Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL PENAWARAN

Pengembangan Industri Tanaman Kentang dan Kopi pada Kawasan Hutan di Kota
Pagar Alam

Bab

II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONDISI UMUM KOTA PAGAR ALAM

2.1.1 Lokasi dan Perhubungan

Peta Lokasi Kota Pagar Alam dapat dilihat pada Gambar 2.1. Wilayah kota
Pagar Alam berada di dataran tinggi di kaki gunung dempo dan dalam konteks
regional terletak disekitar 298 Km dari ibu kota provinsi Sumatera Selatan dan
beranjak sekitar 68 Km di sebelah Barat Daya ibu kota Kabupaten Lahat.
Kondisi jalan yang menghubungkan Palembang-Pagar Alam termasuk
baik dengan volume kendaraan angkutan umum dan barang cukup padat. Kondisi
jalan di dalam wilayah kabupaten yang menghubungkan ke kecamatan dan desa
umumnya sudah beraspal. Dengan demikian Kota Pagar Alam berada pada posisi
strategis yang dapat dengan mudah menerima dan memberi informasi terutama di
bidang pembangunan pertanian, mengingat wilayahnya berada pada jalur yang
dapat dengan mudah disinggahi atau keluar dari atau ke berbagai arah.

2.1.2 Keadaan Geografis dan Administratif

Kota Pagar Alam secara Geografis berada pada posisi 03O59’45” Lintang
Selatan (LS) dan 103O07’00” – 103O27’26” Bujur Timur (BT) dengan luas wilayah
sekitar 63.366 Ha (633.66 Km2). Luas wilayah Kota Pagar Alam sekitar 63,366
Ha atau sekitar 0,73 % dari luas wilayah Propinsi Sumatera Selatan (kurang lebih
8.701.742 Ha).
Topografi kota Pagar Alam umumnya berbukit dan bergunung, berada
diketinggian 100-1000 M (Meter dari permukaan laut) dengan puncaknya Gunung

II - 1
PROPOSAL PENAWARAN
Pengembangan Industri Tanaman Kentang dan Kopi pada Kawasan Hutan di Kota
Pagar Alam

Dempo (± 3.159 Meter). Wilayah ini adalah tempat tertinggi dan juga merupakan
atap Provinsi Sumatera Selatan oleh karenanya daerah ini berhawa dingin (sejuk).
Batas - batas wilayah administratif Kota Pagar Alam adalah sebagai
berikut :
1. Sebelah Selatan, berbatasan dengan Provinsi Bengkulu.
2. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Sakti Kabupaten Lahat.
3. Sebelah Utara, berbatasan dengan Kecamatan Jarai dan Kecamatan Pajar
Bulan Kabupaten Lahat.
4. Sebelah Timur, berbatasan dengan Kecamatan Kota Agung Kabupaten Lahat.

Gambar 2.1 Peta Lokasi Kota Pagar Alam

Wilayah administratif Kota Pagar Alam meliputi 5 kecamatan dan 35


kelurahan. Adapun 5 kecamatan itu adalah Pagar Alam Utara, Pagar Alam
Selatan, Dempo Utara, Dempo Tengah dan Dempo Selatan. Luas wilayah
Kecamatan di Kota Pagar Alam diuraikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Luas wilayah Kota Pagar Alam Dirinci Per Kecamatan

II - 2
PROPOSAL PENAWARAN
Pengembangan Industri Tanaman Kentang dan Kopi pada Kawasan Hutan di Kota
Pagar Alam

No Kecamatan Luas (km2)


1. Pagar Alam Utara 55,47
2. Pagar Alam Selatan 63,17
3. Dempo Utara 123,98
4. Dempo Tengah 151,96
5. Dempo Selatan 239,08
Total 633,66
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Pagar Alam, 2007

2.1.3 Keadaan Iklim

Tipe iklim di Kota Pagar Alam termasuk bervariasi, suhu berkisar antara
14 – 34 0C. Kota Pagar Alam memiliki hawa dingin (sejuk), memiliki 2 (dua)
musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim hujan rata-rata setiap
tahun berkisar antara bulan Oktober sampai dengan bulan Maret sedangkan
musim kemarau berkisar bulan April sampai dengan bulan September,
penyimpangan kedua musim tersebut terjadi setiap 5 tahun sekali dimana musim
hujan berkisar antara 2000-3000 mm dengan kelembaban udara berkisar antara
75-89 %.

2.1.4 Keadaan Demografi

Kota Pagar Alam terdiri dari 5 kecamatan yaitu Kecamatan Pagar Alam
Utara, Pagar Alam Selatan, Dempo Utara, Dempo Tengah dan Dempo Selatan
seluas 633,66 km2 dengan jumlah penduduk keseluruhan sejumlah 122.440 jiwa
(Badan Pusat Statistik Kota Pagar Alam, 2007).
Berdasarkan tabel 2.2 jumlah penduduk terbanyak di Kota Pagar Alam
terdapat di Kecamatan Pagar Alam Selatan, yaitu sejumlah 41.324 jiwa,
sedangkan penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Dempo Tengah, yaitu
sebanyak 12.742 jiwa.

Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Kota Pagar Alam Dirinci Per Kecamatan

II - 3
PROPOSAL PENAWARAN
Pengembangan Industri Tanaman Kentang dan Kopi pada Kawasan Hutan di Kota
Pagar Alam

No Kecamatan Jumlah (jiwa)


1. Pagar Alam Utara 35.411
2. Pagar Alam Selatan 41.324
3. Dempo Utara 19.928
4. Dempo Tengah 12.742
5. Dempo Selatan 13.035
Total 122.440
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Pagar Alam, 2007

Kecamatan dengan tingkat kepadatan tertinggi yaitu kecamatan Pagar


Alam Utara dengan luas wilayah 55,47 km2 mempunyai kepadatan penduduk
638,38 jiwa/km2 sedangkan kecamatan dengan tingkat kepadatan terendah yaitu
Dempo Selatan dengan luas wilayah 239,08 km2 mempunyai kepadatan penduduk
54,52 jiwa/km2. (tabel 2.3)

Tabel 2.3 Kepadatan Penduduk Kota Pagar Alam Dirinci Per Kecamatan
Jumlah (jiwa)
No Kecamatan Kepadatan
Jumlah (jiwa)
(jiwa/Km2)
1. Pagar Alam Utara 35.411 638,38
2. Pagar Alam Selatan 41.324 634,10
3. Dempo Utara 19.928 160,73
4. Dempo Tengah 12.742 83,85
5. Dempo Selatan 13.035 54,52
Total 122.440 1.521,58
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Pagar Alam, 2007

Rata-rata penduduk per rumah tangga di kota Pagar Alam adalah 4,19
sebagaimana ditunjukkan pada tabel 2.4 berikut ini :

Tabel 2.4 Jumlah dan Rata-rata Penduduk Per Rumah Tangga Per Kecamatan
di Kota Pagar Alam tahun 2007

II - 4
PROPOSAL PENAWARAN
Pengembangan Industri Tanaman Kentang dan Kopi pada Kawasan Hutan di Kota
Pagar Alam

Rata-rata
Rumah
No Kecamatan Penduduk penduduk
Tangga
per KK
1. Pagar Alam Utara 8.124 35.411 4,36
2. Pagar Alam Selatan 9.744 41.324 4,24
3. Dempo Utara 5.145 19.928 3,87
4. Dempo Tengah 2.924 12.742 4,36
5. Dempo Selatan 3.277 13.035 3,98
Total 29.214 122.440 4,19
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Pagar Alam, 2007

2.1.5 Program Pembangunan Daerah Kota Pagar Alam

Rumusan strategi yang akan ditempuh dalam rangka pencapaian misi


pembangunan daerah berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pagar Alam tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Pagar Alam
Tahun 2008-2013 untuk lima tahun kedepan diantaranya adalah sebagai berikut :
Menurunkan tingkat kemiskinan dan pengangguran, maka strategi yang
diletakkan adalah :
 Menciptakan lapangan kerja.
 Mengentaskan kemiskinan yang terarah dan terkoordinasi.
 Memberdayakan koperasi, usaha kecil dan menengah (KUKM).
 Meningkatkan jumlah KUKM.
 Melakukan peningkatan kapasitas dalam hal kewirausahaan.
Mewujudkan pengembangan perdagangan dan jasa, maka strategi
pembangunan yang diletakkan adalah :
 Menciptakan iklim kondusif bagi tumbuh kembangnya sektor perdagangan
dan jasa.
 Mengembangkan sektor perdagangan dan jasa.
 Mendorong terciptanya investasi padat karya di sektor perdagangan dan jasa.
 Membangun / memperbaiki infrastruktur penunjang.
 Menyusun kebijakan yang ramah terhadap dunia usaha.
 Menyediakan SDM / tenaga kerja yang handal dan sesuai kebutuhan.

II - 5
PROPOSAL PENAWARAN
Pengembangan Industri Tanaman Kentang dan Kopi pada Kawasan Hutan di Kota
Pagar Alam

Mewujudkan pengembangan agribisnis, maka strategi pembangunan yang


diletakkan adalah :
 Menciptakan iklim kondusif bagi tumbuh kembangnya sektor agribisnis.
 Mengembangkan sektor agribisnis.
 Mendorong terciptanya investasi padat karya di sektor agribisnis.
 Membangun / memperbaiki infrastruktur penunjang.
 Menyusun kebijakan yang ramah terhadap pengembangan agribisnis.
 Menyediakan SDM / tenaga kerja yang handal dan sesuai kebutuhan.

