Anda di halaman 1dari 20

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Akuntansi

1. Definisi Akuntansi

Akuntansi lahir pertama kali ialah di lingkungan kapitalis. Dimana

ilmu akuntansi dikenal sebagai penyedia informasi tentang kekayaan yang

untuk mengetahui dari mana sumbernya berasal. Meliputi utang atau

modal (neraca), laporan laba rugi.

Menurut Dwi Martini dkk, akuntansi adalah Bahasa bisnis

(business laguage) yang berproses menghasilkan suatu informasi yang

menjelaskan kinerja keuangan entitas dalam suatu periode tertentu serta

kondisi keuangan entitas pada tanggal tertentu.1

Menurut Sofyan S. Harahap dalam bukunya menerangkan bahwa

akuntansi memiliki pengertian dari dua segi, yang pertama dari segi

internalnya bahwa akuntansi adalah suatu alat bantu yang dipakai

manajemen dalam menjalankan roda organisasi perusahaan atau lembaga

agar sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dan selalu menerapkan

efisiensi dan efektivitas. Yang kedua dari segi eksternal bahwa akuntansi

ialah sebagai sumber informasi pengambilan keputusan.2

1
Dwi Martini, Dkk, Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK (Buku 2), (Jakarta:

Salemba Empat, 2016), 214.


2
Sofyan S. Harahap, Teori Akuntansi Syariah,

28
29

Carl S. Warren dkk juga mendefinisikan bahwa akuntansi adalah

sistem informasi yang menyediakan laporan untuk para pemangku

kepentingan atau stake holder mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi

perusahaan.3

Dari definisi akuntansi menurut penuturan diatas dapat

disimpulkan bahwa akuntansi adalah suatu alat bantu atau sistem informasi

yang dipakai manajemen untuk menjalankan roda perusahaan dan untuk

mempermudah bagi para stake holder mengetahui informasi mengenai

aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaaan.

Akuntansi bertujuan untuk menyajikan suatu laporan keuangan

yang akurat agar dapat dipahami dan dimanfaatkan oleh para pihak yang

berkepentingan. Seperti pemegang saham, kreditur atau pemilik.

Akuntansi juga sangat erat kaitannya dengan informasi kekayaan

perusahaan. Dari beberapa para ahli diatas memberi pengertian yang

bervariasi bergantung pada sudut dan penekanan yang mereka anut, karena

pengertian akuntansi bisa berubah sesuai dengan perkembangan zaman

dan teknologi.

2. Prinsip Dasar Akuntansi

Prinsip-prinsip akuntansi tidak hanya mencakup prinsip saja akan

tetapi juga mencakupkonsep dan metode untuk mengidentifikasi cara yang

tepat untuk menghasilkan informasi akuntansi. Prinsip-prinsip akuntansi

3
Carl S. Warren Dkk, Pengantar Akuntansi 1 Adaptasi Indonesia Edisi 4, (Jakarta:

Salemba Empat, 2018), 3-4.


30

yang diterima umum terdiri dari konvensi aturan dan prosedur yang dapat

diterima oleh pihak yang berkepentingan seperti masyarakat, investor, dan

pemerintah. Beberapa prinsip-prinsip dasar akuntansi yang diterima umum

ialah sebagai berikut:

a. Prinsip Biaya Historis

Apabila jika aktiva dan kewajiban diperlukan dan dilaporkan

berdasarkan harga akuisisi. Hal ini sering kali disebut biaya historis,

biaya yang memiliki keunggulan yang penting dibandingkan penilaian

yang lainnya, yaitu dapat diandalkan.

b. Prinsip Pengakuan Pendapatan

Pendapatan harus diakui apabila telah direalisasi dan telah

dihasilkan. Pendapatan telah direalisasikan apabila produk (barang dan

jasa), barang dagang, atau aktiva lainnya telah dipertukarkan dengan

kas atau klaim atas kas. Pendapatan dikatakan dapat direalisasi apabila

aktiva yang diterima atau dipegang dapat segera dikoversikan menjadi

kas atau klaim atas kas. Aktiva dikatakan dapat dikonversi menjadi kas

apabila dapat dijual atau dipertukarkan dalam pasar aktif pada harga

yang dapat ditentukan dengan mudah tanpan biaya tambahan yang

signifikan.

