Anda di halaman 1dari 12

10 Model Kepemimpinan dalam Perspektif Islam

Pengertian Kepemimpinan dalam Perspektif Islam


Sebagaimana hadist yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW yakni: “Setiap manusia
adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawabannya
kepada orang-orang yang telah dipimpinnya.”
Dari hadist di atas, dapat diartikan bahwa semua manusia yang hidup di muka bumi
ini adalah seorang pemimpin. Yang mana ia akan dimintai segala pertanggung
jawabannya atas apa yang mereka kerjakan termasuk dalam urusan
kepemimpinannya. Hal ini juga dipertegas akan firman Allah SWT yang berbunyi:
“Kelak pada hari kiaman nanti, Kami akan menutup mulut-mulut mereka, dan
berkatalah kepada Kami mengenai tangan dan kaki mereka yang akan memberikan
kesaksian tentang apa yang telah mereka perbuat selama hidupnya”. (QS. Yasin:
65).

Berikut pandangan islam mengenai model kepemimpinan yang luhur:


1. Beriman dan Bertakwa Kepada Allah SWT
Di dalam perspektif islam seorang pemimpin harus memiliko model kepemimpinan
yang baik dan luhur. Baik dan luhur diartikan sebagai sesuatu yang tetap harus
berlandaskan pada dasar-dasar agamanya termasuk mengenai iman dan
ketakwaannya kepada Allah SWT.
Apabila seorang pemimpin ingin rakyatnya atau seseorang yang berada di
bawahnya memiliki sifat yang baik dan memiliki iman dan takwa kepada Allah
SWT. Maka iapun harus memiliki sifat yang sama agar apa yang dilakukannya
menjadi seni tauladan yang baik bagi rakyatnya.
2. Memenuhi Hal Rakyat
Seorang pemimpin harus mampu memenuhi setiap hak dari rakyatnya. Apabila hak
yang dimilikinya telah dirampas oleh orang lain yang tidak bertanggung jawab.
Maka seorang pemimpin memiliki kewajiban untuk mengembalikan hal tersebut
kepada orang yang bersangkutan.
Hal ini juga diterapkan dalam masa kepemimpinan Khalifah Abu Bakar. Dimana
Belia selalu berusaha untuk memenuhi setiap hak dari rakyat yang dipimpinnya
dapa masa itu.
3. Siddiq (Jujur)
Selain dapat menegakan Imamah dan Imaroh, seorang pemimpin juga harus
memiliki sifat yang ditanamkannya melalui jiwa kepemimpinannya. Di sini sifat
seorang pemimpin haruslah jujur (As-Siddiq). Tidak hanya jujur, melainkan mereka
diharapkan mampu menanamkan jiwa kebenaran yang dilakukannya untuk
mencapai tujuan bersama.
Hal ini sangat bertentangan dengan hukum membeli jabatan dalam islam yang
banyak kita ketahui saat ini. Karena keutamaan jujur dalam islam menjadi tauladan
yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.
4. Tabligh (Aktif dan Aspiratif)
Selain memiliki model kepemimpinan yang bersifat jujur dan terbuka, seorang
pemimpin diharapkan memiliki keaktifan serta apirasi yang bisa menanamkan jiwa
kepemimpinannya secara benar dan adil. Di dalam islam seorang pemimpin harus