2.2. PROSPEK, POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN


INDUSTRI TANAMAN KOPI DAN KENTANG

2.2.1 Definisi Diversifikasi

Diversifikasi atau penganekaragaman pertanian adalah usaha untuk


mengganti atau meningkatkan hasil pertanian monokultur (satu jenis tanaman) kea
rah pertanian yang bersifat multikultur (banyak macam). Salah satu pertimbangan
utama dari usaha diversifikasi adalah stabilitas dalam pendapatan pertanian dan
menghindarkan ketergantungan pada satu komoditas.
Keuntungan-keuntungan yang mungkin didapat dari diversifikasi dapat
dibagi menjadi empat yaitu dari segi penawaran, permintaan, nutrisi dan tujuan
pembangunan. Dari segi penawaran, diversifikasi dapat mendatangkan kenaikan
pendapatan pada petani karena sistem tumpang sari atau pertanian campuran
semuanya dapat dilakukan pada tanah yang sama. Juga bagi pemerintah
diversifikasi dapat mengurangi beban untuk mengadakan pengawasan produksi
atas komoditi yang berlebihan seperti kopi. Dari segi permintaan, kenaikan dapat
diharapkan baik dari dalam negeri sendiri maupun dari luar negeri selama
tanaman diversifikasi mempunyai nilai elastisitas pendapatan yang lebih besar.
Pada waktu bersamaan produksi tanaman-tanaman yang mempunyai nilai
gizi/nutrisi yang lebih tinggi akan terdorong sehingga kesehatan penduduk dapat
naik. Akhirnya dari segi tujuan pembangunan ekonomi keseluruhan, diversifikasi
sangat bermanfaat dalam meningkatkan ekonomi keseluruhan.

II - 6
PROPOSAL PENAWARAN
Pengembangan Industri Tanaman Kentang dan Kopi pada Kawasan Hutan di Kota
Pagar Alam

Program jangka panjang diversifikasi fungsi kawasan hutan diorientasikan


pada peningkatan nilai dan fungsi kawasan hutan serta peningkatan kualitas hidup
masyarakat sekitar kawasan hutan. Rancangan pengelolaan kawasan hutan dengan
diversifikasi tanaman kopi dan kentang dimaksudkan sebagai model pengelolaan
kawasan hutan terutama hutan lindung yang melibatkan masyarakat secara aktif di
dalam mengamankan, mengelola dan mengembalikan sungsi hutan lindung ke
fungsinya.

2.2.2 Potensi Pengembangan Industri Tanaman Kopi dan Kentang

Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran


penting dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Pada tahun
2004 perolehan devisa dari komoditas kopi menghasilkan nilai ekspor sebesar
US$ 251 juta atau 10,1 persen dari nilai ekspor seluruh komoditas pertanian, atau
0,5 persen dari ekspor non-migas atau 0,4 persen dari nilai total ekspor (AEKI,
2005).
Tanaman kopi (Coffea sp.) sebagian besar merupakan perkebunan rakyat
dengan penerapan teknologi budidaya yang masih terbatas. Bila penerapan
teknologi budidaya di perkebunan kopi rakyat tersebut diperbaiki, produksinya
bisa ditingkatkan. Ada empat faktor yang menentukan keberhasilan budidaya
kopi, yaitu: (1) teknik penyediaan sarana produksi, (2) proses produksi/budidaya,
(3) teknik penanganan pasca panen dan pengolahan (agroindustri), dan (4) sistem
pemasarannya. Keempat-empatnya merupakan kegiatan yang berkesinambungan
yang harus diterapkan dengan baik dan benar.
Kondisi lingkungan tumbuh tanaman kopi yang paling berpengaruh
terhadap produktivitas tanaman kopi adalah tinggi tempat dan tipe curah hujan.
Sebab itu, jenis tanaman kopi yang ditanam harus disesuaikan dengan kondisi
tinggi tempat dan curah hujan di daerah setempat. Selama ini, jenis kopi yang
biasa ditanam di perkebunan rakyat adalah kopi arabika dan robusta. Kopi robusta
sangat cocok ditanam pada ketinggian 300 – 600 m dpl sedangkan kopi arabika
harus ditanam diatas ketinggian tersebut.

