Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PKN

1) Janji Jepang

1. Deklarasi Kaiso

Janji kemerdekaan ini sering disebut dengan janji Kaiso. Perdana Menteri Kaiso pada saat itu
menginformasikan bahwasanya Negara-negara yang ada di bawah kekuasaan Jepang
diperkenankan merdeka di kemudian hari setelah Jepang mencapai kemenangan akhir dalam
perang Asia Timur Raya. Sejak diumumkannya deklarasi tersebut, Jepang memberikan
keleluasaan pada bansa Indonesia untuk bisa mengibarkan bendera merah putih berdampingan
dengan bendera resmi Jepang. Begitupun halnya dengan lagu kebangsaan Indonesia Raya, boleh
dinyanyikan setelah lagu kebangsaan Jepang. Sikap tersebut menjadikan negara Jepang sebagai
salah satu negara yang mengakui kemerdekaan Indonesia.

2. Indonesia membantu Jepang dalam Perang Asia Timur Raya

Perang Asia Timur Raya ini merupakan salah satu perang besar di dunia pada masa tersebut 
yang melibatkan banyak Negara. Perang ini terjadi di wilayah Samudera Hindia dan beberapa
pulau di Asia. Puncaknya, pada saat itu Jepang menyerang Amerika Serikat. Hal ini disebabkan
sikap arogansi Jepang yang ingin menguasai banyak wilayah. Tidak hanya itu, Jepang pun juga
mencoba untuk menguasai Negara-negara yang telah di kuasai oleh Inggris, yang membuat
Inggris marah dan menyerang kembali pada pasukan Jepang. Hal tersebutlah, yang
melatarbelakangi mengapa jepang ingin meminta bantuan dari Indonesia.

3. Cita-cita bangsa Indonesia Jepang yang bersemangat Hakko – Ichiu

Hakko Ichiu yang berarti delapan penjuru dunia dibawah satu atap merupakan slogan
persaudaraan yang digunakan oleh Jepang. Slogan ini bermakna bahwasanya seluruh negeri
bagaikan sebuah rumah. Jepang menyebarkan slogan tersebut dengan cara mendoktrin para
intelektual  yang diambil dari tiap-tiap daerah melalui pelatihan-pelatihan khusus yang diberikan
oleh Jepang.  Janji jepang ini sangat memberikan bantuan dalam makna proklamasi sebagai awal
kemerdekaan.

4. Janji Marsekal Terauchi

Paada tanggal 12 Agustus 1945, Marsekal Terauchi, yang merupakan anak dari Perdana Menteri
Jepang Terauchi Masatake, menjelaskan mengapa ia memanggil Soekarno dan Hatta. Marsekal
Terauchi mengakui bahwasanya Jepang pada saat itu sedang berada di ujung tanduk. Leburnya
kota Hiroshima dan Nagasaki, membuat Jepang tidak akan lama lagi akan menyerah. Terauchi
mengatakan bahwa Indonesia harus segera bersiap-siap untuk merdeka. Tentu hal tersebut
menjadi tugas Soekarno dan kawan-kawan untuk mempersiapkannya.

2) Pembentukan BPUPKI dan PPKI

Proses pembentukan BPUPKI : dalam sidang parlemen yang diadakan di Jepang oleh Perdana
Menteri Koiso pada tanggal 17 September 1944, memberikan suatu keputusan bahwa Indonesia
boleh merdeka. Lalu karena keputusan inilah, Letnan Jenderal Kumakichi Harada akan
meyakinkan betul Indonesia untuk merdeka. Sebagai bukti dari tindakannya, dibentuklah
BPUPKI pada tanggal 1 Maret 1945.

Proses pembentukan PPKI : ketika Perang Asia Pasifik sedang berlangsung, ternyata Jepang
sedang dalam kondisi yang buruk sehingga Jepang kalah dalam perang tersebut, dan tentu hal ini
merupakan kabar baik untuk Indonesia. Sehingga pada 7 Agustus 1945, dibentuklah PPKI karena
BPUPKI telah menyelesaikan tugasnya.

