebuah
fistula kecil dalam mencari salurannya. Untuk menentukan ukuran dan
lokasi abses dalam, bisa dilakukan pemeriksaan rontgen, USG, atau
MRI.
8. Komplikasi
Jika infeksi bisa terlokalisir oleh dinding abses, biasanya infeksi
tidak menyebar. Dalam beberapa kasus, infeksi yang dimulai di dalam
abses kulit dapat menyebar ke jaringan disekitarnya dan diseluruh tubuh,
yang menyebabkan komplikasi serius. Beberapa abses baru dapat terbentuk
pada sendi, tangan atau lokasi lain di kulit. Jaringan kulit dapat mati akibat
infeksi, yang menyebabkan gangrene, ketika infeksi menyebar secara
internal di dalam tubuh dapat menyebabkan endocarditis yang berakibat
fatal jika tidak di tangani sejak dini. Infeksi juga bisa menyebar ke tulang
menyebabkan osteomyelitis. Dalam beberapa kasus, bakteri penyebab
abses dapat menyebabkan sepsis (Rahmadevi, Andriani yuni, 2017).
9. Penatalaksanaan
Menurut (Riadi, Medica, 2019). Penatalaksaan pada klien dengan
abses diantaranya adalah:
a. Drainase Abses dengan menggunakan pembedahan biasanya
diindikasikan apabila abses telah berkembang dari peradangan
serosa yang keras menjadi tahap pus yang lebih lunak. Apabila

9
menimbulkan resiko tinggi, misalnya pada area yang kritis,
tindakan pembedahan dapat ditunda atau dikerjakan sebagai
tindakan terakhir yang dilakukan.
b. Seringkali abses disebabkan oleh bakteri straphylococcus
aureus, antibiotic antistafilokokus seperti flucloxacillin atau
dicloxacillin sering digunakan. Dengan adanya kemunculan
staphylococcuss aerus resisten methicillin (MRSA) yang
didapat melalui komunitas, antibiotic biasa tersebut menjadi
tidak efektif. Untuk menangani MRSA yang didapat melalui
komunitas, digunakan antibiotic lainseperti clindamycin,
trimetroprim, sulfamethoxazole, dan doxycycline.

10. Pencegahan
Abses tidak selalu bisa dicegah. Namun, ada beberapa cara yang bisa
dilakukan untuk menurunkan risiko terkena infeksi bakteri penyebab abses,
yaitu:
a. Mengonsumsi, serta memperbanyak asupan buah-buahan dan sayuran

b. Menjaga kesehatan kulit, dengan rajin mandi, mengganti pakaian,


serta mencuci tangan secara teratur menggunakan sabun dan air
mengalir
c. Melakukan perawatan jika terdapat luka atau goresan, dengan
mencuci luka, mengoleskan obat antiseptik, dan menutupnya dengan
kain kasa steril
d. Berhenti merokok
e. Tidak berbagi barang-barang pribadi, seperti handuk, baju, dan pisau
cukur, dengan orang lain (Riadi, Medica, 2019).

10
B. DAMPAK PENYAKIT TERHADAP KEBUTUHAN DASAR
MANUSIA

1. Kebutuhan Oksigenasi
Stimulasi nosiseptif dari pusat batang otak menyebabkan
peningkatan respiratory drive, walaupun hipoventilasi segmental mungkin
terjadi akibat hasil dari peningkatan tonus otot atau spasme bronkus.
Peningkatan konsumsi oksigen tubuh total dan karbon dioksida
menyebabkan peningkatan kebutuhan ventilasi per menit, yang kemudian
meningkatan kerja napas, khususnya pada pasien dengan penyakit paru
yang mendasari. Nyeri setelah pembedahan akan menimbulkan peningkatan
tonus otot yang dapat menimbulkan risiko hipoventilasi, kesulitan bernapas
dalam dan mengeluarkan sputum.
Penurunan gerakan dinding dada menurunkan volume tidal dan
kapasitas sisa fungsional yang dapat menyebabkan atelektasis, mengganggu
ventilasi perfusi paru, intrapulmonary shunting, hipoksemia, dan terkadang
hipoventilasi. Penurunan kapasitas vital menyebabkan penurunan reflek
batuk dan pembersihan sekret. Pasien nyeri yang tirah baring lama atau
imobilisasi dapat mengalami perubahan yang sama pada fungsi paru. Fungsi
respirasi, khususnya pada paru, akan terganggu secara signifikan akibat
adanya nyeri yang ditimbulkan setelah operasi.
Perubahan fungsi respirasi yang disebabkan oleh respon stress
adalah penurunan functional residual capacity (FRC). FRC adalah jumlah
udara yang tersisa di paru pada akhir ekspirasi normal. Penyebab utama
penurunan FRC adalah nyeri pasca operasi, yang menurunkan kedalaman
dan laju pernapasan. Ketika FRC menurun, kondisi udara di paru menjadi
kurang dari closing capacity, yaitu volume udara di paru yang diperlukan
untuk mencegah alveoli kolaps. Ketika FRC kurang dari closing capacity,
terjadi penutupan saluran napas, dengan hasil ketidakseimbangan ventilasi
perfusi, shunting of blood, dan hipoksemia (Sujana,2017).

