MAKALAH
MAKALAH
i
KATA PENGANTAR
Dalam kesempatan ini, kami dengan bangga menyajikan karya kami sebagai hasil dari kerja
sama dan kolaborasi yang erat antara anggota kelompok kami. Melalui kata pengantar ini,
kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah
membantu dan mendukung kami dalam proses pembuatan karya ini.
Kami menyadari bahwa karya ini tidak akan bisa terwujud tanpa adanya dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing, teman-teman, keluarga, dan orang-orang yang
telah membantu dan memberikan dorongan serta masukan yang berharga dalam proses
pembuatan karya makalah ini.
Dalam pembuatan karya makalah ini, kami berusaha untuk memberikan yang terbaik dan
menghasilkan karya yang bermanfaat bagi masyarakat. Kami berharap karya makalah ini
dapat memberikan kontribusi positif dan menjadi referensi yang bermanfaat bagi para
pembaca dan peneliti di masa yang akan datang.
Kami berharap karya ini dapat memberikan inspirasi dan manfaat bagi siapa saja yang
membacanya, dan kami sangat berharap karya ini dapat membawa manfaat dan kontribusi
positif bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Terima kasih atas perhatian dan dukungan yang diberikan. Kami harap karya makalah kami
dapat memenuhi harapan dan memberikan manfaat yang bermanfaat bagi semua pihak.
Hormat kami,
[Nama Kelompok]
ii
DAFTAR ISI
iii
PROFESIONALISME
1. Pengertian Profesionalisme
Profesionalisme merujuk pada kualitas atau sifat dari tindakan atau perilaku
seseorang dalam menjalankan pekerjaannya. Profesionalisme mencakup sejumlah
standar etika dan etos kerja yang harus dipegang dan dijaga oleh individu agar dapat
melakukan pekerjaannya secara efektif dan efisien, serta memberikan hasil kerja yang
berkualitas.
4
diharapkan untuk selalu menjalankan tugasnya dengan integritas, etika, dan
tanggung jawab yang tinggi untuk mencapai hasil kerja yang berkualitas.
Bidan merupakan seorang tenaga kesehatan yang secara khusus berfokus pada
pelayanan kesehatan bagi perempuan selama masa kehamilan, persalinan, dan masa
nifas. Tugas utama seorang bidan adalah membantu proses kelahiran bayi dan
memberikan perawatan pada ibu dan bayi pasca kelahiran. Bidan juga bertanggung
jawab untuk memberikan informasi dan edukasi kepada ibu tentang perawatan diri
dan bayinya, serta memberikan dukungan psikologis dan sosial selama kehamilan,
persalinan, dan masa nifas.
5
Bidan bekerja di berbagai fasilitas kesehatan, seperti rumah sakit, klinik,
puskesmas, maupun di lapangan, seperti pada saat memberikan pelayanan kesehatan
di daerah terpencil atau bencana alam. Mereka juga dapat berkolaborasi dengan
dokter dan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan pelayanan kesehatan terpadu
dan holistik kepada pasien.
6
Bidan memainkan peran penting dalam sistem kesehatan, terutama dalam
upaya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi. Mereka berkontribusi
dalam menjalankan program-program kesehatan yang berkaitan dengan
kehamilan, persalinan, dan nifas, serta menjadi bagian dari tim kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan terpadu dan holistik kepada pasien.
4. Organisasi Profesi
Organisasi profesi adalah sebuah badan atau lembaga yang didirikan oleh para
profesional dalam sebuah bidang tertentu untuk memajukan dan melindungi
kepentingan mereka. Organisasi profesi memiliki tujuan utama untuk
mempromosikan standar etika dan kualitas profesi, memberikan dukungan kepada
anggotanya, serta memperkuat posisi mereka dalam dunia kerja.
