Anda di halaman 1dari 8

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA,


NOMOR 3 TAHUN 2011

TENTANG

KERJASAMA OPERASIONAL PENDAYAGUNAAN DAN PENGEMBANGAN


SERTA PENGELOLAAN ALAT DAN MESIN PERTANIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LUWU UTARA,

Menimbang : a. bahwa dalam upaya menunjang pembangunan di bidang


pertanian salah satunya adalah melalui pemanfaatan teknologi
alat dan mesin pertanian (Alsintan) dan pemanfaatan teknologi
Alsintan di tingkat petani harus memperoleh pertimbangan
yang cermat agar mampu tumbuh dan berkembang secara
wajar;
b. bahwa dalam upaya pendayagunaan alat dan mesin pertanian
(Alsintan), perlu dikembangkan Sistem Usaha Pelayanan Jasa
Alsintan (UPJA) yang merupakan salah satu lembaga ekonomi
pedesaan;
c. bahwa melalui Pengelolaan Alat Dan Mesin Pertanian
(Alsintan) yang berskala ekonomi dan berorientasi pasar, serta
dengan dukungan tenaga-tenaga profesional diharapkan Usaha
Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) mampu berkembang secara
mandiri dan berkelanjutan di daerah pedesaan serta dapat
menunjang peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD);
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk
Peraturan Daerah tentang Kerjasama Operasional
Pendayagunaan dan Pengembangan serta Pengelolaan Alat dan
Mesin Pertanian.

1
Mengingat : 1.  Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981
Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3209);
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1999 tentang Pembentukan
Kabupaten Daerah Tingkat II Luwu Utara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3826);
3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4386);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2001 tentang Alat dan
Mesin Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2001 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4157);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4737);
7. Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
205/Kpts/OT.210/3/2003 tentang Syarat dan Tatacara
Pengujian dan Pemberian Sertifikat Alat dan Mesin Budidaya
Tanaman;
8. Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
400/Kpts/OT.160/8/2003 tentang Tim Teknis Sertifikasi Alat
dan Mesin Pertanian;

2
9. Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Utara Nomor 8 Tahun 2008
tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan
Kabupaten Luwu Utara (Lembaran Daerah Kabupaten Luwu
Utara Tahun 2008 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Luwu Utara Nomor 179).

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA
dan
BUPATI LUWU UTARA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN DAERAH TENTANG KERJASAMA


OPERASIONAL PENDAYAGUNAAN DAN PENGEMBANGAN
SERTA PENGELOLAAN ALAT DAN MESIN PERTANIAN

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Kabupaten Luwu Utara.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati Luwu Utara dan Perangkat Daerah sebagai
unsur penyelenggara Pemerintah Daerah.
3. Bupati adalah Bupati Luwu Utara.
4. Kabupaten adalah kabupaten Luwu Utara.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Luwu Utara.
6. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah
perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna
anggaran/pengguna barang.
7. Pejabat yang ditunjuk adalah Kepala SKPD yang membidangi Pertanian.

3
8. Dinas adalah Dinas yang membidangi Pertanian atau menangani Alsintan
Kabupaten Luwu Utara.
9. Badan adalah Bandan yang bidangi pertanian atau yang menangani Alsintan.
10. Alat dan/atau mesin budidaya tanaman/alat dan mesin pertanian yang
selanjutnya disingkat Alsintan adalah peralatan yang dioperasikan dengan
motor penggerak maupun tanpa motor penggerak untuk kegiatan budidaya
tanaman.
11. Kerja sama Operasional yang selanjutnya disingkat KSO adalah Kerja sama
Pengelolaan Alsintan antara Dinas Pertanian Kabupaten Luwu Utara dengan
Kelompok Tani terpilih, terseleksi, dan sesuai prosedur sebagai penerima
Alsintan yang pengadaannya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten Luwu Utara.
12. Kelompok Tani adalah Kelompok tani Penerima KSO Alsintan dalam
Wilayah Kabupaten Luwu Utara.
13. Usaha Pelayanan Jasa Alsintan yang selanjutnya disingkat UPJA adalah
suatu bisnis yang produk utamanya adalah pelayanan dibidang jasa
Alsintan.
14. Pelayanan adalah kepuasan pelanggan/konsumen.
15. Pelanggan adalah anggota kelompok tani atau siapa saja yang bergerak di
sektor pertanian dan agro bisnis yang memerlukan jasa pelayanan Alsintan.

BAB II
PENDAYAGUNAAN ALSINTAN

Pasal 2

(1) Pemanfaatan Alsintan dilakukan dengan pola KSO antara Pemerintah


Kabupaten dalam hal ini Dinas Pertanian sebagai pemberi bantuan Alsintan
dengan mitra kerja sama yaitu Kelompok Tani/UPJA sebagai penerima
bantuan.

(2) Setiap kelompok Tani penerima KSO berkewajiban memelihara Alsintan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sehingga dapat terus-menerus
beroperasi, mengembangkan usaha taninya.

BAB III
4
KELOMPOK TANI/UPJA PENERIMA ALSINTAN

Pasal 3

(1) Kelompok Tani/UPJA penerima bantuan Alsintan adalah Kelompok


Tani/UPJA yang berdomisili di Wilayah Kabupaten.