11
2. Kebutuhan Nutrisi
Dalam penelitian Hasibuan (2018) Risiko kekurangan nutrisi pada
pasien pasca operasi lebih tinggi untuk komplikasi dan infeksi, mengurangi
pemulihan dan penyembuhan luka pada post operasi (Garth dkk,
2010).Prevalensi kekurangan nutrisi pada pasien rawat inap tinggi dan
sering tidak terdiagnosis didunia barat. Tangvik dkk. (2014) menemukan
dalam survei prevalensidi RumahSakit Haukeland Universitasbahwa 29%
pasien rawat inap diklasifikasikan berada padagizirisiko, dan bahwa pasien
ini secara signifikan meningkatkan morbiditas, mortalitas, lama rawatinap.
Pembedahan menyebabkan stres fisiologis, peningkatan pengeluaran
energidan dapat menyebabkan keseimbangan nitrogen
negati(Barlow,2014). Pasca operasi akan tergantung pada jenisdan
besarnya operasi, penyakit lain yang ada, komplikasi, usia pasien danstatus
gizi (Kosthold, 2012). Pasien yang menjalani operasi memiliki risiko lebih
tinggi untuk kekurangan gizi,

3. Kebutuhan Aktivitas
Pada pasien pasca operasi dimana individu yang mengalami atau
beresiko mengalami keterbatasan gerakan fisik. Individu yang mengalami
atau beresiko mengalami keterbatasan gerakan akibat luka pasca operasi
dan rasa nyeri yang dialami yang mengganggu pergerakan (aktivitas)
(Sujana,2017).

4. Kebutuhan Rasa Aman


Pada pasien pasca operasi biasanya memiliki keterhambatan
mobilitas fisik yang diakibatkan luka pasca operasi memiliki risiko jatuh ,
hal tersebut akan berpengaruh pada kebutuhan rasa aman pasien selama
proses penyembuhan (Riadi, medica,2019).

12
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Ruang : Rawat Inap Kls 3
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M
Jenis Kelamin : laki-laki
Tempat tanggal lahir : Palimanan , 17-08-1975
Umur : 48th
Anak ke : 2
Nama Ayah : Tn.G
Nama Ibu : ny.S
Pekerjaan Ayah : usaha tambak ikan
Pekerjaan Ibu : ibu rumah tangga
Pendidikan Ayah : sd
Pendidikan Ibu : sd
Agama : islam
Suku/Bangsa : Indonesia
Alamat : ps. Bebetan, paliamanan, Cirebon
Tanggal masuk rumah sakit : 08/04/2023
Diagnosis medis : Abses Manus Dextra
Sumber informasi : istri

13
B. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)
1. Riwayat Keperawatan Sekarang
a. Keluhan utama : pasien mengeluh nyeri dan bengkak pada
tangan kanan , Skala nyeri 8 seperti tertusuk , hilang timbul
setiap waktu
b. Lama keluhan : pasien mengeluh bengkak sudah 5 hari
c. Akibat timbulnya keluhan: pasien mengeluh merasa nyeri pada
tangan kanan tanpa disadari dan membengkak selama 5 hari
d. Faktor yang memperberat : pasien berkata akan terasa nyeri dan
membengkak jika mulai bekerja menggunakan tangan kanannya
e. Upaya untuk mengatasi : pasien berkata tidak meminum obat
apapun selama 5 hari sebelum dating ke rumah sakit
2. Riwayat Keperawatan Sebelumnya
a. Prenatal : tidak terdapat masalah
b. Intara natal : tidak terdqapat masalah
c. Post natal :tidak terdapat masalah
d. Luka/operasi : terdapat luka abses manus dextra
e. Alergi : tidak terdapat alergi obat maupun makanan
f. Pola kebiasaan : pasien berkata hanya mencuci makan Ketika
ingin makan saja dan jika terasa sangat kotor
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Komposisi keluarga :

: laki-laki meninggal

14
: perempuan

: garis keturunan

:keluarga inti

: pasien

b. Lingkungan rumah dan komunitas : pasien mengatakan lingkungan


rumah cukup bersih namun pasien sering bekerja di kebun rumah
c. Kultur dan kepercayaan :pasien percaya penyakitnya
d. Fungsi dan hubungan keluarga : pasien sebagai ayah dari 2 anak laki-
laki nya, pasien bekerja setiap hari membantu usaha tambak ayah nya
e. Perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan : pasien mengatakan
hanya mencuci tangan dengan sabun Ketika hendak makan atau di rasa
tangan terlihat sangat kotor
f. Persepsi keluarga tentang penyakit klien : istri pasien mengatakan
khawatir dengan tangan suaminya berharap bisa segera pulih