7
Di Indonesia, organisasi profesi bidan yang paling terkenal adalah Ikatan Bidan
Indonesia (IBI). IBI didirikan pada tahun 1951 dan menjadi satu-satunya organisasi
profesi bidan yang terakreditasi oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Tujuan IBI adalah untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi bidan, serta
meningkatkan posisi bidan dalam pelayanan kesehatan di Indonesia. Beberapa fungsi
dan aktivitas IBI antara lain:
a. Memberikan pelatihan dan pengembangan profesional bagi anggota IBI,
seperti pelatihan klinis, seminar, dan konferensi.
b. Menetapkan standar etika dan kode etik profesi bidan, serta memberikan
sanksi atau konsekuensi bagi anggota yang melanggar kode etik tersebut.
c. Mengadvokasi kepentingan bidan di tingkat nasional dan internasional, seperti
dalam pembuatan kebijakan dan regulasi terkait bidan dan kebidanan.
d. Memberikan dukungan dan layanan kepada anggotanya, seperti jaminan sosial
dan perlindungan hukum.
e. Melakukan kampanye publik untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang pentingnya peran bidan dalam pelayanan kesehatan, serta memberikan
edukasi kesehatan kepada masyarakat umum.
f. Menjalin kerjasama dengan pihak lain, seperti pemerintah, lembaga
internasional, dan organisasi profesi lain, dalam rangka meningkatkan posisi
dan kepentingan bidan.
Selain IBI, terdapat juga organisasi profesi bidan lainnya di Indonesia, seperti
Himpunan Bidan Indonesia (HBI), Asosiasi Perempuan Bidan Indonesia (APBI), dan
lain sebagainya. Namun, IBI tetap menjadi organisasi profesi bidan yang paling
terkemuka dan diakui di Indonesia.
b. Sertifikasi
8
Sertifikasi adalah proses pengakuan terhadap kompetensi dan kualifikasi
tenaga kesehatan oleh suatu badan atau organisasi tertentu. Sertifikasi dapat
membantu meningkatkan standar kualitas dan kompetensi tenaga kesehatan.
Sebagai praktisi yang otonom, bidan memiliki peran yang sangat penting
dalam memberikan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang komprehensif
dan berkualitas. Berikut adalah beberapa peran bidan sebagai praktisi yang otonom:
9
membantu pasien memahami kondisinya, memperoleh informasi yang
dibutuhkan, dan membuat keputusan yang tepat terkait kesehatan.
Dalam menjalankan peran sebagai praktisi yang otonom, bidan juga harus mematuhi
standar etika dan aturan praktik yang berlaku. Hal ini meliputi menjaga kerahasiaan
pasien, menghindari praktik yang tidak etis, dan melaporkan tindakan yang tidak
sesuai dengan standar praktik.
7. Teori Otonom
Teori otonom adalah sebuah teori dalam psikologi dan filsafat yang berfokus
pada konsep kebebasan dan otonomi. Otonomi didefinisikan sebagai kemampuan
individu untuk memilih dan mengontrol tindakan dan keputusan mereka sendiri tanpa
adanya pengaruh atau tekanan dari pihak lain. Teori otonom menganggap bahwa
setiap individu memiliki hak untuk menentukan tujuan hidup dan memilih tindakan
yang akan dilakukan untuk mencapainya.
10
e. Dalam konteks psikologi, teori otonom mengacu pada motivasi intrinsik, yaitu
motivasi yang muncul dari dalam diri individu dan bukan karena pengaruh
eksternal. Teori ini menyatakan bahwa individu yang memiliki otonomi yang
tinggi akan lebih termotivasi dalam melakukan tindakan dan mencapai tujuan
mereka.
Teori otonom juga memiliki implikasi dalam konteks pendidikan, di mana pendekatan
pendidikan berbasis otonomi dapat meningkatkan motivasi, keterlibatan, dan hasil
belajar siswa. Pendekatan ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengambil keputusan sendiri terkait dengan pembelajaran mereka dan
memungkinkan mereka untuk merasa lebih bertanggung jawab atas hasil belajar
mereka.
8. Akuntabilitas
Dalam konteks organisasi, akuntabilitas berarti bahwa individu atau kelompok dalam
organisasi harus mampu menjelaskan tindakan atau keputusan yang mereka ambil,
serta bertanggung jawab atas hasil yang dicapai. Hal ini mencakup penerimaan
tanggung jawab atas kesalahan atau kegagalan, serta keterbukaan dalam melaporkan
hasil atau pencapaian tujuan.
