Anda di halaman 1dari 9

MID SEMESTER

KETERAMPILAN AUDIT DAN PENJAMINAN MUTU


PENDIDIKAN, TQM DAN ISO

DOSEN PENGAMPU : Dr. Sudirman Willian, M. A.

OLEH:
NAMA : MARSUKIN
NIM : I2K021005

PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MATARAM
2022
1. Penjamianan mutu pendidikan, baik PT maupun Sekolah Dasar dan
Menengah, sejak satu dekade terakhir menjadi salah satu perhatian
pemerintah untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia dan daya saing
bangsa pada tingkat global. Mengapa mutu harus menjadi urusan setiap
individu dan bahkan harus menjadi budaya setiap individu di manapun dia
bekerja? Uraikan jawaban anda.
Jawaban:
Karna, reformasi politik di Indonesia pada penghujung abad ke-20 telah
membawa perubahan besar pada kebijakan pengembangan sektor pendidikan,
yang secara umum bertumpu pada paradigma otonomisasi dan demokratisasi
pendidikan. Dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Otonomi Daerah bahwa sektor pendidikan merupakan salah satu yang
diotonomisasikan sebagaimana sektor-sektor pembangunan yang berbasis
kedaerahan lainnya. Otonomisasi dimaksud selanjutnya didorong pada
madrasah (sekolah) agar kepala madrasah dan guru memiliki tanggung jawab
besar dalam pengembangan mutu madrasah dan peningkatan mutu proses
pembelajaran untuk meningkatkan kualitas hasil belajar. Tinggi dan
rendahnya mutu hasil belajar peserta didik menjadi tanggung jawab guru dan
kepala madrasah sebagai manajerial, karena pemerintah daerah hanya
memfasilitasi berbagai aktivitas pendidikan, baik sarana maupun berbagai
program pembelajaran yang direncanakan madrasah. Dalam konteks
peningkatan mutu ini kepala madrasah di samping bermitra dengan
pemerintah daerah juga berkerjasama dengan masyarakat (komite madrasah)
untuk membahas program madrasah dengan para stakeholder dan user ini. Di
sinilah kepala madrasah dapat bertanya dan sekaligus
mempertanggungjawabkan berbagai aspek dan pelaksanaan programnya pada
stakeholder madrasah tersebut.
Orientasi mutu dalam kehidupan pembangunan di Indonesia merupakan
sesuatu yang sangat urgen, harus didukung dan dikembangkan dalam rangka
merespon kecenderungan persaingan global. Imbasnya terjadi pada bidang
pendidikan dengan munculnya sejumlah penelitian dalam mutu pendidikan.
Sistem nilai mutu merupakan sistem budaya mutu yang berkembang dalam
interaksi social di antara orang-orang yang terlibat dalam pengelolaan
pendidikan baik dalam proses edukatif maupun pengelolaan. Kepemimpinan
madrasah dipandang sebagai hal strategis dalam upaya mengembangkan
mutu, yaitu membinan tenaga kependidikan menjadi sadar mutu dengan
wujud perilaku sadar mutu.
Gagasan budaya mutu ini dapat diawali dari partisipasi masyarakat dalam
pendidikan yang bukan hanya dalam konteks retribusi uang sumbangan
pendidikan, tetapi merambah ke dalam pembahasan dan kajian untuk
mengindentifikasi berbagai permintaan stakeholder dan user madrasah tentang
kompetensi peserta didik yang akan dihasilkannya, sehingga akan
memperkaya substansi kurikulum serta menuntut kreativitas dan dinamika
pengelolaan madrasah agar dapat melayani permintaan-permintaan tersebut,
dengan tetap berpijak pada perkembangan psikologis peserta didik serta
kemampuan madrasah dalam memberikan layanan pada para pemakainya
tersebut.
Sumber:
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, Sebuah Model Pelibatan
Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2004).
Jerry H. Makawimbang, Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan
(Bandung: Alfabeta 2011), h. 43.
2. Sesuai dengan pengertiannya bahwa penjaminan mutu adalah upaya untuk
memastikan bahwa semua karakteristik dan kinerja (suatu
unit/lembaga/program, dll) sesuai dengan standar mutu/harapan/persyaratan.
Jelaskan/uraikan apa cakupan dan ruang lingkup standar mutu yang harus
diupayakan pada institusi/unit kerja saudara dan sebutkan contoh-contoh
butir-butir standar mutu itu (misalnya contoh standar mutu guru bidang
studi Matematika, standar mutu Pengawas, Standar Mutu Kepala
sekolah (sesuai jenjang), dll).
Jawaban:
a. Penetapan SN Dikti untuk Pendidikan Vokasi (Bidang Pendidikan) 1)
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk Pendidikan Vokasi Standar
Kompetensi Lulusan adalah kriteria minimal tentang kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan
yang dinyatakan dalam rumusan capaian pembelajaran lulusan, yang
digunakan untuk pengembangan standar lain di bidang Tridharma
Perguruan Tinggi. Berdasarkan pengertian Standar Kompetensi Lulusan
tersebut, SKL dapat diturunkan menjadi sejumlah Standar Turunan untuk
kemudian dirumuskan dan ditetapkan isi standarnya, yaitu: a) Standar
Sikap untuk Pendidikan Vokasi; b) Standar Pengetahuan untuk Pendidikan
Vokasi; c) Standar Keterampilan untuk Pendidikan Vokasi; d) Standar
Pengalaman Kerja Mahasiswa untuk Pendidikan Vokasi.
b. Standar Isi untuk Pendidikan Vokasi Standar Isi adalah kriteria minimal
tentang tingkat kedalaman dan keluasan materi pembelajaran yang
dirumuskan berdasarkan capaian pembelajaran lulusan dalam