II - 7
PROPOSAL PENAWARAN
Pengembangan Industri Tanaman Kentang dan Kopi pada Kawasan Hutan di Kota
Pagar Alam

Dalam era perdagangan bebas, komoditas kopi sebagai bahan baku utama
industri kopi bubuk, mutu menjadi penentu daya saing di pasar ekspor maupun
dalam negeri. Dengan teknik budidaya yang baik dan sesuai maka bisa dihasilkan
mutu produk (biji kopi) yang baik dan sesuai dengan kehendak konsumen. Hal
tersebut perlu diperhatikan para pekebun kopi agar usaha taninya dapat berhasil
baik, produksi kopinya tinggi dan pendapatan petani juga tinggi.
Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan salah satu komoditas yang
mendapat prioritas pengembangan karena dapat digunakan sebagai sumber
karbohidrat, bernutrisi tinggi terutama vitamin dan mineral yang mempunyai
potensi dalam diversifikasi pangan.
Beberapa manfaat tanaman kentang antara lain :
 Bahan diversifikasi pangan non beras yang bernilai gizi tinggi.
 Tanaman cepat menghasilkan (cash crop) bagi petani.
 Komoditas ekspor non-migas.
 Bahan dasar industri pangan dan tekstil.
 Bahan makanan fast-food yang menjamur di kota-kota besar.
Permintaan pasar terhadap kentang beberapa tahun terakhir ini cendrung
meningkat sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk yang menggunakan
kentang sebagai sayuran sehari-hari, meningkatnya pendapatan dan
berkembangnya industri pengolahan. Selain itu dengan berkembangnya retoran-
restoran fast food dan makanan ringan berupa chips, manfaat kentang menjadi
beragam, sebagai tidak hanya sebagai sayur. Fernsh fries, yang saat ini banyak di
sukai masyarakat Indonesia, masih diimpor dalam bentuk frozen fries dari luar
negeri dan kebutuhan dari tahun ke tahun terus meningkat.

2.2.3 Kebijakan Pengembangan Industri Tanaman Kentang dan Kopi pada


Kawasan Hutan
Apabila dilihat dari segi luasnya yang potensial bagi pengembangan
tanaman kentang dan kopi pada kawasan hutan di Indonesia perlu dimanfaatkan
sebaik-baiknya. Kebijakan perencanaan pengembangan tanaman kentang dan kopi
pada kawasan hutan perlu memuat arahan-arahan sebagai berikut : Inventarisasi

II - 8
PROPOSAL PENAWARAN
Pengembangan Industri Tanaman Kentang dan Kopi pada Kawasan Hutan di Kota
Pagar Alam

kemampuan dan kesesuaian kawasan hutan secara rinci untuk potensi


pengembangannya; Koordinasi pendekatan antardisiplin (interdisciplinary
approach) dengan konsep holistik, dinamik dan geografik; Mengembangkan
tanaman kentang dan kopi yang teradaptasi pada kawasan hutan dengan maksud
meningkatkan produksi akan komoditas tertentu dan merasionalkan penggunaan
lahan; Menyiapkan kelembagaan yang memadai bagi penerapan konsep
pengembangan dan penanganan persoalan kawasan hutan.

2.2.4 Pengelolaan Kawasan Hutan Secara Terpadu

Pelaksanaan pembangunan pertanian umumnya masih bersifat subsektor,


sehingga petani sebagai pelaku usahatani dikelompokkan menjadi petani tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan dan lain-lain. Hal ini akan memberikan dampak
tersendiri pada petani lahan sempit (< 0,5 ha), seperti aset pertanian yang dimiliki
petani tidak dimanfaatkan secara optimal. Optimasi sumberdaya kawasan hutan
dapat dilakukan melalui pengembangan diversifikasi yang disesuaikan dengan
kondisi lahan dan sosial ekonomi petani. Pendekatan yang ditempuh dalam
optimalisasi pemanfaatan kawasan hutan adalah dengan pengelolaan kawasan
hutan lindung yang melibatkan masyarakat secara aktif di dalam mengamankan,
mengelola dan mengembalikan fungsi hutan lindung ke fungsinya.
Pendekatan yang ditempuh dalam optimalisasi pemanfaatan kawasan
hutan adalah usahatani integrasi tanaman tahunan – tanaman musiman. Menurut
Harwood (1997) penggunaan sumberdaya usahatani yang optimum pada
umumnya lebih mudah, dapat dicapai melalui “diversifikasi“ cabang-cabang
usaha. Bahkan Broadfield dalam Hsien dan Lus (1967) lebih menekankan bahwa
manfaat terbesar dari penyelenggaraan produksi pertanian secara menyeluruh di
dalam usahatani biasanya tidak diperoleh hanya melalui satu teknik pengelolaan
cabang usaha saja, melainkan bersumber pada hasil interaksi berbagai kombinasi
inovasi yang komplemen antara yang satu dengan yang lainnya. Azas
komplementer di dalam penerapan berbagai teknik unggul dalam pengelolaan