Mengenai BPUPKI

  Seperti yang sudah kita ketahui di atas, BPUPKI dibentuk pada tanggal 1 Maret 1945. Nah,
BPUPKI merupakan singkatan dari Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia. Serta, BPUPKI memiliki nama lain dalam bahasa Jepang yaitu Dokuritsu Junbi
Chosakai.

Alasan BPUPKI ini dibentuk karena BPUPKI bertugas untuk menyiapkan hal-hal yang
diperlukan untuk Indonesia merdeka. Ketua dari BPUPKI adalah Radjiman Wedyodiningrat
dan ia dibantu oleh 2 orang yaitu Raden Pandji Soeroso dan Ichibangse Yoshio. Untuk
pelantikan anggota BPUPKI, diadakan pada tanggal 29 April 1945 dengan jumlah anggota 62
ditambah 7 orang (tanpa hak suara).

BPUPKI telah melakukan 2 sidang, yaitu sidang pertama pada tanggal 29 Mei - 1 Juni 1945
yang dimana sidang ini membahas tentang dasar negara Indonesia, dan sidang kedua pada
tanggal 10 - 17 Juli 1945 yang membahas tentang rancangan Undang-Undang Dasar.

Mengenai PPKI

Seperti yang sudah kita ketahui, PPKI dibentuk pada tanggal 7 Agustus 1945 setelah Jepang
kalah dalam Perang Asia Pasifik. Nah, PPKI merupakan singkatan dari Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia. Serta memiliki nama lain dalam bahasa Jepang yaitu Dokuritsu
Junbi Inkai.
PPKI ini bertugas untuk melanjutkan kembali tugas dari BPUPKI yang belum selesai, serta
bertugas untuk meresmikan pembukaan Undang-Undang Dasar. PPKI diketuai oleh
Soekarno dan dibantu dengan Moh. Hatta dan memiliki jumlah anggota yaitu 21 orang.

Nah, PPKI ini mengadakan sidang sebanyak tiga kali, yaitu sidang pertama yang diadakan pada
18 Agustus 1945, sidang kedua yang diadakan pada 19 Agustus 1945, dan sidang ketiga yang
diadakan pada tanggal 22 Agustus 1945.

3) Sidang Pertama
Sidang Pertama BPUPKI :

Tiga tokoh yang memaparkan rumusan dasar negara dalam sidang BPUPKI pertama adalah
Mohammad Yamin, Soepomo, dan Soekarno.
Berikut ini rumusan dasar negara yang dikemukakan oleh tiga tokoh sidang pertama BPUPKI.
Mohammad Yamin merumuskan lima asas dasar negara, yakni:

Peri Kebangsaan
Peri Kemanusiaan
Peri Ketuhanan
Peri Kerakyatan
Kesejahteraan Rakyat

Soepomo merumuskan lima asas dasar negara, yaitu:

Persatuan
Kekeluargaan
Mufakat dan Demokrasi
Musyawarah
Keadilan Sosial

Pada 1 Juni 1945, Soekarno merumuskan lima sila yang terdiri dari:

Kebangsaan Indonesia
Internasionalisme dan Peri Kemanusiaan
Mufakat atau Demokrasi
Kesejahteraan Sosial
Ketuhanan Yang Maha Esa

Berdasarkan saran temannya yang merupakan ahli bahasa, Soekarno menamakan rumusan lima
sila tersebut sebagai Pancasila. Dari beberapa rumusan yang dikemukakan, milik Soekarno
paling diterima oleh semua anggota. Itulah mengapa, nantinya tanggal 1 Juni 1945 diperingati
sebagai Hari Lahir Pancasila.
Setelah tiga hari menjalankan sidang untuk merumuskan dasar negara, ternyata anggota BPUPKI
belum mencapai kesepakatan. Oleh karena itu, pada 1 Juni 1945, dibentuklah Panitia Sembilan,
yaitu kelompok kecil yang diambil dari panitia kecil saat sidang pertama BPUPKI.
Tugas dari Panitia Sembilan adalah bertanggung jawab dalam merumuskan dasar negara,
memberikan masukan secara lisan atau tertulis tentang rumusan dasar negara, dan menampung
masukan yang berkaitan dengan perumusan dasar negara. Panitia Sembilan melibatkan
Soekarno, Mohammad Hatta, Achmad Soebardjo, Mohammad Yamin, KH Wahid Hasjim,
Abdul KH Muzakkir, Abikusno Cokrosuroyo, Haji Agus Salim, dan AA Maramis.

Jadi secara garis besar, hasil sidang BPUPKI pertama masih belum berhasil untuk menetapkan
dasar negara. Dari tiga rumusan dasar negara yang disampaikan oleh ketiga tokoh, Panitia
Sembilan pun sepakat menggunakan rumusan dari Soekarno yang diberi nama Pancasila, sebagai
acuan menyusun dasar negara Indonesia.

Sidang Pertama PPKI :

Sejak dibentuk, PPKI melaksanakan tiga kali sidang. Sidang pertama pada 18 Agustus 1945,
kemudian sidang kedua tanggal 19 Agustus 1945, dan sidang ketiga atau yang terakhir pada 22
Agustus 1945.

Sidang PPKI pertama dilakukan tanggal 18 Agustus 1945 bertempat di Gedung Tyuuoo Sangi-in
atau yang sekarang bernama Gedung Pancasila, di Jakarta. Berikut ini hasil dan isi rumusan
Sidang PPKI pertama:

1. Mengesahkan UUD 1945

Hasil Sidang PPKI pertama adalah mengesahkan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 sebagai
konstitusi negara Indonesia.

Dilakukan juga revisi Piagam Jakarta. Kalimat "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" diganti menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa" dan
akhirnya ditetapkan sebagai sila pertama dasar negara Pancasila.

2. Memilih Sukarno-Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI

Hasil sidang pertama PPKI lainnya adalah memilih dan mengangkat presiden serta wakil
presiden pertama Indonesia. Atas usulan Otto Iskandardinata yang kemudian disetujui forum, Ir.
Sukarno terpilih sebagai presiden Indonesia pertama didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta
sebagai wakil presiden.

3. Membentuk Komite Nasional Indonesia Pusat


Sidang PPKI pertama juga memutuskan pembentukan sebuah komite nasional. Fungsi badan
yang dinamakan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) ini adalah untuk sementara membantu
tugas-tugas presiden dan wapres sebelum dibentuknya MPR dan DPR.

4) Sidang Kedua
Sidang Kedua BPUPKI :

Menjelang akhir Perang Dunia II, Jepang mulai mengalami kekalahan di berbagai pertempuran
Asia Pasifik. Guna mengatasi kekalahannya tersebut, Jepang membutuhkan banyak dukungan,
salah satunya dari Indonesia.

Untuk meyakinkan rakyat Indonesia dalam membantu Jepang, maka pemerintah Jepang pada
tanggal 29 April 1945 mengumumkan pembentukan BPUPKI yang diketuai oleh Radjiman
Wedyodiningrat.

Sidang kedua BPUPKI dimulai pada tanggal 10 Juli 1945, yang dibuka dengan laporan dari
Soekarno, selaku ketua Panitia Kecil yang dibentuk pada sidang pertama.