c. Prinsip Penandingan

Dalam mengakui beban, pendapatan yang dipakai adalah “biarkan

beban mengikuti pendapatan”. Beban diakui bukan pada saat produk

upah dibayarkan, atau ketika pekerjaan dilakukan, atau pada saat


31

produk diproduksi. Melainkan ketika pekerjaan (jasa) atau produk

secara aktual memberikan kontribusi terhadap pendapatan. Praktek ini

disebut sebagai prinsip penandingan. Dimana kerja keras (beban)

ditandingkan dengan pencapaian (pendapatan) sepanjang hal ini

rasional dan dapat diterapkan.

d. Prinsip Pengungkapan Penuh

Dalam memutuskan informasi apa yang akan dilaporkan, praktek

yang umum adalah menyediakan informasi yang mencukupi untuk

mempengaruhi penilaian dan keputusan pemakai. Prinsip ini disebut

prinsip pengungkapan penuh karena mengakui bahwa sifat dan jumlah

informasi yang dimasukkan dalam laporan keuangan mencerminkan

serangkaian trade off penilaian.4

3. Asumsi Dasar Akuntansi

Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) menetapkan asumsi dasar

akuntansi sebagai berikut:

a. Kelangsungan Usaha

Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi

kelangsungan usaha perusahaan dan akan melanjutkan usahanya

dimasa depan. Karena itu perusahaan mengurangi secara material skala

usahanya. Jika maksud atau keinginan tersebut timbul, laporan

4
Farid Wajdi, Dasar-Dasar Akuntansi (Pendekatan Teori Dan Praktik), (Yogyakarta:

CV Kaliwangi, 2013), 13-14.


32

keuangan mungkin harus disusun dengan dasar yang berbeda atau

dasar yang digunakan harus diungkapkan.

b. Dasar Akrual

Agar tercapainya tujuan laporan keuangan, maka laporan keuangan

disusun atas dasar akrual. Dalam dasar ini pengakuan pencatatan

dilakukan apabila transaksi terjadi atau dilakukan (dan bukan pada saat

kas atau setara kas diterima atau dibayar) pada periode yang

bersangkutan. Laporan keuangan yang dicatat atas dasar ini

memberikan informasi kepada pihak pemakai tidak hanya transaksi

masa lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas tetapi juga

kewajiban pembayaran kas dimasa yang akan datang serta sumber

daya yang mempresentasikan kas yang akan diterima dimasa depan.5

Dalam menyiapkan laporan keuangan, setiap perusahaan

menggunakan cara yang berbeda sesuai dengan tujuan perusahaan masing-

masing. Sehingga laporan keuangan harus mengikuti Standar Akuntansi

Keuangan apabila diperlukan untuk pihak lain, seperti pemegang saham,

kreditur, dan masyarakat luas. Mengenai hal ini, laporan keuangan harus

jelas dan dapat dimengerti berdasarkan kebijakan akuntansi yang berbeda

diantara suatu perusahaan dengan perusahaan lain dalam suatu negara

maupun antar negara.

5
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Standar Akuntansi Keuangan Edisi Revisi 2000,

(Jakarta: Salemba Empat, 2004), 6.


33

Pembuatan laporan keuangan harus dibuat sesuai dengan standar

akuntansi yang berlaku, hal ini agar mampu menunjukkan kondisi dan

posisi keuangan yang sesungguhnya. Laporan keuangan juga harus dibuat

sesuai dengan aturan yang berlaku sehingga mudah:

a. Dibaca,

b. Dipahami, dan

c. Dimengerti oleh berbagai pihak yang berkepentingan, terutama pihak

pemilik perusahaan dan manajemen.6

4. Konsep Pengakuan dan Pengukuran Unsur Laporan Keuangan Menurut

Standar Akuntansi Keuangan7

a. Pengakuan Unsur Laporan Keuangan

Pengakuan merupakan proses pembentukan suatu pos yang

memenuhi definisi unsur serta kriteria pengakuan yang dikemukakan

dalam neraca atau laporan laba rugi. Unsur-unsur yang dapat

memenuhi pos tersebut harus diakui kalau:

1) Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan

pos tersebut akan mengalir dari atau kedalam perusahaan, dan

2) Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan

andal.

