Anda di halaman 1dari 18

1

MAKALAH
MOTIVASI DALAM BELAJAR
Diajukan untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah
PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Disusun Oleh Kelompok 11 :


1. Anisa Cahyani : 2020. 2557
2. Hikmatul Fadila Putri : 2020. 2572
3. Zahratul Jannah : 2020. 2631

Dosen Pengampu :
Hasnah, M. Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PENGEMBANGAN
ILMU AL-QURAN SUMATERA BARAT
(STAI-PIQ SUMBAR)
2022 M / 1444 H
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................2
C. Tujuan Masalah...............................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................3
A. Pengertian Motivasi.........................................................3
B. Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik.....................................4
C. Fungsi Motivasi Dalam Belajar.......................................4
D. Bentuk - Bentuk Motivasi Dalam Belajar.......................5
E. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar...........................12
BAB III PENUTUP............................................................................15
A. Kesimpulan .............................................................................15
B. Kritik dan Saran.......................................................................15
DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Motivasi merupakan suatu penggerak dari dalam hati seseorang untuk
melakukan atau mencapai suatu tujuan. Motivasi akan memberikan keinginan dan
dorongan maksimal. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan
untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain,
motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang
mempunyai motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh
kesuksesan dalam kehidupan. Motivasi dapat berupa motivasi intrinsik dan
ekstrinsik. Hal tersebut didasarkan pada datangnya penyebab suatu tindakan.
Tindakan yang digerakkan oleh suatu sebab yang datang dari dalam individu
disebut tindakan yang bermotif intrinsik, sedangkan tindakan yang digerakkan
oleh suatu sebab yang datang dari luar diri individu disebut tindakan yang
bermotif ekstrinsik.
Anak adalah pemberian dari Allah Swt, pemberian ini merupakan amanah.
Setiap anak diberi bekal kecerdasan dan kemampuan yang berbedabeda oleh
Allah Swt. Pada prinsipnya jiwa, akal, hati anak, bagaikan selembar kertas putih
yang belum tergores oleh apapun. Orang tuanyalah yang menuliskan dan
menggambar kepribadian anak tersebut. Oleh karena itu, setiap orang tua muslim,
yang dikaruniai anak harus berusaha mengarahkan anaknya agar tetap terjaga
fitrahnya, yaitu tetap terjaga tauhid atau keIslamannya.
Seorang anak mempunyai dwi kepribadian, yaitu bisa menjadi baik dan
buruk. Baik buruknya anak itu sangat berkaitan erat dengan pembinaan dan
pendidikan agama Islam dalam keluarga, masyarakat, lembaga pendidikan agama
dan sosial Anak juga merupakan tumpuan harapan orang tua dan bangsa di masa
yang akan datang. Oleh karena itu, sebaiknya orang tua memberikan pendidikan
yang terbaik untuk masa depan anaknya. Para orang tua muslim dituntut untuk
berusaha membekali anak dengan pendidikan islam yang baik dan benar.
Pendidikan yang baik akan memberikan dampak yang baik pula bagi anak.
Dalam hal ini, orang tua sangat berperan penting untuk membimbing, memotivasi

1
dan mengarahkan anaknya menjadi anak yang sholih dan sholihah, serta mampu
memberikan kontribusi yang baik bagi lingkungan sekitarnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan motivasi?
2. Apa itu motivasi intrinsik dan ekstrinsik?
3. Apa fungsi motivasi dalam belajar?
4. Apa bentuk-bentuk motivasi dalam belajar?
5. Apa upaya meningkatkan motivasi dalam belajar?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui maksud dengan motivasi
2. Untuk mengetahui motivasi intrinsik dan ekstrinsik
3. Untuk mengetahui fungsi motivasi dalam belajar
4. Untuk mengetahui bentuk-bentuk motivasi dalam belajar
5. Untuk mengetahui upaya meningkatkan motivasi dalam belajar