menyampaikan apa yang benar dan apa yang salah. Tidak memihak satu sama lain
melainkan harus dinyatakan dengan kebenaran. Hal ini seperti halnya penerapan
kebenaran prakmatis dalam ajaran islam.
5. Amanah (Terpercaya)
Tidak hanya As-Siddiq dan At-Tabligh, melainkan juga harus amanah. Amanah
dalam islam dapat diartikan sebagai kepercayaan yang diembannya sebagai pemuka
atau seorang pemimpin. Di dalam islam kepercayaan seorang pemimpin harus
benar-benar dijaganya. Hal ini menunjukan jika dalam jiwa kepemimpinannya ia
adalah orang yang dapat dipercaya untuk mengemban tugas dan tanggung jawabnya
kepada orang banyak.
6. Fathonah (Cerdas)
Seorang pemimpin juga harus menanamkan jiwa atas kemampuan yang dimiliknya.
Di sini bukan berarti ia harus menyombongkan dirinya atas kemampuan yang
dimiliki. Melainkan dapat menempatkan kemampuan dan daya intelektualnya pada
hal-hal yang bisa meningkatkan sebuah kemajuan bersama kesombongan dalam
islam Karena menunjukan seseorang yang memiliki sifat tidak baik.
7. Tidak Otoriter
Otoriter adalah sifat untuk memaksakan kehendak orang lain. Sifat ini sama seperti
egois atau hanya mementingkan dirinya sendiri dan tidak mau mendengarkan
nasehat atau saran dan masukan dari orang lain.
Dalam hal ini islam sangat tidak menyukai pemimpin yang memiliki sifat otoriter
seperti ini. Dimana seorang pemimpin harus dapat menyeimbangkan kepentingan
antara Habluminanass dan Habluminallah secara seimbang dalam kehidupannya.
8. Memiliki Integritas Tinggi
Sebagai seorang pemimpin, integritas juga sangat penting untuk diterapkan.
Dimana islam memandang seorang pemimpin sebagai orang yang disegani dan
ditiru tingkah dan perbuatannya untuk tujuan yang lebih baik.
Dari apa yang dilakukannya, maka ia harus mempertanggung jawabkannya di hari
akhir nanti. Untuk itu, model kepemimpinan yang memiliki integritas tinggi seperti
ini juga harus dilakukan demi tujuan yang lebih baik lagi.
9. Menjalin Kerjasama
Model kepemimpinan dalam perspektif islam juga harus mengandung tindakan
yang bisa dilakukan bersama-sama. Menjalin sebuah kerjasama dengan pihak atau
orang lain memang bisa membantu sebagaian besar pekerjaan atau masalah yang
dihadapi. Untuk itu, seorang pemimpin diharapkan mampu memenuhi semua tugas
dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya dengan baik dan selesai tepat waktu.
Model kepemimpinan seperti ini juga sudah dijalankan oleh Khalifat Abu Umar
dan dilanjudkan oleh Ummar bin Khattab. Dimana pada masa kepemimpinan Abu
Bakar, beliau sangat menjunjung tinggi nilai kebersamaan yang dilakukan dengan
jalan bekerjasa sama. Hal ini juga sempat Beliau katakan sebagai berikut: “ Bila
Aku berlaku baik yakni dalam menjalankan tugasku, maka bantulah Aku.”