II - 9
PROPOSAL PENAWARAN
Pengembangan Industri Tanaman Kentang dan Kopi pada Kawasan Hutan di Kota
Pagar Alam

usaha pertanian yang menghasilkan interaksi positif merupakan landasan dasar


bagi pengembangan diversifikasi usaha di dalam pengelolaan kawasan hutan.
Prinsip dari teknologi integrasi tanaman tahunan - tanaman musiman ini
adalah pengelolaan usaha pertanian yang dilaksanakan secara sinergis, dimana
masing-masing usaha yang diintegrasikan satu sama lain “Saling mendukung”,
“Saling Memperkuat” dan “Saling Ketergantungan” dengan memanfaatkan secara
optimal seluruh potensi sumberdaya yang dimiliki dengan prinsip zero waste
(tidak ada limbah) karena akan terjadi siklus daur ulang limbah secara
berkesinambungan. Selanjutnya hasil pendauran limbah tersebut dimanfaatkan
untuk peningkatan efisiensi usaha dan nilai tambah bagi usaha-usaha yang
diintegrasikan (pemanfaatan limbah kulit kopi sebagai salah satu campuran pupuk
kandang untuk tanaman kentang).
Pada sistem usahatani integrasi tanaman tahunan – tanaman musiman
tersebut dikenal konsep LEISA (Low External Input Sustainable Agriculture),
yaitu suatu sistem pertanian yang berkelanjutan dengan menekan sekecil mungkin
pengaruh dari luar. Adapun hasil penerapan dari konsep ini adalah : (1)
optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lokal, contoh pemanfaatan jerami sebagai
pakan ternak dan kompos; (2) penggunaan sumberdaya lokal yang murah akan
memberikan hasil yang maksimal; (3) keanekaragaman produksi; (4) penggunaan
sumberdaya lokal yang dikelola secara benar, maka akan tercipta kualitas yang
baik sehingga menimbulkan marketabel surplus; (5) peningkatan kemandirian.
Teknologi integrasi tanaman tahunan – tanaman musiman dilaksanakan
dengan pendekatan agribisnis. Menurut Adjid, DA (2001) dalam Badan
Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian Departemen Pertanian Republik
Indonesia (2009), agribisnis merupakan konsep dari suatu sistem integrative yang
terdiri dari beberapa subsistem, yaitu : (1) subsistem pengadaan sarana produksi
pertanian (agroinput), (2) subsistem produksi pertanian (agro product), (3)
subsistem pengolahan dan industri hasil pertanian (agroindustry), (4) subsistem
distribusi dan pemasaran hasil pertanian (agromarketing), dan (5) subsistem
kelembagaan penunjang kegiatan pertanian (agro supporting).
2.3 EVALUASI LAHAN

II - 10
PROPOSAL PENAWARAN
Pengembangan Industri Tanaman Kentang dan Kopi pada Kawasan Hutan di Kota
Pagar Alam

Untuk dapat memanfaatkan sumber daya lahan secara terarah dan efisien,
diperlukan tersedianya data dan informasi yang lengkap mengenai keadaan iklim,
tanah dan sifat lingkungan fisik lainnya, serta persyaratan tumbuh tanaman yang
diusahakan, terutama tanaman-tanaman yang mempunyai peluang pasar dan arti
ekonomi cukup baik. Data iklim, tanah, dan sifat fisik lingkungan lainnya yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman serta terhadap aspek manajemennya
perlu diidentifikasi melalui kegiatan survei dan pemetaan sumber daya lahan. Data
sumber daya lahan ini diperlukan terutama untuk kepentingan perencanaan
pembangunan dan pengembangan pertanian. Data yang dihasilkan dari kegiatan
survei dan pemetaan sumber daya lahan masih sulit untuk dapat dipakai oleh
pengguna (users) untuk suatu perencanaan tanpa dilakukan interpretasi bagi
keperluan tertentu.
Evaluasi lahan merupakan suatu pendekatan atau cara untuk menilai
potensi sumber daya lahan. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi
dan/atau arahan penggunaan lahan yang diperlukan, dan akhirnya nilai harapan
produksi yang kemungkinan akan diperoleh. Beberapa sistem evaluasi lahan yang
telah banyak dikembangkan dengan menggunakan berbagai pendekatan, yaitu ada
yang dengan sistem perkalian parameter, penjumlahan, dan sistem matching atau
mencocokkan antara kualitas dan sifat-sifat lahan (Land Qualities/Land
Characteritics) dengan kriteria kelas kesesuaian lahan yang disusun berdasarkan
persyaratan tumbuh komoditas pertanian yang berbasis lahan. Sistem evaluasi
lahan yang pernah digunakan dan yang sedang dikembangkan di Pusat Penelitian
dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Balai Penelitian Tanah Bogor
diantaranya:
 Klasifikasi kemampuan wilayah.
 Sistem pendugaan kesesuaian lahan secara parametrik.
 Sistem yang digunakan oleh Proyek Penelitian Pertanian Menunjang
Transmigrasi atau P3MT.
 Sistem yang digunakan dalam Reconnaissance Land Resources Surveys 1 :
250.000 scale Atlas Format Procedures.
 Land Evaluation Computer System atau LECS .