11
9. Regulasi
c. Regulasi Transportasi
Regulasi transportasi bertujuan untuk melindungi masyarakat dari risiko
keselamatan saat menggunakan kendaraan umum seperti pesawat, kapal, atau
mobil. Regulasi ini meliputi persyaratan keselamatan, pemeliharaan dan
pengawasan kendaraan, serta persyaratan lisensi untuk pengemudi.
d. Regulasi Pekerjaan
Regulasi pekerjaan bertujuan untuk melindungi pekerja dari bahaya dan risiko
kesehatan dan keselamatan yang mungkin terjadi di tempat kerja. Regulasi ini
meliputi persyaratan keselamatan, perlindungan terhadap bahan kimia
berbahaya, perlindungan terhadap cedera akibat kerja, dan persyaratan
keselamatan dan kesehatan kerja.
12
Dalam pelaksanaannya, regulasi kesehatan dan keselamatan biasanya melibatkan
lembaga pemerintah dan badan pengawas yang memiliki otoritas untuk mengeluarkan
undang-undang, peraturan, dan standar yang mengatur kegiatan atau produk yang
berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan. Regulasi kesehatan dan keselamatan
juga dapat mengandung sanksi atau denda bagi pelanggar atau produsen yang tidak
mematuhi regulasi. Tujuan dari regulasi kesehatan dan keselamatan adalah untuk
memastikan bahwa kegiatan atau produk yang berhubungan dengan kesehatan dan
keselamatan manusia aman dan terjamin kualitasnya bagi masyarakat.
Transisi mahasiswa ke otonom adalah proses peralihan mahasiswa dari kehidupan dan
kemandirian selama studi di perguruan tinggi menuju kehidupan dan kemandirian di
dunia luar. Pada masa studi, mahasiswa masih mendapatkan banyak bimbingan dan
arahan dari dosen, staf, dan orang tua. Namun, setelah lulus, mahasiswa harus
mengambil alih tanggung jawab mereka sendiri dalam mengambil keputusan dan
menentukan tujuan hidup mereka.
Proses transisi mahasiswa ke otonom bisa menjadi hal yang menantang bagi sebagian
mahasiswa. Berikut beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam proses transisi ini:
a. Pengambilan keputusan
Dalam kehidupan otonom, mahasiswa harus mampu membuat keputusan
secara mandiri, seperti memilih pekerjaan, memutuskan tempat tinggal, dan
mengelola keuangan mereka. Keterampilan pengambilan keputusan yang baik
sangat penting dalam menjalani kehidupan otonom.
b. Keterampilan sosial
Mahasiswa juga perlu mempelajari keterampilan sosial seperti berkomunikasi
dengan baik, menyelesaikan konflik, dan membangun jaringan pertemanan
yang positif. Keterampilan sosial yang baik akan membantu mahasiswa
beradaptasi dengan lingkungan baru dan menjalin hubungan yang sehat
dengan orang lain.
13
Dalam kehidupan otonom, mahasiswa harus mampu memahami dan
menanggung tanggung jawab mereka sendiri dalam keputusan dan tindakan
yang mereka ambil. Mereka perlu mampu mengelola risiko dan mengambil
tindakan yang bertanggung jawab.
Proses transisi mahasiswa ke otonom memerlukan waktu dan usaha yang cukup besar,
namun hal tersebut sangat penting untuk membantu mahasiswa siap menghadapi
tantangan di dunia luar setelah lulus dari perguruan tinggi. Pihak perguruan tinggi
dapat membantu mahasiswa dalam proses transisi ini dengan memberikan bimbingan
dan dukungan yang diperlukan
Seorang bidan yang akuntabel adalah bidan yang bertanggung jawab dan
transparan dalam melakukan tugasnya, baik terhadap pasien, tim medis, maupun
lembaga yang menaungi profesi bidan. Bidan yang akuntabel akan selalu memenuhi
standar etika, aturan, dan regulasi yang berlaku dalam praktek kebidanan.
Selain itu, bidan yang akuntabel juga akan memperhatikan kualitas pelayanan yang
diberikan kepada pasien dan terus berusaha untuk meningkatkannya. Bidan tersebut
akan mencatat setiap tindakan yang dilakukan dalam catatan medis pasien dengan
jelas dan akurat, serta memastikan bahwa setiap tindakan yang dilakukan sudah sesuai
dengan standar prosedur yang ada.