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Motivasi
Istilah motivasi berasal dari bahasa latin yaitu kata movere yang berarti
bergerak. Dalam konteks sekarang motivasi dapat didefinisikan sebagai proses
psikologi yang menghasilkan suatu intensitas, arah dan ketekunan individual
dalam usaha untuk mencapai suatu tujuan.1
Motivasi adalah suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri
seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu.
Mc. Donald mengatakan bahwa, Motivasi adalah suatu perubahan energi
di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan
reaksi untuk mencapai tujuan. Perubahan energi dalam diri seseorang itu
berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik. Karena seseorang
mempunyai tujuan tertentu dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai
motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia
lakukan untuk mencapainya. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan,
sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin
melakukan aktivitas belajar.
Menurut Maslow tingkah laku manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh
kebutuhan-kebutuhan tertentu, seperti kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta,
penghargaan aktualisasi diri, mengetahui dan mengerti, dan kebutuhan estetik.
Kebutuhan ini mampu memotivasi tingkah laku individu.2
Menurut Robbin motivasi adalah kemauan untuk mengerjakan sesuatu.
Kemauan tersebut nampak pada usaha seseorang untuk mengerjakan sesuatu,
namun motivasi bukan perilaku. Motivasi merupakan proses internal yang
kompleks yang tak bisa diamati secara langsung, melainkan bisa di pahami
melalui kerasnya seseorang dalam mengerjakan sesuatu.3

1
Wardan, diny kristianty,(2016),psikologi pendidikan islam, (bandung:Cv.CONFIDENT),
cet.2 ,h.99
2
Djamarah, syaiful bahri,(2008),psikologi belajar,(jakarta:PT RINEKA CIPTA),h.148-149
3
Makmun khairani,(2017),psikologi belajar,(yogyakarta:Aswaja Pressindo),h.176

3
B. Motivasi Instrinsik dan Ekstrinsik
Motivasi dapat dilihat dari dua sudut pandang, yakni motivasi yang
berasal dari dalam diri pribadi seseorang yang disebut "motivasi intrinsik" dan
motivasi yang berasal dari luar diri seseorang yang disebut "motivasi ekstrinsik".
1. Motivasi instrinsik yaitu motif-motif yang dapat berfungsi tanpa harus
dirangsang dari luar. Seseorang melakukan sesuatu karena ingin
melakukannya. Misalnya, orang yang gemar membaca tanpa ada yang
mendorongnya, ia akan mencari sendiri buku- buku untuk dibacanya; orang
yang rajin dan bertanggung jawab tanpa usah menunggu komando, sudah
belajar dengan sebaik- baiknya.4
2. Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang datang karena adanya perangsangan
dari luar, seperti seorang mahasiswa rajin belajar karena akan ujian. Motivasi
ekstrinsik ini juga dapat diartikan sebagai motivasi yang pendorongnya tidak
ada hubungannya dengan nilai yang terkandung dalam tujuan pekerjaannya.
Seperti seorang mahasiswa mau mengerjakan tugas karena takut pada dosen.5

C. Fungsi Motivasi Dalam Belajar


1. Motivasi sebagai pendorong perbuatan
Pada mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena
ada sesuatu yang dicari muncullah minatnya untuk belajar. Sesuatu yang akan
dicari itu dalam rangka untuk memuaskan rasa ingin tahunya dari sesuatu yang
akan dipelajari. Sesuatu yang belum diketahui itu akhirnya mendorong anak
didik untuk belajar dalam rangka mencari tahu. Anak didik pun mengambil
sikap seiring dengan minat terhadap suatu objek. Di sini, anak didik mempunyai
keyakinan dan pendirian tentang apa yang seharusnya dilakukan untuk mencari
tahu tentang sesuatu. Sikap itulah yang mendasari dan mendorong ke arah
sejumlah perbuatan dalam belajar. Jadi, motivasi yang berfungsi sebagai
pendorong ini mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik ambil
dalam rangka belajar.

4
Alex sobur,(2003),psikologi umum,(bandung:PUSTAKA SETIA),h.201
5
Shaleh, abdul rahman,(2004),PSIKOLOGI: suatu pengantar dalam perspektif islam,
(jakarta:KENCANA PRENADA GROUP), cet.4, h.149

4
2. Motivasi sebagai penggerak perbuatan
Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap anak didik itu
merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian terjelma dalam
bentuk gerakan psikofisik. Di sini anak didik sudah melakukan aktivitas belajar
dengan segenap jiwa dan raga. Akal pikiran berproses dengan sikap raga yang
cenderung tunduk dengan kehendak perbuatan belajar. Sikap berada dalam
kepastian perbuatan dan akal pikiran mencoba membedah nilai yang terpatri
dalam wacana, prinsip, dalil, dan hukum, sehingga mengerti betul isi yang
dikandungnya.

3. Motivasi sebagai pengarah perbuatan


Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana
perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan. Seorang
anak didik yang ingin mendapatkan sesuatu dari suatu mata pelajaran tertentu,
tidak mungkin dipaksakan untuk mempelajari mata pelajaran yang lain. Pasti
anak didik akan mempelajari mata pelajaran di mana tersimpan sesuatu yang
akan dicari itu. Sesuatu yang akan dicari anak didik merupakan tujuan belajar
yang akan dicapainya. Tujuan belajar itulah sebagai pengarah yang memberikan
motivasi kepada anak didik dalam belajar. Dengan tekun anak didik belajar.
Dengan penuh konsentrasi anak didik belajar agar tujuannya mencari sesuatu
yang ingin diketahui/dimengerti itu cepat tercapai. Segala sesuatu yang
mengganggu pikirannya dan dapat membuyarkan konsentrasinya diusahakan
disingkirkan jauh-jauh. Itulah peranian motivasi yang dapat mengarahkan
perbuatan anak didik dalam belajar.6

D. Bentuk - Bentuk Motivasi Dalam Belajar


1. Memberi angka
Angka dimaksud adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil aktivitas
belajar anak didik. Angka yang diberikan kepada setiap anak didik biasanya
bervariasi, sesuai hasil ulangan yang telah mereka peroleh dari hasil penilaian
guru, bukan karena belas kasihan guru. Angka merupakan alat motivasi yang
cukup memberikan rangsangan kepada anak didik untuk mempertahankan atau
bahkan lebih meningkatkan prestasi belajar mereka di masa mendatang. Angka
6
Djamarah, syaiful bahri,(2008),psikologi belajar(,jakarta:PT RINEKA CIPTA),h.156

5
ini biasanya terdapat dalam buku rapor sesuai jumlah mata pelajaran yang
diprogramkan dalam kurikulum.
Angka atau nilai yang baik mempunyai potensi yang besar untuk
memberikan motivasi kepada anak didik lebih giat belajar. Apalagi bila angka
yang diperoleh oleh anak didik lebih tinggi dari anak didik lainnya. Namun,
guru harus menyadari bahwa angka/nilai bukanlah merupakan hasil belajar
yang sejati, hasil belajar yang bermakna, karena hasil belajar seperti itu lebih
menyentuh aspek kognitif. Bisa saja nilai itu bertentangan dengan afektif anak
didik. Untuk itu guru perlu memberikan angka/nilai yang menyentuh aspek
afektif dan keterampilan yang diperlihatkan anak didik dalam
pergaulan/kehidupan sehari-hari. Penilaian harus juga diarahkan pada aspek
kepribadian anak didik dengan cara mengamati kehidupan anak didik di
sekolah, tidak hanya semata-mata berpedoman pada hasil ulangan di kelas, baik
dalam bentuk formatif atau sumatif.