II - 11
PROPOSAL PENAWARAN
Pengembangan Industri Tanaman Kentang dan Kopi pada Kawasan Hutan di Kota
Pagar Alam

 Automated Land Evalution System atau ALES.

Dalam melaksanakan evaluasi lahan perlu terlebih dahulu memahami


istilah-istilah yang digunakan, baik yang menyangkut keadaan sumber daya lahan,
maupun yang berkaitan dengan kebutuhan atau persyaratan tumbuh suatu
tanaman. Berikut diuraikan secara ringkas mengenai: pengertian lahan,
penggunaan lahan, karakteristik lahan, kualitas lahan, dan persyaratan penggunaan
lahan.

2.3.1 Lahan

Lahan merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup


pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, tanah, hidrologi, dan
bahkan keadaan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya secara
potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (FAO, 1976).
Penggunaan yang optimal memerlukan keterkaitan dengan karakteristik dan
kualitas lahannya. Hal tersebut disebabkan adanya keterbatasan dalam
penggunaan lahan sesuai dengan karakteristik dan kualitas lahannya, bila
dihubungkan dengan pemanfaatan lahan secara lestari dan berkesinambungan.
Pada peta tanah atau peta sumber daya lahan, hal tersebut dinyatakan dalam
satuan peta yang dibedakan berdasarkan perbedaan sifat-sifatnya terdiri atas:
iklim, landform (termasuk litologi, topografi/relief), tanah dan/atau hidrologi.
Pemisahan satuan lahan/tanah sangat penting untuk keperluan analisis dan
interpretasi potensi atau kesesuaian lahan bagi suatu tipe penggunaan lahan
(Land Utilization Types = LUTs). Evaluasi lahan memerlukan sifat-sifat fisik
lingkungan suatu wilayah yang dirinci ke dalam kualitas lahan (land qualities),
dan setiap kualitas lahan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan
(land characteristics).
Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal (attribute) yang bersifat
kompleks dari sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan
(performance) yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan
tertentu dan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan (land

II - 12
PROPOSAL PENAWARAN
Pengembangan Industri Tanaman Kentang dan Kopi pada Kawasan Hutan di Kota
Pagar Alam

characteristics). Kualitas lahan ada yang bisa diestimasi atau diukur secara
langsung di lapangan, tetapi pada umumnya ditetapkan dari pengertian
karakteristik lahan (FAO, 1976). Dalam evaluasi lahan sering kualitas lahan tidak
digunakan tetapi langsung menggunakan karakteristik lahan, karena keduanya
dianggap sama nilainya dalam evaluasi.
Kualitas lahan dapat berperan positif atau negatif terhadap penggunaan
lahan tergantung dari sifat-sifatnya. Kualitas lahan yang berperan positif sifatnya
menguntungkan bagi suatu penggunaan. Sebaliknya kualitas lahan yang bersifat
negatif akan merugikan (kendala) terhadap penggunaan tertentu, sehingga
merupakan faktor penghambat atau pembatas. Setiap kualitas lahan dapat
berpengaruh terhadap satu atau lebih dari jenis penggunaannya. Demikian pula
satu jenis penggunaan lahan tertentu akan dipengaruhi oleh berbagai kualitas
lahan.
Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi.
Beberapa karakteristik lahan umumnya mempunyai hubungan satu sama lainnya
di dalam pengertian kualitas lahan dan akan berpengaruh terhadap jenis
penggunaan dan/atau pertumbuhan tanaman dan komoditas lainnya yang berbasis
lahan (peternakan, perikanan, kehutanan).
Karakteristik lahan diantaranya adalah: temperatur udara, curah hujan,
lamanya masa kering, kelembaban udara, drainase, tekstur, bahan kasar,
kedalaman tanah, ketebalan gambut, kematangan gambut, kapasitas tukar kation
liat, kejenuhan basa, pH H20, C-organik, salinitas, alkalinitas, kedalaman bahan
sulfidik, lereng, bahaya erosi, genangan, batuan di permukaan, dan singkapan
batuan.
Fasilitas yang berkaitan dengan aspek ekonomi merupakan penentu
kesesuaian lahan secara ekonomi atau economy land suitability class
(Rossiter, 1994). Hal ini dengan pertimbangan bagaimanapun potensialnya secara
fisik suatu wilayah, tanpa ditunjang oleh sarana ekonomi yang memadai, tidak
akan banyak memberikan kontribusi terhadap pengembangan wilayah tersebut.