Untuk menjadi bidan yang akuntabel dan terus mengembangkan diri, seorang bidan
perlu menjalani rancangan belajar sepanjang hayat. Rancangan belajar sepanjang
hayat mengacu pada upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk terus memperbaharui
dan meningkatkan pengetahuannya sepanjang karirnya.
Rancangan belajar sepanjang hayat bagi seorang bidan dapat mencakup berbagai
kegiatan, seperti:
a. Mengikuti pelatihan dan kursus - Bidan dapat mengikuti pelatihan dan kursus
yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan atau
lembaga yang terkait dengan profesi kebidanan. Pelatihan dan kursus tersebut
dapat membantu bidan untuk memperbaharui pengetahuannya dan
meningkatkan keterampilannya dalam praktek kebidanan.
14
c. Mengikuti seminar dan konferensi - Bidan dapat mengikuti seminar dan
konferensi yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga terkait dengan profesi
kebidanan. Seminar dan konferensi tersebut dapat membantu bidan untuk
memperoleh informasi terbaru tentang perkembangan terkini dalam praktek
kebidanan dan memperluas jaringan kerjanya.
Melalui rancangan belajar sepanjang hayat, seorang bidan dapat terus memperbaharui
dan meningkatkan pengetahuannya serta meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan
yang diberikan.
a. Bergabung dengan organisasi profesi atau kelompok studi yang terkait dengan
bidang kesehatan maternal dan neonatal.
b. Mengikuti kursus dan pelatihan terkait dengan kesehatan maternal dan
neonatal, baik secara online maupun offline.
c. Mengikuti seminar dan konferensi untuk mempelajari perkembangan terbaru
dalam praktik kesehatan maternal dan neonatal.
d. Membaca publikasi terkait dengan kesehatan maternal dan neonatal, termasuk
jurnal ilmiah dan buku teks.
e. Membentuk hubungan kolaboratif dengan bidan dan tenaga kesehatan lainnya
untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman.
15
12. Mengkaji Kembali Tanggung Jawab Bidan dalam Berbagai Tatanan Pelayanan
Keselamatan Lingkup Praktis Legislasi
Pengertian Bidan
a. Sebagai pelaksana
Bidan sebagai pelaksana adalah bidan memiliki kategori tugas yaitu :
a. Tugas mandiri
adalah tugas yang menjadi tanggung jawab bidan sesuai
kewenangangannya meliputi menetapkan menejemen kebidanan pada
setiap asuhan kebidanan yang diberikan
b. Tugas kolaborasi
Tugas kolaborasi bidan meliputi :
Menerapkan menejemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan
sesuai
Fungsi kolaborasi dengan melibatkab klien dan keluarga
Memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil resiko tinggi
Pertolongan pertama kegawat daruratan yang memerlukan
Tindakan
c. Tugas rujukan
menerapkan menejemen kebidanan pada setiap asuhan sesuai
dengan fungsi keterlibatan klien dan keluarga
memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan
pada kasus kehamilan beresiko tinggi serta kegawat daruratan
memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi serta rujukan
pada masa persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan
klien dan keluarga.
16
Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan
pada ibu nifas.
Memberikan asughan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu
dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan
dengan melibatkan keluarga
Memberi asuhan pada anak balita dengan kelainan teretentu dan
kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan
dengan melibatkan klien/keluarga.
b. Sebagai pengelola
Peran bidan sebagai pengelola yaitu untuk mengembangkan pelayanan dasar
kebidanan terutama pelayanan kebidanan untuk individu, keluarga dan
kelompok masyarakat di wilayah kerjanya yang melibatkan klien atau
masyarakat.
c. Sebagai pendidik
Peran bidan sebagai pendidik yaitu mempunyai tugas utama yaitu pendidik
dan penyuluh. Dalam tugas mendidik, bidan memberikan pendidikan dan
penyuluhan kesehatan pada kilien. Dalam tugas sebagai penyuluh , bidan
memberikan pelatihan dan membimbing.
d. Sebagai peneliti
Peran bidan sebagai peneliti adalah melakukan investigasi atau penelitian
dalam bidang kesehatan khususnya kebidanan , baik secara mendiri maupun
kelompok.