2. Hadiah
Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai
penghargaan atau kenang-kenangan/cenderamata. Hadiah yang diberikan
kepada orang lain bisa berupa apa saja, tergantung dari keinginan pemberi.
Atau bisa juga disesuaikan dengan prestasi yang dicapai oleh seseorang.
Penerima hadiah tidak tergantung dari jabatan, profesi, dan usia seseorang.
Semua orang berhak menerima hadiah dari seseorang dengan motif-motif
tertentu.
Dalam dunia pendidikan, hadiah bisa dijadikan sebagai alat motivasi.
Hadiah dapat diberikan kepada anak didik yang berprestasi tinggi, ranking satu,
dua atau tiga dari anak didik lainnya. Dalam pendidikan modern, anak didik
yang berprestasi tertinggi memperoleh predikat sebagai anak didik teladan dan
untuk perguruan tinggi/ universitas disebut sebagai mahasiswa teladan. Sebagai
penghargaan atas prestasi mereka dalam belajar, uang beasiswa Supersemar pun
mereka terima setiap bulan dengan jumlah dan jangka waktu yang ditentukan.
Hadiah berupa uang beasiswa Supersemar diberikan adalah untuk memotivasi
anak didik/mahasiswa agar senantiasa mempertahankan prestasi belajar selama
berstudi. Kepentingan lainnya adalah untuk membantu anak-anak atau
mahasiswa yang berprestasi dalam segala hal, tetapi termasuk kelompok anak

6
dengan latar belakang ekonomi orang tua mereka yang lemah, sehingga bila
tidak dibantu berupa uang beasiswa Supersemar, studi mereka akan kandas di
tengah perjalanan atau gagal sama sekali.

3. Kompetensi
Kompetisi adalah persaingan, dapat digunakan sebagai alat motivasi
untuk mendorong anak didik agar mereka bergairah belajar. Persaingan, baik
dalam bentuk individu maupun kelompok diperlukan dalam pendidikan.
Kondisi ini bisa dimanfaatkan untuk menjadikan proses interaksi belajar
mengajar yang kondusif. Untuk menciptakan suasana yang demikian, metode
mengajar memegang peranan. Guru bisa membentuk anak didik ke dalam
beberapa kelompok belajar di kelas, ketika pelajaran sedang berlangsung.
Semua anak didik dilibatkan ke dalam suasana belajar. Guru bertindak sebagai
fasilitator, sementara setiap anak didik aktif belajar sebagai subjek yang
memiliki tujuan. Anggota kelompok untuk setiap kelompok belajar jangan
terlalu banyak karena hal itu kurang efektif. Iklim kelas yang kreatif dan
didukung dengan anak didik yang haus ilmu sangat potensial menciptakan
masyarakat belajar di kelas. Kompetisi yang sehat pun berlangsung di kalangan
anak didik; jauh dari sifat malas dan kemunafikan. Tidak ada lagi beredar isu
tugas selesai karena nyontek di kalangan pelajar.

4. Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada anak didik agar merasakan pentingnya
tugas dan menerimanya sebagai suatu tantangan sehingga bekerja keras dengan
mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang
cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk
mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas
dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri. Begitu juga dengan anak
didik sebagai subjek belajar. Anak didik akan belajar dengan keras bisa jadi
karena harga dirinya.
Sebagai makhluk yang berakal, anak didik pasti menjaga harga dirinya.
Dia rela mempertaruhkan harga dirinya bila dicemooh, diejek, atau dihina.
Meski hasil pekerjaan karena ketidak jujuran, tetapi anak didik tidak mau
dikatakan sebagai anak didik yang suka "nyontek". Gelar ini menyudutkan anak

7
didik. Harga dirinya dipermalukan di depan kawan-kawannya. Usaha nyontek
yang dilakukan anak didik selain menutupi ketidak berdayaanya atau
kelengahannya dalam menyelesaikan tugas, juga sebagai langkah
mengamankan diri dari sanksi yang dijanjikan guru atau untuk menutupi harga
diri dari rasa malu.
Kejahiliyahan yang dilakukan. oleh anak didik itu disebabkan pada
dirinya belum tumbuh kesadaran akan pentingnya tugas dan menerimanya
sebagai tantangan yang baik, sehingga tidak mau bekerja keras dengan
mempertaruhkan harga dirinya demi keberhasilan belajar. Perilaku anak didik
yang demikian memang harus dihilangkan dengan menyediakan lingkungan
belajar yang kondusif dan kreatif. Lingkungan kelas dengan suasana belajar
yang jujur sangat mendukung lahirnya sikap belajar yang positif bagi anak
didik. Tidak ada celah bagi anak didik untuk berbuat tidak jujur.