Hal ini menjelaskan jika kerjasama antar sesama pemimpin juga harus dilakukan
demi tujuan bersama untuk memajukan sebuah bangsa dan negaranya. Hal ini
sesuai dengan ketentuan Allah SWT yang berfirman: “Tolong-menolonglah kami
dalm hal kebaikan (ketaqwaan) dan jangan tolong-menolonglah kamu dalam hal
dosa atau kemaksiatan.” (QS. 5 : 2).

10. Memberantas Kezaliman


Di dalam islam kezaliman merupakan sebuah sikap dan tindakan yang sangat
dilarang. Dimana sikap dan tindakan seperti ini dapat merugikan orang lain dan
dapat meruntuhkan pondasi sebuah bangsa dan negara.
Untuk itu, islam menganjurkan jika seorang pemimpin selain menjauhkan dirinya
dari sikap dan tindakan tercela seperti ini. Mereka juga memiliki tugas dan
tanggung jawab untuk memberantas adanya kezaliman pada kelompok atau
organisasi yang dipimpinnya.

Dari penjelasan mengenai model kepemimpinan dalam perspektif islam di atas.


Maka dapat diartikan jika seorang pemimpin harus menerapkan hal baik dalam
masa kepemimpinannya. Bukan berarti jabatan atau kedudukannya dimanfaatkan
untuk hal-hal yang justru merugikan bagi orang lain. Hal ini juga telah dijelaskan
dalam firman Allah SWT yang berbunyi:
“Dan Kami jadikan diantara mereka adalah pemimpin-pemimpin yang dapat
memberikan petunjuk dengan perintah Kami. Dan mereka telah menyakini ayat-
ayat Kami.” (QS. As-Sajadah: 24).
Dari dalil di atas dapat disimpulkan jika setiap manusia yang terlahir adalah seorang
pemimpin. Yang mana mereka telah diberi petunjuk untuk melakukan perintah-
perintah Allah SWT sesuai dengan ajaran islam sebagai agamanya.
Pengambilan keputusan adalah suatu proses memilih alternatif cara bertindak
dengan metode yang efisien sesuai situasi. Pengambilan keputusan dalam Alquran
dijelaskan dengan cara bermusyawarah. Musyawarah tersebut merupakan salah
satu pesan syari'at yang sangat ditekankan di dalam Alquran, keberadaannya dalam
berbagai bentuk pola kehidupan manusia,baik dalam satu rumah kecil yakni rumah
tangga yang terdiri dari anggota kecil keluarga dan dalam bentuk rumah besar yaitu
sebuah negara yang terdiri dari pemimpin dan rakyat,konsep musyawarah,
merupakan suatu landasan tegaknya kesamaan hak dan kewajiban dalam kehidupan
manusia,dimana antara pemimpin dan rakyat memiliki hak yang sama membuat
aturan yang mengikat dalam lingkup kehidupan bermasyarakat.

Musyawarah tersebut merupakan tradisi umat muslim pada masa nabi yang harus
terus dilestarikan dalam tatanan kehidupan sekaligus merupakan perintah Allah
yang disampaikan kepada nabi sebagai salah satu landasan syari'ah yang harus
ditegakan,terutama dalam kehidupan modern saat ini

a)Hadari Nawawi: keputusan pada dasarnya berarti hasil akhir dalam


mempertimbangkan sesuatu yang akan dilaksanakan secara nyata. Keputusan juga
dapat diartikan sebagai hasil terbaik dalam memilih satu diantara dua atau beberapa
alternatif yang dihadapi.

b)Gatot Suradji dan Engelbetus Martono: keputusan adalah proses pemikiran yang
menetapkan satu pilihan diantara alternatif pilihan guna memecahkan suatu
masalah. Pengambilan merupakan suatu analisis informasi masalah sampai
penetapan suatu keputusan.

c)Irham Fahmi: keputusan sebagai proses penelusuran masalah yang berwal dari
latar belakang masalah,identikasi masalah hingga pada terbentuknya kesimpulan
atau rekomendasi.
Semakin cepat dan tepat seorang pemimpin mengambil keputusan, dapat dipastikan
pemimpin tersebut memiliki pengalaman yang sangat banyak. Maka disini disting
antara pemimpimpin yang sudah berpengalamn dan beum berpengalamn akan
terlihat. Pemimpin yang belum berpengalaman dalam mengambil keputusan pasti
masih ada keraguan.

Sedangkan pemimpin yang sudah banyak pengalamna dalam mengambil keputusan


akan langsumh percaya diri denga napa yang sudah diputuskan. Namun
keputusanya juga memberatkan sebelah dalam artian keputusanya itu sesuain
dengan yang seharusnya.

Dalam konteks organisasi pemimpin Ketika memutuskan permaslahan harus


bermusyawarah dahulu dengan para anggota. Pemimpin memang harus tegas tapi
juga tetap mengutamakan kepentingan Bersama daraipada kepentinga individual.
Saat musyawarah bersama itulah nanti akan dipikirkan secara baik mana
permasalahan yang lebih baik yang mana. Disitu pemimpin mempertimbangkan
mana yang seharunya ditinggal atau mana yang harus dilakukan.

