Anda di halaman 1dari 28

PERBEDAAN PP 24 TAHUN 1997 JO PP 18 TAHUN 2021

tentang PENDAFTARAN TANAH

DOSEN PENGAMPUN : IKHSAN KAMIL, SH.,MH.


DI SUSUN OLEH : 1. Ahlul Nazar (020.04.0023)
2. I Gede Pasek Artana (020.04.0081)
3. Rahmat Alamsyah (020.04.0015)
4. Muhamad Al Ansori (020.04.0013)
5. Muhammad Junaedin Al Bahgdadi (020.04.0082)
6. Irma Aulia Ariani (020.04.0011)
7. Raudlatul Jannah (020.04.0089)
8. Iqlima Putri (020.04.0036)
9. Ni Luh Karyantari Yulian Dewi (020.04.0083)
10. Ernawati (020.04.0005)

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
TAHUN 2020/2021
PEMBAHASAN
A. PP 24 TAHUN 1997
Dalam sistem negara Indonesia, prosedur pendaftaran tanah diatur dalam PP
24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Seperti dikutip di pasal 1 ayat 1, yang
dimaksud dengan Pendaftaran Tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur. Serangkaian
kegiatan tersebut mencakup pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian
serta pemeliharaan data fisik yaitu letak, batas dan luas bidang tanah dan satuan
rumah susun. Selain itu juga termasuk data yuridis yaitu keterangan mengenai
status hukum bidang tanah dan satuan rumah susun.
Data-data mengenai tanah kemudian disajikan dalam bentuk peta dan daftar,
mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun. Setelah data
terkumpul, maka akan diberikan surat tanda bukti haknya atau sertifikat untuk
bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya. Surat bukti hak milik juga akan
diberikan atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.
Sebelum Anda bersiap-siap mendaftarkan tanah milik Anda, ada baiknya jika Anda
mengetahui dulu informasi dan seluk beluk mengenai pendaftaran tanah. Berikut
kami telah rangkum 7 fakta mengenai pendaftaran tanah yang tertuang dalam PP
No 24 Tahun 1997.
1) Tujuan Pendaftaran Tanah
Sudah disebutkan di awal bahwa pendaftaran tanah sangat penting
dilakukan untuk menjamin kepastian hukum dan perlindungan hukum bagi
pemilik hak atas suatu tanah. Kegiatan ini juga bertujuan untuk memuat
informasi tentang tanah dan untuk administrasi negara.
Hal ini seperti tertuang dalam PP 24 Tahun 1997 Pasal 3 yang menyatakan
bahwa pendaftaran tanah bertujuan, antara lain memberikan kepastian hukum
dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas bidang tanah, satuan
rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar sehingga mudah membuktikan
dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan.
Pendaftaran tanah juga memiliki tujuan menyediakan informasi kepada
pihak-pihak berkepentingan sehingga mudah memperoleh data dalam
mengadakan aktivitas hukum tentang properti yang telah terdaftar. Tujuan lain
adalah demi terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.
2) Obyek Pendaftaran Tanah
Adapun obyek pendaftaran tanah seperti yang disebutkan dalam PP 24
Tahun 1997 Pasal 9, antara lain mencakup bidang-bidang tanah yang dipunyai
dengan hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai, tanah
hak pengelolaan dan tanah wakaf. Jenis lain adalah bidang tanah yang dipunyai
dengan hak milik atas satuan rumah susun, hak tanggungan dan tanah Negara
Penyelenggara pendaftaran tanah adalah Badan Pertanahan Nasional (BPN).
Dalam hal ini dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan yang dibantu oleh
Panitia Ajudikasi yang dibentuk oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk.
Dalam pelaksanaannya, Panitia Ajudikasi terdiri dari beberapa orang anggota
dari Badan Pertanahan Nasional dan Kepala Desa atau Kelurahan yang
bersangkutan. Kepala Desa di sini adalah kepala desa di mana tanah Anda
berlokasi.

3) Syarat Pendaftaran Tanah


Memang masih banyak masyarakat yang belum mengetahui syarat dan
biaya pendafaran tanah. Karena itu banyak yang meminta bantuan jasa orang
lain untuk mengurusnya. Padahal jika meminta jasa orang lain pasti akan
memungut imbalan besar dan terkadang juga menimbulkan masalah.
Adapun syarat pendaftaran tanah seperti dilansir dari atrbpn.go.id sebagai
berikut:
a. Formulir permohonan yang sudah diisi dan ditandatangani pemohon
atau kuasanya diatas materai cukup
b. Surat kuasa apabila dikuasakan
c. Fotokopi identitas pemohon (KTP,KK) dan kuasa apabila dikuasakan,
yang telah dicocokkan dengan aslinya oleh petugas loket
d. Bukti pemilikan tanah/alas hak milik adat/bekas milik adat
e. Foto copy SPPT PBB Tahun berjalan yang telah dicocokkan dengan
aslinya oleh petugas loket dan penyerahan bukti SSB (BPHTB)
f. Melampirkan bukti SSP/PPh sesuai dengan ketentuan
Setelah Anda menyiapkan berkas-berkas di atas, langkah selanjutnya adalah
menyiapkan keterangan dan bukti berikut:
a. Identitas diri
b. Luas, letak dan penggunaan tanah yang dimohon
c. Pernyataan tanah tidak sengketa
d. Pernyataan tanah/bangunan dikuasai secara fisik

4) Tahap – tahap Pendaftaran Tanah


Sampai di sini Anda sudah menyiapkan berkas-berkas dan dokumen, serta
sudah menyiapkan biaya. Maka jika Anda sudah mendaftarkan tanah ke BPN,
tahap-tahap pendaftaran tanah akan dilaksanakan sesuai tahapan berikut sesuai
dengan PP 24 Tahun 1997 Pasal 11 sampai dengan Pasal 23:
a. Pendaftaran tanah untuk pertama kali
b. Pemeliharaan pendaftaran tanah.
c. Pembuatan peta dasar pendaftaran
d. Penetapan batas bidang-bidang tanah
e. Pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah dan pembuatan peta
pendaftaran
f. Pembuatan daftar tanah
g. Pembuatan surat ukur
h. Pembuktian hak baru

5) Pembukaan Hak dan Penerbitan sertifikat Atas Tanah


Sesui dengan PP Nomor 24 Tahun 1997 yang tercantum dalam Pasal 29 dan
Pasal 31. Adapun hak-hak yang dicantumkan di buku tanah antara lain hak atas
tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah susun. Buku
tanah juga mencantumkan keterangan atas status hukum tanah atau rumah
susun, dan data fisik. Data fisik yang dimaksud adalah data mengenai batas,
bidang, dan luas bidang tanah atau satuan rumah susun.
Selanjutnya sertifikat tanah akan diterbitkan dengan memuat data fisik dan
data yuridis yang ada di dalam buku tanah. Sertifikat ini adalah sebuah bukti
resmi secara hukum bahwa tanah Anda sudah terdaftar di negara. Dan Anda
sebagai pemilik mendapat kepastian dan perlindungan hukum atas tanak milik
Anda.

