Anda di halaman 1dari 10

Volume: 12 Issue 01 Tahun 2022 http://www.jep.uho@uho.ac.

id

ANALISIS PENGARUH UPAH MINIMUM PROVINSI DAN INFLASI


TERHADAP PENGANGGURAN TERBUKA DI SULAWESI TENGGARA

Mulyadi1, Wali Aya Rumbia2, Wa Ode Rachmasari Ariani 3


1
Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi Tenggara
Email: mul.imran1996@gmail.com
2
Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi Tenggara
Email: waliayarumbia@gmail.com
3
Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi Tenggara
Email: arianirachma55@gmail.com

ABSTRACT
This research aims to recognize the influence of provincial minimum wage (UMP) and inflation on open
unemployment both simultaneously and partial.The analytical tool used is multiple linear regression
analysis. The result show that simultaneously provincial minimum wage (UMP) and inflation significantly
influence on open unemployment in Southeast Sulawesi Province period year 2004-2020. Partially,
provincial minimum wage (UMP) have a negative and significant influence on the open unemployment,
while inflation did not significantly affect the open unemployment in Southeast Sulawesi Province.

Keywords: Provincial Minimum Wage, Inflation, Open Unemployment.

Pendahuluan
Indonesia merupakan negara berkembang dimana salah satu permasalahan
yang sering dihadapi yaitu pengangguran. Masalah pengangguran memang menjadi
suatu persoalan yang perlu dipecahkan dalam perekonomian Negara Indonesia.
Pertumbuhan penduduk yang sangat pesat tidak diikuti dengan pertumbuhan jumlah
kesempatan kerja telah memberikan dampak buruk terhadap pembangunan ekonomi.
Pertumbuhan angkatan kerja yang semakin tinggi setiap tahunnya, sedangkan
perluasan kesempatan kerja belum memadai, Akibatnya jumlah pengangguran di
Indonesia terus bertambah
Permasalahan pengangguran juga terjadi di Provinsi Sulawesi Tenggara yakni
masih tingginya jumlah pengangguran yang terjadi. Oleh karena itu, pengangguran
menjadi tanggung jawab bersama terutama pemerintah sebagai penyangga proses
perbaikan kehidupan masyarakat dalam sebuah pemerintahan, untuk segera mencari
jalan keluar dengan merumuskan langkah-langkah yang sistematis dan strategis
sebagai upaya penanganan permasalahan pengangguran.

Mulyadi (Analisis Pengaruh Upah Minimum Provinsi Dan Inflasi Terhadap Pengangguran Terbuka)…………..….. 749
Volume: 12 Issue 01 Tahun 2022 http://www.jep.uho@uho.ac.id