Soekarno melaporkan dua hal penting, yaitu:

 Hasil inventarisasi usul dan pendapat para anggota BPUPKI


 Usaha mencari jalan tengah atas perbedaan pandangan golongan Islam dan golongan
nasionalis

Secara garis besar, ada 32 persoalan yang saat itu diajukan dalam sidang. Usulan-usulan tersebut
kemudian dikelompokkan menjadi sembilan kelompok.
Kelompok usulan yang paling banyak adalah meminta kemerdekaan secepatnya. Soekarno kemudian
menyampikan tiga usulan untuk BPUPKI, yaitu:

 BPUPKI menentukan bentuk negara dan menyusun hukum dasar negara


 BPUPKI meminta Pemerintah Agung di Tokyo secepatnya mengesahkan hukum dasar itu
dan meminta agar segera dibentuk Badan Persiapan Kemerdekaan
 Persoalan tentara kebangsaan dan soal keuangan

Setelah Soekarno selesai menyampaikan usulannya, sidang kemudian dilanjutkan dengan membahas
agenda sidang kedua BPUPKI, di antaranya:
 Rancangan undang-undang dasar
 Bentuk negara, wilayah negara, dan kewarganegaraan
 Susunan pemerintahan, unitarisme, dan federalism

Untuk membahas agenda dari sidang kedua BPUPKI tersebut, maka dibentuk tiga panitia, yakni:
 Panitia Perancang UUD yang diketuai Soekarno
 Panitia Pembelaan Tanah Air dipimpin Abikusno Cokrosuroyo
 Panitia Ekonomi dan Keuangan dipimpin Mohammad Hatta.

Setelah panitia dibentuk, mereka mulai bersidang pada 10 Juli 1945. Secara umum, tiga hal yang
dikerjakan oleh panitia tersebut adalah pernyataan kemerdekaan, preambule atau pembukaan,
dan undang-undang dasar.

Setelah pembahasan panjang, akhirnya pada tanggal 16 Juli 1945 BPUPKI menyetujui undang-
undang dasar negara. Isi rancangannya adalah sebagai berikut.
 Pernyataan Indonesia merdeka
 Pembukaan yang memuat Pancasila secara lengkap
 Batang tubuh undang-undang dasar negara yang tersusun atas pasal-pasal

Dengan disepakatinya RUU, maka tugas BPUPKI sudah selesai. Sidang kedua BPUPKI berakhir
tanggal 17 Juli, yang sekaligus menandai berakhirnya BPUPKI. Setelah hasil didapat, BPUPKI
melaporkan kepada pemerintah Jepang. Pemerintah Jepang kemudian membentuk Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) untuk melanjutkan kerja BPUPKI.

Sidang Kedua PPKI :

Inilah hasil dari sidang kedua PPKI yang dilaksanakan pada 19 Agustus 1945, yaitu:

1. Pembagian wilayah Indonesia yang terdiri atas 8 provinsi

Hasil sidang kedua PPKI menetapkan pembagian wilayah Indonesia menjadi 8 provinsi beserta
pemimpin daerahnya. Daerah tersebut adalah Sunda Kecil, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Sumatera, Kalimantan, Maluku, dan Sulawesi. Setiap provinsi ini memiliki kepala daerah
yang berupa gubernur.

2. Membentuk Komite Nasional Daerah

Setelah membagi provinsi, dibentuk Komite Nasional Daerah untuk ditempatkan di tiap-tiap
provinsi. Hampir sama seperti Komite Nasional, tugas Komite Nasional Daerah adalah untuk
membantu presiden.

3. Menetapkan departemen dan menteri

Pada sidang ini juga dibentuk departemen yang terbagi menjadi 12 bagian. Departemen tersebut
juga akan dibantu dengan menteri-menteri yang dipilih. Ada 12 kementerian di setiap kabinet
dan empat menteri negara nondepartemen.

5) Hiroshima dan Nagasaki


Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki, Jepang, pada bulan
Agustus 1945, tahap akhir Perang Dunia Kedua. Amerika Serikat menjatuhkan bom dengan
persetujuan dari Britania Raya sebagaimana tertuang dalam Perjanjian Quebec. Dua operasi
pengeboman yang menewaskan sedikitnya 129.000 jiwa ini merupakan penggunaan senjata
nuklir masa perang untuk pertama kali dan satu-satunya dalam sejarah.