Memilih keputusan pastinya tidak boleh sembarang pilih, harus tetap meperhatikan
madhorot dan manfaatnya. Ketikan ada permasalah yang harus diputuskan kita akan
di hadapkan oleh beberapa pilihan disitu kita harus benar-benar memantapkan
pilihan yang tidak merugikan baik diri kita sendiri atau orang lain. Tahap-tahap
pemilihan inilah puncak dimana kita harus bisa menetralkan pendapat tidak egois
dengan kepentingnan sendiri

Ada beberapa metode cara pengambilan keputusan diantaranya yaitu,

a.Metode klasik, menurut metode klasik proses pengambilan keputusan adalah


serangkaian Langkah berurut

1.Identifikasi masalah
2.Menetapkan tujuan dan sasaran

3.Menetapkan berbagai alternatif

4.Mempertimbangkan konsenkuensi dsri berbagai alternatif

5.Menilai semua alternatif berdasarkan tujuan dan sasaran

6.Memilih alternatif yang baik

7.Akhirnya keputusan diimplementasi dan evaluasi

Model klasik adalah model normative, dekrifsi, yang ideal berfungsi sebagai
pembuat keputusan. Pengambilan keputusan hamper tidak memiliki asks kesemua
informasiyang relefan, selain itu menghasilkan kesemua kemungkinan alternatif
dan konsenkuensinya adalaha nihil. Sedangkan pengambilan keputusan model
rasional dengan dasar asumsi-asumsi yaitu:

1.Kejelasan masalah dan tidak mendua

2.Pilihan-pilihan diketahui yaitu semua kriteria dapat diidentifikasi dan disadari


konsenkuensinya

3.Pilihan yang jelas yaitu kriteria dan alternatif dapat diperingkatkan dan ditimbang
akan arti pentingnya

4.Pilihan yang konsisten

5.Tidak ada Batasan waktu dan biaya


6.Pilihan alternatif yang menghasilalkan nilai yang dirasakan paling tinggi

b.Model administrasi: Strategi yang memuaskan

Pendekatan dasar satisficing yaitu menemukan sulusi yang memuaskan daraipada


yang terbaiak. Sebelum menganalisis stategi tersebut maka harus mengenal
dasarnya dahulu. Dasarnya yaitu

1.Pengambilan keputusan administrasif merupakan proses dinamis yang


memecahkan beberapa masalah organisasi dan menciptakan orang lain.

2.Rasionalitas lengkap dalam pengambilan keputusan tidak mungkin karna itu para
administrator berupa memuaskan karena mereka tidak memiliki kemampuan atau
kapasitas kognitif untuk memaksimalkan proses pengambilan keputusan.

Pengambilan keputusan adalah pola Tindakan umum ditemukan dalam


adaministrasi rasional semua tugas utama dan bidang fungsional dalam bidang
organisasi. Dalam memutuskan, mereka yang bertanggung jawab umumnya
melalui pola umum Tindakan yang meliputi:

1.Mengenali dan mendefinisikan masalah atau isu

2.Menganalisis kesulitan dalam situasi

3.Menetapkan kriteria untuk solusi yang memuaskan

4.Mengembangkan strategi untuk Tindakan

5.Memulai rencana aksi

6.Mengevaluasi hasil
Gaya dan Tipe Pengambilan Keputusan

Pembagian gaya dan tipe pengambilan keputusan ada 4 yaitu:

1)Gaya Direktif memiliki toleransi yang rendah atas ambiguitas serta mencari
rasiolnalitas

2)Gaya Analitik memiliki toleransi yang lebih besar terhadap ambiguitas dan
mengarah keinginan menggunakan lebih banyak alternatif.

3)Gaya Konseptual menjadi cenderung sangat luas pandangannya dan


mempertimbangkan banyak alternatif orentasinya jangka Panjang dan sangat
banyak dalam menemukan solusi yang kreatif terhadap masalah yang dihadapi.

4)Gaya Behavioral ini dicikan dengan mengambil keputusan yang bisa bekerja baik
dengan yang lain.