Penurunan dan kenaikan pengangguran ini disebabkan oleh beberapa faktor,


yaitu Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Inflasi. indikator yang pertama adalah upah.
Upah merupakan permasalahan mendasar dalam ketenagakerjaan di Indonesia
dimana upah yang rendah secara langsung dan tidak langsung berpengaruh pada
tingkat pengangguran yang tinggi. Menurut Sumarsono (2009), Tingkat upah akan
mempengaruhi biaya produksi. Naiknya tingkat upah akan meningkatkan biaya
produksi perusahaan yang selanjutnya berdampak pada meningkatnya harga per unit
barang yang diproduksi. Dengan kondisi tersebut, konsumen akan mengurangi
konsumsi atau bahkan tidak mau membeli barang yang bersangkutan. Akibatnya
banyak barang atau produk yang tidak terjual sehingga produsen harus menurunkan
jumlah produksinya. Turunnya jumlah produksi mengakibatkan berkurangnya tenaga
kerja yang dibutuhkan, itu berarti akan meningkatkan jumlah pengangguran.
Selain upah minimum adapula indikator yang digunakan untuk mengukur
tingkat pengangguran di Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu seberapa besar tingkat
inflasi yang terjadi di Provinsi Sulawesi Tenggara. Inflasi adalah kecenderungan
naiknya harga-harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus
(Boediono,2001). Inflasi merupakan salah satu indikator penting dalam perekonomian
yang tidak bisa diabaikan karena memiliki dampak yang sangat luas terhadap
perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Bagi perekonomian, Inflasi yang tinggi
dapat menyebabkan timbulnya ketidakstabilan ekonomi, menurunkan investasi, dan
maupun berdampak pada meningkatnya tingkat pengangguran. Dari sisi
kesejahteraan, inflasi yang tinggi menyebabkan turunnya pendapatan riil masyarakat,
terutama bagi pekerja-pekerja yang mempunyai penghasilan tetap, sehingga
berdampak pada menurunnya tingkat konsumsi masyarakat dan meningkatkan
kemiskinan.
Kondisi perekonomian suatu negara dengan tingkat inflasi yang tinggi dapat
menyebabkan perubahan-perubahan output dan kesempatan kerja. Tingkat inflasi
yang tinggi berdampak pada pengangguran. Apabila tingkat inflasi tinggi dapat
menyebabkan angka pengangguran tinggi, ini berarti perkembangan kesempatan
kerja menjadi semakin kecil atau dengan kata lain jumlah tenaga kerja yang akan
diserap juga akan kecil. Apabila inflasi meningkat maka harga-harga barang dan jasa
juga akan naik, selanjutnya permintaan-permintaan akan barang dan jasa akan turun
dan akan mengurangi permintaan terhadap tenaga kerja yang dibutuhkan, akibatnya
akan meningkatkan jumlah pengangguran terbuka (Sukirno,2004). Tingkat
pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan perumbuhan angkatan kerja yang
lambat menyebabkan masalah pengangguran yang ada disuau daerah menjadi
semakin serius. Jika inflasi disebabkan oleh permintaan agregat maka sesuai dengan
hukum permintaan bahwa kenaikan jumlah barang yang diminta akan berakibat pada

Mulyadi (Analisis Pengaruh Upah Minimum Provinsi Dan Inflasi Terhadap Pengangguran Terbuka)…………..….. 750
Volume: 12 Issue 01 Tahun 2022 http://www.jep.uho@uho.ac.id

kenaikan harga (Inflasi) sehingga ketersediaan jumlah barang/jasa menjadi terbatas.


Dalam rangka memenuhi kapasitas barang/jasa tersebut, perusahaan akan
memerlukan banyak tenaga kerja sehingga pengangguran mengalami penurunan.
Upaya pemerintah dalam menanggulangi pengangguran di Provinsi Sulawesi
Tenggara belum memperoleh pengaruh yang positif. Apabila dilihat pada 5 tahun
terakhir pengangguran di Provinsi Sulawesi Tenggara terus mengalami peningkatan
setiap tahunnya. Pada tahun 2016 jumlah pengangguran sebesar 34.076 jiwa
kemudian mengalami peningkatan sebesar 39.631 jiwa pada tahun 2017 selanjutnya
pada tahun 2018 sebesar 40.724 jiwa dan sebesar 45.292 jiwa pada tahun 2019 lalu
peningkatan pengangguran terbuka begitu besar terjadi pada tahun 2020 sebesar
61.860 jiwa.
Menurut Gilarso (2002), dampak positif dari penetapan upah dilihat dari
penawaran tenaga kerja dimana kenaikan upah akan menyebabkan penawaran tenaga
kerja meningkat sehingga jumlah pengangguran akan berkurang. Hal ini tentunya
tidak sesuai dengan fenomena yang terjadi di Provinsi Sulawesi Tenggara dimana
kenaikan upah tidak berdampak pada penurunan angka pengangguran. Menurut
Phillips dalam Mankiw (2012), tingkat pengangguran dipengaruhi oleh tingkat inflasi.
Dengan tingginya laju inflasi seharusnya tingkat pengangguran akan menurun.
Namun, hal ini tidak sesuai dengan fenomena yang terjadi di Provinsi Sulawesi
Tenggara dimana laju inflasi yang tinggi tidak berdampak terhadap menurunnya
tingkat pengangguran.
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh secara parsial
dan simultan UMP dan inflasi terhadap pengangguran terbuka di Provinsi Sulawesi
Tenggara.

