Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASKEP KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


OKSIGENASI DI RUANG CATLEYA
UPT RSUD RAA SOEWONDO PATI

DISUSUN OLEH :
RIYA NUGRAHINI PRIHASTUTI
NIM : 132021030368

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN PENDIDIKAN 2022/2023
KONSEP DASAR OKSIGENASI

A. PENGERTIAN

Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan


manusia. Dalam tubuh, oksigen berperan penting di dalam metabolisme sel.
Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah
satunya kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk menjamin agar
kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik.
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen ke dalam sitem (kimia/fisika).
Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan
dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbondioksida, energi
dan air. Akan tetapi, penambahan karbondioksida yang melebihi batas normal pada
tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel.
Pernafasan atau respirasi adalah proses pertukaran gas antara individu dan
lingkungan yang berfungsi untuk memperoleh oksigen, agar dapat digunakan oleh sel-
sel tubuh dan mengeluarkan karbondioksida, yang dihasilkan oleh sel. Saat bernafas,
tubuh mengambil oksigen dari lingkungan untuk kemudian diangkut keseluruh tubuh
(sel-selnya) melalui darah guna dilakukan pembakaran. Selanjutnya sisa pembakaran
berupa karbondioksida akan diangkut oleh darah ke paru-paru untuk dibuang ke
lingkungan karena tidak berguna lagi oleh tubuh.

B. ETIOLOGI
1. Faktor fisiologis
a. Penurunan kapasitas angkut oksigen
Secara fisilogis, daya angkut haemoglobin untuk membawa oksigen ke
jaringan adalah 97 %. Akan tetapi, nilai tersebut dapat berubah sewaktu-waktu
apabila terdapat gangguan pada tubuh. Misalnya, pada penderita anemia atau
pada saat terpapar racun. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan penurunan
kapasitas pengikatan oksigen.
b. Penurunan konsentrasi oksigen inspirasi
Kondisi ini dapat terjadi akibat pengunaan alat terapi dan penurunan kadar
oksigen inspirasi.
c. Hipovolemik
Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah akibat
kehilangan cairan ekstraseluler yang berlebihan.
d. Peningkatan laju metabolik
Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus menerus
yang mengakibatkan peningkatan laju metabolik. Akibatnya, tubuh mulai
memecah persediaan protein dan memyebabkan penurunan massa otot.
e. Kondisi lainnya
Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada, seperti kehamilan,
obesitas, abnormalitas musculoskeletal, trauma, penyakit otot, penyakit
susunan saraf, ganguan saraf pusat dan penyakit kronis.
2. Faktor perkembangan
a. Bayi prematur
Bayi yang lahir prematur beresiko menderita penyakit hialin yang ditandai
dengan berkembangnya membran serupa hialin yang membatasi ujung saluran
pernafasan. Kondisi ini disebabkan oleh produksi surfaktan yang masih sedikit
karena kemampuan paru menyintesis surfaktan baru berkembang pada
trimester akhir.
b. Bayi dan anak-anak
Kelompok usia ini beresiko mengalami infeksi saluran pernafasan atas, seperti
faringitis, influensa, tonsilitis, dan aspirasi benda asing (misal:makanan,
permen dan lain-lain).
c. Anak usia sekolah dan remaja
Kelompok usia ini beresiko mengalami infeksi saluran nafas akut akibat
kebiasaan buruk seperti merokok.
d. Dewasa muda dan paruh baya
Kondisi stres, kebiasaan merokok, diet yang tidak sehat, kurang berolahraga,
merupakan faktor yang dapat meningkatkan resiko penyakit jantung dan paru
pada kelompok usia ini.
e. Lansia
Proses penuan yang terjadi pada lansia meyebabkan perubahan fungsi normal
pernafasan, seperti penurunan elastis paru, pelebaran alveolus, dilatasi saluran
bronkus dan kifosis tulang belakang yang menghambat ekspansi paru sehingga
berpengaruh pada penurunan kadar oksigen.
3. Faktor perilaku
a. Nutrisi
Kondisi berat badab berlebih (obesitas) dapat menghambat ekspansi paru,
sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibatkan pelisutan otot pernafasan
yang akan mengurangi kekuatan kerja pernafasan.
b. Olahraga
Latihan fisik akan meningkatkan aktivitas metabolik, denyut jantung dan
kedalaman serta frekuensi pernafasan yang akan meningkatkan kebutuhan
oksigen.
c. Ketergantungan zat adiktif
Pengunaan alkohol dan obat-obatan yang berlebihan dapat menggangu
oksigenasi. Hal ini terjadi karena :
1) Alkohol dan obat-obatan dapat menekan pusat pernafasan dan susunan
saraf pusat sehingga mengakibatkan penurunan laju dan kedalaman
pernafasan.
2) Penggunaan narkotika dan analgesik, terutama morfin dan meperidin,
dapat mendepresi pusat pernafasan sehingga menurunkan laju dan
kedalaman pernafasan.
d. Emosi
Perasaan takut, cemas dan marah yang tidak terkontrol akan merangsang
aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini dapat menyebabkan peningkatan denyut
jantung dan frekuensi pernafasan sehingga kebutuhan oksigen meningkat.
Selain itu, kecemasan juga dapat meningkatkan laju dan kedalaman
pernafasan.
e. Gaya hidup
Kebiasaan merokok dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan oksigen
seseorang. Merokok dapat menyebabkan gangguan vaskulrisasi perifer dan
penyakit jantung. Selain itu nikotin yang terkandung dalam rokok bisa
mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan koroner.
4. Faktor lingkungan
a. Suhu
Faktor suhu dapat berpengaruh terhadap afinitas atau kekuatan ikatan Hb dan
oksigen. Dengan kata lain, suhu lingkungan juga bisa mempengaruhi
kebutuhan oksigen seseorang.
b. Ketinggian
Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan udara sehingga
tekanan oksigen juga ikut turun. Akibatnya, orang yang tinggal di dataran
tinggi cenderung mengalami peningkatan frekuensi pernafasan dan denyut
jantung. Sebaliknya, pada dataran yang rendah akan terjadi peningkatan
tekanan oksigen.
c. Polusi
Polusi udara, seperti asap atau debu seringkali menyebabkan sakit kepala,
pusing, batuk, tersedak, dan berbagai gangguan pernafasan lain pada orang
yang menghisapnya. Para pekerja di pabrik asbes atau bedak tabur beresiko
tinggi menderita penyakit paru akibat terpapar zat-zat berbahaya.