(2) Kelompok Tani/UPJA penerima Alsintan diutamakan yang belum memiliki


dan sangat membutuhkan bantuan Alsintan.

(3) Bila dilokasi yang memerlukan Alsintan belum ada Kelompok Tani/UPJA,
maka dibentuk Kelompok Tani/UPJA baru, dimana anggotanya terdiri dari
Petani, Pemuda/Pemudi Tani yang terdidik dan berjiwa kewirausahaan dan
berdomisili dilokasi yang bersangkutan.

BAB IV
POLA KERJASAMA OPERASIONAL

Pasal 4

(1) Pemanfaatan bantuan Alsintan dilakukan dengan pola KSO antara


Pemerintah daerah dengan kelompok Tani/UPJA yang diwakili oleh ketua
kelompok Tani/Manajer UPJA.

(2) Perjanjian Kerja sama dilakukan sebelum penyerahan Alsintan oleh


Pemerintah daerah kepada kelompok Tani/UPJA.

(3) KSO berlaku selama 5 (lima) tahun sejak diterimanya Alsitan oleh kelompok
Tani/UPJA, selanjutnya dapat diusulkan untuk menjadi milik pengelola
dengan penggantian biaya yang oleh dinas/badan dan selanjutnya
penggantian yang disepakati tersebut disetorkan kepada Kas Daerah.

(4) Apabila kelompok Tani penerima KSO tidak melaksanakan perjanjian sesuai
dengan ketentuan, maka Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Pertanian
dapat membatalkan perjanjian secara sepihak dan mengalihkan KSO kepada
kelompok tani/UPJA lain.

(5) Apabila Alsintan yang dikelola hilang atau rusak karena kelalaian Kelompok
Tani/UPJA, tanggung jawab sepenuhnya berada pada Kelompok Tani/UPJA
yang bersangkutan dan berkewajiban untuk mengganti Alsintan yang hilang
tersebut sesuai dengan jenis dan kualifikasi Alsintan yang diberikan.

5
BAB V
KEWAJIBAN KELOMPOK TANI/UPJA PENERIMA ALSINTAN

Pasal 5

(1) Kelompok Tani/UPJA wajib mendayagunakan dan mengembangkan


Alsintan tersebut dengan cara :
a. mengelola usaha pelayanan jasa Alsintan dengan sebaik-baiknya;
b. mengadministrasikan semua kegiatan usaha pelayanan Alsintan,
termasuk administrasi keuangan;
c. menyiapkan dan menyampaikan laporan setiap 3 (tiga) bulan sekali
mengenai pelaksanaan kegiatan usahanya kepada Kepala Dinas/Badan
d. menyiapkan modal kerja (biaya operasional) untuk kegiatan usaha
pelayanan Alsintan; dan
e. penerima Alsintan wajib mengikuti pembinaan/pelatihan dari
Dinas/Badan.

(2) Kelompok Tani/UPJA wajib menabung sisa hasil usaha yang menjadi
haknya, agar pada jangka waktu tertentu dapat menambah Alsintan baru
guna pengembangan Kelompok tani/UPJA lebih lanjut.

BAB VI
KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 6

(1) Selain oleh Penyidik POLRI, penyidikan atas tindak pidana pelanggaran
dalam Peraturan Daerah ini dilaksanakan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil
(PPNS) yang diberi kewenangan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :


a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau
laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang pertanian agar
keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari, mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi
dan/atau badan usaha tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan
sehubungan dengan tindak pidana dibidang pertanian;

6
c. meminta keterangan dan barang bukti dari orang pribadi dan/atau
badan usaha sehubungan dengan tindak pidana di bidang pertanian;
d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain
yang berkenaan dengan tindak pidana Bidang pertanian;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti
pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan
penyitaan terhadap barang bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana di bidang pertanian;
g. menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau
tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa
identitas orang dan dokumen yang dibawanya sebagaimana dimaksud
huruf e;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana dibidang
pertanian;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan; dan
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan
tindak pidana di bidang pertanian menurut hukum dan dapat
dipertanggungjawabkan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memberitahukan dimulainya


penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut
Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor
8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB VII
KETENTUAN PIDANA

Pasal 7

(1) Setiap orang yang dengan sengaja melanggar ketentuan dalam Pasal 4 dan
Pasal 5 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan
dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah), dan/atau
tidak merampas barang tertentu untuk Daerah, kecuali jika ditentukan lain
dalam Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

7
BAB VIX
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 8

Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis pelaksanaannya diatur dengan Peraturan


Bupati.

Pasal 9

Peraturan Daerah ini berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Luwu Utara.

Ditetapkan di Masamba
pada tanggal 22 Juni 2011

BUPATI LUWU UTARA,

ARIFIN JUNAIDI
Diundangkan di Masamba
pada tanggal 22 Juni 2011
SEKRETARIS DAERAH,

MUJAHIDIN IBRAHIM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA TAHUN 2011 NOMOR 3

Anda mungkin juga menyukai