5. Memberi ulangan
Ulangan bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Anak didik biasanya
mempersiapkan diri dengan belajar jauh-jauh hari untuk menghadapi ulangan.
Berbagai usaha dan teknik bagaimana agar dapat menguasai semua bahan
pelajaran anak didik lakukan sedini mungkin sehingga memudahkan mereka
untuk menjawab setiap item soal yang diajukan ketika pelaksanaan ulangan
berlangsung, sesuai dengan interval waktu yang diberikan.
Oleh karena itu, ulangan merupakan strategi yang cukup baik untuk
memotivasi anak didik agar lebih giat belajar. Namun demikian, ulangan tidak
selamanya dapat digunakan sebagai alat motivasi. Ulangan yang guru lakukan
setiap hari dengan tak terprogram, hanya karena selera, akan membosankan
anak didik. Anak didik merasa jenuh dengan ulangan yang diberikan setiap hari.
Kondisi seperti itu menyebabkan perubahan sikap anak didik yang kurang baik,
anak didik bukan giat belajar, tetapi malas belajar, yang disebabkan merasa
bosan dengan soal-soal yang diberikan. Lebih fatal lagi bila ulangan itu
dianggap anak didik sebagai momok yang menakutkan. Ulangan akan menjadi
alat motivasi bila dilakukan secara akurat dengan teknik dan strategi yang
sistematis dan terencana.

6. Mengetahui hasil

8
Mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Dengan
mengetahui hasil, anak didik terdorong untuk belajar lebih giat. Apalagi bila
hasil belajar itu mengalami kemajuan, anak didik berusaha untuk
mempertahankannya atau bahkan meningkatkan intensitas belajarnya guna
mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik di kemudian hari atau pada
semester atau catur wulan berikutnya. Bagi anak didik yang menyadari betapa
besarnya nilai sebuah prestasi belajar akan meningkatkan intensitas belajarnya
guna mendapatkan prestasi belajar yang melebihi prestasi belajar yang
diketahui sebelumnya.
Prestasi belajar yang rendah menjadikan anak didik giat belajar untuk
memperbaikinya. Sikap seperti itu bisa terjadi bila anak didik merasa rugi
mendapat prestasi belajar yang tidak sesuai dengan harapan. Mungkin juga anak
didik frustasi dengan nilai yang rendah itu, sehingga malas belajar. Tetapi
dengan sikap anak didik yang siap menerima prestasi belajar yang rendah.
disebabkan kesalahan belajar, dia akan berjiwa besar dan berusaha
memperbaikinya dengan belajar lebih optimal, bukan asal-asalan.

7. Pujian
Pujian yang diucapkan pada waktu yang tepat dapat dijadikan sebagai
alat motivasi. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus
merupakan motivasi yang baik. Guru bisa memanfaatkan pujian untuk memuji
keberhasilan anak didik dalam mengerjakan pekerjaan di sekolah. Pujian
diberikan sesuai dengan hasil kerja, bukan dibuat-buat atau bertentangan sama
sekali dengan hasil kerja anak didiK.
Seorang yang senang dipuji atas hasil pekerjaan yang telah mereka
selesaikan. Dengan pujian yang diberikan akan membesarkan jiwa seseorang.
Dia akan lebih bergairah mengerjakannya. Demikian juga dengan anak didik,
akan lebih bergairah belajar bila hasil pekerjaannya dipuji dan diperhatikan.
Banyak anak didik yang iri terhadap anak didik tertentu yang lebih banyak
mendapat pujian dan perhatian ekstra dari guru. Mereka malas belajar karena
menganggap guru pilih kasih dalam melampiaskan kasih sayang. Sikap negatif
anak didik ini harus diredam dengan menempatkan anak didik secara
proporsional. Pujian harus diberikan secara merata kepada anak didik sebagai
inidividu, bukan kepada yang cantik atau yang pintar. Dengan begitu anak didik

9
tidak antipati terhadap guru, tetapi merupakan figur yang disenangi dan
dikagumi.