B. PP 28 TAHUN 2021
PP 18 tahun 2021 tentang Hak Pengelolaan, Hak Atas Tanah, Satuan
Rumah Susun, dan Pendaftaran Tanah merupakan peraturan pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja yang akan menjadi kebijakan
strategis nasional dan akan mengatur secara rinci pengaturan dalam Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Arahan kebijakan dalam
penguatan Hak Pengelolaan, Hak Atas Tanah, Satuan Rumah Susun, pemberian
hak pada Ruang Atas Tanah dan Ruang Bawah Tanah, termasuk percepatan
Pendaftaran Tanah berbasis elektronik adalah untuk mengatasi berbagai hambatan
dan tantangan birokrasi dan regulasi yang menghambat pertumbuhan ekonomi dan
bisnis di Indonesia.
PP 18 tahun 2021 tentang Hak Pengelolaan, Hak Atas Tanah, Satuan
Rumah Susun, dan Pendaftaran Tanah menyatukan (omnibus law),
mengharmoniskan, mensinkronkan, memperbarui, dan mencabut ketentuan yang
sudah tidak relevan berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang
Cipta Kerja antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak
Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah, Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, dan Peraturan
Pemerintah Nomor 103 Tahun 2015 tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal
atau Hunian Oleh Orang Asing Yang Berkedudukan di Indonesia, serta beberapa
pengaturan mengenai penguatan Hak Pengelolaan juga akan memperbarui
ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1953 tentang Penguasaan Tanah-
Tanah Negara.
Kebijakan baru dalam PP 18 tahun 2021 tentang Hak Pengelolaan, Hak
Atas Tanah, Satuan Rumah Susun, dan Pendaftaran Tanah mengatur tanah yang
berada melayang di atas tanah dan/atau berada di bawah permukaan tanah seperti
pemberian hak pada Ruang Atas Tanah dan Ruang Bawah Tanah. Tujuannya
adalah mengatasi masalah keterbatasan ketersediaan lahan bagi pembangunan
perkotaan, efisiensi penggunaan lahan yang ada, serta pengembangan bangunan
secara vertikal termasuk pengembangan infrastruktur di atas/bawah tanah,
contohnya: mass rapid transit, fasilitas penyeberangan, dan pusat perbelanjaan
bawah tanah.
Hak Atas Tanah adalah hak yang diperoleh dari hubungan hukum antara
pemegang hak dengan tanah, termasuk ruang di atas tanah, dan/atau ruang di bawah
tanah untuk menguasai, memiliki, menggunakan dan memanfaatkan, serta
memelihara tanah, ruang atas tanah dan/atau ruang di bawah tanah.
Satuan Rumah Susun adalah unit rumah susun yang tujuan utamanya
digunakan secara terpisah dengan fungsi utama sebagai tempat hunian dan
mempunyai sarana penghubung ke jalan utama. Hak milik atas satuan rumah susun
diberikan kepada warga negara Indonesia (WNI), badan hukum Indonesia, orang
asing yang mempunyai izin sesuai dengan ketentuan perautran perundang-
undangan, badan hukum asing yang mempunyai perwakilah di Indonesia,
perwakilan negara asing dan lembaga internasional yang berada atau mempunyai
perwakilan Indonesia. Hak milik atas satuan rumah susun juga dapat diberikan
kepada instansi Pemerintah Pusat atau Instansi Pemerintah Daerah, dengan catatan
tidak dapat dijaminkan dengan dibebani hak tanggungan.
Pendaftaran Tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur meliputi
pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik
dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang Tanah,
ruang atas tanah, ruang bawah tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk bagi
bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun
serta hak-hak tertentu yang membebaninya.
Terbitnya aturan tersebut juga bakal mencabut ketentuan dari aturan
sebelumnya, seperti yang akan dibahas lebih lanjut di bawah ini:
1. Mencabut PP No. 103 Tahun 2015
PP No. 103 Tahun 2015 tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal Atau
Hunian Oleh Orang Asing Yang Berkedudukan Di Indonesia dicabut usai PP
18 2021 dirilis. PP No. 103 Tahun 2015 menegaskan, apabila Orang Asing atau
ahli waris yang merupakan Orang Asing yang memiliki rumah yang dibangun
di atas tanah Hak Pakai atau berdasarkan perjanjian dengan pemegang hak atas
tanah tidak lagi berkedudukan di Indonesia, dalam jangka waktu 1 (satu) tahun
wajib melepaskan atau mengalihkan hak atas rumah dan tanahnya kepada
pihak lain yang memenuhi syarat.
Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud (1 tahun) hak atas
rumah dan tanahnya tersebut belum dilepaskan atau dialihkan kepada pihak
lain yang memenuhi syarat, menurut PP ini,   rumah dilelang oleh Negara,
dalam hal dibangun di atas tanah Hak Pakai atas tanah Negara; dan rumah
menjadi milik pemegang hak atas tanah yang bersangkutan, dalam hal rumah
tersebut dibangun di atas tanah berdasarkan perjanjian sebagaimana dimaksud.
2. 2. Mencabut PP No. 40 Tahun 1996
Hadirnya PP 18 2021 juga mencabut PP No. 40 Tahun 1996 tentang Hak
Guna Usaha, Hak Guna Bangunan Dan Hak Atas Tanah mengatur tentang
pengaturan penguasaan, pemilikan penggunaan tanah perlu lebih diarahkan
bagi semakin terjadinya tertib di bidang hukum pertanahan, administrasi
pertanahan, penggunaan tanah, ataupun pemeliharaan tanah dan lingkungan
hidup, sehingga adanya kepastian hukum di bidang pertanahan pada umumnya
dapat terwujud.
PP ini juga merupakan penetapan ketentuan-ketentuan lebih lanjut
mengenai Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai sebagaimana
dimaksud dalam Bab II Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 dengan
Peraturan Pemerintah.
3. 3. Mengubah PP No. 24 Tahun 1997
PP 18 2021 dilahirkan untuk mengubah isi dalam PP No. 24 Tahun
1997 tentang Pendaftaran Tanah. Dalam sistem negara Indonesia, prosedur
pendaftaran tanah diatur dalam PP 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.
Seperti dikutip di pasal 1 ayat 1, yang dimaksud dengan Pendaftaran Tanah
adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus
menerus, berkesinambungan dan teratur. Serangkaian kegiatan tersebut
mencakup pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta
pemeliharaan data fisik yaitu letak, batas dan luas bidang tanah dan satuan
rumah susun. Selain itu juga termasuk data yuridis yaitu keterangan mengenai
status hukum bidang tanah dan satuan rumah susun. PP 18 2021 mengatur
tentang Hak Pengelolaan, Hak Atas Tanah, Satuan Rumah Susun, dan
Pendaftaran Tanah. Dan bagi Anda yang sedang cari rumah dengan
mempertimbangkan legalitasnya

Apa itu Hak Pengelolaan atas tanah? Hak Pengelolaan atas tanah adalah
Hak menguasai dari negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian
dilimpahkan kepada pemegang Hak Pengelolaan. Hak Pengelolaan yang
penggunaan dan pemanfaatan seluruh atau sebagian tanahnya digunakan sendiri
atau dikerjasamakan dengan pihak lain dapat diberikan Hak Atas Tanah berupa hak
guna usaha, hak guna bangunan dan/atau hak pakai di atas Hak Pengelolaan sesuai
dengan sifat dan fungsinya, yaitu pemegang Hak Pengelolaan sepanjang diatur
dalam Peraturan Pemerintah atau pihak lain apabila Tanah Hak Pengelolaan
dikerjasamakan dengan perjanjian pemanfaatan tanah. Pemegang Hak Pengelolaan
diberikan kewenangan untuk:
 Menyusun rencana peruntukan, penggunaan dan pemanfaatan tanah sesuai
dengan rencana tata ruang.
 Menggunakan dan memanfaatkan seluruh atau sebagian tanah Hak
Pengelolaan untuk digunakan sendiri atau dikerjasamakan dengan pihak
lain.
 Menentukan tarif dan/atau uang wajib tahunan dari pihak lain sesuai dengan
perjanjian

Untuk penentuan tarif dan/atau uang wajib tahunan Hak Pengelolaan


disesuaikan dengan tujuan dari pemanfaatan untuk kepentingan umum, kepentingan
social, kepentingan pembangunan dan kepentingan ekonomi. Penentuan tarif Hak
Pengelolaan dengan pihak lain tidak boleh mengandung unsur-unsur yang
merugikan para pihak.
Sertifikat Hak Pengelolaan tidak dapat dijadikan untuk jaminan utang
dengan dibebani hak tanggungan dan juga tidak dapat beralih dan dialihkan kepada
pihak lain. Hak Pengelolaan hanya dapat dilepaskan dalam hal diberikan hak milik,
dilepaskan untuk kepentingan umum, atau ketentuan lain yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan. Hak Pengelolaan yang dilepaskan merupakan
Tanah barang milik negara/barang milik daerah. Pelepasan Hak Pengelolaan dibuat
dan dihadapan pejabat yang berwenang dan dilaporkan kepada Menteri.
Selain mengatur hak pengelolaan, PP ini juga mengatur soal sejumlah hal di
bawah ini:
a. Hak Atas Tanah
Penggunaan dan pemanfaatan bidang tanah yang dipunyai oleh pemegang Hak
Atas Tanah dibatasi oleh:
 Batas ketinggian sesuai koefisien dasar bangunan dan koefisien lantai
bangunan yang diatur dalam rencana tata ruang.
 Batas kedalaman yang diatur dalam rencana tata ruang atau sampai
dengan kedalaman 30 meter dari permukaan Tanah dalam hal belum
diatur dalam rencana tata ruang.
Terhapusnya Hak Pengelolaan pada Ruang Atas Tanah atau Ruang Bawah
Tanah apabila :
 Dibatalkan oleh Menteri karena :
 Cacat administrasi
 Putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
 Bangunan/satuan ruangnya atau tanahnya musnah dan tidak dapat
digunakan atau dimanfaatkan lagi.
 Dilepas secara sukarela oleh pemegang haknya
 Dilepaskan untuk kepentingan umum
 Dicabut berdasarkan Undang-Undang
Hak guna bangunan dan hak pakai pada ruang atas tanah atau ruang bawah
tanah terhapus apabila :
 Berakhirnya jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam keputusan
pemberian, perpanjangan, atau pembaruan hak nya
 Dibatalkan haknya oleh Menteri sebelum jangka waktunya berakhir
karena :
 Tidak memenuhi kewajiban atau melanggar larangan
 Tidak terpenuhinya syarat atau kewajiban yang tertuang dalam
perjanjian pemanfaatan Hak Pengelolaan Ruang Atas Tanah atau Ruang
Bawah Tanah
 Cacat administrasi
 Putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
 Diubah haknya menjadi Hak Atas Tanah lain
 Dilepaskan secara sukarela oleh pemegang haknya sebelum jangka
waktu berakhir
 Dicabut berdasarkan Undang-Undang
 Bangunan/satuan ruangnya dan/atau tanahnya musnah dan tidak dapat
digunakan atau dimanfaatkan lagi
 Berakhirnya perjanjian pemberian hak atau pemanfaatan tanah untuk
hak guna bangunan atau hak pakai di atas hak milik atau Hak
Pengelolaan
 Pemegang hak sudah tidak memenuhi syarat sebagai subjek hak
b. Satuan Rumah Susun
Rumah hunian yang dapat dimiliki oleh orang asing antara lain rumah tapak
di atas tanah, dan rumah susun yang dibangun diatas bidang tanah. Rumah
susun yang dibangun diatas bidang tanah merupakan satuan rumah susun yang
dibangun di Kawasan ekonomu khusus, kawasan perdagangan bebas dan
pelabuhan bebas, kawasan industri dan ekonomi lainnya. Kepemilikan  rumah
tempat tinggal untuk orang asing diberikan dengan Batasan minimal harga,
luas bidang tanah, jumlah bidang tanah atau satuan rumah susun dan
peruntukan rumah tinggal atau hunian.
c. Pendaftaran Tanah
Penyelenggaraan dan pelaksanaan pendaftaran tanah dapat dilakukan secara
elektronik. Penerapan pendaftaran tanah elektronik dilakukan secara bertahap
dengan mempertimbangkan kesiapan system elektronik yang dibangun oleh
kementerian. Hasil pendaftaran tanah elektronik itu berupa data, informasi
elektronik, dan dokumen elektronik yang mana hasil cetaknya dapat dijadikan
alat bukti hukum yang sah.
Matrik PP 24/1997 Pasca PP 18/2021
(Persandingan & Perbandingan)

