Leeieegen
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA.
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT KATOLIK
NOMOR 180 TAHUN 2015
TENTANG
PEDOMAN REGISTRASI RUMAH IBADAT DAN TEMPAT PERIBADATAN KATOLIK.
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT KATOLIK,
Menimbang bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kehidup
beragama bagi masyarakat Katolik, dipandang perlu meregistra:
Rumah Ibadat dan Tempat Peribadatan Katolik;
Mengingat i. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
‘Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286};
2. Peraturan Presiden Nomor 2Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 3);
3. Keputusan Direktur Jenderal Agraria dan Transmigrasi Nomor
1/Dd.At/Agr/67 tentang Penunjukan Badan-Badan Gereja Roma
Katolik Sebagai badan Hukum yang dapat Mempunyai Tanah
dengan Hak Milik;
4. Keputusan Menteri Agama Nomor 66 Tahun 2006 tentang
Susunan Hirarkhi Gereja Katolik Indonesia;]
5. Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 592 sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 21
Tahun 2014 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri
Nomor Agama 10 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 1114);
6.Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2012 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian
Agama(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor
851);
7. Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik
Nomor DJ.1V/HK.00.5/109/2005 Tanggal 29 Agustus 2005
tentang Visi dan Misi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Katolik;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT
KATOLIK KEMENTERIAN AGAMA TENTANG PEDOMAN REGISTRASI
RUMAH IBADAT DAN TEMPAT PERIBADATAN KATOLIK.KESATU Menetapkan Pedoman Pemberian Nomor Registrasi bagi Rumah
Tbadat dan Tempat Peribadatan Katolik sebagaimana tersebut dalam
Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan
ini
KEDUA : Teknik Pemberian Nomor Registrasi Rumah Ibadat dan Tempat
Peribadatan Katolik sebagaimana tersebut dalam Lampiran Il
Keputusan ini,
KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 31 Agustus 2015,
DIREKTUR JENDERAL
BIMBINGAN MASYARAKAT KATOLIK,
EUSABIUS BINSASTLAMPIRAN I
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
BIMBINGAN MASYARAKAT KATOLIK
NOMOR 180 TAHUN 2015
TENTANG
PEDOMAN REGISTRASI RUMAH IBADAT DAN
TEMPAT PERIBADATAN KATOLIK
A. LATAR BELAKANG
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila. Sila
Pertama dari Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, Sila ketuhanan
menyiratkan bahwa NKRI memberi tempat terhormat kepada agama dalam hidup
berbangsa dan bernegara. Negara memberi kesempatan kepada umat beragama
untuk berkembang dan menciptakan suasana yang kondusif agar umat
beragama dapat menjalankan, mengamalkan agamanya secara lebih baik
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dijabarkan lebih lanjut dalam Undang-
Undang Dasar 1945, Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya dan
beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu (UUD 1945 Pasal 29 ayat (1)
dan (2)
Jaminan Negara terhadap kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agama dan kepercayaan serta beribadat menurut agama dan kepercayaan
masing-masing pemeluk agama tidaklah serta merta didapatkan atau dinikmati
masing-masing umat beragama. Dalam kehidupan di masyarakat masih ada saja
masalah. Salah satu masalah adalah pendirian rumah ibadat. Pendirian rumah
ibadat tidak selalu mudah. Di sebuah wilayah yang mayoritas menganut agama
tertentu, maka mendirikan rumah ibadat untuk agama mayoritas adalah mudah.
Sebaliknya di daerah tertentu dimana pemeluk agama minoritas, maka sulit bagi
agama minoritas mendirikan rumah ibadat. Bahkan kadang terjadi bahwa
rumah ibadat yang sudah lama berdiri, bahkan sebelum kemerdekaan NKRI
masih saja dipersoalkan cksistensinya.
Dapat dikatakan kementerian. agama mempunyai tugas antara lain
menjaga/meningkatkan kerukunan hidup umat beragama, meningkatkan
kualitas kehidupan umat beragama sesuai dengan visinya “terwujudnya
masyarakat Indonesia yang taat beragama, rukun, cerdas, sejahtera lahir dan
batin dalam rangka mewujudkan Indonesia yang berdaulat, mandiri,
berkepribadian berlandaskan gotong royong. Salah satu pesan Nawacita Presiden
Joko Widodo-Jusuf Kalla adalah “Negara hadir.” Dalam situasi rumah ibadat
dimasalahkan oleh sekelompok umat setempat yang berbeda agama, negara
harus hadir memberi upaya solusi, Negara memberi jaminan agar semua
masyarakat yang berbeda agama berada dalam keadaan rukun dalam
menjalankan ibadahnya
Sebagai bagian dari Kementerian Agama, Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Katolik mempunyai tugas mendorong, memfasilitasi, melayani
Masyarakat Katolik agar menjadi penganut agama yang terbaik. Banyak kegiatan
telah dilakukan oleh Ditjen Bimas Katolik untuk meningkatkan kualitas hidup
beragama masyarakat Katolik.Salah satu hal penting yang belum tergarap dengan baik adalah berkaitan
dengan rumah ibadat dan peribadatan Katolik, Masalah terkait Rumah ibadat
dan Tempat Peribadatan Katolik adalah antara lain: Ditjen Bimas Katolik belum
mempunyai data rumah ibadat dan Tempat Peribadatan yang akurat by name by
address, Rumah Ibadat dan Tempat peribadatan Katolik masih banyak
dipertanyakan orang eksistensinya dan mengalami hambatan untuk rehab dan
juga pembangunan rumah ibadat dan Tempat Peribadatan.
B, PENGERTIAN
1. Registrasi adalah proses pemberian Nomor Unik berdasarkan metode tertentu
pada setiap Rumah Ibadat dan Tempat Peribadatan Katolik
2, Rumah Ibadat Katolik adalah bangunan yang dikhususkan sebagai tempat
melaksanakan Ibadat bagi umat Katolik sebagai kewajiban hakiki dalam
ajaran Agama Katolik.
3. Rumah Ibadat Katolik terdiri dari Gereja Katedral, Gereja Paroki, Gereja Stasi
dan Kapel.
4. Gereja Katedral adalah tempat beribadat Umat Katolik dimana terdapat tahta
Uskup.
5. Gereja Paroki adalah tempat beribadat Umat Katolik yang berada di pusat
Paroki.
6. Gereja Stasi adalah tempat beribadat Umat Katolik yang letaknya jauh dari
pusat paroki.
7. Kapel adalah tempat beribadat Umat Katolik yang berada dalam kompleks
tertentu yang merupakan bagian integral dari bangunan kescluruhan seperti
biara, sekolah dan rumah sakit
8, Tempat Peribadatan adalah sebidang tanah yang diatasnya dibangun sarana
peribadatan berupa gua maria, jalan salib dan rumah retret yang dipakai
untuk berdoa devosi atau refleksi iman.
9. Tempat Peribadatan terdiri dari Tempat Ziarah dan Rumah Retret.
10. Tempat Ziarah adalah sebuah tempat yang dikhususkan bagi umat Katolik
dalam mengenang orang suci atau mengenang sengsara dan wafat Tuhan
Yesus dan kegiatan devosional lainnya.
11, Rumah Retret adalah tempat yang dikhususkan bagi umat Katolik untuk
melaksanakan refleksi diri dalam rangka membaharui hidup spiritual
12.Pihak yang terkait adalah Gereja Katolik, Pejabat Bimas Katolik
Kabupaten/Kota, Pejabat Bimas Katolik Provinsi, Ditjen Bimas Katolik
(Jakarta).
C. TUJUAN
Registrasi Rumah Ibadat dan tempat peribadatan Katolik bertujuan:
1, Memastikan keakuratan data Rumah Ibadat dan tempat Peribadatan Katolik;
2. Memberikan perlindungan bagi Rumah Ibadat dan Tempat Peribadatan
Katolik; dan
3. Tersajinya data Rumah Ibadat dan Tempat Peribadatan Katolik yang akurat
dalam rangka pemberian pelayanan prima.
D. MEKANISME
Mekanisme adalah proses yang harus dilalui dalam mendapatkan Nomor
Registrasi. Mekanisme Registrasi Rumah Ibadat adalah: Pengumpulan data,
Analisis data, Penerbitan Nomor Registrasi Rumah Tbadat dan Tempat
Peribadatan Katolik.E, PERSYARATAN PERMOHONAN NOMOR REGISTRASI
1. Surat Permohonan dari Pejabat Gereja Katolik kepada Pejabat Bimas Katolik
di Kabupaten /Kota atau Provinsi.
2. Pejabat Bimas Katolik Kabupaten /Kota menyampaikan permohonan kepada
pejabat Bimas Katolik di Provinsi.
3. Permohonan Nomor Registrasi disampaikan pejabat Bimas Katolik Provinsi
kepada Dirjen Bimas Katolik.
4. Lampiran yang harus disertakan dengan surat permohonan adalah:
a. Surat Pernyataan yang menegaskan Tahun Rumah Ibadat/Peribadatan
berdiri;
b. Foto/Gambar Rumah Ibadat. Disebutkan jenis Rumah Ibadat (Gereja
Katedral, Gereja Paroki, Gereja Stasi,Kapel, Gua Maria, Rumah Retret).
c. Susunan Pengelola Rumah Ibadat;
d. Keuskupan, Paroki, dan alamat lengkap rumah ibadat/rumah
peribadatan; daan
e. Jumlah umat yang menggunakan rumah ibadat.
F, HASIL
Teregistrasinya Rumah Ibadat dan Tempat Peribadatan Katolik.
G. PENUTUP
Demikian untuk dapat dilaksanakan dengan baik dalam rangka memberikan
pelayanan terbaik bagi umat Katolik sekaligus pemberian jaminan perlindungan
dari Negara.
DIREKTUR JENDERAL
BIMBINGAN MASYARAKAT KATOLIK,
EUSABIUS BINSASILAMPIRAN IL
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN DIREKTUR
JENDERAL
BIMBINGAN MASYARAKAT KATOLIK
NOMOR 180 TAHUN 2015
TENTANG
PEDOMAN REGISTRASI RUMAH IBADAT DAN
TEMPAT PERIBADATAN KATOLIK
NAMA PROVINSI, KODE PROVINSI, NAMA KEUSKUPAN DAN KODE KEUSKUPAN
KODE KODE
NO | NAMA PROVINSI provins! | NAMA KEUSKUPAN KEUSKUPAN
1 | Aceh 01 Keuskupan Agung Medan 01
2_| Sumatra Utara 02 | Keuskupan Sibolga 02 |
3_[Sumatra Barat _ E-HEOSEEHEE| SE 03
4 | Riau 04 04
Palembang
5_| Jambi 05___| Keuskupan Tanjung Karang 05
6 | Sumatra Selatan 06 | Keuskupan Pangkal Pinang | __06
7 |Bengkulu 07 | Keuskupan Agung Jakarta o7
8 [Lampung 08___| Keuskupan Bogor
‘9 | Bangka Belitun; 09 | Keuskupan Bandung ane
10 | Kepulauan Riau 10 | Keuskupan Agung
Semaran; |
ii | DEI Jakarta i Keuskupan Purwokerto n 4
12 | Banten _ 12___|Keus Surabaya 12
[13 | Jawa Barat 13 | Keuskupan Malan; 13
| 14 [Jawa ‘Tengah 14 | Keuskupan Agung 14
Pontianak
15 | DI Yogyakarta 15___|Keuskupan Ketapang 15
16 | Jawa Timur 16 | Keuskupan Sanggau 16
17 | Kalimantan Barat, 17 | Keuskupan Sintang 17
18 | Kalimantan Tengah 18 | Keuskupan Agung 18
Samarinda Sree
19 | Kalimantan Selatan 19 | Keuskupan Palangkaraya 19
20 | Kalimantan Timur 20 | Keuskupan Banjarmasin 20
21[Bai 21 Keuskupan Tanjung Selor__| ieee
22 | Nusa Tenggara Barat 22 Keuskupan Agung Ende 22
23 [Nusa Tenggara Timur 23 | Keuskupan Denpasar 23
24 | Sulawesi Selatan 24 | Keuskupan Ruteng 24
25 | Sulawesi Tenggara 25 Keuskupan Maumere 25
26 | Sulawesi Barat 26 | Keuskupan Larantuka 26
27_| Sulawesi Tengah 27 Keuskupan Agung Kupang | 27 a
28 | Gorontalo 98 | Keuskupan Atambua 28,
| 29 | Sulawesi Utara 29 Keuskupan Weetebula | 29
30 [Maluku = 30___ | Keuskupan Agung Makassar 30
31_| Maluku Utara 31 Keuskupan Manado 31
32 | Papua Barat 32__| Keuskupan Amboina, 32
33 | Papua 33 | Keuskupan Agung Merauke 33I KODE KODE
| NO | NAMA PROVINS! pRovinet | NAMA KEUSKUPAN KEUSKUPAN |
[34 [Kalimantan Utara 34___| Keuskupan Jayapura 34
ae : Keuskupan Agats 35
(seT- + - Keuskupan Timika 36 _
37 =| Keuskupan Manokwari= 37
Sorong
DIREKTUR JENDERAL
BIMBINGAN MASYARAI
EUSABIUS BINSASIL
KAT KATOLIK,LAMPIRAN 111
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
BIMBINGAN MASYARAKAT KATOLIK
NOMOR 180 TAHUN 2015
TENTANG
PEDOMAN REGISTRASI RUMAH IBADAT DAN
TEMPAT PERIBADATAN KATOLIK
KODE, JENIS RUMAH IBADAT DAN TEMPAT PERIBADATAN KATOLIK
NO | JENIS RUMAH IBADAT DAN TEMPAT | NOMOR KODE RUMAH IBADAT DAN
PERIBADATAN KATOLIK TEMPAT PERIBADATAN KATOLIK
1 | Gereja Katedral _o1
2 | Gereja Paroki 02
3_| Gereja Stasi + 03 zn
4 | Kapel 04
[5 | Tempat Ziarah EeEEeHEtg 05,
6_| Tempat Retret a 06
DIREKTUR JENDERAL.
BIMBINGAN MASYARAKAT KATOLIK,
EUSABIUS BINSASILAMPIRAN IV
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
BIMBINGAN MASYARAKAT KATOLIK
NOMOR 180 TAHUN 2015
TENTANG
PEDOMAN REGISTRASI RUMAH IBADAT DAN
TEMPAT PERIBADATAN KATOLIK
TEKNIK PEMBERIAN NOMOR REGISTRAS! RUMAH IBADAT DAN TEMPAT
PERIBADATAN KATOLIK
CONTOH:
Gereja Katolik Hati Kudus Banda Aceh
010102201500001
Penjelasan|
1 - Provinsi Aceh
01 - Keuskupan Agung Medan
02 - Gereja Paroki
2015- Tahun 2015
Nomor Urut 00001
DIREKTUR JENDERAL
BIMBINGAN MASYARAKAT KATOLIK,
EUSABIUS BINSASI