8. Hukuman
Meski hukuman sebagai reinforcement yang negatif, tetapi bila
dilakukan dengan tepat dan bijak akan merupakan alat motivasi yang baik dan
efektif. Hukuman akan merupakan alat motivasi bila dilakukan dengan
pendekatan edukatif, bukan karena dendam. Pendekatan edukatif dimaksud di
sini sebagai hukuman yang mendidik dan bertujuan memperbaiki sikap dan
perbuatan anak didik yang dianggap salah. Sehingga dengan hukuman yang
diberikan itu anak didik tidak mengulangi kesalahan atau pelanggaran. Minimal
mengurangi frekuensi pelanggaran. Akan lebih baik bila anak didik berhenti
melakukannya di hari mendatang.
Sanksi berupa hukuman yang diberikan kepada anak didik melanggar
peraturan atau tata tertib sekolah dapat menjadi alat yang motivasi dalam
rangka meningkatkan prestasi belajar. Asalkan hukuman yang mendidik dan
sesuai dengan berat ringannya pelanggaran. Hukuman yang tak mendidik
misalnya memukul anak didik yang terlambat masuk kelas hingga luka,
menjewer telinga anak didik yang tidak mengerjakan tugas hingga menangis,
dan tindakan lainnya. Tindakan ini kurang bijaksana dalam pendidikan. Karena
tindakan itu berpotensi mendatangkan permusuhan dan kebencian anak didik
terhadap guru. Konsekuensinya, prestasi belajar untuk mata pelajaran yang
dipegang oleh guru yang pernah memukul anak itu menjadi rendah, karena anak
didik telah membenci, baik guru maupun mata pelajaran yang dipegangnya.
Oleh karena itu, hukuman hanya diberikan oleh guru dalam konteks
mendidik seperti memberikan hukuman berupa menbersihkan kelas, menyiangi
rumput di halaman sekolah, membuat resume atau ringkasan, menghafal sebuah
atau beberapa ayat Alquran, menghafal beberapa kosa kata bahasa Arab atau
bahasa Inggris, atau apa saja dengan tujuan mendidik.

9. Hasrat untuk belajar


Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk
belajar. Hal ini akan lebih baik bila dibandingkan dengan segala kegiatan tanpa
maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada

10
motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik
daripada anak didik yang tak berhasrat untuk belajar.
Hasrat untuk belajar merupakan potensi yang tersedia di dalam diri anak
didik. Potensi itu harus ditumbuh suburkan dengan menyediakan lingkungan
belajar yang kreatif sebagai pendukung utamanya. Motivasi ekstrinsik sangat
diperlukan di sini, agar hasrat untuk belajar itu menjelma menjadi perilaku
belajar.Diakui, hasrat untuk belajar adalah gejala psikologis yang tidak berdiri
sendiri, tetapi berhubungan dengan kebutuhan anak didik untuk mengetahui
sesuatu dari objek yang akan dipelajarinya. Kebutuhan itulah yang menjadi
dasar aktivitas anak didik dalam belajar. Tiada kebutuhan berarti tidak ada
hasrat untuk belajar. Itu sama saja tak ada minat untuk belajar.

10. Minat
Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu
aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang.
Dengan kata lain, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada
suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri.
Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.
Minat tidak hanya diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan
bahwa anak didik lebih menyukai sesuatu daripada yang lainnya, tetapi dapat
juga diimplementasikan melalui partisipasi aktif dalam suatu kegiatan. Anak
didik yang berminat terhadap sesuatu cenderung untuk memberikan perhatian
yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminati itu dan sama sekali tak
menghiraukan sesuatu yang lain.