1. BAB I Pasal 1 PP 24/1997 Jo. BAB I Pasal 1, 2 PP 18/2021

BAB I Pasal 1 PP 24/1997 BAB I Pasal 1,2 PP 18/2021


BAB I BAB I
KETENTUAN UMUM KETENTUAN UMUM
PASAL 1 PASAL 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang Dalam Peraturan Pemerintah ini yang
dimaksud dengan : dimaksud dengan :
(1) Pendaftaran tanah adalah rangkaian (1) Tanah adalah permukaan bumi baik
kegiatan yang dilakukan Oleh berupa daratan maupun yang tertutup
Pemerintah secara terus menerus, air, termasuk ruang di atas dan di
berkesinambungan dan teratur, dalam tubuh bumi, dalam batas
meliputi pengumpulan, pengolahan, tertentu yang penggunaan dan
pembukuan, dan penyajian serta pemanfaatannya terkait langsung
pemeliharaan data fisik dan data maupun tidak langsung dengan
yuridis, dalam bentuk peta dan penggunaan dan pemanfaatan
daftar, mengenai bidang-bidang permukaan bumi.
tanah dan satuan-satuan rumah (2) Tanah Negara atau Tanah yang Dikuasai
susun, termasuk pemberian surat Langsung oleh Negara adalah Tanah
tanda bukti haknya bagi bidang- yang tidak dilekati dengan sesuatu hak
bidang tanah yang sudah ada haknya atas tanah, bukan Tanah u,akaf, bukan
dan hak milik atas satuan rumah Tanah Ulayat dan/atau bukan
susun serta hak-hak tertentu yang merupakan aset barang milik negaraf
membebaninya. barang milik daerah
(2) Bidang tanah adalah bagian (3) Hak Pengelolaan adalah hak menguasai
permukaan bumi yang merupakan dari negara yang kewenangan
satuan bidang yang berbatas. pelaksanaannya sebagian dilimpahkan
(3) Tanah Negara atau tanah yang kepada pemegang Hak Pengelolaan.
dikuasai langsung oleh Negara (4) Hak Atas Tanah adalah hak yang
adalah tanah yang tidak dipunyai diperoleh dari hubungan hukum antara
dengan sesuatu hak atas tanah. pemegang hak dengan Tanah,
(4) Hak pengelolaan adalah hak termasuk ruang di atas Tanah, danf
menguasai dari Negara yang atau ruang di bawah Tanah untuk
kewenangan pelaksanannya sebagian menguasai, inemiliki, menggunakan,
dilimpahkan kepada pemegangnya. dan memanfaatkan, serta memelihara
(5) Hak atas tanah adalah hak Tanah, ruang di atas Tanah, dan/atau
sebagaimana dimaksud dalam Pasal ruang di bau'ah Tanah.
16 Undang-undang Nomor 5 Tahun (5) Ruang Atas Tanah adalah ruang yang
1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- berada di atas permukaan Tanah yang
pokok Agraria, selanjutnya disebut digunakan untuk kegiatan tertentu
UUPA. yang penguasaan, pemilikan,
(6) Data fisik adalah keterangan penggurlaan dan pemanfaatannya
mengenai letak, batas dan luas terpisah dari penguasaan, pemilikan,
bidang tanah dan satuan rumah susun penggunaan, dan pemanfaatan pada
yang didaftar, termasuk keterangan bidang Tanah.
mengenai adanya bangunan atau (6) Ruang Bawah Tanah adalah ruang yang
bagian bangunan di atasnya. berada di bawah permukaan Tanah
(7) Data yuridis adalah keterangan yang digunakan untuk kegiatan
mengenai status hukum bidang tanah tertentu ],ang penguasaan, pemilikan,
dan satuan rumah susun yang penggunaan dan pemanfaatannya
didaftar, pemegang haknya dan hak terpisah dari penguasaan, pemilikan,
pihak lain serta beban-beban lain petrggunaan, dan pemanfaatan pada
yang membebaninya. bidang Tanah.
(8) Ajudikasi adalah kegiatan yang (7) Perpanjangan Jangka Waktu Hak yang
dilaksanakan dalam rangka proses selanjutnya disebut Perpanjangan
pendaftaran tanah untuk pertama adalah penambahan jangka waktu
kali, meliputi pengumpulan dan berlakunya sesuatu hak tanpa
penetapan kebenaran data fisik dan mengubah syarat-syarat dalarrr
data yuridis mengenai satu atau pemberian hak tersebut.
beberapa obyek pendaftaran tanah (8) Pembaruan Hak yang selanjutnya disebut
untuk keperluan pendaftarannya. Pembaruan adalah penambahan jangka
(9) Pendaftaran tanah untuk pertama kali waktu berlakunya sesuatu hak setelah
adalah kegiatan pendaftaran tanah jangka waktu berakhir atau sebelum
yang dilakukan terhadap obyek tanah jangka waktu perpanjangannya
yang belum didaftar berdasarkan berakhir
Peraturan Pemerintah Nomor 10 (9) Pendaftaran Tanah adalah rangkaian
Tahun 1961 tentang Pendaftaran kegiatan yang dilakukan oleh
Tanah atau Peraturan Pemerintah ini. Pemerintah secara terus menerus,
(10) Pendaftaran tanah secara berkesinambungan dan teratur
sistematik adalah kegiatan meliptrti pengurnpulan, pengolahan,
pendaftaran tanah untuk pertama kali pembukuan, dan penyajian serta
yang dilakukan secara serentak yang pemeliharaan data fisik dan data
meliputi semua obyek pendaftaran yuridis, dalam bentuk peta dan daftar,
tanah yang belum didaftar dalam rnengenai bidang-bidang Tanah,
wilayah atau bagian wilayah suatu Ruang Atas Tanah, Ruang Bawah
desa / kelurahan. Tanah dan satuan-satuan rumah susun,
(11) pendaftaran tanah secara termasuk pemberian surat tanda bukti
sporadik adalah kegiatan pendaftaran haknya bagi bidang-bidang Tanah,
tanah untuk pertama kali mengenai Ruang Atas Tanah, Ruang Bawah
satu atau beberapa obyek Tanah yang sudah ada haknya dan hak
pendaftaran tanah dalam wilayah milik atas Satuan Rumah Susun sert-a
atau bagian wilayah suatu hak-hak tertentu yang membebaninya.
desa/kelurahan secara individual atau (10) Satuan Rumah Susun adalah unit rumah
massal. susun yang tujuan utamanya
(12) Pemeliharaan data digunakan secara terpisah dengan
pendaftaran tanah adalah kegiatan fungsi utama sebagai tempat hunian
pendaftaran tanah untuk dan rnempr:nyai sarana penghubung
menyesuaikan data fisik dan yuridis ke jalan umum.
dalam peta pendaftaran, daftar tanah, (11) Tanah Telantar adalah Tanah hak,
nama, surat ukur, buku tanah, dan Tanah Hak Pengelolaan, atau Tanah
sertifikat dengan perubahan- yang diperoleh berdasarkan dasar
perubahan yang terjadi kemudian. penguasaan atas Tanah yang sengaja
(13) Titik dasar teknik adalah tidak diusahakan, tidak dipergunakan,
titik yang mempunyai koordinat tidak dimanfaatkan, atau tidak
yang diperoleh dari suatu dipelihara.
pengukuran dan perhitungan dalam (12) Tanah Musnah adalah Tanah yang sudah
suatu sistem tertentu yang berfungsi berubah dari bentuk asalnya karena
sebagai titik kontrol atau titik ikat peristiwa alam dan tidak dapat
untuk keperluan pengukuran dan diidentifikasi lagi sehingga tidak dapat
rekonstruksi batas. difungsikan, digunakan, dan
(14) Peta dasar pendaftaran dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
adalah peta yang memuat titik-titik (13) Tanah Ulayat adalah Tarrah ),ang
bidang dasar teknik dan unsur-unsur berada di u'ilayah penguasaan
geografis, seperti sungai, jalan, masyarakat hukum adat yang menttrut
bangunan dan batas fisik bidang- kenyataannya. masih ada dan tidak
bidang tanah. dilekati dengan sesuatu Hak Atas
(15) Peta pendaftaran adalah peta Tanah.
yang menggambarkan bidang atau (14) Orang Asing adalah orang yang bukan
bidang-bidang tanah untuk keperluan Warga Negara Indonesia yang
pembukuan tanah. keberadaannya memberikan manfaat,
(16) Daftar tanah adalah melakukan usaha, bekerja, atau
dokumen dalam bentuk daftar yang berinvestasi di Indonesia.
memuat identitas bidang tanah (15) Pemerintah Pusat adalah Presiden
dengan suatu sistem penomoran. Republik Indoiresia yang memegang
(17) Surat ukur adalah dokumen kekuasaan pemerintahan negara
yang memuat data fisik suatu bidang Republik Indonesia yang dibantu oleh
tanah dalam bentuk peta dan uraian. Wakil Presiden dan menteri
(18) Daftar nama adalah sebagaimana dimaksud dalam
dokumen dalam bentuk daftar yang UndangUndang Dasar Negara
memuat keterangan mengenai Republik Indonesia Tahun 1945
penguasaan tanah dengan sesuatu (16) Pemerintah Daerah adalah kepala daerah
hak atas tanah, atau hak pengelolaan sebagai unsur penyelenggara
dan mengenai pemilikan hak milik Pemerintahan Daerah yang memimpin
atas satuan rumah susun oleh orang pelaksanaan urusan pemerintaha.n
perseorangan atau badan hukum yang menjacli kewenangan daerah
tertentu. otonom.
(19) Buku tanah adalah dokumen (17) Menteri adalah menteri yang
dalam bentuk daftar yang memuat menyelenggalakan urusan
data yuridis dan data fisik suatu pemerintahan di bidang agraria /
obyek pendaftaran yang sudah ada pertanahan dan tata ruang
haknya. (18) Kementerian adalah kementerian yang
(20) Sertifikat adalah surat tanda menyelenggarakan urusan
bukti hak sebagaimana dimaksud pemerintahan di bidarrg agraria /
dalam pasal 19 ayat (2) huruf c pertanahan dan tata ruang.
UUPA untuk hak atas tanah, hak (19) Kantor Wilayah Badan Pertanahan
pengelolaan, tanah wakaf, hak milik Nasionai yarlg selanjutnya disebut
atas satuan rumah susun dan hak Kantor Wilayah adalah instansi
tanggungan yag masing-masing vertikal Kementerian di provinsi.
sudah dibukukan dalam buku tanah (20) Kantor Pertanahan adalah instansi
yang bersangkutan. vertikal Kementerian di kabupaten I
(21) Menteri adalah Menteri yang kota.
bertanggung jawab dibidang PASAL 2
agraria/pertanahan.
(1) Tanah Negara atau Tanah yang
(22) Badan Pertanahan Nasional Dikuasai Langsung oleh Negara
adalah Lembaga Pemerintah Non merupakan seluruh bidang Tanah di
Departemen yang bidang tugasnya wilayah Negara Kesatuan Repubiik
meliputi bidang pertanahan. Indonesia yang tidak dipurryai
(23) Kantor Pertanahan adalah dengan sesuatu hak t-rleh pihak lain.
(2) Tanah Negara sebagaimana
unit kerja Badan Pertanahan nasional
dimaksud pada ayat (1) oleh Negara
di wilayah kabupaten atau dapat memberikannya kepada
kotamadya, yang melakukan perorangan atau badan hukum
pendaftaran hak atas tanah dan dengan sesuatu Hak Atas Tanah
pemeliharaan daftar umum sesuai dengan peruntukan dan
pendaftaran tanah. keperluanllya, atau memberikannva
dengan Hak Pengelolaan.
(24) Pejabat Pembuat Akta
(3) Tanah Negara sebagaimana
Tanah, selanjutnya disebut PPAT dimaksud pada ayat (1) meliputi :
adalah Pejabat umum yang diberi a. Tanah yang ditetapkan
kewenangan untuk membuat akta- Undang-Undang atau
akta tanah tertentu. Penetapan Pemerintah;
b. Tanah reklamasi;
c. Tanah timbul;
d. Tanah yang berasal dari
pelepasan/penyerahan hak;
e. Tanah yang berasal dari
pelepasan kawasan hutan;
f. Tanah Telantar;
g. Tanah hak yang berakhir
jangka waktunya serta tidak
dimohon Perpanjangan
dan/atau Pembaruan;
h. Tanah hak yang jangka
waktunya berakhir dan
karena kebijakan Pemerintah
Pusat tidak dapat
diperpanjang; dan
i. Tanah yang sejak semula
berstatus Tanah Negara.