Etika Pengambilan Keputusan

1)Kreteria Utilitarian dimana keputusan-keputusan diambil semanta-mata atas


dasar hasil atau konsenkuensi mereka

2)Kreteria perlindungan hak kreteria ini mempersilakan individu untuk mengambil


keputusan yang konsisten dalam kebebasan dan keistimewaan mendasar seperti
dokumen HAM

3)Kreteria keadilan kreteria ini mensyaratkan individu untuk menerapkan aturan-


aturan secara adil dan tidak berat sebelah sehingga ada pembagian manfaat dan
biaya yang pantas, kreteria ini,membenarkan pembiayaan upah.
AYAT TENTANG PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Dalam Al-Quran ada dua ayat yang membicarakan tentang musyawarah yaitu surah
al-syura ayat 38, dan surah al-imran ayat 159 dengan menggunakan kata syawir.
Dari dua surah tersebut ayat 38 dari surah al-syuara' adalah ayat yang pertama kali
diturunkan dan termasuk kategori ayat-ayat makkiyah sedangkan ayat lainnya turun
setelah Rasulullah hijrah ke madinnah.

1. Q.S ALI-IMRAN AYAT 159

Terjemah Kemenag 2002

159. Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan
mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka
bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.

Ayat diatas merupakan perintah Allah kepada nabi Muhammad untuk selalu taat
dan patuh serta berpegang teguh kepada ajaran yang telah diwahyukan kepadanya.
Oleh karena itu nabi tetap mengadakan musyawarah dengan para sahabatnya seperti
yang sering dilakukan oleh beliau apabila ada masalah yanag memerlukan
pemecahannya ataupun dalam keadaan yang sangat rumit.

Ayat ini diturunkan sesudah perang uhud. Ketika sebagian dari para sahabat ada
yang melanggar perintah nabi,yakni meninggalkan pos-pos penjagaan mereka yang
telah ditentukan disebabkan karena tergiur dengan harta rampasan perang yang
ditinggalkan kafir Quraisy. Akibatnya pasukan tentara islam yang sebenarnya dapat
memenangkan pertempuran dapat dipukul mundur oleh musuh dan akhirnya kaum
Quraisy dapat mengalahkan kaum-kaum islam bahkan Rasulullah sendiri
mengalami luka-luka.

2. Asy-Syura ayat 38

Terjemah Kemenag 2002

38.dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan


melaksanakan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara
mereka; dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada
mereka

Contoh pengambilan keputusan sahabat Umar bin Khattab

Dalam kitab Ash-Shahihain diceritakan, suatu ketika Khalifah Umar bin Khattab
Ra mengunjungi negeri Syam. Dia kemudian bertemu dengan Abu Ubaidah dan
sahabat-sahabat lainnya. Dalam perbincangannya, mereka melaporkan kepada
Umar, bahwa di Negeri Syam sedang diserang wabah penyakit, seperti wabah
kolera. Perdebatan di antara mereka cukup hangat seputar masalah ini.

Meski demikian, Umar tak langsung mengambil keputusan langsung begitu saja.
Beliau ingin bermusyawarah dengan mendengar masukan dari para sahabat-
sahabatnya dan kaum Muslim saat itu.

Dalam menyelesaikan masalah ini Umar menggunakan cara menyelesaikan


masalah dengan berkonsultasi dan memusyawarahkan kepada yang lebih ahli. Dia
bermusyawarah meminta pendapat para sahabat dari kalangan Anshar maupun
Muhajirin. Umar juga mengajarkan bahwa Masalah tidak bisa diselesaikan, kecuali
dengan ketegasan tanpa paksaan, dan dibarengi dengan cara lembut tapi tidak
disepelekan.

Tahap-tahap yang dilakukan Khalifah Umar pertama inteligensi (penelusuran) yaitu


dengan menelusuri siapa yang bisa mengatasi masalah penyakit kolera tersebut.
Lalu selanjutnya desain (merancang) Khalifah Umar merancang cara yang sudah
disarankan oleh beberapa sahabat lain. Kemudian yang terakhir Kriteria
(Pemilihan) disini dengan cara musyawarahlah mengambil keputusan terakhir,
untuk memilih mana yang tepat solusi untuk permasalahan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai