Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indikator kesehatan di Indonesia dapat dinilai dari berbagai sumber.

World Helath Organization mengungkapkan bahwa angka kematian Ibu

(AKI) di Indonesia berkisar 220 per 100.000 kelahiran (WHO, 2011).

Indonesia menempati peringkat ketiga negara dengan jumlah AKI tertinggi

setelag Laos dan Kamboja. Berdasarkan hal tersebut, Indoensia Bersama

189 negara lain menyepakati Deklarasi Millenium Bersama untuk

mencapai Millennium Development Goals (MDGs). Salah satu tujuannya

adalah meningkatkan kesehatan ibu dengan dua targetnya yaitu

menurunkan angka kematian ibu dan mewujudkan akses kesehatan

reproduksi bagi semua pada tahun 2015 (Bappenas, 2011). Upaya ini

harus didukung oleh tujuan pembangunan nasional, fokus utama yang

bisa dilakukan adalah pembangunan sumber daya manusia yang

berkualitas.

Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas

sumber daya manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya

peningkatan kualitas SDM dimulai dengan perhatian utama pada

proses tumbuh kembang anak sejak pembuahan sampai dengan usia

dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang ini, pemenuhan kebutuhan

dasar anak seperti perawatan dan makanan bergizi yang diberikan dengan

penuh kasih sayang dapat membentuk SDM yang sehat, cerdas dan
2

produktif (Radiansyah, 2007).

Salah satu upaya cukup penting terhadap peningkatan kualitas

sumber daya mausia adalah upaya peningkatan status

gizi masyarakat. Status gizi masyarakat merupakan salah satu faktor

yang
menentukan kualitas hidup dan produk tifitas kerja. Angka kematian

yang tinggi pada bayi, anak balita, ibu melahirkan dan menurunnya

daya kerja fisik, terganggunya perkembangan mental dan kecerdasan jika

ditelusuri adalah akibat langsung maupun tidak langsung dari kekurangan

gizi (Supariasa, 2001).

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan bisa dijadikan

sebagai salah satu parameter yang dapat menentukan kualitas sumber

daya manusia sebuah Negara, karena melalui pelayanan kesehatan dapat

dilihat maju atau tidaknya suatu Negara. Selain itu, kesehatan merupakan

faktor yang penting bagi individu, karena tingkat kesehatan individu

juga mempengaruhi individu tersebut untuk mencapai suatu kondisi

yang sejahtera. kesehatan sebagai salah satu bidang yang sangat

berkaitan dengan pembangunan kesejahteraan sosial. Oleh karena itu,

maka kesehatan merupakan hal yang penting untuk diperhatikan karena

menjadi salah satu faktor untuk mencapai kondisi yang sejahtera (Adi,

2002)

Usia antara 0-5 tahun adalah merupakan periode yang sangat

penting bagi pertumbuhan anak, oleh sebab itu balita perlu ditimbang

secaca teratur sehingga dapat diikuti pertumbuhan berat badannya. Anak

yang sehat akan tumbuh pesat, bertambah umur bertambah berat


3

badannya. Agar kegiatan penimbangan dapat mempunyai makna

secara efektif dan efisien, maka hasil penimbangan setiap balita

dapat dicantumkan pada grafik dalam KMS balita, kemudian dipantau

garis pertumbuhan setiap bulannya, sehingga setiap anak

dapat diketahui kesehatannya sejak dini. Hasil penimbangan balita di

posyandu dapat juga dimanfaatkan oleh masyarakat dan instansi

atau aparat pembina untuk melihat sampai seberapa jauh jumlah

balita yang ada di wilayahnya tumbuh dengan sehat, sehingga dapat

menggambarkan keberhasilan dari kegiatan posyandu (Depkes RI, 2001).

Data Riset Kesehatan dasar (Kemenkes) tahun 2013, terdapat

19,6% balita kekurangan gizi yang terdiri dari 5,7% balita dengan gizi

buruk dan 13,9% berstatus gizi kurang serta informasi tentang

pemantauan pertumbuhan anak diperoleh dari frekuensi penimbangan

anak balita selama enam bulan terahir idealnya anak balita ditimbang

minimal enam kali. Frekuensi penimbangan >4 kali sedikit menurun

pada tahun 2013 (44,6%) dibanding tahun 2007 (45,4%). Anak umur 6-59

bulan yang tidak pernah ditimbang dalam enam bulan terahir meningkat

dari 25,5% (2007) menjadi 34,3% (2013). Sebaiknya semakin tinggi

umur anak semakin tinggi pula presentase anak yang ditimbang di

posyandu. Pada anak sampai usia lima tahun seharusnya dibawa ke

posyandu setiap bulan (Kemenkes RI, 2013).

Keberadaan posyandu dalam masyarakat memang berperan

penting, namun masih banyak anggota masyarakat yang belum

memanfaatkan secara maksimal. Penurunan partisipasi masyarakat


4

dalam upaya kesehatan tersebut salah satunya dapat dilihat dari

pemanfaatan posyandu oleh keluarga yang mempunyai anak balita yaitu

perbandingan antara jumlah anak balita yang dibawa ke posyandu dengan

jumlah anak balita seluruhnya dalam satu wilayah kerja posyandu

proporsinya masih rendah.

Keaktifan ibu pada setiap kegiatan posyandu tentu akan

berpengaruh pada keadaan status gizi anak balitanya. Karena salah

satunya tujuan posyandu adalah memantau peningkatan status gizi

masyarakat terutama anak balita dan ibu hamil. Agar tercapai itu semua

maka ibu yang memiliki anak balita hendaknya aktif dalam kegiatan

posyandu agar status gizi balitanya terpantau (Kristiani, 2007).