6
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: PT Rajagravindo Persada, 2016), 4.
7
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Standar Akuntansi Keuangan Per 1 September 2007,

(Jakarta: Salemba Empat, 2008), 15-17.


34

Dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan terdapat

beberapa kerangka dasar yaitu:

1) Pengakuan aktiva

2) Pengakuan kewajiban

3) Pengakuan penghasilan

4) Pengakuan penghasilan

b. Pengukuran Unsur Laporan Keuangan

Definisi pengukuran ialah suatu proses dimana penetapan jumlah

uang untuk mengakui dan memasukkan setiap unsur laporan keuangan

dalam neraca dan laporan laba rugi. Ada berbagai dasar pengukuran

dalam akuntansi yaitu:

1) Biaya historis

2) Current cost (biaya kini)

3) Nilai realisasi/penyelesaian

4) Present value (nilai sekarang)

B. Penjualan Konsinyasi

1. Pengertian Penjualan Konsinyasi

Dalam Kamus Ilmiyah Populer istilah konsinyasi, diartikan sebagai

penitipan barang8, artinya penitipan barang dagangan kepada agen atau

pihak yang dititipi untuk dijualkan kepada konsumen.

8
Tim Prima Pena, Kamus Ilmiyah Populer Edisi Lengkap, (Surabaya: Gitamedia Press,

2006), 261.
35

Menurut Utoyo Hidayat dalam bukunya menerangkan bahwa

penjualan konsinyasi adalah pengiriman atau penitipan produk, dari

pemilik produk kepada pihak yang diamanati yang bertindak sebagai agen

penjualan untuk disalurkan kepada pihak pembeli, dengan memberikan

komisi.9

Dwi Martini Dkk, juga memberi pengertian bahwa penjualan

konsinyasi adalah sebuah kesepakatan dalam penjualan, dimana antara

prinsipal dan agen terjalin hubungan yang bertujuan untuk menjualkan

produk yang dimiliki.10 Jadi, menurut pendapat diatas dapat disimpulkan

bahwa penjualan konsinyasi adalah penitipan produk, dimana terjalin

sebuah hubungan dari pemilik produk kepada pihak yang diamanati yang

bertindak sebagai agen penjualan untuk disalurkan kepada pihak pembeli,

dengan memberikan komisi.

Dalam penjualan konsinyasi terdapat pihak-pihak yang terlibat

yaitu: Pengamanat (consignor) adalah pihak yang memiliki atau yang

menitipkan barang kepada pihak lain untuk dijual, komisioner (consignee)

adalah pihak yang dititipi atau yang menerima barang dari consignor

untuk dijualkan.

9
Utoyo Hidayat, Akuntansi Keuangan Lanjutan: Ikhtisar Teori Dan Soal, (Jakarta: LPFE

UI, 1999), 125.


10
Dwi Martini, Dkk, Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK (Buku 2), (Jakarta:

Salemba Empat, 2016), 214.


36

Pada penjualan konsinyasi pihak yang bertanggung jawab atas

barang-barang yang diserahkan ialah komisioner (consignee) sampai

barang-barang itu terjual kepada pihak ketiga. Dari penjualan, pihak

komisioner menyerahkan hak atas barang-barang dan juga hasil

penjualannya. Pihak komisioner tidak memiliki kewajiban terhadap pihak

pengamanat selain tanggung jawab atas barang-barang yang

dijualkannya.11

Penjualan konsinyasi dan penjualan biasa memiliki perbedaan

diantara keduanya, yaitu pada penjualan biasa hak milik barang telah

berpindah tangan jika barang telah dikirim oleh penjual kepada pembeli,

sedangkan dalam penjualan konsinyasi ialah hak milik barang tetap berada

pada pihak pengamanat. Hak milik dikatakan berpindah apabila telah

terjual dari pihak komisioner kepada pihak lainnya. Dari ketidak

berpindahan pemilik ini mengakibatkan biaya operasional dan uang

penjualan menjadi tanggung jawab pengamanat. Komisioner hanya

mendapatkan upah atau fee dari penjualan barang yang laku terjual. Pihak

komisioner sebagai pihak penerima amanat, tidak diperbolehkan untuk

menggunakan uang hasil penjualan tersebut.