C. KEBUTUHAN DASAR KHUSUS


1. Pola Nutrisi
a. Frekuensi makan :3 x sehari
b. Nafsu makan : baik
c. Jenis makanan rumah : nasi, sayur dan lauk pauk seperti ikan
atau ayam
d. Makanan yang tidak disukai/alergi/pantangan : tidak ada
2. Pola Eliminasi :
a. BAK
- Frekuensi :5 kali
- Warna : kuning terang

15
- Keluhan saat BAK : tidak ada
b. BAB
- Frekuensi :2 kali
- Warna : coklat muda
- Bau : normal
- Konsistensi : lunak
- Keluhan : tidak ada
3. Pola Personal Hygiene
a. Mandi
- Frekuensi : 2x/hari
- Sabun : Ya
b. Oral hygiene
- Frekuensi : 2 x/hari
- Waktu : Ya
c. Cuci rambut
- Frekuensi : . 2 hari sekali
- Shampo : Ya
4. Pola istirahat dan tidur
- Lama tidur : 5 jam/hari
- Kebiasaan sebelum tidur : pasien biasanya bersih-bersih sebelum
tidur
- Keluhan : pasien mengeluh sulit tidur karena nyeri pada
tangannya sudah 5 hari
5. Pola aktivitas
a. Kegiatan dalam sehari-hari : pasien mengatakan biasanya dia
dapat bekerja seperti biasa namun setelah tangannya nyeri dan
membengkak pasien mengeluh sulit untuk beraktifitas normal
pada tangannya
b. Kegiatan waktu luang : pasien mengatakan biasanya sering
membantu usaha ayahnya di tambak dan berkebun di rumah
c. Keluhan dalam beraktivitas : pasien mengeluh sulit menulis dan
melakukan aktifitas pada tangan kanannya

16
d. Penampilan umum : pasien mengeluh merasa kurang nyaman
dengan tampilan tangannya yang bengkak , pasien merasa cemas
dengan luka bengkak ditangannya
e. Kesadaran :
- Kualitatif : pasien mengatakan masih dapat berjalan dan
berkomunikasi seperti biasa
- Kuantitatif : pasien tampak kooperatif , kesadaran
composmentis , GCS : 4 Eye : 5 Verbal : 6
f. Vital Sign :
- TD : 107/74
- Nadi : 75 x/menit
- RR : 20 x/menit
- Suhu : 36°C
g. BB/TB : 75 kg/168 cm
6. Persistem
a. Sistem Respirasi
- Bentuk dada : Simetris ( Normal)
- Pengembangan dada : Normal ( dada kiri dan kanan sama)
- Retraksi dinding dada : Normal
- Tanda jejas : Normal tidak ada tanda jejas
- Taktil fremitus : Normal
- Massa : Tidak ada massa
- Dispnea : Klien tidak mengalami dispnea
- Ortopnea : klien nampak tidak mengalami ortopnea
- Perkusi thoraks : Normal / sonor
- 10.Suara nafas : Normal vesikuler
- 11.Bunyi nafas tambahan : Tidak ada bunyi nafas tambahan
- 12.Nyeri dada : Klien tidak merasakan nyeri
- 13.Lain-lain : -
b. Digestive
- Warna kulit : Sawo Matang
- Distensi abdomen : Klien tidak mengalami distensi

17
abdomen
- Ostomy : Tidak ada ostomy
- Tanda jejas : Tidak terdapat tanda jejas
- Peristaltik : Normal 12x/ Menit
- Perkusi abdomen : Normal ( Timpani)
- Massa : Tidak ada massa
- Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan
c. Cardiovaskuler
- Iktus kordis : Normal
- Ukuran jantung : Normal
- Nyeri dada : Tidak merasakan nyeri
- Palpitasi : Tidak ada palpitasi
- Bunyi jantung : Normal
- Lain-lain : -

d. Endokrin
- Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
- Tidak teraba tumor
- Gula darah sewaktu 139 mg/dl

e. Reproduksi
- Tidak terdapat lesi bagian kelamin
- Skrotum teraba 2 buah
- Tidak ada nyeri tekan
f. Musculoskeletal
- Warna kulit : Sawo Matang
- Purpura / ekimosis : Tidak ada
- Atropi : Klien tidak mengalami atropi
- Hipertropi : Klien tidak mengalami hipertropi
- Lesi : Ada luka pada punggung tangan
- Pigmentasi : Klien tidak mengalami pigmentasi