2. BAB IV Pasal 13,14,15,16 JO BAB VII Pasal 84,85,86,87 PP 18/2021

BAB IV Pasal 13,14,15,16 PP 24/1997 BAB VII Pasal 84,85,86,87 PP 18/2021


BAB IV PENDAFTARAN TANAH BAB VII PENDAFTARAN TANAH
UNTUK PERTAMA KALI
Bagian Kesatu Penyelenggaraail
Bagian Kesatu Pelaksanaan Pendaftaran Pendaftaran Tanah Secara El ektronik
Tanah Untuk Pertama Kali
PASAL 84
PASAL 13
(1) Penyelenggaraan dan pelaksanaan
(1) Pendaftaran tanah untuk pertama kali Pendaftaran Tanah dapat dilakukan
dilaksanakan melalui pendaftaran secara elektronik.
tanah secara sistematik dan (2) Hasil penyelenggaraan dan
pendaftaran tanah secara sporadik. pelaksanaan Pendaftaran Tanah
(2) Pendaftaran tanah secara sistematik secara elektronik sebagaimana
didasarkan pada suatu rencana kerja dimaksr:d pada ayat (1) berupa data,
dan dilaksanakan di wilayah-wilayah informasi elektronik, danlataur
yang ditetapkan oleh Menteri. dokumen elektronik.
(3) Dalam hal suatu desa/kelurahan (3) Data dan informasi elektronik
belum ditetapkan sebagai wilayah dan/atau hasil cetaknya merupakan
pendaftaran tanah secara sistematik alat bukti hukum yang sah.
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) Data dan informasi elektronik
(2), pendaftarannya dilaksanakan dan/atau hasil cetaknya sebagaimana
melalui pendaftaran tanah secara dimaksud pada ayat (3) merupakan
sporadik perluasan dari alat bukti yang sah
(4) Pendaftaran tanah secara sporadik sesuai dengan hukum acara yang
dilaksanakan atas permintaan pihak berlaku di lndonesia.
yang berkepentingan. (5) Penerapan Pendaftaran Tanah
elektronik dilaksanakan secara
PASAL 14
bertahap dengan mempertimbangkan
(Bagian Kedua Pengumpulan Dan kesiapan sistem elektronik yang
Pengolahan Data Fisik Paragraf 1 dibangun oleh Kementerian.
Pengukuran Dan Pemetaan)
PASAL 85
(1) Untuk keperluan pengumpulan dan
(1) Seluruh data darrf atau dokurnen
pengolahan data fisik dilakukan
dalam rangka kegiatan
kegiatan pengukuran dan pemetaan.
(2) Kegaiatan pengukuran dan pemetaan Pendaftaran'fanah secara bertahap
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disimpan dan disajikan dalam
meliputi: a. pembuatan peta dasar bentuk dokumen elektronik dengan
pendaftaran; b. penetapan batas memanfaatkan teknologi informasi
bidang-bidang tanah; c. pengukuran dan komunikasr.
dan pemetaan bidang-bidang tanah (2) Data dan/atau dokumen
dan pembuatan peta pendaftaran; d. sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pembuatan daftar tanah; e. disimpan secara elektronik di
pembuatan surat ukur. pangkalan data Kementerian.
(3) Untuk keperluan pembuktian di
PASAL 15
pengadilan dan/atau pemberian
(Paragraf 2 Pmbuatan Peta Dasar informasi pertanahan yang
Pendaftaran) dimohonkan instansi yang
memerlukan untuk pelaksanaan
(1) Kegiatan pendataran tanah secara tugasnya, data dan/atau dokumen
sistematik sebagaimana dimaksud sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dalam Pasal 13 ayat (1) dimulai dapat diberikan akses rrrelalui
dengan pembuatan peta dasar sistem elektronik.
pendaftaran.
(2) Di wilayah-wilayah yang belum PASAL 86
ditunjuk sebagai wilayah pendaftaran
Pembuatan akta Pejabat Pembuat Akta
tanah secara sistematik oleh Badan
Tanah dapat dilakukan secara elektronik.
Pertanahan nasional diusahakan
tersedianya peta dasar pendaftaran PASAL 87
untuk keperluan pendaftaran tanah
(1) Dalam rangka percepatan
secara sporadik
Pendaftaran Tanah maka
PASAL 16 pelaksanaan Pendaftaran Tanah
(1) Untuk keperluan pembuatan peta secara sistematik wajib diikuti oleh
dasar pendaftaran tanah Badan pemilik bidang Tanah.
(2) Dalam hal pemilik bidang Tanah
Pertanahan Nasional
tidak mengikuti Pendaftaran Tanah
menyelenggarakan pemasaran, secara sistematik sebagaimana
pengukuran, pemetaan dan dimaksud pada ayat (1), pemilik
pemeliharaan titik-titik dasar teknik bidang Tanah wajib mendaftarkan
nasional di setiap tanahnya secara sporadik.
Kabupaten/Kotamadya Daerah
Tingkat II.
(2) Pengukuran untuk pembuatan peta
dasar pendaftaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diikatkan
dengan titik-titik dasar teknik
nasional sebagai kerangka dasarnya.
(3) Jika di suatu daerah tidak ada atau
belum ada titik-titik dasar teknik
nasional sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), dalam melaksanakan
pengukuran untuk pembuatan peta
dasar pendaftaran dapat digunakan
titik dasar teknik yang bersifat
sementara, yang kemudian diikatkan
dengan titik dasar teknik nasional.
(4) Peta dasar pendaftaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
menjadi dasar untuk pembuatan peta
pendaftaran.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai
pengukuran dan pemetaan titik dasar
teknik nasional dan pembuatan peta
dasar pendaftaran ditetapkan oleh
Menteri.

