Anda di halaman 1dari 12

AKHLAK

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Agama Islam

Dosen Pengampuh: Drs.Nurul Ichsan, SH, M.A

Disusun Oleh :

Aldo Arrohim ( 22051001 )


Tari Rizliyanti ( 22051026 )
Citra Syalsabila ( 22051012 )
Kelas :
2 C Pendidikan Matematika

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ASAHAN
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas segala limpah rahmat-
Nya dan karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari makalah ini adalah
“Akhlak“.

Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dosen mata kuliah pengembangan karakter yang telah memberi tugas kepada saya.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak atas dukungan dan perhatian serta
bimbingan baik dari pembimbing, keluarga, dan teman-teman sekalian penyusunan makalah
ini tidak dapat berjalan dengan baik.

Pada penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang dimiliki penulis. Saya jauh dari
sempurna dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang sesungguhnya. Oleh karena
itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran yang membangun
senantiasa saya harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi kami pada khususnya dan
pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Kisaran, Mei 2023

Penulis,

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................II
DAFTAR ISI........................................................................................................................................III
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................................1
BAB II...................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
A. Pengertian Akhlak.....................................................................................................................2
B. Pembagian Akhlak.....................................................................................................................2
C. Macam – Macam Akhlak...........................................................................................................2
a. Akhlak Terpuji (akhlak mahmudah).......................................................................................2
b. Akhlak Tercela (akhlaq madzmumah)....................................................................................6
BAB III..................................................................................................................................................9
PENUTUP.............................................................................................................................................9
A. Kesimpulan................................................................................................................................9
B. Saran..........................................................................................................................................9

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Membahas tentang akhlak, tidak pernah lepas dari perilaku manusia. Karena
akhlak sudah ada sejak manusia itu di lahirkan. Mulai dari manusia yang pertama kali,
yaitu Nabi Adam AS sampei sekarang ini. Baik buruknya akhlak seseorang akan
terlihat dari bagaiman perilaku mereka. Tentunya akhlak seseorang akan
mempengaruhi kedudukan mereka dalam masyarakat luas serta di hadapan Allah
SAW.Karena akhlak sudah ada sejak manusia pertama kali, yaitu Nabi Adam AS.
Tentu akhlak memiliki sejarah yang luar biasa. Pertumbuhan dan perkembangannya
pun tentu sangat menarik untuk kita pelajari. Mulai dari hubungan akhlak dengan
ilmu lain, akhlak periode arab samapai akhlak periode abad modern. Di mana
memiliki pemikir-pemikir yang berbeda setiap perkembangannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Akhlak ?
2. Apa Saja Pembagian Akhlak?
3. Apa Saja Macam-Macam Akhlak ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk MengetahuiPengertian Akhlak.
2. Untuk MengetahuiPembagian Akhlak.
3. Untuk MengetahuiMacam-Macam Akhlak.

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab, bentuk jamak dari khuluqun yang berarti budi
pekerti, sopan santun, atau tata krama. Sedangkan menurut istilah akhlak adalah sifat
yang tertanam didalam diri kita yang mendorong untuk melakukan perbuatan dengan
mudah tanpa perlu berfikir dan pertimbangan terlebih dahulu.

B. Pembagian Akhlak
1. Akhlak Falsafi atau akhlak teoritik yaitu akhlak yang menggali kandungan al-
qur’an dan As-sunnah secara mendalam,rasional untuk dirumuskan sebagai teori
dalam bertindak.
2. Akhlak Amali atau akhlak praktis yaitu dalam arti yang sebenarnya, berupa
perbuatan, sedikit bicara dan banyak bekerja.
3. Akhlak fardhi atau akhlak individu, yaitu perbuatan seseorang manusia yang tidak
terkait dengan orang lain.
4. Akhlak Ijtima’i atau akhlak jamaah, yaitu tindakan yang disepakati secara bersama-
sama,misalnya akhlak organisasi, akhlak partai politik, akhlak masyarakat yang
normatif, dan akhlak yang merujuk pada adat kebiasaan.

C. Macam – Macam Akhlak


Berdasarkan sifatnya, akhlak dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu akhlak terpuji
(akhlak mahmudah) dan akhlak tercela (akhlak madzmumah). Adapun penjelasan dan
macam-macam akhlak terpuji dan akhlak tercela adalah sebagai berikut:

a. Akhlak Terpuji (akhlak mahmudah)

Akhlak terpuji merupakan terjemahan dari ungkapan bahasa Arab, akhlaq mahmudah.
Mahmudah merupakan bentuk maf’ul dari kata hamida yang berarti “dipuji”. Akhlak
terpuji disebut pula dengan akhlak karimah (akhlak mulia), atau makarim al-akhlaq
(akhlaq mulia), atau akhlaq al-munjiyat (akhlak yang menyelamatkan pelakunya).1
1. Akhlak Terhadap Allah SWT
1
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf,( Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2010), hlm.38.