C. TANDA DAN GEJALA / MANIFESTASI KLINIS


1. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala adanya pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi
gangguan oksigenasi (Nanda, 2013) :
a. Adanya penurunan tekanan inspirasi / ekspirasi menjadi tanda
gangguan oksigenasi.
b. Penurunan ventilasi permenit
c. Penggunaan otot nafas tambahan untuk bernafas
d. Pernafasan nafas faring (nafas cuping hidung)
e. Dipsnea
f. Orthopnea
g. Penyimpangan dada
h. Nafas pendek
i. Nafas dengan mulut
j. Ekspirasi memanjang
k. Peningkatan diameter anterior-posterior
l. Frekuensi nafas kurang
m. Penurunan kapasitas vital
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas (menurut Nanda, 2013)
a. Takikardi
b. Hiperkapnea
c. Kelelahan
d. Somnolen
e. Iritabilitas
f. Hipoksia
g. Kebingungan
h. Sianosis
i. Warna kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman)
j. Hipoksemia
k. Hiperkarbia
l. Sakit kepala ketika bangun
m. Abnormal frekuensi, irama dan kedalaman nafas
2. Manifestasi klinis
1) suara nafas tidak normal
2) perubahan jumlah pernafasan
3) batuk disertai dahak
4) penggunaan otot tambahan pernafasan
5) dipsnea
6) penurunan haluaran urine
7) penurunan ekspansi paru
8) takhipnea