18
- Luka : ada luka Lokasi: punggu tangan dan jari-jari tangan
Ukuran : 8cm
- Deformitas sendi : Tidak
- Deformitas tulang : Tidak
- Tremor : Klien tidak mengalami tremor
- Varises : Klien tidak mengalami varises
- Edema : Klien mengalami edema pada tangan
- Seblah kanan
- Pergerakan : Nampak klien bergerak dengan baik
- Kekakuan sendi : Tidak mengalami kekakuan sendi
- Kekuatan otot : Baik
- Tonus otot : Normal
- Kekuatan sendi : Baik.
- Nyeri : nyeri pada tangan seblah kiri
- Diaphoresis : Tidak
g. Perkemihan
- Saluran perkemihan baik tidak terdapat ISK
- BAK : 5x sehari
- Warna kuning terang berbau khas
h. Integumen
- Turgor kulit : Turgor kulit klien baik, tampak ada
pembengkakan di bagian tangan kanan, kulit kemerahan
pada tangan kanan
- Kelembaban kulit : Nampak lembab
- Capillary Tefilling Time (CRT) : Normal kurang dari 3 detik
i. Neurosensory/persarafan
- Tingkat kesadaran : Compos Mentis
- Koordinasi : Normal
- Memori : Baik
- Orientasi : Baik
- Konfusi : Klien tidak mengalami konfusi
- Keseimbangan : Baik

19
- Kelumpuhan : Tidak ada kelumpuhan
- Gangguan sensasi : Tidak mengalami gangguan
- sensasi
- Kejang-kejang : Tidak mengalami kejang
J. Penginderaan
a) Mata
- Kesimetrisan : Simetri kanan dan kiri
- Edema kelopak mata : Nampak klien tidak mengalami
edema
- Ptosis : Nampak klien tidak mengalami ptosis
- Sklera : Nampak sklera normal, tidak icterus
- Konjungtiva : Nampak konjungtiva normal, tidak anemis
- Ukuran pupil : Isokor
- Ketajaman penglihatan : Baik
- Pergerakan bola mata : Pergerakan bola mata normal
- Lapang pandang : Baik
- Diplopia : Tidak diplopia ( Penglihatan ganda)
- Photohobia : Klien tidak mengalami photobia
- Nistagmus : Klien tidak mengalami nistagmus
- Reflex kornea : Refleks kornea normal
- .Nyeri : Tidak ada nyeri
b) Telinga
- Kesimetrisan : Simetris kanan dan kiri
- Sekret : Nampak tidak ada sekret
- Serumen : Tidak terdapat serumen
- Ketajaman pendengaran : Normal ( berfungsi dengan baik)
- Tinnitus : Tidak terdapat tinnitus
- Nyeri : Tidak nyeri
c) Hidung
- Kesimetrisan : Simetris
- Perdarahan : Tidak ada perdarahan
- Sekresi : Tidak terdapat sekresi

20
- Fungsi penciuman : Normal ( berfungsi dengan baik)
- Nyeri : Tidak merasakan nyeri
d) Mulut
- Fungsi berbicara : klien dapat berbicara dengan baik
- Kelembaban bibir : Nampak bibir klien sedikit kering
- Posisi uvula : Normal
- Mukosa : Baik, tidak ada lesi
- Keadaan tonsil : Normal
- Stomatitis : Klien tidak mengalami stomatitis
- Warna lidah : Merah mudah , Nampak pucat
- Tremor pada lidah : Klien tidak mengalami tremor pada
lidah
- Kebersihan lidah : Nampak bersih
- Bau mulut : Tidak berbau
- Kelengkapan gigi : Nampak gigi klien tidak lengkap
- Kebersihan gigi : bersih
- Karies : Nampak terdapat sedikit karies
- Suara parau : Klien tidak mengalami suara parau
- .Kesulitan menelan : Klien tidak mengalami kesulitan
menelan
- Nyeri menelan : Klien tidan nyeri pada saat menelan
- Kemampuan mengunyah : Klien mampu mengunyah
dengan baik
- Fungsi mengecap : Normal ( berfungsi dengan baik)

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium

PARAMETER HASIL NORMAL UNIT


Darah Rutin
hemoglobin 16.2 13-18 g/dl

21
Leukosit 16.500 4.000-10.000 /ul
Trombosit 209.000 150.000- Sel/mm3
450.000
hematokrit 46 40-52 %
eritrosit 5.2 4.5-6.0 Juta/uL
Diff count
basofil 0 0-1 %
eosinofil 0 1-4 %
Neutrophil 1 2-6 %
batang
Neutrophil 91 50-70 %
segmen
limfosit 5 20-40 %
Monosit 2 2-8 %
Glukosa 139 <150 mg/dl
sewaktu

E. TERAPI MEDIS
1) Drainase dan debridement
2) lidocaine 2 amp
3) cefritiaxon 1gr 2x1
4) ketorolax 30mg 3x1
5) RL 500ml 20tpm
6) octonic gel 1x1
F. ANALISA DATA
No Data Etiologi Problem
1. Ds : pasien mengeluh nyeri , Infeksi Nyeri akut
skala 7
Do : pasien tampak meringis Sebagian sel mati
dan hancur ,
meninggalkan