11. Tujuan yang diakui


Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh anak didik
merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan
yang harus dicapai, dirasakan anak sangat berguna dan menguntungkan,
sehingga menimbulkan gairah untuk terus belajar.
Tujuan pengajaran yang akan dicapai sebaiknya guru beritahukan
kepada anak didik, sehingga anak didik dapat memberikan alternatif tentang

11
pilihan tingkah laku yang mana yang harus diambil guna menunjang
tercapainya rumusan tujuan pengajaran. Anak didia berusaha mendengarkan
penjelasan guru atau tugas yang akan diselesaikan oleh anak didik untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perilaku anak didik jelas dan terarah
tanpa ada penyimpangan yang berarti.7

E. Upaya Meningkatkan Motivasi Dalam Belajar


Tyson dan Carroll (1970) mengatakan: One of the most common problems
encountered by teachers involves motivating the student to learn. Too frequently
the teacher finds himself confronted with a student who will not become an active
participant in the proces or education, who will not enter the arena of learning
and engage in the instructional dialogue, and who will not focus his mind on the
problem or goal under counsideration in the classroom. Such a student merits the
teacher's concern. To the degree that a student is motivated to learn, it is likely
that he will learn. By the same token, to the degree that a student is not motivated
to learn, it is unlikely he will do so.
Pernyataan kedua tokoh di atas memang beralasan, karena kenyataannya
ada di antara anak didik yang tidak termotivasi untuk belajar atau tidak terlibat
secara aktif dalam kegiatan pengajaran di kelas. Sebagian besar anak didik aktif
belajar bersama dan sebagian kecil anak didik dengan berbagai sikap dan perilaku
yang terlepas dari kegiatan belajar di kelas. Kedua kegiatan anak didik yang
bertentangan ini sebagai gambaran suasana kelas yang kurang kondusif. Guru
tidak harus tinggal diam bila ada anak didik yang tidak terlibat langsung dalam
belajar bersama. Perhatian harus lebih diarahkan kepada mereka. Usaha perbaikan
harus dilaksanakan agar mereka bergairah belajar.
Menurut De Decce dan Grawford (1974) ada empat fungsi guru sebagai
pengajar yang berhubungan dengan cara pemeliharaan dan peningkatan motivasi
belajar anak didik, yaitu guru harus dapat menggairahkan anak didik, memberikan
harapan yang realistis, memberikan insentif, dan mengarahkan perilaku anak
didik ke arah yang menunjang tercapainya tujuan pengajaran.
1. Menggairahkan Anak Didik
Dalam kegiatan rutin di kelas sehari-hari guru harus berusaha
menghindari hal-hal yang monoton dan membosankan. Ia harus selalu
7
Djamarah, syaiful bahri,(2008),psikologi belajar(,jakarta:PT RINEKA CIPTA),h 159-168

12
memberikan kepada anak didik cukup banyak hal-hal yang perlu dipikirkan dan
dilakukan. Guru harus memelihara minat anak didik dalam belajar, yaitu
dengan memberikan kebebasan tertentu untuk berpindah dari satu aspek ke lain
aspek pelajaran dalam situasi belajar. Discovery learning dan metode sumbang
saran (brain storming) memberikan kebebasan semacam ini. Untuk dapat
meningkatkan kegairahan anak didik, guru harus mempunyai pengetahuan yang
cukup mengenai disposisi awal setiap anak didiknya.

2. Memberikan harapan realitas


Guru harus memelihara harapan-harapan anak didik yang realistis dan
memodifikasi harapan-harapan yang kurang atau tidak realistis. Untuk itu guru
perlu memiliki pengetahuan yang cukup mengenai keberhasilan atau kegagalan
akademis setiap anak didik di masa lalu. Dengan demikian, guru dapat
membedakan antara harapan-harapan yang realistis, pesimistis, atau terlalu
optimis. Bila anak didik telah banyak mengalami kegagalan, maka guru harus
memberikan sebanyak mungkin keberhasilan kepada anak didik.
Harapan yang diberikan tentu saja terjangkau dan dengan pertimbangan
yang matang. Harapan yang tidak realistis adalah kebohongan dan itu yang tak
disenangi oleh anak didik. Jadi, jangan coba-coba menjual harapan munafik bila
tidak ingin dirugikan oleh anak didik.