D. PATHOFISIOLOGI
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri atas 3 tahapan yaitu ventilasi,
difusi dan transportasi.
1. Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer ke
dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain :
a. Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin
tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula
sebaliknya.
b. Adanya kemampuan thorak dan paru pada alveoli dalam melaksanakan
ekspansi atau kembang kempis.
c. Adanya jalan nafas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang
terdiri atas berbagai otot poos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh
sistem saraf otonom. Terjadinya rangsangan simpatis dapat
menyebabkan relaksasi sehingga dapat terjadi vasodilatasi, kemudian
kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan kontriksi sehingga dapat
menyebabkan vasokontriksi atau proses penyempitan.
d. Adanya reflek batuk dan muntah
Adanya peran mukus silialis penangkal benda asing yang mengandung
interferon dan dapat mengikat virus. Pengaruh proses ventilasi
selanjutnya adalah complience recoil. Complience yaitu kemampuan
paru untuk mengembang dan dipengaruhi berbagai faktor yaitu adanya
sulfaktor pada lapisan alveoli yang berfungsi untuk menurunkan
tegangan permukaan dan adanya sisa udara yang menyebabkan tidak
terjadinya kolaps dan gangguan thoraks. Sulfaktor di produksi saat
terjadi peregangan sel alveoli dan disekresi saat pasien menarik nafas,
sedangkan recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan
karbondioksida atau kontraksi menyempitnya paru. Apabila
complience baik akan tetapi recoil terganggu maka karbondioksida
tidak dapat dikeluarkan maksimal. Pusat pernafasan yaitu medula
oblongata dan pons dapat mempengaruhi proses ventilasi, karena
karbondioksida memiliki kemampuan merangsang pusat pernafasan.
Peningkatan karbondioksida dalam batas 6 mmHg dapat dengan baik
merangsang pusat pernafasan dan bila PaCO kurang dari sama dengan
80 mmHg maka dapat menyebabkan depresi saat pernafasan.
2. Difusi
Merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kamler paru dan
karbondioksida, di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor :
a. Luasnya permukaan paru
b. Tebalnya mambran respirasi atau permeabilitas yang terjadi antara
epitel alveoli dan intertisial. Keduanya ini dapat mempengaruhi proses
difusi apabila terjadi proses penebalan
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi oksigen, hal ini dapat sebagaimana
oksigen dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan
oksigen dari rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan oksigen dalam
darah vena pulmonalis (masuk dalam darah secara berdifusi) dan
PaCO. Dalam arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam alveoli
d. Afinitas gas
Yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb.
3. Transportasi
Merupakan proses pendistribusian antara oksegen kapiler ke jaringan tubuh
karbondioksida, jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi akan
berikatan dengan Hb membentuk oksihemoglobin (97 %) dan larut dalam
plasma (3%), sedangkan karbondioksida akan berikatan dengan Hb
membentuk karbomonohaemoglobin (30%) dan larut dalam plasma (50%) dan
sebagian menjadi HCO3 berada pada darah (65%). Transportasi gas dapat
dipengaruhi beberapa faktor diantaranya :
a. Kardiak output merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah.
Normalnya 5 l/menit. Dalam kondisi patologi yang dapat menurunkan
kardiak output (misal pada kerusakan otot jantung, kehilangan darah)
akan mengurangi jumlah oksigen yang dikirim ke jaringan umumnya
jantung menkompensasi dengan menambahkan rata-rata
pemompaannya untuk meningkatkan transport oksigen.
b. Kondisi pembuluh darah, latihan dan lain-lain secara langsung
berpengaruh terhadap transport oksigen, bertambahnya latihan
menyebabkan peningkatan transport oksigen (20 x kondisi normal).
Meningkatkan kardiak output dan penggunaan oksigen oleh sel.

Anatomi sitem pernafasan terbagi menjadi 2 :


1. Sistem pernafasan atas
a. Hidung
Pada hidung, udara yang masuk akan mengalami proses penyaringan,
humidifikasi dan penghangatan.
b. Faring
Faring merupakan saluran yang terbagi menjadi 2, untuk udara dan
makanan. Faring terdiri atas nasofaring dan orofaring yang kaya akan
jaringan limfoid yang berfungsi menangkap dan menghancurkan
kuman yang masuk bersama udara.
c. Laring
Laring merupakan struktur menyerupai tulang rawan yang biasa
disebut jakun. Selain berperan dalam menghasilkan suara, laring
berfungsi mempertahankan kepatenan jalan nafas dan melindungi jalan
nafas bawah dari air dan makanan yang masuk.
2. Sistem pernafasan bawah
a. Trakea
Merupakan pipa membran yang disokong oleh cincin-cincin kartilago
yang menghubungkan laring dan bronkus utama kanan dan kiri. Di
dalam paru,bronkus utama terbagi menjadi bronkus-bronkus yang lebih
kecil dan berakhir di bronkiolus terminal. Keseluruhan jalan nafas
tersebut membentuk pohon bronkus.
b. Paru-paru
Terdapat 2 buah, terletak di sebelah kanan dan kiri. Masing-masing
paru terdiri atas beberapa lobus (paru kanan 3 lobus dan paru kiri 2
lobus) dan di pasok oleh 1 bronkus. Jaringan paru sendiri terdiri atas
serangkaian jan nafas yang bercabang-cabang, yaitu alveolus,
pembuluh darah paru dan jaringan ikat elastis. Permukaan luar paru
dilapisi oleh kantong tertutup berdinding ganda yang disebut pleura.
Pleura parietal membatasi thorak dan permukaan diagfragma,
sedangkan pleura viseral membatasi permukaan luar paru. Di antara ke
dua lapisan tersebut terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai
pelumas guna mencegah friksi selama gerakan bernafas.