22
rongga berisi sel
terinfeksi

Leukosit
bergerak kedalam
rongga tersebut
menelan bakteri
kemudian mati

Membentuk pus

Akumulasi
neutrophil yang
telah mati
terlokalisir

Abses

Proses inflamasi

Pelepasan
bradikin

Merangsang
ujung syaraf
bekas

NYERI

2. Ds : pasien mengeluh luka Infeksi Risiko Infeksi


bengkak bagian tangan
kanan sudah 5 hari

23
Do : tampak abses pada Sebagian sel mati
tangan kanan , kemerahan , dan hancur ,
bengkak dan terdapat nyeri meninggalkan
tekan rongga berisi sel
terinfeksi

Leukosit
bergerak kedalam
rongga tersebut
menelan bakteri
kemudian mati

Membentuk pus

Akumulasi
neutrophil yang
telah mati
terlokalisir

Abses

Proses inflamasi

Risiko infeksi
3. Ds : pasien mengeluh sulit Infeksi Gangguan pola
tidur karena rasa nyeri di tidur
tangannya , pasien Sebagian sel mati
mengatakan hanya tidur 5 dan hancur ,
jam sehari meninggalkan
Do : pasien tampak kurang rongga berisi sel
tidur terinfeksi

24
Leukosit
bergerak kedalam
rongga tersebut
menelan bakteri
kemudian mati

Membentuk pus

Akumulasi
neutrophil yang
telah mati
terlokalisir

Abses

Proses inflamasi

Pelepasan
bradikin

Merangsang
ujung syaraf
bekas

Nyeri

Timbul rasa
gelisah

Kurang istirahat
tidur

25
Gangguan pola
Tidur

4. Ds : : pasien mengatakan Proses inflamasi Gangguan rasa


biasanya dia dapat bekerja nyaman
seperti biasa namun setelah
tangannya nyeri dan Nyeri
membengkak pasien
mengeluh sulit untuk Menghambat
beraktifitas normal pada gerak pada
tangannya, pasien merasa bagian tubuh
tidak nyaman dengan sakit tertentu
ditangannya
Do : aktifitas bagian tangan gelisah
kanan sedikit terganggu ,
pasien tampak gelisah dan Gangguan rasa
cemas nyaman

G. INTERVENSI
N DIAGNOSIS INTERVENSI PARAF
O KEPERAWA
TUJUAN TINDAKAN RASIONAL
TAN
Nyeri akut b/d Mengurangi - Edukasi - Agar pasien Jija
agen cidera nyeri pasien manajemen lebih mengerti
fisiologis nyeri tentang nyeri
inflamasi d/d - Pemberian yang dirasakan
pasien obat - Agar nyeri
mengeluh - Pemantauan berkurang
nyeri skala 7 , nyeri - Mengetahui
pasien tampak skala nyeri
meringis, pasien

26
Risiko infeksi Meminimali - Perawatan - Agar pasien Jija
b/d kerusakan sir risiko luka terhindar dari
integritas kulit infeksi - Pemantauan infeksi
d/d pasien pasien tanda-tanda - Agar ttv pasien
mengeluh meningkatka vital terpantau stabil
nyeri pada n rasa - Pemantauan - Agar menjaga
tangan nyaman elektrolit kebersihan diri
kanannya , pasien - Dukungan pasien menjadi
terdapat abses perawatan lebih nyaman
abnus dextra diri : mandi -

Gangguan Agar pasien - Manajemen - Agar pasien Jija


pola tidur b/d bisa istirahat lingkungan nyaman
hambatan cukup - Manajemen dengan
lingkungan d/d nutrisi lingkungan
pasien - Terapi yang bersih
mengeluh musik - Memantau
tidur hanya 5 nutrisi pasien
jam sehari, agar dapat
istirahat pasien istirahat cukup
tampak dan nyeri
terganggu berkurang
- Membantu
relaksasi
pasien agar
lebih mudah
tidur
Gangguan rasa Agar pasien - Kompres - agar rasa panas Jija
nyaman b/d merasa aman dingin sekitar area
gejala dan nyaman - Edukasi luka menurun
penyakit abses dalam manajemen dan pasien
manus dextra stress lebih nyaman

27
d/d pasien melakukan - Perawatan - agar pasien
mengeluh aktifitas area insisi mampu
tidak nyaman, mengontrol
cemas , pasien stress dan lebih
tampak sedikit tenang
gelisah - agar tidak
infeksi area
luar luka