3. BAB IV Pasal 17,18,19,20 PP 24/1997 Jo. BAB VII Pasal 88,89,90,91 PP 18/2021

BAB IV Pasal 17,18,19,20 PP 24/1997 BAB VII Pasal 88,89,90,91 PP 18/2021


PASAL 17 PASAL 88
(Paragraf 3 Penetapan Batas Bidang-
(1) Pengumuman hasil pengumpulan
bidang Tana) data fisik dan data yuridis:
(1) Untuk memperoleh data fisik yang a. dalam Pendaftaran Tanah secara
diperlukan bagi pendaftaran tanah, sistematik dilakukan selama 14
bidang-bidang tanah yang akan (empat belas) hari kalender;
dipetakan diukur, setelah ditetapkan b. dalam Pendaftaran Tanah secara
sporadik selama 30 (tiga puluh) hari
letaknya, batas-batasnya dan
kalender.
menurut keperluannya ditempatkan (2) Pengumuman sebagaimana
tanda-tanda batas di setiap sudut dimaksud pada ayat (1) dapat
bidang tanah yang bersangkutan. dilakukan melalui website yang
(2) Dalam penetapan batas bidang tanah disediakan oleh Kementerian.
pada pendaftaran tanah secara PASAL 89
sistematik dan pendaftaran tanah
Penda.ftaran hak tanggungan dilakukan
secara sporadik diupayakan penataan
oleh Kantor Pertanahan secara elektronik
batas berdasarkan kesepakatan para paling lama 7 (tujuh) hari kalender
pihak yang berkepengingan. setelah dokumen yang diperlukan untuk
(3) Penempatan tanda-tanda batas pendaftaran hak tanggungan dinyatakan
termasuk pemeliharaannya wajib memenuhi syarat.
dilakukan oleh pemegang hak atas PASAL 90
tanah yang bersangkutan.
(4) Bentuk, ukuran, dan teknik Bagian Ketiga Penertiban
Administrasi Pendaftaran Tanah
penempatan tanda batas ditetapkan
oleh Menteri. (1) Pihak yang berkepentingan dapat
PASAL 18 mengajukan permohonan pencatatan
Ketentuan lebih lanjut mengenai: perjanjian pengikatan jual beli atau
a. Tanah yang dapat diberikan perjanjian sewa atas Tanah terdaftar
dengan Hak Pengelolaan, ke Kantor Pertanahan.
(2) Pencatatan sebagaimana dimaksud
subjek, pemanfaatan Tanah,
pada ayat (1) dilakukan pada daftar
terjadinya hak, tata cara dan umum dan/atau sertipikat Hak Atas
syarat permohonan pemberian Tanah.
dan pendaftaran, pembebanan,
peralihan dan pelepasan,
hapusnya, serta pengawasan dan PASAL 91
pengendalian Hak Pengelolaan (1) Dalam hal Tanah menjadi objek
dan Tanah reklamasi perkara di pengadilan, pihak yang
sebagaimana dimaksud dalam berkepentingan dapat mengajukan
Pasal 4 sampai dengan Pasal 8 permohonan pencatatan ke Kantor
dan Pasal 10 sampai dengan Pertanahan bahwa suatu Hak Atas
Tanah atau hak milik atas Satuan
Pasal 77; dan
Rumah Susun menjadi objek perkara
b. rumusan dan penentuan tarif
di pengadilan dengan
dan f atalu uang wajib menyampaikan salinan surat
tahunan sebagaimana gugatan.
dimaksud dalam Pasal 9, (2) Catatan sebagaimana dimaksud pada
diatur dalam Peraturan ayat (1) hapus dengan sendirinya
Menteri dalam jangka waktu 30 (tiga puluh)
hari kalender terhitung dari tanggal
PASAL 19
pencatatan atau apabila pihak yang
(1) Jika dalam penetapan batas bidang mengajukan pencatatan telah
tanah sebagaimana dimaksud mencabut permintaannya sebelum
dalam Pasal 18 ayat (1) tidak jangka waktu berakhir.
diperoleh kesepakatan antara (3) Apabila hakim yang memeriksa
pemegang hak atas tanah yang perkara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) memerintahkan stafiis quo
bersanggkutan dengan pemegang
atas Hak Atas Tanah atau hak milik
hak atas tanah yang berbatasan, atas Satuan Rumah Susun yang
pengukuran bidang tanahnya bersangkutan maka atas perintah
diupayakan untuk sementara hakim, permohonan tersebut
dilakukan berdasarkan batas-batas dicatatkan ke Kantor Pertanahan.
yang menurut kenyataannya (4) Catatan rrengenai perintah sfatus
quo sebagaimana dimaksud pada
merupakan batas-batas bidang
ayat (3) hapus dengan sendirinya
tanah yang bersangkutan. dalam waktu 30 (tiga puluh) hari
(2) Jika pada waktu yang telah karender kecuali apabila diikuti
ditentukan pemegang hak atas dengan putusan sit-a jaminan yang
tanah yang bersangkutan atau para salinan resmi dan berita acara
pemegang hak atas tanah yang eksekrrsinya disampaikan kepada
berbatasan tidak hadir setelah kepala Kantor Pertanahan.
dilakukan pemanggilan,
pengukuran bidang tanahnya,
untuk sementara dilakukan sesuai
ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
(3) Ketua Panitia Ajudikasi dalam
pendaftaran tanah secara
sistematik atau Kepala Kantor
Peertanahan dalam pendaftaran
tanah secara sporadik membuat
berita acara mengenai
dilakukannya pengukuran
sementara sebagaimana dimaksud
pada ayat(1) dan ayat(2), termasuk
mengenai belum diperolehnya
kesekapatan batas atau
ketidakhadiran pemegang hak atas
tanah yang bersangkutan.
(4) Dalam gambar ukur sebagai hasil
pengukuran sementara
sebagaimana dimaksud pada
ayat(3) dibubuhkan catatan atau
tanda yang menunjukkan bahwa
batas-batas bidang tanah tersebut
baru merupakan batas-batas
sementara.
(5) Dalam hal telah diperoleh
kesepakatan melalui musyawarah
mengenai batas-batas yang
dimaksudkan atau diperoleh
kepastiannya berdasarkan putusan
Pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum
tetap, diadakan penyesuaian
terhadap data yang ada pada peta
pendaftaran yang bersangkutan.
PASAL 20
(Paragraf 4 Pengkuran Dan
Pemetaan Bidang-bidang Tanah
Dan Pembuatan Peta Pendataran)
(1) Bidang-bidang tanah yang sudah
ditetapkan batas-batasnya
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17, Pasal 18 dan Pasal 19
diukur dan selanjutnya dipetakan
dalam peta dasar pendaftaran
(2) Jika dalam wilayah pendaftaran
tanah secara sporadik belum ada
peta dasar pendaftaran, dapat
digunakan peta lain, sepanjang
peta tersebut memenuhi syarat
untuk pembuatan peta
pendaftaran.
(3) Jika dalam wilayah dimaksud
belum tersedia peta dasar
pendaftaran maupun peta lainnya
sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), pembuatan peta dasar
pendaftaran dilakukan bersamaan
dengan pengukuran dan pemetaan
bidang tanah yang bersangkutan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai
pengukuran dan pemetaan bidang-
bidang tanah dan pembuatan peta
pendaftaran ditetapkan oleh
Menteri.