Legislasi
Tujuan legislasi
Tujuan legislasi adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat terhadap
pelayanan yang telah diberikan, bentuk perlindungan tersebyr adalah meliputi:
Mempertahankan kualitas pelayanan
17
Memberi kewenangan
Menjamin perlindungan hukum
Meningkatkan profesionalisme
SIB (surat izin bidan) / STR (surat tanda registrasi) adalah bukti legislasi yang di
keluarkan oleh Depertemen kesehatan yang menyatakan bahwa bidan berhak
menjalankan pekerjanan kebidanan.
Registrasi
Tujuan registrasi :
a. Meningkatkan kemampuan tenaga profesi dalam mengadopsi kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat
b. Meningkatkan mekanisme yang obyektif dan komprehensif dalam
menyelesaikan kasus mal praktik
c. Mendata jumlah dan kategori melakukan praktik.
Pengertian Kepemimpinan
18
Definisi pengertian kepemimpinan di atas maka kepemimpinan dipandang sebagai
suatu proses interaktif yang dinamis yang mencakup tiga dimensi yaitu dimensi
pimpinan, bawahan dan situasi.
Perbedaan Kepemimpinan
a. Kepemimpinan menekankan pada proses perilaku yang berfungsi di dalam dan di
luar sutu organisasi, seorang pemimpin harus dapat memotivasi dan memberi
inspirasi orang lain secara individu maupun secara kelompok.
b. Manajemen Pengkoordinasian dan pengintegrasian semua sumber yang ada
melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam
pencapaian tujuan.
Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu
perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya
dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk
tertentu, berikut merupakan jenis-jenis gaya kepemimpinan:
1. Demokrasi
Bentuk kepemimpinan yang terbuka, berdasarkan hasil musyawarah, suara
atau usulan dari anggota.
2. Otoriter
3. Partisipatif
19
Teori Kemunculan Kepemimpinan
Teori Genetis (Keturunan)
“Leader are born and nor made” bahwa pemimpin itu dilahirkan (bakat lahir
bukannya dibuat). Dalam keadaan yang bagaimanapun seseorang ditempatkan karena
ia telah ditakdirkan menjadi pemimpin. Disebutkan pula bahwa gen sifat
kepemimpinan diturunkan oleh orang tuanya yang juga seorang pemimpin.
Teori Sosial
“Leader are made and not born” pemimpin itu dibuat atau dididik bukannya lahir
secara kodrati. Para penganut teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan
bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan
pengalaman yang cukup.
Teori Ekologis
Seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki
bakat kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan
yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut.
20
Segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan kesehatan,
seperti SDM, dana, obat, fasilitas, peralatan, bahan, teknologi, organisasi,
informasi dan lain-lain.
Input merujuk pada sumber-sumber yang diperlukan untuk melaksanakan
aktifitas yang meliputi :
1. Man : Tenaga yang di manfaatkan. Contoh, staf/ bidan yang kompeten.
2. Money : Anggaran yang di butuhkan atau dana untuk program.
3. Material : Baku atau materi (sarana dan prasarana) yang dibutuhkan.
4. Metode : Cara yang di pergunakan dalam bekerja atau prosedur kerja.
5. Minute/ Time : Jangka waktu pelaksanaan kegiatan program.
6. Market : Pasar dan pemasaran atau sarana program.
2. Proses
Interaksi profesional antara pemberi pelayanan dengan konsumen (pasien/
masyarakat). (Depkes RI, 2001).
Proses adalah suatu bentuk kegiatan yang berjalan dengan dan antara dokter
dan pasien”. (Donabedian, 1980).
Proses, ialah interaksi professional antara pemberi layanan dengan konsumen
(pasien / masyarakat ).
Proses adalah semua kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh
tenaga kesehatan dan interaksinya dengan pasien.
Proses memonitor tugas atau kegiatan yang dilaksanakan meliputi manajemen
operasional dan manajemen asuhan.
Perencanaan (P1)
Pengorganisasian (P2)
Penggerakan dan Pelaksanaan, Pengawasan dan Pengendalian (P3)
3. Output
Menunjuk pada penampilan (perfomance) pelayanan kesehatan. Penampilan
dapat di bedakan atas dua macam:
1. Penampilan aspek medis pelayanan kesehatan.
2. Penampilan aspek non medis pelayanan kesehatan.
Output/ outcome, ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang
terjadi pada konsumen (pasien/ masyarakat), termasuk kepuasan dari
konsumen tersebut.