2
1) Menauhidkan Allah SWT
Yaitu pengakuan bahwa Allah SWT satu-satunya yang memiliki sifat rubbubiyah
(Allallah yang mencipta, memiliki, mengatur, memberi, mengkehendaki dll) dan
uluhiyyah (mengimani Allah SWT sebagai satu-satunya yang disembah), serta
kesempurnaan nama dan sifat-Nya.
2) Berbaik Sangka (Husnu zhann)
Berbaik sangka terhadap keputusan Allah SWT merupakan salah satu akhlak terpuji
kepada-Nya. Di antara cirri akhlak terpuji ini adalah ketaatan yang sungguh-sungguh
kepadanya. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW :
“Janganlah salah seorang diantara kalian meninggal, melainkan dia berbaik
sangkaterhadap Rabbnya.” (HR. Muslim)
3) Zikrullah
Mengingat Allah (Zikrullah) adalah asas dari setiap ibadah kepada Allah SWT. karena
pertanda hubungan antara hamba dan pencipta pada sitiap saat dan tempat.
4) Tawakal
Hakikat tawakal adalah menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT.
membersihkannya dari ikhtiar yang keliru, dan tetap menapaki kawasan-kawasan
hokum dan ketentuan. Tawakal merupakan gambaran keteguhan hati dalam
menggantungkan diri hanya kepada Allah SWT.

2. Akhlak terhadap Diri Sendiri

1) Sabar
Sabar adalah menahan diri dari dorongan hawa nafsu demi menggapai keridhoan
Tuhannya dan menggantinya dengan bersungguh-sungguh menjalani cobaan-
cobaan Allah swt. terhadapnya. Sabar terbagi menjadi tiga, yakni sabar dari
maksiat (bersabar diri untuk tidak melakukan hal yang dilarang agama), sabar
karena taat kepada Allah swt (sabar untuk tetap melaksanakan perintah Allah dan
menjauhi larangannya) dan sabar karena musibah yakni ketika ditimpa
kemalangan, ujian serta cobaan dari Allah.
2) Syukur
3
Syukur merupakan sikap seseorang untuk tidak menggunakan nikmat yang
diberikan oleh Allah swt dalam melakukan maksiat kepada-Nya. Bentuk syukur
terhadap nikmat Allah swt adalah dengan jalan mempergunakan nikmat tersebut
dengan sebaik-baiknya.
Apabila kita sudah mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT
berarti kita telah berskukur kepada-Nya sebagai pencipta. Semakin banyak kita
bersyukur, maka semakin banyak pula nikmmat yang akan kita terima.
3) Menunaikan Amanah
Amanah secara bahasa adalah kesetiaan, ketulusan hati, kepercayaan atau
kejujuran. Amanah adalah suatu sifat dan sikap pribadi yang setia, tulus hati dan
jujur dalam melaksanakan sesuatu yang dipercayakan kepadanya, baik berupa harta
benda, rahasia ataupun rugas kewajiban.
4) Benar dan Jujur
Maksut akhlak terpuji ini adalah berlaku benar dan jujur, baik dalam perkataan
maupun perbuatan. Benar dalam perkataan adalah mengatakan yang sebenarnya,
tidak mengada-ada dan tidak pula menyembunyikan. Benar dalam perbuatan
adalah mengerjakan sesuatu sesuai dengan perintah agama.
5) Menepati Janji
Dalam Islam, janji merupakan utang dan utang harus di bayar. Firman Allah SWT
dalam QS. Al-Isra’ : 34“…Dan tepatilah janji karena janji itu pasti dimintai
pertanggung jawabannya.” (QS. Al-Isra’ : 34)
6) Memelihara Kesucian Diri
Yaitu menjaga diri dari segala tuduhan, fitnah dan memelihara kehormatan. Upaya
memelihara kesucian diri hendaknya dilakukan setiap hari agar diri tetap berada
dalam status kesucian.

3. Akhlak Terhadap Keluarga


1) Berbakti kepada Orang Tua
Berbakti kepada orang tua merupakan factor utama diterimanya doa seorang anak,
juga merupakan amal shalih yang paling utama yang dilakukan oleh seorang
muslim. Salah satu keutamaan berbuat baik terhadap orang tua selain
melaksanakan ketaatan atas perinta Allah SWT adalah menghapus dosa-dosa besar.
2) Bersikap baik kepada Saudara
4
Agama Islam memerintahkan untuk berbuat baik kepada sanak saudara atau kaum
kerabat sesudah menunaikan kewajiban kepada Allah SWT. dan Ibu Bapak.2

4. Akhlak terhadap Masyarakat


1) Berbuat Baik Terhadap Tetangga
Tetangga adalah orang yang terdekat dengan kita. Rasullullah SAW bersabada:
“Demi Allah, tidaklah beriman. Demi allah tidaklah beriman. Demi Allah tidaklah
beriman”. kemudian beliau ditanya,’siapa wahai rasullullah:’. beliau menjawab
“Orang yang tetangganya tidak aman dari kejelekannya (kejahatannya)” (HR.
Bukhari dan Muslim).

2) Suka Menolong Orang Lain


Dalam hidup ini jarang sekali ada orang yang tidak memerlukan pertolongan orang
lain. Ada kalanya karena sengsara dalam hidup, penderitaan batin atau kegelisahan
jiwa, mendapat musibah dll. Oleh sebab itu, semua manusia baik kaya maupun miskin
sangat memerlukan bantuan dari orang lain. Baik berupa material maupun immaterial.

5. Akhlak Terhadap Lingkungan


Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Qur’an terhadap lingkungan bersumber
dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi
manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan
mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta pembimbingan agar setiap
makhluk mencapai tujuan penciptaannya.

b. Akhlak Tercela (akhlaq madzmumah)


1. Al-Nani’ah
2
Mustafa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), hlm. 81.

5
Yaitu sifat egois, tidak memperhatikan kepentingan orang lain. Manusia sebagai
makhluk pribadi dan sekaligus makhluk sosial. Oleh karenanya, dalam mengejar
kepentingan pribadi, hendaknya memperhatikan kepentingan orang lain janganlah
boros dan juga kikir, namun hendaknya berada di antaranya yaitu pemurah.
2. Al-Bukhlu
Yaitu kikir. Orang yang kikir, tidak mau membelanjakan hartanya, baik untuk dirinya,
misalnya biar makan tidak baik dan bergizi, padahal uang ada, baik untuk kepentingan
keluarganya, maupun untuk kepentingan orang banyak, yang merupakan zakat, infak
atau sadakah. Bagi orang yang kikir, mendengar istilah-istilah tersebut bagaikan petir
di siang hari. Sifat kikir ini dapat mempersempit pergaulan, sering menuduh orang
tama’ (ingin diberi). Kemudian orang yang kikir itu apabila hartanya telah berkumpul,
ia merasa kaya dan tidak lagi memerlukan bantuan orang lain yang juga lupa kepada
pemberinya. Allah berfirman dalam surat al-Lail ayat 8-10 yang artinya, “Tetapi
orang yang kikir dan merasa dirinya serba cukup, dan mendustakan yang baik, akan
kami mudahkan baginya (jalan) kesukaran.”
3. Al-Butan
Yaitu suka berdusta. Berdusta adalah mengada-adakan sesuatu baik dengan ucapan,
tulisan, maupun dengan isyarat, padahal sebenarnya tidak ada, mungkin untuk
kepentingan dirinya atau membela orang lain, atau sengaja untuk menjatuhkan nama
orang lain, apalagi lempar batu sembunyi tangan. Firman Allah dalam surat al-Nisa
ayat 112 yang artinya, “Siapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa, kemudian
dituduhkan kepada orang lain yang tidak bersalah, sesungguhnya dia memikul
kebohongan dan dosa yang jelas.”
4. Khianat
Yaitu tidak menempati janji. Khianat ini lawan dari amanat, apabila amanat dapat
melapangkan rezeki, maka khianat akan dapat menimbulkan kefakiran. Sifat khianat
ini seringkali tidak nampak, sehingga kadang-kadang ada orang yang membela orang
yang khianat karena ia tidak mengetahuinya. Allah berfirman dalam surat al-Nisa ayat
107 yang artinya, “Dan janganlah engkau membela orang-orang yang khianat kepada
dirinya sendiri, sesungguhnya Tuhan tidak menyukai orang-orang yang khianat dan
berdosa.”