2.3.2 Penggunaan Lahan

II - 13
PROPOSAL PENAWARAN
Pengembangan Industri Tanaman Kentang dan Kopi pada Kawasan Hutan di Kota
Pagar Alam

Penggunaan lahan untuk pertanian secara umum dapat dibedakan atas:


penggunaan lahan semusim, tahunan, dan permanen. Penggunaan lahan tanaman
semusim diutamakan untuk tanaman musiman yang dalam polanya dapat dengan
rotasi atau tumpang sari dan panen dilakukan setiap musim dengan periode
biasanya kurang dari setahun. Penggunaan lahan tanaman tahunan merupakan
penggunaan tanaman jangka panjang yang pergilirannya dilakukan setelah hasil
tanaman tersebut secara ekonomi tidak produktif lagi, seperti pada tanaman
perkebunan. Penggunaan lahan permanen diarahkan pada lahan yang tidak
diusahakan untuk pertanian, seperti hutan, daerah konservasi, perkotaan, desa dan
sarananya, lapangan terbang, dan pelabuhan.
Dalam evaluasi lahan penggunaan lahan harus dikaitkan dengan tipe
penggunaan lahan (Land Utilization Type) yaitu jenis-jenis penggunaan lahan
yang diuraikan secara lebih detil karena menyangkut pengelolaan, masukan yang
diperlukan dan keluaran yang diharapkan secara spesifik. Setiap jenis penggunaan
lahan dirinci ke dalam tipe-tipe penggunaan lahan. Tipe penggunaan lahan bukan
merupakan tingkat kategori dari klasifikasi penggunaan lahan, tetapi mengacu
kepada penggunaan lahan tertentu yang tingkatannya dibawah kategori
penggunaan lahan secara umum, karena berkaitan dengan aspek masukan,
teknologi, dan keluarannya. Sifat-sifat penggunaan lahan mencakup data dan/atau
asumsi yang berkaitan dengan aspek hasil, orientasi pasar, intensitas modal,
buruh, sumber tenaga, pengetahuan teknologi penggunaan lahan, kebutuhan
infrastruktur, ukuran dan bentuk penguasaan lahan, pemilikan lahan dan tingkat
pendapatan per unit produksi atau unit areal. Tipe penggunaan lahan menurut
sistem dan modelnya dibedakan atas dua macam yaitu multiple dan compound.

2.3.3 Persyaratan Penggunaan Lahan

Semua jenis komoditas pertanian termasuk tanaman pertanian, peternakan,


dan perikanan yang berbasis lahan untuk dapat tumbuh atau hidup dan
berproduksi optimal memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu. Persyaratan

II - 14
PROPOSAL PENAWARAN
Pengembangan Industri Tanaman Kentang dan Kopi pada Kawasan Hutan di Kota
Pagar Alam

karakteristik lahan untuk masing-masing komoditas pertanian umumnya berbeda,


tetapi ada sebagian yang sama sesuai dengan persyaratan tumbuh komoditas
pertanian tersebut.
Persyaratan tersebut terutama terdiri atas energi radiasi, temperatur,
kelembaban, oksigen, dan hara. Persyaratan temperatur dan kelembaban
umumnya digabungkan, dan selanjutnya disebut sebagai periode pertumbuhan.
Persyaratan lain berupa media perakaran, ditentukan oleh drainase, tekstur,
struktur dan konsistensi tanah, serta kedalaman efektif (tempat perakaran
berkembang). Ada tanaman yang memerlukan drainase terhambat seperti padi
sawah. Tetapi pada umumnya tanaman menghendaki drainase yang baik, dimana
pada kondisi demikian aerasi tanah cukup baik, sehingga di dalam tanah cukup
tersedia oksigen, dengan demikian akar tanaman dapat berkembang dengan baik,
dan mampu menyerap unsur hara secara optimal. Persyaratan tumbuh atau
persyaratan penggunaan lahan yang diperlukan oleh masing-masing komoditas
mempunyai batas kisaran minimum, optimum, dan maksimum untuk masing-
masing karakteristik lahan. Kualitas lahan yang optimum bagi kebutuhan tanaman
atau penggunaan lahan merupakan batasan bagi kelas kesesuaian lahan yang
paling sesuai (S1). Sedangkan kualitas lahan yang di bawah optimum merupakan
batasan kelas kesesuaian lahan antara kelas yang cukup sesuai (S2), dan/atau
sesuai marginal (S3). Di luar batasan tersebut merupakan lahan-lahan yang secara
fisik tergolong tidak sesuai (N).

2.3.4 Kerangka Klasifikasi Menurut FAO (1976)

Kesesuaian lahan adalah keadaan tingkat kecocokan dari sebidang lahan


untuk suatu penggunaan tertentu. Kelas kesesuaian lahan suatu wilayah dapat
berbeda tergantung pada type penggunaan lahan yang diinginkan.
Dalam penilaian kesesuaian lahan digunakan berdasarkan kerangka FAO
(1976) dapat dipakai untuk klasifikasi kuantitatif maupun kualitatif tergantung
dari data yang tersedia. Kerangka dari sistem klasifikasi kesesuaian lahan ini
terdiri dari empat kategori, yaitu :