21
Hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional terhadap
pasien. Hasil pelayanan kesehatan / medis dapat dinilai antara lain dengan
melakukan audit medis, review rekam medis dan review medis lainnya,
adanya keluhan pasien, dan informed consent.
Fungsi Resiliensi
22
Menurut Reivich dan Shatte (2002), resiliensi pada seseorang memiliki beberapa
fungsi, yaitu sebagai berikut:
1. Mengatasi (Overcoming)
Dalam kehidupan terkadang manusia menemui kesengsaraan, masalah-
masalah yang menimbulkan stres yang tidak dapat untuk dihindari. Oleh
karenanya manusia membutuhkan resiliensi untuk menghindar dari kerugian-
kerugian yang terjadi akibat dari hal-hal yang tidak menguntungkan tersebut.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara menganalisis dan mengubah cara pandang
menjadi lebih positif dan meningkatkan kemampuan untuk mengontrol
kehidupan kita sendiri. Sehingga, kita tetap dapat termotivasi, produktif,
terlibat, dan bahagia meskipun dihadapkan pada berbagai tekanan di dalam
kehidupan.
2. Mengendalikan (Steering through)
Setiap orang membutuhkan resiliensi untuk menghadapi setiap masalah,
tekanan, dan setiap konflik yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Orang
yang resilien akan menggunakan sumber dari dalam dirinya sendiri untuk
mengatasi setiap masalah yang ada, tanpa harus merasa terbebani dan bersikap
negatif terhadap kejadian tersebut. Orang yang resilien dapat membantu serta
mengendalikan dirinya dalam menghadapi masalah sepanjang perjalanan
hidupnya. Penelitian menunjukkan bahwa unsur esensi dari steering through
dalam stres yang bersifat kronis adalah self-efficacy yaitu keyakinan terhadap
diri sendiri bahwa kita dapat menguasai lingkungan secara efektif dapat
memecahkan berbagai masalah yang muncul.
3. Efek kembali (Bouncing back)
Beberapa kejadian merupakan hal yang bersifat traumatik dan menimbulkan
tingkat stres yang tinggi, sehingga diperlukan resiliensi yang lebih tinggi
dalam menghadapi dan mengendalikan diri sendiri. Kemunduran yang
dirasakan biasanya begitu ekstrim, menguras secara emosional, dan
membutuhkan resiliensi dengan cara bertahap untuk menyembuhkan diri.
Orang yang resilien biasanya menghadapi trauma dengan tiga karakteristik
untuk menyembuhkan diri. Mereka menunjukkan task-oriented coping style
dimana mereka melakukan tindakan yang bertujuan untuk mengatasi
kemalangan tersebut, mereka mempunyai keyakinan kuat bahwa mereka dapat
mengontrol hasil dari kehidupan mereka, dan orang yang mampu kembali ke
kehidupan normal lebih cepat dari trauma mengetahui bagaimana
berhubungan dengan orang lain sebagai cara untuk mengatasi pengalaman
yang mereka rasakan.
4. Menjangkau (Reaching out)
Resiliensi, selain berguna untuk mengatasi pengalaman negatif, stres, atau
menyembuhkan diri dari trauma, juga berguna untuk mendapatkan
pengalaman hidup yang lebih kaya dan bermakna serta berkomitmen dalam
mengejar pembelajaran dan pengalaman baru. Orang yang berkarakteristik
23
seperti ini melakukan tiga hal dengan baik, yaitu tepat dalam memperkirakan
risiko yang terjadi; mengetahui dengan baik diri mereka sendiri; dan
menemukan makna dan tujuan dalam kehidupan mereka.
Aspek–aspek Resiliensi
Menurut Connor dan Davidson (2003), resiliensi terdiri dari tiga aspek utama, yaitu
sebagai berikut:
Tenacity (Kegigihan). Menggambarkan ketenangan hati, ketetapan waktu,
ketekunan, dan kemampuan mengontrol diri individu dalam menghadapi
situasi yang sulit dan menantang.
Strength (Kekuatan). Menggambarkan kapasitas individu untuk memperoleh
kembali dan menjadi lebih kuat setelah mengalami kemunduran dan
pengalaman di masa lalu.