5. Al-Jubn

6
Yaitu pengecut. Orang pengecut penuh dengan rasa takut, yang menyebabkan dirinya
menjadi hina, sebab sudah mundur sebelum dicoba, tidak berani berjalan untuk
mendapatkan kemenangan. Ia selalu iri terhadap keuntungan atau hasil yang dicapai
orang lain. Allah berfirman dalam surat al-Nisa ayat 72 dan 73 yang artinya, “Dan
sesungguhnya di antara kamu ada orang yang lembek/pengecut kalau kamu ditimpa
bahaya (dalam perjuangan), dia berkata, sesungguhnya Tuhan memberi karunia
kepadaku karena aku tidak ikut beserta mereka. Dan kamu memperoleh karunia dari
Tuhan (atas perjuanganmu), mereka tentu mengatakan, sebagai tidak ada hubungan
kasih sayang antara kamu dengan mereka, supaya aku turut mendapat kemenangan
yang besar.”
6. Al-Gibah
Yaitu menggunjing atau mengumpat. Menggunjing adalah mengatakan keadaan orang
lain dibelakangnya dengan celaan kepada orang-orang yang ada dimukanya, dengan
tujuan untuk menjatuhkan nama orang tersebut atau tujuan lain, meskipun memang
sebenarnya keburukan itu ada pada orang yang digunjingnya. Bila tidak ada, hal itu
merupakan fitnah. Firman Allah dalam surat al-Hujurat ayat 12 yang artinya, “Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sebagian
kecurigaan itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang, dan janganlah
mempergunjingkan orang satu sama lain.”.3
7. Al-Hasad
Yaitu dengki. Dengki atau hasud suatu perbuatan kerusakan terhadap orang lain,
kemungkinan timbul disebabkan ni’mat Tuhan yang dianugerahkan kepada orang lain
dengan keinginan agar ni’mat orang lain itu terhapus. Dengki juga karena benci dan
dendam atas kegagalan usaha dirinya, kemudian membuat cara-cara yang tidak
diridlai Allah Swt. Allah berfirman dalam surat al-Falak ayat 1-5 yang artinya,
“Katakanlah. Aku berlindung kepada Tuhan subuh, terhadap bahaya makhluk yang
diciptakan-Nya, dan dari kegelapan ketika ia telah datang, dan dari bahaya hembusan
dalam ikatan, dan dari bahaya dengki ketika ia mendengki.”
8. Al-Ifsad
Yaitu berbuat kerusakan. Seringkali sifat perusak mendorong manusia dalam usaha
mencapai kepentingan pribadinya dengan tidak memperhatikan akibatnya, misalnya
merusak lingkungan baik sendiri-sendiri, maupun bersama-sama dengan orang lain.
Dalam surat Asyu’ara ayat 151-152 Allah berfirman yang artinya, “Dan janganlah
3
Thaib, Risalah Akhlak, (Yogyakarta: CV Bina Usaha,1984), hlm. 97.

7
kamu turuti perintah orang-orang yang melanggar batas. Yaitu orang-orang yang
membuat kerusakan (bencana) di muka bumi, dan tidak mengadakan perbaikan.”.
9. Al-Israf
Yaitu berlebih-lebihan. Allah berfirman dalam surat al-A’raf ayat 31 yang artinya,
“Hai anak-anak Adam, pakailah perhiasanmu setiap waktu shalat dan makan
minumlah kamu, dan janganlah melampaui batas, sesungguhnya Tuhan tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas.”
Masih banyak lagi akhlak tercela yang terdapat dalam al-Qur’an dan hadits,
misalnya: al-bagyu, yaitu lacut; al-gadab, yaitu pemarah; al-gurur, yaitu
memperdayakan; al-hikdu, yaitu dendam; al-intihar, yaitu menjerumuskan diri; al-
namimah, yaitu mengadu domba; dan lain sebagainya.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari seluruh rangkaian pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa :
1. Akhlak adalah daya kekuatan (sifat) yang tertanam dalam jiwa dan mendorong
perbuatan-perbuatan spontan tanpa memerlukan terlalu banyak pertimbangan
dan pemikiran yang lama.Ruang lingkup akhlak pun dalam Islam meliputi semua
aktifitas manusia dalam segala bidang hidup dan kehidupan. Dalam garis
besarnya, akhlak dibagi atas akhlak terhadap Allah atau Khalik (pencipta), dan
akhlak terhadap makhluk.
2. Akhlak adalah suatu sifat yang harus di jaga dan di pelihara, karena merupakan
kunci sukses untuk hidup. Akhlak ialah bunga diri, indah di pandang mata,
nikmat di rasa oleh hati dan memberi mamfaat. Intinya adalah mencapai
keridhaan Allah SWT.
3. Akhlak adalah faktor terpenting dalam kehidupan manusia. Karena akhlak
berkaiatan dengan perilaku manusia di dunia ini. Seorang akan berwarak
pembangun atau perusak tergantung pada akhlaknya. Tegak atau hancurnya
sebuah keluarga, bahkan masyarakat dalam sebuah bangsa, sangat di tentukan
oleh akhlak mulia atau rusaknya akhlak.

B. Saran
Sebagai pembaca yang baik,kami berharap ada kritik dan saran dari hasil makalah
yang kami buat. Mudah-mudahan bermanfaat bagi yang membacanya. walaupun
makalah ini di buat dengan sederhana. Di dalam banyak mengandung perluasan
makna dan arti.

Anda mungkin juga menyukai