Fisiologi pernafasan yaitu :


1. Pernafasan eksternal
Pernafasan eksternal (pernafasan pulmoner) mengacu pada keseluruhan
pertukaran oksigen dan karbondioksida, antara lingkungan eksternal dan sel
tubuh. Secara umum, proses ini berlangsung dalam langkah yaitu ventilasi
pulmoner, pertukaran alveolar serta transport oksigen dan karbondioksida.
a. Ventilasi pulmoner
Saat bernafas, udara bergantian keluar masuk paru melalui proses
ventilasi sehingga terjadi pertukaran gas antara lingkungan eksternal
dan alveolus. Proses ventilasi ini dipengaruhi beberapa faktor yaitu
jalan nafas yang bersih, sistem saraf pusat dan sistem pernafasan yang
utuh, rongga thorak yang mampu mengembang dan berkontraksi
dengan baik, serta komplian paru yang adekuat.
b. Pertukaran gas alveolar
Setelah oksigen memasuki alveolus, proses pernafasan berikutnya
adalah difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh darah pulmoner.
Difusi adalah pergerakan molekul dari area berkonsentrasi atau
bertekanan tinggi ke area bertekanan rendah. Proses ini berlangsung di
alveolus dan membran kapiler dan dipengaruhi oleh ketebalan
membran serta perbedaan tekanan gas.
c. Transport oksigen dan karbondioksida
Tahap ketiga pada proses pernafasan adalah transport gas-gas
pernafasan pada proses ini, oksigen diangkut dari paru menuju jaringan
dan karbondioksida diangkut dari jaringan kembali menuju paru.
 Transport oksigen
Proses ini berlangsung pada sistem jantung dan pru-paru.
Normalnya sebagian besar oksigen (97%) berikatan lemah
dengan Hb dan diangkut keseluruh jaringan dalam bentuk
oksihemoglobin (HbO2) dan sisanya terlarut dalam plasma
Proses ini dipengaruhi oleh ventilasi (jumlah oksigen yang
masuk ke dalam paru) dan perfusi (aliran darah ke paru dan
jaringan). Kapasitas darah yang membawa oksigen dipengaruhi
oleh jumlah oksigen dalam plasma, jumlah haemoglobin dan
ikatan oksigenasi dengan haemoglobin.
 Transport karbondioksida
Karbondioksida sebagai hasil metabolisme sel terus menerus
produksi dan diangkut menuju paru dalam 3 cara :
a) Sebagian besar karbondioksida (70%) diangkut dalam sel
darah merah dalam bentuk bicarbonat.
b) Sebanyak 23% karbondioksida berikatan dengan Hb
membentuk karbaminohaemoglobin.
c) Sebanyak 7% diangkut dalam bentuk larutan di dalam
plasma dan dalam bentuk asam karbonat.
2. Pernafasan sistemik
Pernafasan internal mengacu pada proses metabolisme intrasel yang
berlangsung dalam mitikondria, yang menggunakan oksegen dan
menghasilkan karbondioksida selama penyerapan energi molekul nutrien. Pada
proses ini, darah yang banyak mengandung oksigen di bawa keseluruh tubuh
hingga mencapai kapiler sistemik.

E. PATHFLOW
Pernafasan

oksigenasi

ventilasi difusi transportasi

ventilasi paru adanya sumbatan


pola jalan nafas
hiperventilasi

takipnea/ bradipnea obstruksi jalan nafas

pola nafas tidak efektif bersihan jalan nafas


tidak efektif

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan
oksigenasi yaitu :
a. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan prtukaran gas secara
efisien.
b. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membran kapiler
alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
c. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler.
d. Pemeriksan sinar X dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur dan proses-proses abnormal.
e. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsi dan cairan atau sampel sputum / benda asing
yang menghambat jalan nafas.
f. Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
g. Fluoroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, miasal : kerja jantung dan
kontraksi paru.
h. CT.Scan
Untuk mengidentifikasi adanya massa abnormal.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pemantauan haemodinamika
2. Pengobatan bronkodilator
3. Melakukan tindakan nebulizer untuk membantu mengencerkan secret
4. Memberikan kanul atau masker untuk membantu pemberian oksigen jika
diperlukan
5. Fisioterapi dada
6. Latihan batuk efektif
7. Teknik bernafas relaksasi
8. Atur posisi pasien (semifowler)