Kajian Literatur
Pengangguran adalah seseorang yang ingin bekerja, dan tidak mampu
mendapatkan pekerjaan, barangkali merupakan sisi paling suram bahwa
ketidaksamaan keberuntungan muncul dibawah sinar matahari. Pengannguran adalah
masalah ekonomi yang mempengaruhi manusia secara tidak langsung dan paling
berat. Bagi banyak orang, kehilangan pekerjaan berarti menurunnya standar kehidupan
dan tekanan psikologis (Sukirno, 2013).
Pendapat lain dikemukakan oleh Sukirno (2010), pengangguran adalah suatu
keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan
pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Seseorang yang tidak bekerja, tetapi
tidak secara aktif mencari pekerjaan tidak tergolong sebagai penganggur. Sedangkan
mahsunah (2012), pengangguran adalah angkatan kerja yang secara aktif mencari
pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan dan pendidikan yang dimiliki namun

Mulyadi (Analisis Pengaruh Upah Minimum Provinsi Dan Inflasi Terhadap Pengangguran Terbuka)…………..….. 751
Volume: 12 Issue 01 Tahun 2022 http://www.jep.uho@uho.ac.id

karena keterbatasan lapangan pekerjaan mereka belum mendapatkan pekerjaan sesuai


dengan apa yang mereka inginkan.
Pengangguran terbuka adalah tenaga kerja yang betul-betul tidak mempunyai
pekerjaan. Pengangguran ini terjadi ada yang karena belum mendapat pekerjaan
padahal telah berusaha secara maksimal dan ada juga yang karena malas mencari
pekerjaan atau malas bekerja. Menurut Badan Pusat Statistika (BPS), pengangguran
terbuka merupakan penduduk yang sudah memasuki usia angkatan kerja namun tidak
memiliki pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha, ataupun
sudah memiliki pekerjaan namun belum mulai bekerja.
Menurut Gilarso (2003) balas karya untuk faktor produksi tenaga kerja manusia
disebut upah (dalam arti luas, termasuk gaji, honorarium, uang lembur, tunjangan, dan
sebagainya). Upah biasanya dibedakan menjadi dua yaitu upah nominal (sejumlah
uang yang diterima) dan upah riil (jumlah barang dan jasa yang dapat dibeli dengan
upah uang itu). Upah dalam arti smpit khusus dipakai untuk tenaga kerja yang bekerja
pada orang lain dalam hubungan kerja (sebagai karyawan/buruh). Di Indonesia banyak
orang berusaha sendiri dan tidak memperhitungkan “upah” untuk dirinya sendiri.
Tetapi dalam analisis ekonomi, besar kecilnya balas karya mereka sebagai tenaga kerja
seharusnya ikut diperhiungkan.
Upah minimum adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh para
pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pekerja di dalam
lingkungan usaha atau kerjanya. Karena pemenuhan kebutuhan yang layak di setiap
provinsi yang berbeda-beda sehingga disebut upah minimum provinsi (sukirno,2000).
Menurut sumarsono (2003) upah minimum adalah upah terendah yang telah
ditetapkan oleh pihak yang berwenang dalam hal ini adalah pemerintah.
Upah minimum provinsi (UMP) adalah upah minimum yang berlaku untuk
seluruh kabupaten/kota di satu provinsi. Upah minimum ini ditetapkan setiap satu
tahun sekali oleh Gubernur berdasarkan rekomendasi Komisi Penelitian Pengupahan
dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Daerah (sekarang Dewan Pengupahan Provinsi).
Penetapan upah minimum provinsi selambat-lambatnya 60 hari sebelum tanggal
berlakunya upah minimum yaitu 1 januari.
Menurut Boediono (2001) definisi dari inflasi adalah kecenderungan dari harga-
harga untuk menaik secara umum dan terus menerus. Kenaikan dari harga satu atau
dua barang saja tidak disebut inflasi. Syarat adanya kecenderungan menaik yang terus
menerus juga perlu digaris bawahi. Kenaikan harga-harga karena misalnya musiman,
menjelang hari raya, bencana, dan sebagainya yang bersifat sementara tidak disebut
sebagai inflasi. Kemudian Menurut Frederic S. Miskhin (2011) inflasi yaitu kenaikan
harga yang terjadi secara terus-menerus. Inflasi ini dapat mempengaruhi pengusaha,
pemerintah maupun individu sehingga masalah inflasi menjadi masalah penting yang