4. BAB IV Pasal 21,22,23,24 PP 24/1997 Jo. BAB VII Pasal 92,93,94,95 PP 18/2021

Pasal 21,22,23,24 PP 24/1997 Pasal 92,93,94,95 PP 18/2021


PASAL 21 PASAL 92
Paragraph 5 pembuatan daftar (1) Dalam hal Tanah merupakan objek
tanah perkara pengadilan, objek penetapan
status quo oleh hakim yang
(1) Bidang atau bidang-bidang yang memeriksa perkara atau objek sita
sudah dipetakan atau dibubuhkan pengadilan, kepala Kantor Pertanahan
nomor pendaftarannya pada peta menolak untuk rrielakukan
pendaftaran dibukukan dalam daftar pendaftaran peralihan atau
tanah. pembebanan hak.
(2) Bentuk, isi, cara pengisian, (2) Setelah jangka waktu catatan objek
penyimpanan dan pemeliharaan perkara pengadilan sebagaimana
daftar tanah diatur oleh Menteri. dimaksud dalam Pasal 91 ayat (21
dan/atau catatan objek penetapan
PASAL 22
status quo sebagaimana dimaksud
Paragraf 6 Pembuatan surat ukur
dalam Pasal 91 ayat (4) hapus dan
objek perkara ticiak diikuti penetapan
(1) Bagi bidang - bidang tanah
sita jaminan maka pendaftaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
peralihan atau pembebanan hak dapat
9 ayat(1) huruf a, b dan c sudah
dilaksanakan.
diatur serta dipetakan dalam peta
(3) Penolakan kepala Kantor Pertanahan
pendaftaran, dibuatkan surat ukur
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untuk keperluan pendaftaran haknya.
dilakukan secara tertulis yang memuat
(2) Untuk wilayah-wilayah pendaftaran
tanah secara sporadik yang belum alasan penolakan.
tersedia peta pendaftaran, surat ukur
PASAL 93
dibuat dari hasil pengukuran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal (1) Untuk memastikan letak dan batas
20. Tanah objek gugatan yang sedang
(3) Bentuk, isi, cara pengisian, diperkarakan, hakim yang memeriksa
penyimpanan dan pemeliharaan surat perkara dapat meminta pengukuran
ukur ditetapkan oleh Menteri pada Kantor Pertanahan setempat.
(2) Sebelum pelaksanaan eksekusi
PASAL 23
putusan pengadilan, panitera
( Pembuktian Hak Dan pengadilan wajib mengajukan
Pembukuannya Paragraf 1 permohonan pengukuran kepada
Pembuktian Hak Baru ) Kantor Pertanahan atas objek eksekusi
untuk memastikan letak dan batas
Untuk keperluan pendaftaran hak:
Tanah objek eksekusi yang ditunjukan
a. hak atas tanah baru dibuktikan oleh juru sita dan bertanggung jawab
dengan: 1) penetapan atas letak dan batas Tanah objek
pemberian hak dari Pajabat eksekusi yang ditunj ukannya.
yang berwenang memberikan
PASAL 94
hak yang bersangkutan menurut
ketentuan yang berlaku apabila Bagian Keempat Perubahan Hak
pemberian hak tersebut berasal
Hak guna bangunan dan hak pakai yang
dari tanah Negara atau tanah
dimiliki oleh Warga Negara Indonesia,
hak pengelolaan; 2) asli akta
yang digunakan Can dimanl'aatkan untuk
PPAT yang memuat pemberian
rumah tinggal termasuk rumah toko dan
hak tersebut oleh pemegang hak
rumah kantor, dapat diberikan hak milik
milik kepada penerima hak
atas permohonan pemegang hak.
yang bersangkutan apabila
mengenai hak guna bangunan PASAL 95
dan hak pakai atas tanah hak
milik; Bagian Kelima Bukt.i Hak Lama
b. hak pengelolaan dibuktikan (1) Alat bukti tertulis Tanah bekas
dengan penetapan pemberian hak barat dinyatakan tidak
hak pengelolaan oleh Pajabat berlaku dan statusnya menjadi
yang berwenang; Tanah yang Dikuasai Langsung
c. tanah wakaf dibuktikan dengan oleh Negara.
akta ikrar wakaf; (2) Pendaftaran Tanah bekas hak
d. hak milik atas satuan rumah barat sebagaimana dimaksud
susun dibuktikan dengan akta pada ayat (1) mendasarkan pada
pemisahan; surat pernyataan penguasaan
e. pemberian hak tanggungan fisik yang diketahui 2 (dua)
dibuktikan dengan akta orang saksi dan bertanggung
pemberian hak tanggungan. jawab secara perdata dan pidana,
PASAL 24 yang menguraikan:
a. Tanah tersebut adalah benar
( Paragraf 2 Pembuktian Hak Lama) milik yang bersangkutan
bukan milik orang lain dan
(1) Untuk keperluan pendaftaran hak,
statusnya adalah Tanah yang
hak atas tanah yang berasal dari
Dikuasai Langsung oleh
konversi hak-hak lama dibuktikan
dengan alat-alat bukti mengenai Negara bukan Tanah bekas
adanya hak tersebut berupa bukti- milik adat;
bukti tertulis, keterangan yang b. Tanah secara fisik dikuasai;
kadar kebenarannya oleh Panitia c. penguasaan tersebut
Ajudikasi dalam pendaftaran Cilakukan dengan iktikad
tanah secara sistematik atau oleh baik dan secara. terbr"rka
Kepala Kantor Pertanahan dalam oleh yang bersangkutan
pendaftaran tanah secara sporadik, sebagai yang berhak atas
dianggap cukup untuk mendaftar Tanah; dan
hak, pemegang hak dan hak-hak d. penguasaan tersebut tidak
pihak lain yang membebaninya. dipermasalahkan oleh pihak
(2) Dalam hal tidak atau tidak lagi lain.
tersedia secara lengkap alat-alat
pembuktian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1),
pembuktian hak dapat dilakukan
berdasarkan kenyataan
penguasaan fisik bidang tanah
yang bersangkutan selama 20 (dua
puluh) tahun atau lebih secara
berturut-turut oleh pemohon
pendaftaran dan pendahuluan-
pendahulunya, dengan syarat:
a. penguasaan tersebut dilakukan
dengan itikad baik dan secara
terbuka oleh yang
bersangkutan sebagai yang
berhak atas tanah, serta
diperkuat oleh kesaksian
orang yang dapat dipercaya;
b. penguasaan tersebut baik
sebelum maupun selama
pengumuman sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26
tidak dipermasalahkan oleh
masyarakat hukum adat atau
desa/kelurahan yang
bersangkutan ataupun pihak
lainnya.