2. Keuntungan Penjualan Konsinyasi

a. Keuntungan bagi pihak pengamanat (consignor)

11
Allan R. Drebin, Advanced Accounting (Akuntansi Keuangan Lanjutan), penerjemah

oleh Freddy Sarangih Dkk, (Jakarta: Erlangga, 1991), 158.


37

Berikut beberapa keuntungan yang didapat oleh pihak pengamanat

dalam penjualan konsinyasi ialah sebagai berikut:

1) Daerah pemasaran produk menjadi lebih luas

2) Harga eceran dalam menjual dapat dikendalikan

3) Memudahkan consignor untuk mendapatkan penjual yang khusus.

b. Keuntungan bagi pihak komisioner (consignee)

1) Pada pihak consignor dilindungi dari kemungkinan resiko rugi

untuk memasarkan produknya.

2) Terhindar dari kerugian rusaknya barang dan adanya fluktuasi

harga.

3) Kebutuhan modal kerja dapat dikurangi, sebab adanya produk-

produk konsinyasi yang akan diterima atau dititipkan oleh pihak

consignor.12

3. Perlakuan dan pencatatan dalam penjualan konsinyasi

Pada penjualan konsinyasi, hak kepemilikan barang masih berada

dipihak yang menitipkan (konsinyor), sehingga apabila tiba saat

penyusunan laporan keuangan masih terdapat persediaan barang

konsinyasi, maka barang-barang tersebut tetap diakui sebagai barang

persediaan pihak yang menitipkan. Bagi pihak yang menerima penitipan

barang konsinyasi tidak mempunyai hak atas pengakuan barang

konsinyasi, sehingga tidak boleh melaporkannya dalam penyusunan

12
Yunus Hadori dan Hernanto, Akuntansi Keuangan Lanjutan, (Yogyakarta: BPFE,

2010), 143.
38

laporan keuangan. Pihak yang menerima penitipan barang diharuskan

hanya membuat faktur-faktur atas barang-barang konsinyasi yang terjual,

dengan adanya faktur tersebut pihak konsinyor mencatat adanya penjualan

dan dapat mengurangi harga pokok barang konsinyasi yang terjual dari

persediaan barang dagangan.13

Pendapatan penjualan konsinyasi diakui oleh konsinyor hanya

setelah menerima laporan penjualan dan penyerahan kas dari pihak

konsinyi. Pihak konsinyor juga tetap mencatat barang dagangan sebagai

persediaan yang dilaporkan dalam laporan posisi keuangan, sementara

konsinyi juga tidak berhak mangakui persediaan konsinyasi sebagai

asetnya.14

Dalam pencatatan penjualan konsinyasi baik pengamanat atau

komisioner terdapat dua metode pencatatan yang digunakan, yaitu:

a. Metode laba terpisah (neto)

Metode neto merupakan transaksi konsinyasi yang harus dihitung

terpisah dari laba atas penjualan biasa.

b. Metode laba tidak terpisah (bruto)

Metode bruto merupakan transaksi konsinyasi yang harus

disatukan dengan transaksi lain pihak consignee tanpa adanya

pemisahan laba antara penjualan konsinyasi dan penjualan biasa.

13
Ahmad Syafi’i, Intermediate Accounting Dalam Persfektif Lebih Luas, (Jakarta: AV

Publisher, 2015), 141-142.