Permenristekdikti No. 44 Tahun 2015 Tentang SN Dikti, dan dirumuskan
dalam bahan kajian yang diwujudkan dalam bentuk mata kuliah.
c. Standar Proses Pembelajaran untuk Pendidikan Vokasi Standar Proses
Pembelajaran adalah kriteria minimal tentang pelaksanaan pembelajaran
pada prodi, yang dilakukan secara interaktif antara dosen dan mahasiswa
melalui kuliah, responsi, seminar, praktikum, praktek studio, praktek
bengkel atau praktek lapangan. Setiap mata kuliah dapat menggunakan
satu atau lebih gabungan dari berbagai metode pembelajaran yang
kemudian dapat diwadahi dalam suatu bentuk pembelajaran. Bentuk
pembelajaran, khusus untuk pendidikan vokasi wajib ditambah dengan
bentuk pembelajaran berupa penelitian, perancangan, atau pengembangan.
Bentuk pembelajaran ini merupakan kegiatan mahasiswa di bawah
bimbingan dosen dalam rangka pengembangan sikap, pengetahuan,
keterampilan, pengalaman otentik, serta meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan daya saing bangsa. Selain itu, untuk pendidikan vokasi
masih perlu ditambah bentuk pembelajaran yang berupa pengabdian
kepada masyarakat.
d. Standar Rencana Pembelajaran Semester untuk Pendidikan Vokasi adalah
kriteria minimal tentang rencana pembelajaran yang paling sedikit
memuat tentang: (1) Nama program studi, nama dan kode mata kuliah,
semester, sks, nama dosen pengampu; (2) Capaian pembelajaran lulusan
dari mata kuliah; (3) Kemampuan akhir yang direncanakan pada tiap tahap
pembelajaran untuk memenuhi capaian pembelajaran lulusan; (4) Bahan
kajian untuk mencapai kemampuan yang ditetapkan; (5) Metode
pembelajaran; (6) Waktu yang disediakan untuk mencapai kemampuan
yang telah ditetapkan; (7) Pengalaman belajar mahasiswa yang
diwujudkan dalam deskripsi tugas yang harus dikerjakan oleh mahasiswa
selama satu semester; (8) Kriteria, indikator dan bobot penilaian; dan (9)
Daftar referensi yang digunakan.
e. Standar Penilaian Pembelajaran untuk Pendidikan Vokasi Standar
Penilaian Pembelajaran adalah kriteria minimal tentang prinsip, teknik dan
instrumen serta mekanisme, pelaksanaan, pelaporan penilaian proses dan
hasil belajar serta kelulusan mahasiswa dalam rangka pemenuhan capaian
pembelajaran lulusan. Menurut Pasal 26 UU Dikti lulusan pendidikan
vokasi berhak menggunakan gelar yang diberikan oleh Perguruan Tinggi
penyelenggara. Persyaratan lulus pendidikan vokasi, predikat kelulusan
dan gelar yang berhak diberikan kepada mahasiswa apabila telah
menempuh seluruh beban belajar yang ditetapkan, dan memiliki
kompetensi lulusan yang ditargetkan oleh program studi terkait
f. Standar Dosen dan Tenaga Kependidikan untuk Pendidikan Vokasi
Standar Dosen dan Tenaga Kependidikan adalah kriteria minimal tentang
kualifikasi dan kompetensi dosen dan tenaga kependidikan untuk
menyelenggarakan pendidikan dalam rangka pemenuhan capaian
pembelajaran lulusan.
g. Standar Sarana dan Prasarana Pembelajaran untuk Pendidikan Vokasi
Standar sarana dan prasarana pembelajaran adalah kriteria minimal
tentang sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan isi dan proses
pembelajaran dalam rangka pemenuhan capaian pembelajaran lulusan.
Dasar penetapan standar sarana dan prasarana pembelajaran, baik jumlah,
jenis dan spesifikasinya wajib mempertimbangkan rasio penggunaannya
sesuai dengan karakteristik metode dan bentuk pembelajaran, serta harus
menjamin terselenggaranya proses pembelajaran dan pelayanan
administrasi akademik. Oleh karena itu, untuk pendidikan vokasi standar
sarana dan prasarana ditetapkan sesuai dengan tujuan untuk memenuhi
capaian pembelajaran lulusan pendidikan vokasi.
h. Standar Pengelolaan Pembelajaran untuk Pendidikan Vokasi Standar
pengelolaan pembelajaran adalah kriteria minimal tentang perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian, pemantauan dan evaluasi, serta pelaporan
kegiatan pembelajaran pada tingkat program studi. Pada pendidikan
Vokasi, apabila bermitra dengan dunia usaha dan dunia industri dalam
proses pembelajaran, maka diperlukan pengelolaan secara khusus untuk
mengukur mutu fasilitas serta rasio jumlah mahasiswa dan fasilitas yang
disediakan.
i. Standar Pembiayaan Pembelajaran untuk Pendidikan Vokasi Standar
pembiayaan pembelajaran adalah kriteria minimal tentang komponen dan
besaran biaya investasi dan biaya operasional yang disusun dalam rangka
pemenuhan capaian pembelajaran lulusan. Standar satuan biaya
operasional PTN menjadi dasar bagi Pendidikan Vokasi untuk menyusun
rencana anggaran pendapatan dan belanja (RAPB) Pendidikan Vokasi
tahunan dan menetapkan biaya yang ditanggung oleh mahasiswa. Badan
penyelenggara Pendidikan Vokasi di PTS wajib mengupayakan pendanaan
pendidikan tinggi dari berbagai sumber di luar biaya pendidikan yang
diperoleh dari mahasiswa.
3. Jika Anda diminta menentukan skala prioritas untuk penjaminan mutu di
suatu sekolah (SD/SMP/SMA/SMK, dll) buatlah kebijakan mutunya dengan
memilih penjaminan mutu yang menjadi prioritas bagi Anda. Berikan pula
alasan mengapa hal tersebut menjadi prioritas.
Jawaban:

No Standar Nasional Kegiatan Skala Prioritas


Pendidikan
1 Standar Kompetensi Kegiatan Psikotes dan
Lulusan Psikoedukasi
5

2 Standar isi Pelatihan penyusunan


kurikulum 4
3 Standar Proses Penambahan jumlah buku
perpustakaan 1
4 Standar Penilaian IHT penilaian otentik 3
5 Standar Pendidik Program techer day
dan Kependidikan 2
6 Sarana dan Membangun kerja dengan
Prasarana dunia usaha dan industri 6
7 Standar Pengelolaan Pemasangan paket
aplikasi sekolah dan 7
jaringan SIM
8 Standar Pembiayaan Pengembangan
kewirausahaan sekolah
8
Kedelapan standar tersebut membentuk rangkaian input, proses, dan output.
Standar Kompetensi Lulusan merupakan output dalam rangkaian tersebut.
Standar pengelolaan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pembiayaan adalah input. Sedangkan standar isi,
standar proses dan standar penilaian adalah proses. Out put akan terpenuhi
apabila input terpenuhi sepenuhnya dan proses berjalan dengan baik. Standar
yang menjadi input dan proses di deskripsikan dalam bentuk hubungan sebab
akibat dengan output. Standar dijabarkan dalam bentuk indikator mutu untuk
mempermudah kegiatan pemetaaan mutu dalam penjaminan mutu pendidikan.
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang merupakan output yang diharapkan
dari semua rangkaian kegiatan penjaminan mutu pendidikan dijabarkan dalam
4 kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik sebagaimana yang
dinyatakan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20
Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan yaitu kompetensi pada
dimensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan.

Sumber:
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2016 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan
Menengah.

Anda mungkin juga menyukai