5. BAB IV Pasal 25,26,27,28,29,30 PP 24/1997 Jo. BAB VII Pasal 96,97,98,99 PP 18/2021

Pasal 25,26,27,28 PP 24/1997 Pasal 96,97,98,99 PP 18/2021


PASAL 25 PASAL 96
(1) Alat bukti tertulis Tanah bekas milik
(1) Dalam rangka menilai
kebenaran alat bukti adat yang dimiliki oleh perorangan
sebagaimana imaksud dalam u'ajib didaftarkan dalam jangka
Pasal 24 dilakukan waktu paling lama 5 (lima) tahun
pengumpulan dan penelitian sejak berlakunya Peraturan
data yuridis mengenai bidang
Pemerintah ini.
tanah yang bersangkutan oleh
Panitia Ajudikasi dalam (2) Dalam hal jangka waktu
pendaftaran tanah secara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sistematik oleh Kepala Kantor berakhir maka alat bukti tertulis
Pertanahan dalam pendaftaran Tanah bekas milik adat dinyatakan
tanah secara sporadik. tidak berlaku dan tidak dapat
(2) Hasil penelitian alat-alat bukti
digunakan sebagai alat pembuktian
sebagaimana dimaksud pada
Hak Atas Tanah dan hanya sebagai
ayat(1) dituangkan dalam
suatu daftar isian yang petunjuk dalam rangka Pendaftaran
ditetapkan oleh Menteri. Tanah.
PASAL 97
PASAL 26
Surat keterangan tanah, surat keterangan
(1) Daftar isian sebagaimana dimaksud
ganti rugi, surat keterangan desa, dan
dalam Pasal 25 ayat (2) beserta peta
lainnya yang sejenis yang dimaksudkan
bidang atau bidang-bidang tanah
sebagai keterangan atas penguasaan dan
yang bersangkutan sebagai hasil
pemilikan Tanah yang dikeluarkan oleh
pengukuran sebagaimana dimaksud
kepala desa/lurahf camat hanya dapat
dalam Pasal 20 ayat (1) diumumkan
digunakan sebagai petunjuk dalam
selama 30 (tiga puluh) hari dalam
rangka Pendaftaran Tanah.
pendaftaran tanah secara sistematik
PASAL 98
atau 60 (enam puluh) hari dalam
(1) Tanah swapraja atau bekas
pendaftaran tanah secara sporadik
swapraja merupakan Tanah yang
untuk memberi kesempatan kepada
Dikuasai Langsung oleh Negara.
pihak yang berkepentingan
(2) Tanah swapraja atau bekas
mengajukan keberatan.
swapraja sebagaimana dimaksud
(2) Pengumuman sebagaimana
pada ayat (1) dapat diberikan
dimaksud pada ayat (1) dilakukan di
kepada bekas pemegang Tanah
Kantor Panitia Ajudikasi dan Kantor
swapraja atau bekas swapraja,
Kepala Desa/Kelurahan letak tanah
apabila memenuhi syarat dan
yang bersangkutan dalam
mengusahakan atau menggarap
pendaftaran tanah secara spordik
sendiri Tanah untuk kepentingan
serta di tempat lain yang dianggap
swapraja.
perlu.
(3) Tanah swapraja atau bekas
(3) Selain pengumuman sebagaimana
swapraja sebagaimana dimaksud
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),
pada ayat (1) yang dikuasai oleh
dalam hal pendaftaran tanah secara
pihak lain, diberikan kepada
sporadik individual, pengumuman
pihak yang mengusahakan atau
dapat dilakukan melalui media
menggarap Tanah dengan iktikad
massa.
baik.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai
(4) Konsesi atau sewa atas Tanah
pelaksanaan ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) bekas swapraja Lrapus dan
ditetapkan oleh Menteri. menjadi Tanah yang Dikuasai
PASAL 27 Langsung oleh Negara.
(1) Jika dalam jangka waktu (5) Ketentuan sebagaimana
pengumuman sebagaimana dimaksud dimaksud pada ayat (1), ayat (21,
dalam Pasal 26 ayat(1) ada yang ayat (3), dan ayat (4) tidak
mengajukan keberatan mengenai berlaku untuk Tanah swapraja
data fisik dan atau data yuridis yang atau bekas swapraja yang diatur
diumumkan, Ketua Panitia Ajudikasi menurut Undang - Undang.
dalam pendaftaran tanah secara PASAL 99
sistematik atau Kepala Kantor Ketentuan lebih lanjut mengenai
Pertanahan dalam pendaftaran tanah penyelenggaraan Pendaltaran Tanah
secara sporadik mengusahakan agar secara elektronik, penyimpanan dan
secepatnya keberatan yang diajukan penyajian data dan/atau dokumen
diselesaikan secara musyawarah elektronik, bentuk, isi dan tata cara
untuk mufakat. pembuatan akta Pejabat Pembuat
(2) Jika usaha penyelesaian secara Akta Tanah secara elektronik,
musyawarah untuk mufakat percepatan Pendaftaran Tanah,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pendaftaran hak tanggungan secara
membawahi hasil dibuatkan berita elektronik, pencatatan perjanjian
acara penyelesaian dan jika pengikatan jual beli dan perjanjian
penylesaian yang dimaksud sewa, pencatatan objek perkara dan
mengakibatkan perubahan pada apa perintah stafus euo, perubahan hak
yang diumumkan menurut ketentuan guna bangunan dan hak pakai
sebagaimana dimaksud dalam Pasal menjadi hak milik, dan Pendaftaran
26 ayat(1), perubahan tersebut Tanah bekas hak barat atau Tanah
diadakan pada peta bidang-bidang bekas milik adat serta Tanah
tanah dan atau daftar isian yang swapraja atau bekas swapraja
bersangkutan. sebagaimana dimaksud dalam Pasal
(3) Jika usaha penyelesaian secara 84 sampai dengan Pasal 98 diatur
musyawarah untuk mufakat dalam Peraturan Menteri.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak dapat dilakukan atau tidak
membawa hasil, Ketua Panitia
Ajudikasi dalam pendaftaran tanah
secara sistematik dan Kepala Kantor
Pertanahan dalam pendaftaran tanah
secara sporadik memberitahukan
secara tetulis kepada pihak yang
mengajukan keberatan agar
mengajukan gugatan mengenai data
fisik dan atau data yuridis yang
diselenggarakan ke Pengadilan
PASAL 28
(1) Setelah jangka waktu pengumuman
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
26 ayat (1) berakhir, data fisik dan
data yuridis yang diumumkan
tersebut oleh Panitia Ajudikasi dalam
pendaftaran tanah secara sistematik
atu oleh Kepala Kantor Pertanahan
dalam pendaftaran tanah secara
sporadik disahkan dengan suatu
berita acara yang bentuknya
ditetapkan oleh Menteri.
(2) Jika setelah berakhirnya jangka
waktu pengumuman sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1)
masih ada kekurangkelengkapan data
fiik dan atau data yuridis yang
bersangkutan atau masih ada
keberatan yang belum diselesaikan,
pengesahan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan dengan
catatan mengenai hal-hal yang belum
lengkap dan atau keberatan yang
belum diselesaikan.
(3) Berita acara pengesahan ebagaimana
dimaksud pada ayat (1) menjadi
dasar untuk :
a. pembukuan hak atas tanah yang
bersangkutan dalam buku tanah;
b. pengakuan hak atas tanah;
c. pemberian hak atas tanah
(1)

6. BAB IV Pasal 31,32,33,34,35 PP 24/1997

Pasal 29,30,31,32,33,34,35 PP 24/1997


PASAL 29
(1) hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf dan hak milik atas satuan rumah susun
didaftar dengan embukukanya dalam buku tanah yang memuat data yuridis dan data
fisik bidang tanah yang bersangkutan, dan sepanjang ada surat ukurnya dicatat pula
pada surat ukur tersebut.
(2) Pembukuan dalam buku tanah serta pencatatannya pada surat ukur sebagaimana
dimaksud pada ayat(1) meupakan bukti bahwa hak yang bersangkutan beserta
pemegang haknya dan bidang tanahnya yang diuraikan dalam surat ukur secara
hukum telah di daftar menurut Peraturan Pemerintah ini.
(3) pembukuan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan alat
bukti yang dimaksud dalam Pasal 23 dan berita acara pengesahan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28.

PASAL 30
(1) Atas dasar alat bukti dan berita acara pengesahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
29 ayat(3) hak atas bidang tanah:
a. yang data fisik dan data yuridisnya sudah lengkap dan tidak ada yang
disengketakan, dilakukan pembukuannya dalam buku tanah menurut ketentuan
Pasal 29 ayat (1);
b. yang data fisik atau data yuridisnya belum lengkap dilakukan pembukuannya
dalam buku tanah dengan catatan mengenai hal-hal yang belum lengkap
c. yang data fisik dan atau data yuridisnya disengketakan tetapi tidak diajukan
gugatan ke Pengadilan dilakukan pembukuannya dalam buku tanah dengan
catatan mengenai adanya sengketa tersebut dan kepada pihak yang keberatan
diberitahukan oleh Kepala panitia Ajudikasi untuk pendaftaran tanah secara
sistematik atau Kepala Kantor Pertanahan untuk pendaftaran tanah secara
sporadik untuk mengajukan gugatan ke Pengaidlan mengenai data yang
diselengketakan dalam waktu 60 (enam puluh) hari dalam pendaftaran tanah
secara sistematik dan 90 (sembilan puluh) hari dalam pendaftaran tanah secara
sporadik dihitung sejak disampaikannya pemberitahuan tersebut;
d. yang data fisik dan atau data yuridisnya disengketakan dan diajukan gugatan ke
Pengadilan tetapi tidak ada perintah dari Pengadilan untuk status quo dan tidak
ada putusan penyitaan dari Pengadilan, dilakukan pembukuannya dalam buku
tanah dengan catatan mengenai adanya sengketa tersebut serta hal-hal yang
disengketakan;
e. yang data fisik atau data yuridisnya disengketakan dan diajukan ke Pengadilan
serta ada perintah untuk status quo atau putusan penyitaan dari Pengadilan,
dibukukan dalam buku tanah dengan mengosongkan nama pemegang haknya
dan hal-hal lain yang disengketakan serta mencatat di dalamnya adanya sita atau
perintah status quo tersebut.
(2) Catatan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) huruf b dihapus apabila:
a. telah diserahkan tambahan alat pembuktian yang diperlukan; atau
b. telah lewat waktu 5 (lima) tahun tanpa ada yang mengajukan gugatan ke
Pengadilan mengenai data yang dibukukan.
(3) Catatan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) huruf c dihapus apabila:
a. telah diperoleh penyelesaian secara damai antara pihak-pihak yang bersengketa;
atau
b. diperoleh putusan Pengadilan mengenai sengketa yang bersangkutan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap; atau
c. setelah dalam waktu 60 (enam puluh) hari dalam pendaftaran tanah secara
sitematik dan 90 (sembilan puluh) hari dalam pendaftaran tanah secara sporadik
sejak disampaikan pemberitahuan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat(1)
huruf c tidak diajukan gugatan mengenai sengketa tersebut ke Pengadilan.
(4) Catatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dihapus apabila:
a. telah dicapai penyelesaian secara damai antara pihak-pihak yang bersengketa;
atau
b. diperoleh putusan Pengadilan mengenai sengketa yang bersangkutan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
(5) Penyelesaian pengisian buku tanah dan penghapusan catatan adanya sita atau
perintah status quo sebagaimana dimaksud pada ayat(1) huruf c dilakukan apabila:
a. setelah diperoleh penyelesaian secara damai antara pihak-pihak yang
bersengketa; atau
b. diperoleh putusan Pengadilan mengenai sengketa yang bersangkutan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan pencabutan sita atau status quo
Pengadilan.
PASAL 31
Bagian Keempat Penerbitan Sertifika
(1) Sertifikat diterbitkan untuk kepentingan pemegang hak yang bersangkutan sesuai
dengan data fiik dan data yuridis yang telah didaftar dalam buku tanah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1).
(2) Jika di dalam buku tanah terdapat catatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat
(1) huruf b yang menyangkut data yuridis, atau catatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 30 ayat(1) huruf c, d dan e yang menyangkut data fisik maupun data yuridis
penerbitan sertifikat ditangguhkan sampai catatan yang bersangkutan dihapus.
(3) Sertifikat hanya boleh diserahkan kepada pihak yang namanya tercantum dalam buku
tanah yang bersangkutan sebagai pemegang hak atau kepada pihak lain yang
dikuasakan olehnya.
(4) mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susu kepunyaan bersama
beberapa orang atau badan hukum diterbitkan satu sertifikat, yang diterimakan
kepada salah satu pemegang hak bersama atas penunjukan tertulis para pemegang
hak bersama yang lain.
(5) Mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun kepunyaan bersama
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat diterbitkan sertifikat sebanyak jumlah
pemegang hak bersama untuk diberikan kepada tiap pemegang hak bersama yang
bersangkutan, yang memuat nama serta besarnya bagian masing-masing dari hak
bersama tersebut.
(6) Bentuk, isi, cara pengisian dan penandatanganan sertfikat ditetapkan oleh Menteri
PASAL 32
(1) Sertifikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian
yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya, sepanjang
data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan
buku tanah hak yang bersangkutan.
(2) Dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertifikat secara sah atas nama
orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan itikad baik dan
secara nyata menguasainya, maka pihak lain yang merasa mempunyai hak atas tanah
itu tidak dapat lagi menuntut pelaksanaan hak tersebut apabila dalam waktu 5 (lima)
tahun sejak diterbitkannya sertifikat itu tidak mengajukan keberatan secara tertulis
kepada pemegang sertifikat dan Kepala Kantor Pertanahan yang bersangkutan
ataupun tidak mengajukan gugatan ke Pengadilan mengenai penguasaan tanah atau
penerbitan sertifikat tersebut.