Beberapa dampak yang dialami balita, bila ibu balita tidak aktif

dalam kegiatan posyandu antara lain tidak mendapatkan penyuluhan

kesehatan tentang pertumbuhan balita yang normal, tidak mendapat

vitamin A untuk kesehatan mata, ibu balita tidak mengetahui pertumbuhan

berat badan balita tiap bulan, ibu balita tidak mendapatkan pemberian dan

penyuluhan tentang makanan tambahan (PMT), dengan aktif dalam

kegiatan posyandu ibu balita dapat memantau tumbuh kembang balitanya

(Depkes RI, 2007). Ada berbagai faktor yang mempengaruhi capaian

sasaran kunjungan Balita, salah satunya adalah dukungan dari keluarga.

Dukungan dari keluarga merupakan unsur terpenting dalam

membantu individu menyelesaikan masalah. Apabila ada dukungan, rasa

percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk menghadapi masalah

yang terjadi akan meningkat (Tamher dan Noorkasiani, 2009). Dukungan


5

keluarga merupakan hal yang dibutuhkan oleh seseorang dalam

meningkatkan motivasi dan semangat.

Puskesmas adalah salah satu bentuk dari pelayanan kesehatan

primer, terintegrasi antara segi kesehatan penyakit umum dan

pencegahan penyakit dalam rangka penanggulangan masalah-masalah

kesehatan dan peningkatan status kesehatan masyarakat melalui PKM,

posyandu, maupun program KB. Pos pelayanan terpadu (posyandu)

merupakan wahana kegiatan keterpaduan KB-kesehatan di tingkat

masyarakat, yang melakukan lima program prioritas yaitu: KB, Gizi, KIA,

imunisasi dan penanggulangan diare (Adisasmito, 2007)

Pemerintah menetapkan tingkat capaian Nasional untuk program

posyandu adalah 90%. Di desa Bukti memiliki lima posyandu untuk balita.

Jumlah balita pada tahun 2016 adalah 253 orang. Puskesmas

Kubutambahan I memiliki wilayah kerja sebanyak lima desa dengan

jumlah total 30 Posyandu yang aktif. Jumlah balita adalah 1.619, namun

yang datang ke Posyandu sebanyak 1.292 (79,8%).

Jumlah Balita di Kabupaten Buleleng pada tahun 2015 adalah

42.927. Jumlah yang ditimbang perseluruh balita adalah 67,1% (Dinkes,

2015). Hasil ini menunjukkan capaikan kunjungan Posyandu belum dicapai

secara optimal.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di desa Bukti Wilayah Kerja

Puskesmas Kubutambahan I pada tanggal 14 September 2020, dari 10 orang

ibu yang memiliki balita, diperoleh data 5 orang (50%) diantaranya tidak

rutin melakukan kunjungan ke Posyandu. Dari hasil wawancara

didapatkan
6

bahwa alasan ibu adalah memiliki banyak kegiatan, Imunisasi sudah

lengkap, dan ada yang mengatakan malas untuk ke posyandu. Kondisi

tempat tinggal yang jauh juga menjadi alasan ibu tidak datang ke

posyandu. Selain itu, ada juga yang mengatakan tidak ada dukungan

keluarga terutama suami. Suami tidak mau membantu pekerjaan di rumah

sehingga ibu tidak bias ke posyandu. Upaya yang telah dilakuan oleh

Puskesmas Kubutambahan I sudah dilakukan untuk mengatasi

permasalahan tersebut. Namun, upaya tersebut belum optimal. Menurut

Suparyanto (2012), dukungan keluarga adalah penghargaan atau

menolong orang dengan sikap menerima kondisinya yang diperoleh dari

individu maupun dari anggota kelompok. Dengan demikian, dukungan

keluarga merupakan faktor yang sangat penting dalam upaya terhadap

keberhasilan program posyandu terutama dalam kunjungan ibu yang

memiliki balita.

Berdasarkan permasalahan dan latar belakang di atas, peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan

dukungan Keluarga dengan tingkat Kedatangan Sasaran Balita di

Posyandu Desa Bukti Wilayah Kerja Puskemas Kubutambahan I.

B. Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah

Hubungan dukungan Keluarga dengan tingkat Kedatangan

Sasaran Balita di Posyandu Desa Bukti Wilayah Kerja Puskemas

KubutambahanI.”
7

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk

mengetahui Hubungan dukungan Keluarga dengan tingkat

Kedatangan Sasaran Balita di Posyandu Desa Bukti Wilayah Kerja

Puskemas Kubutambahan I.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi dukungan Keluarga Desa Bukti Wilayah Kerja

Puskemas Kubutambahan I.

b. Mengidentifikasi tingkat Kedatangan Sasaran Balita di Posyandu

Desa Bukti Wilayah Kerja Puskemas Kubutambahan I.

c. Menganalisis Hubungan dukungan Keluarga dengan tingkat

Kedatangan Sasaran Balita di Posyandu Desa Bukti Wilayah

Kerja Puskemas Kubutambahan I.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pelayanan

Hasil penelitian yang akan dilakukan diharapkan dapat

dijadikan sumber informasi yang berkaitan dengan Pelaksanaan

Program Posyandu untuk kesehatan Ibu dan Balita.

2. Bagi Pendidikan dan Perkembangan Ilmu Keperawatan

Bagi Pendidikan dan perkembangan ilmu keperawatan,

diharapkan penelitian ini dapat digunakan untuk menambah

wawasan tentang pelaksaan Program Posyandu.


8

3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat dijadkan sumber informasi

kepada masyarakat tentang capaian program posyandu, sehingga

terjadi peningkatan dukungan program-program yang dilakukan

oleh pemerintah untuk masyarakat

Anda mungkin juga menyukai