Optimism (Optimisme). Merefleksikan kecenderungan individu untuk melihat
sisi positif dari setiap permasalahan dan percaya terhadap diri sendiri dan
lingkungan sosial. Aspek ini menekankan pada kepercayaan diri individu
dalam melawan situasi yang sulit.
Sedangkan menurut Reivich dan Shatte (2002), aspek-aspek resiliensi yang harus
dimiliki seseorang adalah sebagai berikut:
Regulasi emosi. Kemampuan untuk mengelola sisi internal diri agar tetap
efektif di bawah tekanan individu yang resilien mengembangkan keterampilan
dirinya untuk membantunya mengendalikan emosi, perhatian, maupun
perilakunya dengan baik.
Pengendalian dorongan. Kemampuan untuk mengelola bentuk perilaku dari
impuls emosional pikiran, termasuk kemapuan untuk menunda mendapatkan
hal yang dapat memuaskan bagi individu. Kemampuan mengendalikan
dorongan juga terkait dengan regulasi emosi.
Analisis kausal. Kemampuan untuk mengidentifikasi penyebab dari masalah
secara akurat. Individu yang resilien memiliki gaya berpikir yang terbiasa
untuk mengidentifikasi penyebab yang memungkinkan dan mendapatkan
sesuatu yang berpotensi menjadi solusi.
Efikasi diri. Efikasi diri merupakan keyakinan individu dapat memecahkan
masalah dan berhasil individu tersebut yakin bahwa dirinya telah efektif dalam
hidupnya. Individu yang resilien yakin dan percaya diri sehingga dapat
membangun kepercayaan dengan orang lain, juga menempatkan dirinya untuk
berada di tempat yang lebih baik dan lebih banyak memiliki kesempatan.
Realistis dan optimis. Kemampuan yang dimiliki individu untuk tetap positif
tentang masa depan yang belum menjadi terealisasi dalam perencanaan. Hal
24
tersebut terkait dengan self esteem, tetapi juga memiliki hubungan kausalitas
dengan efikasi diri juga melibatkan akurasi dan realisme.
Empati. Kemampuan untuk membaca isyarat perilaku orang lain untuk
memahami keadaan psikologis dan emosional mereka, sehingga dapat
membangun hubungan yang lebih baik. Individu yang resilien mampu
membaca isyarat-isyarat non verbal orang lain untuk membangun hubungan
yang lebih dalam dan cenderung untuk menyesuaikan keadaan emosi mereka.
Keterjangkauan. Kemampuan untuk meningkatkan aspek positif dari
kehidupan dan mengambil suatu kesempatan yang baru sebagai tantangan.
Menjangkau sesuatu yang terhambat oleh rasa malu, perfeksionis, dan self
handicapping.
Sumber-sumber Resiliensi
Menurut Desmita (2009), terdapat beberapa sumber yang dapat mempengaruhi
terbentuknya sebuah resiliensi pada seseorang, yaitu sebagai berikut:
I Have (aku punya)
Faktor I Have merupakan dukungan eksternal dan sumber untuk
meningkatkan resiliensi. I have merupakan sumber resiliensi yang berhubungan
dengan pemaknaan remaja terhadap besarnya dukungan yang diberikan oleh
lingkungan sosial terhadap dirinya. Sebelum individu menyadari akan siapa dirinya (I
Am) atau apa yang bisa dilakukan (I Can), individu membutuhkan dukungan eksternal
dan sumber daya untuk mengembangkan perasaan keselamatan dan keamanan yang
meletakkan fondasi, yaitu untuk mengembangkan resiliensi. Beberapa sumber yang
menjadi landasan terbentuknya faktor I Have yaitu:
Hubungan yang dilandasi oleh kepercayaan penuh.
Struktur dan peraturan di rumah.
Model-model peran.
Dorongan untuk mandiri (otonomi).
Akses terhadap layanan kesehatan, pendidikan, keamanan dan kesejahteraan.
I Am (ini Aku)
I am merupakan sumber resiliensi yang berkaitan dengan kekuatan pribadi.
Faktor I Am merupakan kekuatan yang berasal dari dalam diri individu. Hal ini
meliputi perasaan, sikap, dan keyakinan di dalam diri individu. Beberapa hal yang
dapat mempengaruhi terbentuknya faktor I am yaitu:
Disayang dan disukai oleh banyak orang.