A. IMPLEMENTASI

DIAGNOSIS
TANGGAL IMPELEMENT RESPON PARAF
/WAKTU KEPERAWATAN ASI
8/4/23 Nyeri akut Memantau nyeri Ds: pasien mengatakan Jija
10.00 pasien nyeri dibagian tangan kanan
skala 8, nyeri seperti
ditusuk, hilang timbul setiap
waktu
Do : terdapat oedem abses
dextra, tampak kemerahan
dan nyeri tekan
08/4/23 Risiko infeksi Memantau tanda- Ds : pasien mengeluh nyeri Jija
10.05 tanda vital skala 8
Do :
TD : 107/74mmhg
Nadi : 75 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36°C
08/4/23 Risiko infeksi Memantau Ds : pasien mengatakan Jija
11.00 elektrolit makan 3x sehari, minum 8x

28
sehari
Do : memberikan RL 500ml
20 tpm sesuai anjuran dokter
bedah
08/4/23 Gangguan pola tidur Memanejemen Ds : pasien mengatakan Jija
12.00 lingkungan nyaman setelah ruangan
dibersihkan
Do : pasien tampak nyaman
masih sedikit cemas
08/04/23 Gangguan rasa Memberi kompres Ds : pasien merasa lebih Jija
12.20 nyaman dingin di luar area nyaman sedikit setelah di
luka berikan kompres
Do : pasien tampak nyaman
08/04/23 Gangguan rasa Mengedukasi Ds : pasien mengatakan Jija
nyaman manajemen stress mengerti dan akan mencoba
lebih relax
Do : pasien tampak
memahami edukasi yang
diberikan
09/04/23 Risiko infeksi Memantau tanda- Ds : pasien mengeluh nyeri Jija
14.00 tanda vital skala 7
Do :
TD : 100/80mmhg
Nadi : 72 x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 36,5°C
09/04/23 Nyeri akut Memberikan obat Ds : pasien mengatakan Jija
14.30 keterolax 3x1 masih merasa nyeri
Do: pasien menerima inj
keterolax
09/04/23 Nyeri akut Memantau nyeri Ds : pasien mengatakan Jija
14.35 pasien masih merasa nyeri skala 7
Do: pasien tampak sedikit
menahan nyeri

29
09/04/23 Gangguan pola tidur Memanajemen Ds : pasien merasa nyaman Jija
15.00 lingkungan setelah lampu di redupkan ,
AC di turunkan suhu
membuat klien lebih
nyaman
Do : pasien tampak mulai
bisa beristirahat tidur siang
09/04/23 Risiko infeksi Mendukung Ds : pasien merasa lebih Jija
16.30 perawatan diri, nyaman
memandikan Do : pasien tampak bersih ,
pasien luka terpantau tidak ada
tanda infeksi
09/04/23 Risiko infeksi Merawat luka Ds : pasien mengatakan Jija
17.00 nyeri saat disentuh
Do : terdapat luka abses,
luka terpantau masih
membengkak, merah, teraba
kulit panas
09/04/23 Gangguan pola tidur Memanajamen Ds : pasien mengatakan Jija
17.25 nutrisi, memberi kenyang
makan pasien Do: pasien menghabiskan
makanan 1 porsi , nutrisi
harian terpenuhi
09/04/23 Gangguan rasa Mengedukasi Ds : pasien mengatakan Jija
19.30 nyaman manajemen stress sudah lebih legowo dan
tenang namun masih merasa
gelisah
Do : pasien tampak sedikit
gelisah
10/04/23 Risiko infeksi Memantau tanda- Ds : pasien mengatakan Jija
20.00 tanda vital nyeri sedikit berkurang
skala 6
Do : pasien tampak sedikit
lebih tenang
TD : 110/80mmhg

30
Nadi : 72 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36°C

10/04/23 Gangguan rasa Memberikan Ds : pasien mengatakan Jija


20.25 nyaman kompres dingin bengkaknya mulai mengecil
Do : pembengkakan kian
mengecil, kemerahan masih
sedikit , pasien tampak
nyaman
10/04/23 Gangguan rasa Melakukan Ds : pasien mengatakan Jija
21.05 nyaman perawatan insisi masih sedikit nyeri skala 6
memberikan salep Do : luka masih sedikit
octonic gel kemerahan, pemberian
octonic gel agar mengurangi
resiko infeksi, pasien
tampak nyaman
10/04/23 Nyeri akut Memberikan obat Ds : pasien mengatakan Jija
23.10 ceftriaxone 2x1 nyeri membaik skala 6
dan keterolax 3x1 Do : pasien tampak lebih
nyaman , nyeri berkurang
10/04/23 Gangguan pola tidur Memanajemen Ds : pasien merasa mulai Jija
24.00 lingkungan , mengantuk dan lebih
meredupkan nyaman
lampu ruangan, Do : pasien tampak mulai
mengatur suhu bisa beristirahat lebih
ruangan nyaman
11/ 04/23 Risiko infeksi Memantau tanda- Ds : pasien mengatakan Jija
03.50 tanda vital merasa lebih nyaman dari
hari sebelumnya
Do :
TD : 110/80mmhg
RR :20x/menit
Nadi : 74 x/menit
Suhu : 36,1 °C