14
Dwi Martini, Dkk, Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK (Buku 2), 215.
39

4. Metode Pencatatan Penjualan Konsinyasi

Menurut Fauziah Ritonga mengutip buku dari Yendrawati yang

berjudul “Akuntansi Keuangan Lanjutan 1”, bahwasanya consignor

mencatat setiap transaksi pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan

penjualan konsinyasi dalam rekening barang konsinyasi, consignor hanya

mencatat jurnal saat menitipkan barang kekomisioner dan saat menerima

laporan konsinyasi serta uang dari komisioner. Setiap jurnal yang dibuat

oleh consignor pasti ada rekening barang konsinyasi baik didebit maupun

dikredit. Komisioner hanya membuat jurnal saat menjual barang

konsinyasi, mengeluarkan biaya-biaya yang berhubungan dengan

konsinyasi termasuk saat mencatat pendapatan komisi dan pengiriman

uang keconsignor dan setiap jurnal yang dibuat oleh komisioner pasti ada

rekening barang komisi baik didebit maupun dikredit.15

Berikut contoh metode pencatatan penjualan konsinyasi oleh

pengamanat dan komisioner:

a. Akuntansi oleh komisioner atau consignee16

Toko Elektronik A yang beralamat di Jln Gatot Subroto No. 2

Ubung adalah komisioner yang menjual produk elektronik milik toko

Elektronik B. Transaksi-transaksi yang terjadi dalam bulan maret 2004

berkaitan dengan penjualan konsinyasi sebagai berikut:

15
Cici Tria Fauziah Ritonga, “Analisis Penerapan Akuntansi Penjualan Konsinyasi”,

(Skripsi-- Universitas Pasir Pengaraian, Rokan Hulu, 2016),27.


16
Ibid, 28-31.
40

3/3 diterima kiriman barang berupa 20 unit mesin cuci dari toko B

dengan harga jual per unit sebesar Rp xxx dan komisi sebesar

15% dari penjualan.

17/3 penjualan tunai sebanyak 12 unit mesin cuci dengan biaya

pengiriman Rp xxx dan biaya pemasangan Rp xxx

25/3 penjualan kredit sebanyak 3 unit mesin cuci dengan biaya

pengiriman Rp xxx dan biaya pemasangan Rp xxx

30/3 pengiriman laporan perhitungan penjualan transaksi.

Diminta:

a. Buatlah laporan perhitungan penjualan konsinyasi

b. Buatlah jurnal dengan metode neto dan bruto

Jawaban

Toko Elektronik B

Jln. Gatot Subroto No. 2

Ubung

Kepada : Toko Elektronik B Tgl: 30 Maret 2018

Alamat : Badung

Penjualan Konsinyasi

Tgl Keterangan Jumlah Total

3/3 Penerimaan barang komisi - -

berupa 20 unit mesin cuci

3- Penjualan : 15 unit x Rp xxx Rp xxx

30/3
41

Komisi : 15% x Rp xxx Rp xxx

Biaya pengiriman (Rp xxx Rp xxx

+ Rp xxx)

Biaya pemasangan (Rp xxx Rp xxx

– Rp xxx)

Jumlah terhutang kepada Rp xxx

pengamanat

30/3 Pengiriman kas Rp xxx

Jurnal oleh komisioner dengan metode terpisah (neto)

3 Maret

Memo : penerimaan barang konsinyasi masuk berupa 20 unit

mesin cuci harga jual Rp xxx per unit komisi 15% dari

penjualan.

17 Maret

Kas Rp xxx

Barang konsinyasi masuk Rp xxx

(12 unit x Rp xxx = Rp xxx)

Barang konsinyasi masuk Rp xxx

Kas Rp xxx

(Rp xxx + Rp xxx = Rp xxx)

Barang konsinyasi masuk Rp xxx


42

Kas Rp xxx

(komisi : 15% x Rp xxx = Rp xxx)

25 Maret

Piutang dagang Rp xxx

Barang konsinyasi masuk Rp xxx

(3 unit x Rp xxx = Rp xxx)

Barang konsinyasi masuk Rp xxx

Kas Rp xxx

(Rp xxx + Rp xxx = Rp xxx)

Barang konsinyasi masuk Rp xxx

Pendapatan komisi Rp xxx

(komisi: 15% x Rp xxx = Rp xxx)

30 Maret

Barang konsinyasi masuk Rp xxx

Kas Rp xxx

Jurnal oleh komisioner dengan metode tidak terpisah (bruto):

3 Maret

Memo: penerimaan barang konsinyasi masuk berupa 20 unit

mesin cuci harga jual Rp xxx per unit komisi 15% dari

penjualan.