3. Memberikan insentif
Bila anak didik mengalami keberhasilan, guru diharapkan memberikan
hadiah kepada anak didik (dapat berupa pujian, angka yang baik, dan
sebagainya) atas keberhasilannya, sehingga anak didik terdorong untuk
melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Bentuk-
bentuk motivasi belajar sebagaimana diuraikan di depan merupakan motivasi
ekstrinsik, di mana masalah hadiah dan pujian, dan memberi angka telah
dibahas lebih mendalam.. Insentif yang demikian diakui keampuhannya untuk
membangkitkan motivasi secara signifikan.

4. Mangarahkan perilaku anak didik


Mengarahkan perilaku anak didik adalah tugas guru. Di sini kepada guru
dituntut untuk memberikan respons terhadap anak didik yang tak terlibat

13
langsung dalam kegiatan belajar di kelas. Anak didik yang diam, yang membuat
keributan, yang berbicara semaunya, dan sebagainya harus diberikan teguran
secara arif dan bijaksana. Usaha menghentikan perilaku anak didik yang negatif
dengan memberi galar yang tidak baik adalah kurang manusiawi. Jangankan
anak didik, guru pasti tidak senang diberi gelar yang tidak baik. Jadi, cara
mengarahkan perilaku anak didik adalah dengan memberikan penugasan,
bergerak mendekati, memberikan hukuman yang mendidik, menegur dengan
sikap lemah lembut dan dengan perkataan yang ramah dan baik.
Seperti dikutip oleh Gage dan Berliner (1979), French dan Raven (1959)
menyarankan sejumlah cara meningkatkan motivasi anak didik tanpa harus
melakukan reorganisasi kelas secara besar besaran8

8
Djamarah, syaiful bahri,(2008),psikologi belajar(,jakarta:PT RINEKA CIPTA),h.168-170

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Istilah motivasi berasal dari bahasa latin yaitu kata movere yang berarti
bergerak. Dalam konteks sekarang motivasi dapat didefinisikan sebagai proses
psikologi yang menghasilkan suatu intensitas, arah dan ketekunan individual
dalam usaha untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi instrinsik yaitu motif-motif
yang dapat berfungsi tanpa harus dirangsang dari luar sedangkan Motivasi
ekstrinsik yaitu motivasi yang datang karena adanya perangsangan dari luar.
Fungsi motivasi dalam belajar adalah motivasi sebagai pendorong perbuatan,
motivasi sebagai penggerak perbuatan dan motivasi sebagai pengarah perbuatan.
Bentuk-bentuk motivasi dalam belajar adalah memberi angka, hadiah,
kompetensi, Ego-involvement, memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian,
hukuman , hasrat dalam belajar, minat dan tujuan diakui. Upaya meningkatkan
motivasi dalam belajar adalah

B. Kritik dan saran


Penulis menyadari ada kekurangan pada makalah ini. Oleh sebab itu,
kritik dan saran senantiasa diharapkan demi perbaikan makalah yang lebih baik
kedepannya. Penulis juga berharap semoga makalah ini mampu memberikan
pengetahuan tentang motivasi,motivasi instrinsik dan ekstrinsik, fungsi motivasi
dalam belajar, bentuk-bentuk motivasi dalam belajar dan upaya meningkatkan
motivasi dalam belajar.

15
DAFTAR PUSTAKA

Alex sobur,(2003),psikologi umum,(bandung:PUSTAKA SETIA)

Djamarah, syaiful bahri,(2008),psikologi belajar(,jakarta:PT RINEKA CIPTA)

Makmun khairani,(2017),psikologi belajar,(yogyakarta:Aswaja Pressindo)

Shaleh, abdul rahman,(2004),PSIKOLOGI: suatu pengantar dalam perspektif islam,


(jakarta:KENCANA PRENADA GROUP)

Wardan, diny kristianty, (2016), psikologi pendidikan islam, (bandung:


Cv.CONFIDENT)

Anda mungkin juga menyukai