PASAL 33
Bagian Kelima Penyajian Data Fisik Dan Data Yuridis
(1) Dalam rangka penyajian data fisik dan data yuridis, Kantor pertanahan
menyelenggarakan tata usaha pendaftaran tanah dalam daftar umum yang terdiri
dari peta pendaftaran, daftar tanah, surat ukur, buku tanah dan daftar nama.
(2) Bentuk, cara pengisian, penyimpanan, pemeliharaan, dan penggatian peta
pendaftaran, daftar tanah, surat ukur, buku tanah dan daftar nama ditetapkan oleh
Menteri
PASAL 34
(1) Setiap orang yang berkepentingan berhak mengetahui data fisik dan data
yuridis yang tersimpan di dalam peta pendaftaran, daftar tanah, surat ukur
dan buku tanah.
(2) Data fisik dan data yuridis yang tercantum dalam daftar nama hanya terbuka
bagi instansi Pemerintah tertentu untuk keperluan pelaksanaan tugasnya.
(3) Persyaratan dan tata cara untuk memperoleh keterangan mengenai data
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh Menteri.
PASAL 35
Bagian Keenam Penyimpanan Daftar Umum Dan Dokumen
(1) Dokumen-dokumen yang merupakan alat pembuktian yang telah digunakan sebagai
dasar pendaftaran diberi tanda pengenal dan disimpan di kantor Pertanahan yang
bersangkutan atau di tempat lain yang ditetapkan oleh Menteri, sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari daftar umum.
(2) peta pendaftaran, daftar tanah, surat ukur, buku tanah, daftar nama dan dokumen-
dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat(1) harus tetap berada di Kantor
Pertanahan yang bersangkutan atau di tempat lain yang ditetapkan oleh Menteri.
(3) Dengan izin tetulis dari Menteri atau Pejabat yang ditunjuknya dapat diberikan
petikan, salinan atau rekaman dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada
instani lain yang memerlukan untuk pelaksaan tugasnya.
(4) Atas perintah Pengadilan yang sedang mengadili suatu perkara, asli dokumen
sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dibawa oleh Kepala Kantor Pertanahan yang
bersangkutan atau Pejabat yang ditunjuk ke sidang Pengadilan tersebut untuk
diperlihatkan kepada Majelis Hakim dan para pihak yang bersangkutan.
(5) Secara bertahap data pendaftaran tanah disimpan dan disajikan dengan menggunakan
peralatan elektronik dan mikrofilm.
(6) Rekaman dokumen yang dihasilkan alat elektronik atau mikrofilm sebagaimana
dimaksud pada ayat(5) mempunyai kekuatan pembuktian sesudah ditandatangani dan
dibuhui cap dinas oleh Kepala Kantor Pertanahan yang bersangkutan.
(7) Bentuk, cara penyimpanan, penyajian dan penghapusan dokumen-dokumen
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), demikian juga cara penyimpanan
dan penyajian data pendaftaran tanah dengan alat elektronik dan mikrofilm
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan oleh Mentei.
KESIMPULAN

Dari pencermatan kami, PP No. 18 ada 104 pasal, memang tidak banyak yang
mengalami inkonsistensi hanya sedikit pasal disbanding banyak pasal yang menurut saya
sudah mengandung konsistensi baik secara internal maupun vertikal dan horizontal,” PP
No. 18, hanya disandarkan pada UU No.11 Tahun 2020 atau UU Cipta Kerja dan tidak
menyebutkan UUPA sebagai dasar rujukan. Padahal UUPA tetap wajib menjadi rujukan
menutut kami.

Salah satu pertimbangannya, UUPA berisi asas hukum sebagai hukum yang khusus
sedangkan UUCK berkedudukan sebagai hukum yang umum. Konsekuensinya, UUCK
tidak boleh mengandung substans hukum yang bertentangan dengan UUPA & begitu juga
halnya PP No.18 Tahun 2021. Secara formal tampaknya PP No. 18 hanya ingin
ditempatkan sebagai pelaksanaan dari UU Cipta Kerja. Tapi bagaimanapun secara
substansi menurut kami tidak bisa, tetap harus UUPA menjadi rujukan secara substantif.

Inkonsistensi internal pada PP No. 18 yang menimbulkan perbedaan tafsir misalnya


terkait dasar kewenangan pemegang Hak Pengelolaan (HPL) untuk menggunakan dan
memanfaatkan tanah bagi kepentingan dirinya sendiri pada pasal 7 ayat (1) huruf b dan
Pasal 8 ayat (1) huruf a. Selain itu, ada perbedaan ketentuan perpanjangan HGB di atas
tanah negara dengan di atas tanah HPL, yang sama-sama digunakan sebagai tempat
Rusun/Sarusun. Inkonsistensi vertikal yang ditemukan misalnya terkait asal tanah yang
dapat diberikan HPL, pemberian HGU di atas tanah HPL, ketentuan saat lahirnya HGB
dan Hak Pakai di atas Hak Milik, serta kepemilikan HGB oleh Warga Negara Asing.

Namun ada segi positifnya juga, menurut kami PP ini pertama kali merumuskan
tentang ruang lingkup tanah negara secara garis besar. Perumusan yang lebih rinci dan
pengaturan tentang pengelolaan dan pemanfaatannya dapat diatur dalam peraturan Menteri.
Di samping itu, dalam PP No. 18 terdapat penegasan tentang penyelesaian dalam
permasalahan tanah reklamasi dengan atau tanpa izin, pemberian hak atas tanahnya,
keterlanjuran, dan akibat hukumnya.

Meski demikian,PP 18 2021 ini pengakuan terhadap pengakuan masyarakat hukum


adat terlihat masih abu-abu. Sikap terhadap tanah ulayat juga tidak jelas konsepsi dan
tujuannya ketika merumuskan tentang penetapan HPL bagi masyarakat hukum adat.
Penetapan HPL untuk masyarakat hukum adat (MHA) seharusnya tidak perlu dilaksanakan
karena selain tidak pas juga tidak ada dampaknya jika tidak dilaksanakan. Justru hal yang
perlu diatur seperti penetapan keberadaan MHA dalam bentuk Perda yang menunjuk MHA
tertentu atau dalam bentuk SK gubernur/bupati/walikota sesuai kewenangannya dan
mengatur bentuk atau jenis kerugian MHA atas tanah ulayatnya jika diperlukan untuk
kepentingan umum dan bentuk ganti kerugiannya.

Anda mungkin juga menyukai