17 Maret

Kas Rp xxx
43

Penjualan Rp xxx

(20 unit x Rp xxx = Rp xxx)

Utang kepada toko elektronik A Rp xxx

Kas Rp xxx

(Rp xxx + Rp xxx = Rp xxx)

Pembelian Rp xxx

Utang pada toko elektronik A Rp xxx

( komisi: 85% x Rp xxx = Rp xxx)

25 Maret

Piutang dagang Rp xxx

Penjualan Rp xxx

(3 unit x Rp xxx = Rp xxx)

Utang kepada toko elektronik A Rp xxx

Kas Rp xxx

(Rp xxx + Rp xxx = Rp xxx)

Pembelian Rp xxx

Utang kepada Toko elektronik A Rp xxx

(komisi: 85% x Rp xxx = Rp xxx)

30 Maret

Utang pada toko elektronik A Rp xxx

Kas Rp xxx
44

b. Akuntansi oleh pengamanat atau consignor17

Toko Elektronik Sinar Abadi selaku pengamanat melakukan

penjualan konsinyasi kepada Toko Elektronik Cahaya Abadi. Adapun

transaksi-transaksi yang dilakukan ialah sebagai berikut:

3/5 dikirim barang berupa kulkas 10 unit dengan harga jual Rp

xxx dan harga pokok penjualannya ialah Rp xxx. Komisi

20% sebesar Rp xxx. Biaya pengiriman Rp xxx.

31/5 diterima laporan perhitungan penjualan konsinyasi dari

Toko Cahaya Abadi dengan rincian sebagai berikut:

- Penjualan: 10 X Rp xxx = Rp xxx

Dikurangi:

- Biaya Pengiriman Local Rp xxx

- Biaya Pemasangan Rp xxx

- Komisi: 20% X Rp xxx Rp xxx

( Rp xxx)

- jumlah diterima Rp xxx

Diminta: buatlah jurnal dengan metode netto dan bruto

Jawaban

Jurnal oleh pengamanat dengan metode terpisah (netto)

03/05/2017

Barang konsinyasi keluar Rp xxx

Persediaan Rp xxx

17
Ibid, 31-34.
45

(10 unit x Rp xxx = Rp xxx)

Barang konsinyasi keluar Rp xxx

Kas Rp xxx

(Per unit = Rp xxx : 10 unit = Rp xxx per unit)

31/05/2017

Kas Rp xxx

Barang konsinyasi keluar Rp xxx

Penjualan konsinyasi Rp xxx

(Sisa nilai persediaan = Rp xxx X 5 unit = R p xxx)

Biaya ditangguhkan atas biaya pengiriman = Rp xxx X 5 unit = Rp

xxx

(apabila penjualan dan sisanya sama atau habis maka tidak ada

jurnalnya)

Persediaan Rp xxx

Biaya ditangguhkan Rp xxx

Barang konsinyasi keluar Rp xxx

Perhitungan pendapatan penjualan konsinyasi:

Penjualan konsinyasi Rp xxx

Hpp konsinyasi (10 unit x Rp xxx) Rp xxx

Biaya pengiriman oleh pengamanat (10 unit x Rp xxx) Rp xxx

Biaya pemasangan oleh komisioner Rp xxx

Biaya pengiriman local oleh komisioner Rp xxx


46

Biaya komisi Rp xxx

Total (Rp xxx)

Pendapatan konsinyasi Rp xxx

Jurnal:

Barang konsinyasi Rp xxx

Pendapatan konsinyasi Rp xxx

Jurnal oleh pengamanat dengan metode tidak terpisah (bruto)

03/05/2017

Harga pokok penjualan Rp xxx

Persediaan Rp xxx

Biaya pengiriman Rp xxx

Kas Rp xxx

31/05/2017

Kas Rp xxx

Biaya pengiriman local Rp xxx

Biaya pemasangan Rp xxx

Biaya komisi Rp xxx

Penjualan Rp xxx

Persediaan Rp xxx
47

Harga pokok penjualan Rp xxx

Kas Rp xxx

Pendapatan Rp xx

Anda mungkin juga menyukai