Mulyadi (Analisis Pengaruh Upah Minimum Provinsi Dan Inflasi Terhadap Pengangguran Terbuka)…………..….. 752
Volume: 12 Issue 01 Tahun 2022 http://www.jep.uho@uho.ac.id

harus diselesaikan karena sering menjadi agenda utama politik dalam mengambil
kebijakan.

Hipotesis
Upah Minimum Provinsi (UMP) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pengangguran terbuka di Provinsi Sulawesi Tenggara. Sementara itu, Inflasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengangguran terbuka di Provinsi
Sulawesi Tenggara.

Metode Penelitian
Objek penelitian ini adalah analisis pengaruh UMP dan Inflasi terhadap
pengangguran terbuka di provinsi Sulawesi Tenggara. Jenis data yang digunakan pada
penelitian ini adalah data kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
Data pengangguran, Upah Minimum Provinsi, Inflasi. Sumber data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data sekunder berdasarkan derat waktu (time series), Data
sekunder merupakan data penunjang dalam penelitian ini yang diperoleh atau
dikumpulkan dari lembaga/instansi yang terkait dalam penelitian ini, antara lain BPS
Sulawesi Tenggara. Dalam mengumpulkan data, teknik yang penulis gunakan adalah
metode dokumentasi.
Menurut Sugiyono (2017) analisis regresi linear berganda digunakan oleh
peneliti, apabila peneliti meramalkan bagaimana naik turunnya keadaan variabel
dependen (Kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor
dinaik turunkan nilainya (dimanipulasi). Analisis regresi linear berganda akan dilakukan
apabila jumlah dari variabel independennya minimal dua.
Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan persamaan regresi linear
berganda dikarenkan terdapat variabel bebas dalam penelitian yang jumlahnya lebih
dari satu. Menurut Sugiyono (2017) persamaan regresi linear berganda dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Y=a+b X +b X +e
Keterangan:
Y = Jumlah Pengangguran
X1 = Upah Minimum Provinsi (UMP)
X2 = Inflasi
a = Nilai Intercept (konstanta)
b − b = Koefisien Arah Regresi
e = error term

Mulyadi (Analisis Pengaruh Upah Minimum Provinsi Dan Inflasi Terhadap Pengangguran Terbuka)…………..….. 753
Volume: 12 Issue 01 Tahun 2022 http://www.jep.uho@uho.ac.id

Hasil
1) Uji F, Uji t dan Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 1
Estimasi Koefisien Regresi
Dependent Variable: LOGTingkatPengangguran
Method: Least Squares
Date: 03/17/22 Time: 13:48
Sample: 2004 2020
Included observations: 17

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 4.249602 1.188585 3.575345 0.0030


LOGump -0.586289 0.183162 -3.200935 0.0064
LOGinflasi -0.013264 0.141684 -0.093618 0.9267

R-squared 0.671668 Mean dependent var 0.699018


Adjusted R-squared 0.624763 S.D. dependent var 0.171202
S.E. of regression 0.104873 Akaike info criterion -1.513354
Sum squared resid 0.153976 Schwarz criterion -1.366316
Log likelihood 15.86351 Hannan-Quinn criter. -1.498738
F-statistic 14.31988 Durbin-Watson stat 1.105646
Prob(F-statistic) 0.000411

Sumber : Data Diolah (2022)


a) Uji Simultan (F test)
Uji simultan digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara
bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen. Berdasarkan hasil
regresi, diperoleh nilai probabilitas (Prob. F-Stats) sebesar 0,000411 lebih kecil dari nilai
α = 0,05 atau 5 persen (0,000411< 0,05) yang berarti H0 ditolak dan menerima H1
dimana variabel UMP dan Inflasi secara bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap pengangguran terbuka di Provinsi Sulawei Tenggara.

b) Uji Parsial (t test)