H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
 Data subyektif
- Pasien mengeluh sesak saat nafas
- Pasien mengeluh batuk tertahan
- Pasien tidak mampu mengeluarkan sekresi jalan nafas
- Pasien merasa ada suara nafas tambahan
 Data obyektif
- Pasien tampak tersengal-sengal dan pernafasan dangkal
- Terdapat bunyi nafas tambahan
- Pasien tampak bernafas dengan mulut
- Penggunaan otot bantu pernafasan dan nafas cuping hidung
- Pasien tampak susah untuk batuk
b. Pola nafas tidak efektif
 Data subyektif
- Pasien mengatakan nafasnya tersengal-sengal dan dangkal
- Pasien mengatakan berat saat bernafas
 Data obyektif
- Irama nafas pasien tidak teratur
- Orthopnea
- Pernafasan disritmik
- Letargi

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
sputum ditandai dengan batuk produktif
2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan posisi tubuh ditandai dengan
bradipnea

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN RENCANA
DX KEPERAWA KEPERAWATAN DAN TINDAKAN (NIC)
TAN KRITERIA HASIL (NOC)
(NANDA)
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan asuhan - Jaga
nafas tidak keperawatan selama ....x24 kepatenan
efektif yang jam, bersihan jalan nafas jalan nafas :
berhubungan tidak efektif dapat teratasi buka jalan
dengan dengan kriteria hasil : nafas, suction,
peningkatan - Klien mampu fisioterapi
sputum mengidentifikasi dan dada sesuai
ditandai mencegah faktor indikasi
dengan batuk yang dapat - Monitor
produktif menghambat jalan pemberian
nafas oksigen, vital
- Menunjukkan jalan sign
nafas yang paten : tiap....jam
klien tidak merasa - Monitor status
tercekik, tidak respirasi :
terjadi aspirasi, adanya suara
frekuensi nafas tambahan
dalam rentang - Ajarkan
normal teknik batuk
- Tidak ada suara nafas efektif
nafas abnormal - Kolaborasi
- Mampu dengan tim
mengeluarkan medis
sputum dari jalan pemberian
nafas oksigen
- Catat tipe dan
jumlah secret
pencegahan
aspirasi
- Tinggikan
posisi kepala
tempat tidur
30-45 derajat
setelah makan
untuk
mencegah
aspirasi dan
mengurangi
dipsnea

2. Pola nafas Setelah dilakukan asuhan - Posisikan


tidak efektif keperawatan selama ....x24 pasien untuk
berhubungan jam, pola nafas tidak efektif memaksimalk
dengan posisi dapat teratasi dengan an ventilasi
tubuh ditandai kriteria hasil : - Lakukan
dengan - Mendemonstrasikan fisioterapi
bradipnea batuk efektif, suara dada jika
nafas yang bersih perlu
dan mampu - Pantau bunyi
mengeluarkan respirasi, pola
sputum serta mampu respirasi dan
bernafas dengan vital sign
normal - Informasikan
- Menunjukkan jalan kepada klien
nafas yang paten dan keluarga
- Tanda-tanda vital tentang teknik
dalam batas normal relaksasi
- Ajarkan cara
batuk efektif
- Catat tipe dan
jumlah secret
pencegahan
aspirasi

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implemantasi adalah tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
tindakan keperawatan
1) Mandiri
Aktivitas perawat yang didasarkan pada kemampuan sendiri dan bukan
merupakan petunjuk / perintah dari petugas kesehatan.
2) Delegatif
Tindakan keperawatan atas instruksi yang deberikan oleh petugas
kesehatan yang berwenaang.
3) Kolaboratif
Tindakan perawat dan petugas kesehatan yang lain yang mana didasarkan
atas keputusan bersama.

5. EVALUASI KEPERAWATAN
1) Dx 1 :
- menunjukkan jalan nafas paten
- tidak ada suara nafas tambahan
- mampu melakukan perbaikan bersihan jalan nafas
2) Dx 2 :
- menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman nafas
yang normal
- tidak ada sianosis
DAFTAR PUSTAKA

Wilkinson, Judith. M. 2006. Diagnosa Keperawatan NIC dan NOC, Edisi 7. Jakarta : ECG.

Mubarak, Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta : ECG.

Arief mansjoer. 2011. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3, Jakarta FKUI.

Brunner & Suddarth. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8, Vol.ECG.

Doengoes. E. Marlynn, dkk.2010. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : ECG.

Elisabeth J.Corwin, 2011. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : ECG.

Nanda Internasional (2013), Diagnosa Keperawatan :definisi dan Klasifikasi. Jakarta : ECG

Anda mungkin juga menyukai