Mencinta, empati dan kepedulian pada orang lain.
Bangga dengan dirinya sendiri.
Bertanggung jawab terhadap perilaku sendiri dan menerima konsekuensinya.
Percaya diri, optimistic dan penuh harap.
25
I can adalah sumber resiliensi yang berkaitan dengan apa saja yang dapat
dilakukan oleh remaja sehubungan dengan keterampilan-keterampilan sosial dan inter
personal. I can adalah kemampuan yang dimiliki individu untuk mengungkapkan
perasaan dan pikiran dalam berkomunikasi dengan orang lain, memecahkan masalah
dalam berbagai seting kehidupan (akademis, pekerjaan, pribadi dan sosial) dan
mengatur tingkah laku, serta mendapatkan bantuan saat membutuhkannya. Beberapa
hal yang perlu dikembangkan untuk menumbuhkan faktor I Can yaitu:
Berkomunikasi.
Memecahkan masalah.
Mengelola perasaan dan impuls-impuls.
Mengukur tempramen sendiri dan orang lain.
Menjalin hubungan-hubungan yang saling mempercayai.
Tahapan Resiliensi
Menurut Coulson (2006), terdapat empat tahapan yang terjadi ketika seseorang
mengalami situasi dari kondisi yang menekan (significant adversity) sebelum
akhirnya terjadi resiliensi, yaitu sebagai berikut:
a. Mengalah
Mengalah adalah kondisi yang menurun dimana individu mengalah atau
menyerah setelah menghadapi suatu ancaman atau keadaan yang menekan.
Level ini merupakan kondisi ketika individu menemukan atau mengalami
kemalangan yang terlalu berat bagi mereka. Outcome dari individu yang
berada pada level ini berpotensi mengalami depresi, narkoba dan pada tataran
ekstrem bisa sampai bunuh diri.
b. Betahan (survival)
Pada tahapan ini individu tidak dapat meraih atau mengembalikan fungsi
psikologis dan emosi positif setelah dari kondisi yang menekan. Efek dari
pengalaman yang menekan membuat individu gagal untuk kembali berfungsi
secara wajar.
c. Pemulihan (Recovery)
Recovery adalah kondisi ketika individu mampu pulih kembali pada fungsi
psikologis dan emosi secara wajar dan mampu beradaptasi dalam kondisi yang
menekan, walaupun masih menyisihkan efek dari perasaan negatif yang
dialaminya. Dengan begitu, individu dapat kembali beraktivitas untuk
menjalani kehidupan sehari-harinya, mereka juga mampu menunjukkan diri
mereka sebagai individu yang resilien.
d. Berkembang Pesat (Thriving)
Pada tahapan ini, individu tidak hanya mampu kembali pada tahapan fungsi
sebelumnya, namun mereka mampu melampaui level ini pada beberapa
respek. Pengalaman yang dialami individu menjadikan mereka mampu
26
menghadapi dan mengatasi kondisi yang menekan, bahkan menantang hidup
untuk membuat individu menjadi lebih baik.
Pengertian Intelegensi
27
1. Usia
Merupakan salah satu hal yang memperngaruhi emosi seseorang. Usia
merupakan salah satu indicator yang harus dipertimbangkan dalam
mengevaluasi kecerdasan emosi seseorang, karna perubahan pengalaman
hidup sangat memperngaruhi emosi seseorang
2. Budaya dan Sosial Ekonomi
Budaya dan Sosial Ekonomi sangat mempengaruhi perkembangan emosi
seseorang, pernyataan yang diungkapkan setiadrama dan waruwu (2003).
Seseorang dalam mengendalikan emosi akan mengalami banyak perubahan
apabila pindah tempat tinggal atau jika kondisi social ekonominya mengalami
perubahan
3. Keluarga
Keluarga menyumbang pengaruh besar terhadap kecerdasan emosional anak.
Terutama pada kasus single parents, akan berdampak pada anak yang tidak
dapat mengontrol diri seperti kecewa, frustasi, melawan peraturan,
memberontak, kurang konsentrasi, murung, merasa bersalah , mudah marah,
kurang motivasi, iri, ketidakstabilan emosi dan kurang percaya diri.
28