Uji parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen. Dari dua variabel independen yang di
masukkan kedalam model regresi hanya satu variabel yang signifikan diantaranya Upah
Minimum Provinsi (X1) berpengaruh segnifikan sedangkan Inflasi (X2) tidak signifikan
terhadap Pengangguran Terbuka (Y) , hal ini dapat dilihat dari probabilitas signifikansi
untuk UMP sebesar 0.0064 < 0,05 sedangkan inflasi berpengaruh tidak signifikan
dengan nilai sebesar 0.9267 > 0,05.
Maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak untuk UMP yang artinya Upah
Minimum Provinsi berpengaruh signifikan terhadap Pengangguran Terbuka,
sedangkan Inflasi berpengaruh tidak signifikan terhadap Pengangguran Terbuka yang

Mulyadi (Analisis Pengaruh Upah Minimum Provinsi Dan Inflasi Terhadap Pengangguran Terbuka)…………..….. 754
Volume: 12 Issue 01 Tahun 2022 http://www.jep.uho@uho.ac.id

artinya H0 diterima.
Berdasarkan hasil estimasi linear berganda maka didapatkan persamaan faktor
penentu tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Sulawesi Tenggara sebagai berikut:
LOG(Y) = 4.249602+(-0.586289)LOG(X1)+ (-0.013264)LOG(X2)
Hasil regresi menunjukkan bahwa nilai koefisien variabel mengandung arti
sebagai berikut:
Konstanta (β0) = 4.249602 artinya jika variabel independen tidak mengalami
perubahan, maka tingkat penganguran terbuka di Sulawesi Tenggara secara rata-rata
akan mengalami peningkatan sebesar 4.249602 dengan asumsi semua variabel dalam
penelitian ini dianggap konstan.
Upah Minimum Provinsi (X1) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
pengangguran terbuka (Y). Hal ini ditunjukkan oleh hasil uji t dengan tingkat
kepercayaan 95 persen atau α = 0,5 dimana signifikansi upah minimum provinsi
sebesar 0,0064 < 0,5 dengan koefisien -0.586289. Hal ini menunjukkan bahwa upah
minimum provinsi secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
pengangguran terbuka di Provinsi Sulawesi Tenggara. Adapun koefisien bernilai
negatif menunjukkan bahwa hubungan antara upah minimum provinsi tidak searah
dengan pengangguran terbuka. Artinya ketika upah minimum provinsi nilainya naik,
maka akan menurunkan pengangguran terbuka sebesar -0.586289.
Inflasi (X2) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pengangguran
terbuka (Y). Hal ini ditunjukkan oleh hasil uji t pada tingkat kepercayaan 95 persen atau
α = 0.5 dimana signifikansi 0.9267 > 0.5 dengan koefisien -0.132264. Hal ini
menunjukkan inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap pengangguran terbuka di
Provinsi Sulawesi Tenggara.

c) Koefisien Determinasi R2
Setelah uji secara simultan dan parsial dilakukan maka dapat dilakukan uji
koefisien determinasi (R2), maka ditemukan bahwa nilai Adjusted R-squerd R2 sebesar
0.671668 artinya 67,16 persen variansi variabel dependen yakni pengangguran terbuka
dijelaskan oleh variasi variabel independen yakni UMP dan Inflasi, sedangkan sisanya
32,84 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukan dalam model regresi
ini.

Pembahasan
1) Hubungan Upah Minimum Provinsi Terhadap Pengangguran Terbuka
Berdasarkan hasil regresi, variabel UMP berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap variabel pengangguran terbuka di Provinsi Sulawesi Tenggara. Nilai koefisien
regresi untuk variabel UMP menunjukan tanda negatif yaitu sebesar -0.586289. Jika

Mulyadi (Analisis Pengaruh Upah Minimum Provinsi Dan Inflasi Terhadap Pengangguran Terbuka)…………..….. 755
Volume: 12 Issue 01 Tahun 2022 http://www.jep.uho@uho.ac.id