31
11/04/23 Risiko infeksi Memantau cairan Ds : pasien mengaatakan Jija
05.00 elektrolit, masih sedikit nyeri skala 6
memberikan Do : pasien tampak
cairan RL 500ml beristirahat, tidak meringis,
20tpm turgor kulit baik , cairan
elektrolit sesuai kebutuhan
11/04/23 Risiko infeksi Memberi Ds : pasien merasa lebih Jija
06.00 dukungan segar
perawatan diri : Do: pasien tampak lebih
mandi, bersih
Memandikan
pasien
11/04/23 Risiko infeksi Melakukan Ds : pasien merasa luka Jija
06.25 perawatan luka lebih baik dari sebelumnya
Do :luka sudah Tindakan
operasi local debridement, ,
masih merah dan kulit
sekitar luka terasa sedikit
hangat.
11/04/23 Gangguan rasa Merawat bagian Ds : pasien mengatakan Jija
07.00 nyaman insisi , nyeri skala 6
memberikan Do : luka masih tampak
octonic gel merah dan lembab
11/04/23 Gangguan rasa Memberikan Ds : pasien mengatakan Jija
20.25 nyaman kompres dingin sudah bisa tidur cukup baik
dari jam 1 malam dan
merasa nyaman saat di
kompres
Do:pembengkakan terlihat
mulai membaik , pasien
tampak mulai bisa mencoba
istirahat
11/04/23 Risiko infeksi Memantau tanda- Ds : pasien mengatakan Jija
21.00 tanda vital senang ttv dikontrol
Do: pasien tampak nyaman

32
TD :110/80mmhg
RR :20 x/menit
N : 76x/menit
11/04/23 Nyeri akut Memberikan obat Ds : pasien mengatakan Jija
21.30 ceftriaxone dan masih sedikit nyeri skala 6
ketorolac Do : pasien tampak
membaik tidak meringis
hanya sedikit menahan nyeri
11/04/23 Gangguan pola tidur Memberikan terapi Ds : pasien mengatakan Jija
21.40 music senang mendengarkan
sholawat membuat nyerinya
merasa lebih nyaman
Do : pasien tampak lebih
tenang
11/04/23 Nyeri akut Memantau nyeri Ds : pasien mengatakan Jija
22.00 nyeri skala 6, seperti
tertusuk, hilang timbul
setiap saat
Do : pasien tampak sedikit
menahan nyeri
12/04/23 Risiko infeksi Memantau cairan Ds : pasien mengatakan Jija
02.00 elektrolit sudah banyak minum
5x/sehari
Do : terpantau masih
memberikan infus RL
500ml/ 20 tpm
12/04/23 Gangguan pola tidur Memanajemen Ds : pasien mengatakan Jija
02.10 lingkungan agar lebih nyaman tidur dengan
lebih nyaman lampu redup
Do : pasien tampak mulai
bisa beristirahat
12/04/23 Risiko infeksi Memantau tanda- Ds : pasien mengatakan Jija
05.00 tanda vital nyaman di cek rutin
Do :
TD : 100/80mmhg

33
N: 75 x/menit
RR : 20x/menit

12/04/23 Gangguan pola tidur Memanajemen Ds : pasien mengatakan Jija


06.00 nutrisi , memberi kenyang
sarapan pagi Do : pasien tampak
pasien menghabiskan 1 porsi
makanan
12/04/23 Risiko infeksi Memandikan Ds : pasien mengatakan Jija
06.30 pasien lebih bersih dan segar
Do : pasien tampak nyaman
12/04/23 Risiko infeksi Merawat luka Ds : pasien mengatakan Jija
07.00 masih merasa sedikit nyeri
namun sudah lebih nyaman
dari sebelumnya , skala
nyeri 5
Do : terpantau luka post
surgery tidak ada pus, luar
insisi mulai lebih kering,
sedikit lembab, bandage
sudah diganti baru
12/04/23 Nyeri akut Memberikan obat Ds : pasien mengatakan Jija
07.15 octonic gel pada lebih nyaman sedikit, skala
bagian luka , nyeri 5 , nyeri seperti
injeksi ketorolac tertusuk, hilang timbul
setiap 5 menit
Do : pasien tampak sedikit
menahan nyeri . tidak ada
tanda alergi

J. EVALUASI

34
DIAGNOSIS
TANGGA EVALUASI PARAF
L/WAKTU KEPERAWATAN
13/04/23 Nyeri akut b/d agen cidera S : pasien mengatakan nyeri Jija
08.00 fisiologis inflamasi d/d pasien mulai berkurang skala 5
mengeluh nyeri skala 8, nyeri O : pasien tampak sedikit
seperti ditusuk, hilang timbul menahan nyeri
setiap waktu, pasien tampak A : nyeri akut masih berlanjut
meringis P : lanjutkan intervensi
- Pemberian obat
- Pemantauan nyeri