II - 15
PROPOSAL PENAWARAN
Pengembangan Industri Tanaman Kentang dan Kopi pada Kawasan Hutan di Kota
Pagar Alam

Order : Keadaan kesesuaian lahan secara global


Kelas : Keadaan tingkat kesesuaian lahan dalam order
Sub-klas : Keadaan dalam tingkat kelas, yang didasarkan pada jenis
pembatas atau macam perbaikan yang harus dijalankan
Unit : Keadaan tingkat dalam sub-kelas yang didasarkan pada sifat
tambahan yang berpengaruh dalam pengelolaannya
Kesesuaian lahan pada tingkat order
Order kesesuaian lahan dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Order S : Sesuai (Suitabel)
Lahan yang termasuk order ini adalah lahan yang dapat digunakan secara
berkelanjutan untuk suatu tujuan tertentu. Tanpa atau sedikit resiko kerusakan
terhadap sumber daya lahannya. Keuntungan dari hasil pengelolaan ini akan
memuaskan setelah diperhitungkan dengan masukan yang diberikan.
2. Order N : Tidak Sesuai (Not Suitabel)
Lahan yang termasuk order ini mempunyai pembatas sedemikian rupa
sehingga mencegah kegunaannya untuk suatu tujuan tertentu.

Kelas kesesuaian lahan pada tingkat kelas


Kelas kesesuaian lahan adalah pembagian lebih lanjut dari order dalam
menggambarkan tingkat-tingkat kesesuaian dari order. Kelas ini dalam simbolnya
diberi nomor urut yang ditulis di belakang simbol order. Nomor urut ini
menunjukkan tingkatan kelas yang menurun dalam suatu order. Banyaknya kelas
dalam tiap order itu sebetulnya tidak terbatas, akan tetapi hanya dianjurkan
memakai tiga kelas dalam order S dan dua kelas dalam order N. Penentuan jumlah
kelas ini didasarkan pada keperluan minimum untuk mencapai tujuan penafsiran.
Jika tiga kelas yang dipakai dalam order S dan dua kelas dalam order N,
maka pembagian serta definisinya adalah sebagai berikut :
Kelas S1 : Sangat Sesuai (Highly Suitabel)
Lahan tidak memiliki/mempunyai pembatas yang serius untuk menerapkan
pengelolaan yang diberikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti

II - 16
PROPOSAL PENAWARAN
Pengembangan Industri Tanaman Kentang dan Kopi pada Kawasan Hutan di Kota
Pagar Alam

atau berpengaruh secara nyata terhadap produksinya dan tidak akan menaikkan
masukan yang telah biasa diberikan.
Kelas S2 : Cukup Sesuai (Moderately Suitabel)
Lahan yang mempunyai pembatas-pembatas agak serius untuk mempertahankan
tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi
dan keuntungan dan meningkatkan masukan yang diperlukan.
Kelas S3 : Sesuai Marginal (Marginally Suitabel)
Lahan yang mempunyai pembatas-pembatas yang serius untuk mempertahankan
tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi
dan keuntungan atau lebih meningkatkan masukan yang diperlukan.
Kelas N1 : Tidak Sesuai pada Saat ini (Currently Not Suitabel)
Lahan mempunyai pembatas yang lebih serius, tetapi masih memungkinkan untuk
diatasi, hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengelolaan dengan modal
normal.
Kelas N2 : Tidak Sesuai Permanen (Permanently Not Suitabel)
Lahan mempunyai pembatas permanen sehingga mencegah segala kemungkinan
penggunaan berkelangsungan pada lahan tersebut.

Kesesuaian lahan pada tingkat sub-kelas


Sub-kelas kesesuaian lahan mencerminkan jenis pembatas atau macam
perbaikan yang diperlukan dalam suatu kelas. Tiap kelas, kecuali kelas S1 dapat
dibagi menjadi 1 (satu) atau lebih sub-kelas tergantung dari jenis pembatas yang
ada. Jenis pembatas ini ditunjukan dengan simbol huruf kecil yang ditaruh setelah
simbol kelas. Misal kelas S2 yang mempunyai faktor pembatas kedalaman efektif
(s) akan menurunkan sub-kelas S2-s. Biasanya hanya ada 1 (satu) simbol
pembatas dalam setiap sub-kelas, akan tetapi bisa juga dalam satu sub-kelas
mempunyai dua atau tiga simbol pembatas dengan catatan jenis pembatas yang
paling dominan ditempatkan pertama. Misalnya dalam Sub-kelas S2-ts, maka
pembatas keadaan bentuk wilayah/lereng (t) adalah pembatas yang dominan dan
pembatas kedalaman efektif (s) pembatas kedua atau tambahan.

II - 17
PROPOSAL PENAWARAN
Pengembangan Industri Tanaman Kentang dan Kopi pada Kawasan Hutan di Kota
Pagar Alam

II - 18

Anda mungkin juga menyukai