UMP (X1) meningkat satu persen maka akan menekan pengangguran terbuka sebesar
-0.586289 persen. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian bahwa UMP
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengangguran terbuka di Provinsi
Sulawesi Tenggara. Hasil ini sesuai dengan teori yang menjadi landasan penelitian ini.
Dimana Menurut Sukanto dan Karseno (2008) tingkat upah memiliki pengaruh yang
dapat dilihat dari jumlah penawaran tenaga kerja, dimana kenaikan tingkat upah akan
menyebabkan penawaran tenaga kerja meningkat sehingga tingkat pengangguran
akan berkurang.
Upah minimum adalah sebuah kontrofersi, bagi yang mendukung kebijakan
tersebut mengemukakan bahwa upah minimum diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan pekerja agar sampai pada tingkat pendapatan “living wage”, yang berarti
bahwa orang yang bekerja akan mendapatkan pendapatan yang layak untuk hidupnya.
Upah minimum dapat mencegah pekerja dalam pasar monopsoni dari eksploitasi
tenaga kerja yang low skilled. Upah minimum dapat meningkatkan produktifitas
tenaga kerja dan mengurangi konsekuensi pengangguran seperti yang diperkirakan
teori ekonomi konverisional (Kusnaini dalam indriastuti, 2013).
Hubungan antara upah dan pengangguran dikemukakan oleh (Kaufman dan
Hotchkiss dalam Dewi 2010), problem yang langsung menyentuh kaum buruh atau
pekerja adalah rendahnya atau tidak sesuainya pendapatan (upah) yang diperoleh
dengan tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya beserta tanggungannya.
Faktor ini yakni kebutuhan hidup semakin meningkat, sementara upah yang diterima
kecil.
Upah itu merupakan unsur terpenting yang berpengaruh terhadap kehidupan
pekerja karena upah menjadi sumber pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup
pekerja dan keluarganya baik berupa sandang, pangan, perumahan maupun
kebutuhan lain seseorang akan menolak mendapatkan upah tersebut sehingga
menyebabkan pengangguran. Jika upah yang ditetapkan suatu daerah terlalu rendah
maka akan berakibat pada tingginya tingkat pengangguran yang terjadi pada daerah
tersebut. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ni Nyoman
Setya Ari Wijayanti dan Ni Luh Karmini (2014) yang menemukan bahwa upah minimum
berpengaruh negatif terhadap pengangguran terbuka.

2) Hubungan Inflasi Terhadap Pengangguran Terbuka


Variabel inflasi menunjukkan pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
pengangguran terbuka di Provinsi Sulawesi Tenggara. Nilai koefisien regresi untuk
variabel inflasi menunjukan tanda negatif, yaitu sebesar -0.132264. jika inflasi (X2)
meningkat sebesar satu persen maka pengangguran terbuka di Provinsi Sulawesi
Tenggara akan turun sebesar 0.132264 persen. Hal ini tentu tidak sesuai dengan

Mulyadi (Analisis Pengaruh Upah Minimum Provinsi Dan Inflasi Terhadap Pengangguran Terbuka)…………..….. 756
Volume: 12 Issue 01 Tahun 2022 http://www.jep.uho@uho.ac.id

hipotesis penelitian bahwa inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap


pengangguran terbuka di Provinsi Sulawesi Tenggara. Ketidak signifikannya inflasi
dalam mempengaruhi pengangguran terbuka juga dapat dilihat berdasarkan data
bahwa peningkatan inflasi di Provinsi Sulawesi Tenggara tidak selalu diiringi dengan
menurunnya pengangguran terbuka.
Berdasarkan analisis deskriptif, inflasi umum di Sulawesi Tenggara selama tujuh
belas tahun rata-rata juga dipengaruhi oleh kenaikan kebutuhan bahan pokok,
kenaikan minyak dan kenaikan biaya kesehatan, bukan sebagai akibat dari tarikan
permintaan seperti yang dijelaskan dalam kurva Philips, sehingga menyebabkan
pengaruh tingkat inflasi terhadap tingkat pengangguran terbuka di Sulawesi Tenggara
tidak signifikan. Apabila inflasi di Sulawesi Tenggara disebabkan oleh tarikan
permintaan maka tingkat inflasi akan berpengaruh signifikan terhadap pengangguran
terbuka. Tidak signifikannya inflasi terhadap pengangguran terbuka juga sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Ni Kadek Murniasih, Ketut Dunia dan Made Ary
Meitriana (2014), yang meneliti Pengaruh Nilai PDRB, Tingkat Upah dan Tingkat Inflasi
di Provinsi Bali.

Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah UMP dan Inflasi secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap pengangguran terbuka di Sulawesi Tenggara tahun
2004-2020. Secara parsial UMP berpengaruh signifikan terhadap pengangguran
terbuka dan secara parsial inflasi tidak berpengaruh terhadap pengangguran terbuka.

Referensi

Badan Pusat Statistik. (2020). Jumlah Pengangguran, Upah Minimum Provinsi, dan
Tingkat Inflasi. Sulawesi Tenggara: BPS
Boediono. 2001. Pengantar Ilmu Ekonomi NO.2 Ekonomi Makro. Edisi II. Yogyakarta:
BPEF-Yogyakarta
Gilarso, T. 2002. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Yogyakarta: Kanisius.
__________2003. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro, Edisi Revisi. Kanisius. Yogyakarta.
Kaufman, dan J. Hotchkiss. 1999. The Economics of Labor Market Fifth Edition, New
York. The Dryden Press.
Kusnaini, D. 1998. Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja serta Upah: Teori Serta
Beberapa Poretnya Di Indonesia. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Mulyadi (Analisis Pengaruh Upah Minimum Provinsi Dan Inflasi Terhadap Pengangguran Terbuka)…………..….. 757
Volume: 12 Issue 01 Tahun 2022 http://www.jep.uho@uho.ac.id

Mahsunah, Durrotul. 2012. Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, Pendidikan dan


Pengangguran Terhadap Kemiskinan Di Jawa Timur. Skripsi. Universitas
Negeri Surabaya.
Mankiw, N. G., dkk (terj.). 2012. Pengantar Ekonomi Makro. Salemba Empat. Jakarta.
Miskhin, Frederic S. 2011. Ekonomi, Uang Perbankan, dan Pasar Keuangan Buku Edisi
Kedelapan. Salemba Empat. Jakarta.
Murniasih, Ni Kadek., Ketut Dunia, dan Made Ary Meitriana. 2014. Pengaruh Nilai
PDRB, Tingkat Upah dan Tingkat Inflasi Terhadap Pengangguran Terbuka
Provinsi Bali Tahun 2003-2012. Vol. 4 No. 1 Tahun 2014.
Permenakertrans Nomor 7 Tahun 2013 Tentang Upah Minimum
Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. 2004. Pengantar Ilmu Ekonomi;
Mikroekonomi dan Makroekonomi. Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. Jakarta.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,
CV.
Sukanto Reksohadiprodjo dan A R Karseno. 2008. Ekonomi Perkotaan Edisi Keempat.
BPFE. Yogyakarta.
Sukirno, Sadono. 2000. Makroekonomi Modern. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
_________.2002. Pengantar Teori Makroekonomi Edisi Kedua. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
_________.2004. Pengantar Teori Makroekonomi Edisi Kedua. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta
_________.2006. Ekonomi Pembangunan Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan. Kencana.
Jakarta.
_________.2010. Makroekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Rajawali Pers. Jakarta.
Sumarsono, Sonny. 2003. Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia dan
Ketenagakerjaan. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Sumarsono, Sonny. 2009. Ekonomi Sumber Daya Manusia Teori dan Kebijakan Publik.
Graha Ilmu. Yogyakarta.
Wijayanti, Ni Nyoman Setya Ari dan Ni Luh Karmini. 2014. Pengaruh Tingkat Inflasi,
Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Upah Minimum Terhadap Tingkat
Pengangguran Terbuka di Provinsi Bali. E-Jurnal EP Unud, 3 (10): 460-466
ISSN: 2303-0178, hlm 1-7.

Mulyadi (Analisis Pengaruh Upah Minimum Provinsi Dan Inflasi Terhadap Pengangguran Terbuka)…………..….. 758

Anda mungkin juga menyukai