13/04/23 Risiko infeksi b/d kerusakan S : pasien mengeluh nyeri skala Jija
integritas kulit d/d pasien 5, sudah tidak bengkak hanya
mengeluh nyeri pada tangan saja masih luka pasca operasi
kanannya , terdapat luka membuat klien masih merasa
post operasi abses abnus nyeri , sudah tidak terasa panas
dextra O : terlihat tidak ada pus, luka
masih terlihat agak lembab,
tidak ada tanda alergi maupun
tanda infeksi
A : pencegahan risiko infeksi
tercapai
P : lanjutkan intervesi
- Perawatan luka
- Pemantauan tanda-tanda
vital
- Pemantauan elektrolit
- Dukungan perawatan diri :
mandi

-
13/04/23 Gangguan pola tidur b/d S : pasien mengatakan sudah Jija
hambatan lingkungan d/d bisa tidur lebih lama dan lebih
pasien mengeluh tidur nyaman jika tidur dengan
hanya 5 jam sehari, istirahat keadaan lampu redup
pasien tampak terganggu O : pasien tampak mulai bisa
beristirahat tampak sedikit
gelisah
A : tujuan tercapai
P : lanjutkan intervensi

- Manajemen lingkungan

35
- Manajemen nutrisi

13/04/23 Gangguan rasa nyaman b/d S : pasien mengatakan sudah Jija


gejala penyakit abses abnus merasa lebih nyaman walaupun
dextra d/d pasien mengeluh masih sedikit nyeri
tidak nyaman, cemas , O : pasien tampak lebih nyaman
pasien tampak sedikit namun sedikit gelisah
gelisah A : tujuan belum tercapai
sepenuhnya
P : lanjutkan intervensi
- Perawatan area insisi

36
DAFTAR PUSTAKA

Bahrudin, M. 2018. “Patofisiologi Nyeri (Pain). Saintika Medika,” 13(1), 7–13. Diakses
pada Https://Doi.Org/10.22219/Sm.V13i1.5449. Tanggal 10 April 2023

Hidayat, A, Aziz Alimul. 2012. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.


Jakarta: Salemba Medika

Hasibuan, Muhammad T. D. "Hubungan Status Nutrisi Dengan Waktu Penyembuhan Luka


Pada Pasien Post Apendiktomi Di Rumah Sakit Kota Medan." Jurnal Ilmiah Keperawatan
Imelda, Vol. 4, No. 1, 2018, Pp. 427-430, Doi:10.2411/Jikeperawatan.V4i1.285.

International Association For The Study Of Pain (IASP) (2010). What Causes Cancer
Pain? Retrieved 2015 Februari 8, From Http://Www.Iasppain.Org/PCU02- 2.Html

Longso, S. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Tn. T Dengan Abses Pedis Di Ruangan Tulip
RSUD. Prof.Dr.W.Z.Johannes Kupang.

Nurjanah,Amilia. 2021. Asuhan Keperawatan Keluarga Gangguan Kebutuhan Nyeri Akut


. Diakses Pada Https://Repository.Poltekkes-Tjk.Ac.Id/Id/Eprint/360/. Tanggal 09

April 2023

Potter, P.A, Perry, A.H.


2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses Dan Praktik .
Jakarta: EGC

Putri, S. I. (2020).
“Penerapan Kompres Hangat Pada Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Kebutuhan
Rasa Aman Dan Nyaman Diruang Tht Rawat Inap Rsud Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
Tahun 2020”. Diakses pada ww.ejournal.co.id . tanggal 08 April 2023

Riadi, Medica, P. (2019). “Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Operasi Insisi Drainase
Abses Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di Rsud Dr. Slamet Garut.” Diakses pada
www.neliti.co.id. Pada tanggal 09 April 2023

Saputra. 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.Tim


Pokja

37
SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Dewan
Pengurus Pusat PPNI.Tim Pokja . Jakarta

SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.Jakarta: Dewan


Pengurus Pusat PPNI.Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran
Keperawatan Indonesia.Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPN

Sujana, Ida Bagus .2017. “Efek Nyeri Terhadap Kardiovaskular Dan Respirasi.” Diakses
Pada
Http://Erepo.Unud.Ac.Id/Id/Eprint/14058/1/318fc49471e24a4318a5f2eb359f250f.Pdf .
tanggal 09 April 2023

Wardani, Ni Putu. 2014. Manajemen Nyeri Akut . Diakses Pada


Https://Simdos.Unud.Ac.Id/Uploads/File_Penelitian_1_Dir/7a7e6ab189e88b456637b8a8
31bdec07.Pdf. Tanggal 10 April 2023

Syaifudin. 2011. Fisiologi Tubuh Manusia. Salemba Medika. Jakarta.

38

Anda mungkin juga menyukai