Pada tahun terakhir Perang Dunia II, Sekutu bersiap-siap melancarkan serbuan ke daratan Jepang
yang memakan biaya besar. Amerika Serikat sebelumnya melaksanakan kampanye pengeboman
yang meluluhlantakkan banyak kota di Jepang. Perang di Eropa selesai setelah Jerman Nazi
menandatangani instrumen penyerahan diri pada tanggal 8 Mei 1945. Akan tetapi, Jepang
menolak memenuhi tuntutan Sekutu untuk menyerah tanpa syarat. Perang Pasifik pun berlanjut.
Bersama Britania Raya dan Tiongkok, Amerika Serikat meminta pasukan Jepang menyerah
dalam Deklarasi Potsdam tanggal 26 Juli 1945 atau menghadapi "kehancuran cepat dan besar".
Jepang mengabaikan ultimatum tersebut.

Pada bulan Juli 1945, Proyek Manhattan yang dirintis Sekutu berhasil melaksanakan pengujian
bom atom di gurun New Mexico. Mereka memproduksi senjata nuklir berdasarkan dua
rancangan pada bulan Agustus. 509th Composite Group dari Pasukan Udara Angkatan Darat
Amerika Serikat dilengkapi dengan Boeing B-29 Superfortress khusus versi Silverplate yang
mampu mengangkut bom nuklir dari Tinian di Kepulauan Mariana.

Tanggal 6 Agustus, AS menjatuhkan bom atom uranium jenis bedil (Little Boy) di Hiroshima.
Presiden Amerika Serikat Harry S. Truman meminta Jepang menyerah 16 jam kemudian dan
memberi peringatan akan adanya "hujan reruntuhan dari udara yang belum pernah terjadi
sebelumnya di muka bumi." Tiga hari kemudian, pada tanggal 9 Agustus, AS menjatuhkan bom
plutonium jenis implosi (Fat Man) di Nagasaki. Dalam kurun dua sampai empat bulan pertama
setelah pengeboman terjadi, dampaknya menewaskan 90.000–146.000 orang di Hiroshima dan
39.000–80.000 di Nagasaki; kurang lebih separuh korban di setiap kota tewas pada hari pertama.
Pada bulan-bulan seterusnya, banyak orang yang tewas karena efek luka bakar, penyakit radiasi,
dan cedera lain disertai sakit dan kekurangan gizi. Di dua kota tersebut, sebagian besar korban
tewas merupakan warga sipil meskipun terdapat garnisun militer besar di Hiroshima.

Tanggal 15 Agustus, enam hari setelah pengeboman Nagasaki dan Uni Soviet menyatakan
perang, Jepang menyatakan menyerah kepada Sekutu. Tanggal 2 September, Jepang
menandatangani instrumen penyerahan diri yang otomatis mengakhiri Perang Dunia II. Pengaruh
pengeboman ini terhadap penyerahan diri Jepang dan alasan etisnya masih diperdebatkan sampai
sekarang.

6) KEJADIAN

 29 APRIL 1945
Dalam rangka meyakinkan janji kemerdekaan tersebut, pada tanggal 29 April 1945
dibentuklah BPUPKI atau dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu Junbi Cosakai. Badan ini
beranggotakan 60 tokoh bangsa Indonesia dan beberapa perwakilan Jepang.
 29 MEI - 1 JUNI 1945
Hasil sidang BPUPKI pertama pada tanggal 29 Mei - 1 Juni 1945, yaitu lahirnya Pancasila
sebagai acuan menyusun dasar negara Indonesia.
 10 - 17 JULI 1945
Sidang kedua BPUPKI digelar pada tanggal 10-17 Juli 1945 di tempat yang sebelumnya
digunakan untuk menghelat sidang pertama, yakni di Gedung Chuo Sangi In (sekarang
Gedung Pancasila), Jakarta Pusat.
 06 AGUSTUS 1945
Hiroshima Dijatuhi Bom Atom Amerika Serikat pada Tanggal 6 Agustus 1945, Kemudian,
pada tanggal 9 Agustus 1945 bom atom dijatuhkan Sekutu di kota Nagasaki.

Anda mungkin juga menyukai