Anda di halaman 1dari 8

UJIAN AKHIR SEMESTER

FILOSOFI PENDIDIKAN INDONESIA

Disusun Oleh:

Shofwatul Ma’la (2253A42470)

PPG PRAJABATAN GELOMBANG II


PRODI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
TAHUN 2023
FILOSOFI PENDIDIKAN INDONESIA

1. Anda sebagai calon seorang guru, mengapa saudara perlu melepaskan diri dari ‘belenggu’
proses pembelajaran yang belum memerdekakan peserta didik?

Sebagai seorang calon guru kita harus bisa melepaskan diri dari ‘belenggu’ proses
pembelajaran yang belum memerdekakan peserta didik. Guru yang merdeka belajar
merupakan faktor utama yang harus dicapai sebelum para guru dapat memerdekakan siswa
dalam belajar. Maka dari itu merdeka belajar yang dikonsep oeh Ki Hajar Dewantara adalah
proses among. Sistem among menghendaki pendidikan sebagai tuntunan atau penuntun bagi
peserta didik. Guru tidak dapat berkehendak semaunya terhadap tumbuh kembang peserta
didik sebab setiap anak memiliki kodratnya sendiri. Seperti yang diibaratkan oleh Ki Hajar
Dewantara guru adalah seorang petani yang tidak dapat berkehendak terhadap tumbuhnya
padi untuk berubah dari kodratnya sebagai padi dan bagaimana padi tersebut dapat tumbuh
dan berkembang dari segi panjang, massa, atau kesuburannya. Seorang petani hanya dapat
memelihara tanaman padi itu sebaik-baiknya, memenuhi nutrisi yang diperlukannya untuk
dapat tumbuh. Hal itu berarti bahwa kita seorang guru harus bisa melayani segala
bentuk kebutuhan metode belajar siswa yang berbeda-beda (berorientasi pada anak). Kita
harus bisa memberikan kebebasan kepada anak untuk mengembangkan ide, berfikir kreatif,
mengembangkan bakat/minat siswa (merdeka belajar), tapi kebebasan itu bukan berarti
kebebasan mutlak, perlu tuntunan dan arahan dari guru supaya anak tidak kehilangan arah
dan membahayakan dirinya.

Maka dari itu kalau dicermati dari kacamata kodrat murid tersebut, pendidikan harus
mencakup ranah cipta, rasa, dan karsa atau kognitif, afektif, dan psikomotorik anak agar
mereka menjadi manusia yang dapat menjawab tantangan yang sesuai dengan zamannya.
Sistem pendidikan sering dimaknai sebagai sistem besar yang hanya dapat dilakukan oleh
pemerintah atau pemangku kekuasaan. Seperti yang kita ketahui pendidikan adalah sistem
yang terjadi di dalam keluarga, ruang kelas, dan bahkan kelompok diskusi kecil kita. Melalui
komunitas belajar tersebut, seorang guru dapat membentuk kecerdasan dan karakter anak
secara simultan.

Maka dari itu konsep memerdekakan peserta didik yang akan saya lakukan Ketika menjadi
seorang guru adalah berusaha menciptakan iklim belajar yang kondusif agar peserta didik
merasa nyaman, aman dan termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran. Berusaha
untuk membantu peserta didik untuk mengeksplore bakat dan minat masing-masing agar
berkembang sesuai dengan kodratnya dengan menggunakan metode pembelajaran dan
asesmen yang efektif yang saya tuang didalam modul ajar yang dalam pelaksaannya
menyesuaikan dengan paradigma baru agar tercapainya tujuan pembelajaran. Dengan tidak
memaksakan hasil belajar dengan target yang tinggi dan seragam, menerima perbedaan
karakter dan minat peserta didik dengan bersikap secara adil tanpa meninggalkan peserta
didik yang slow learner. Memberikan kebebasan dan memerdekakan peserta didik untuk
mengeksplore pengetahuan mereka secara mandiri, tidak mendikte hasil pekerjaan atau
tugas harus sama satu dengan yang lain, dan bebas berekspresi.

2. Berilah Karya nyata yang merupakan sebuah perumpamaan yang Anda gunakan sebagai
wujud kontekstual pemahaman Anda terhadap pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara.

Menurut Ki Hajar Dewantara Pendidikan dan pengajaran tidak dapat dipisahkan karena
pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses
pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir
dan batin. Sedangkan Pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan
kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai amggota masyarakat.
KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka
pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya.

Ki Hajar Dewantara memberikan pemikirannya tentang Dasar-dasar Pendidikan. Menurut


KHD, Pendidikan bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar
mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Guru
itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak,
agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat
anak.

Disini peran guru sangat diperlukan untuk mendidik dan mengajar peserta didik yang mana
disanalah terjadi proses memanusiakan manusia, sehingga harus memerdekakan manusia
dan segala aspek kehidupan baik secara fisik, mental, jasmani dan rohani. Hal positif yang
bisa diterapkan di kelas ataupun sekolah adalah sistem among. Menurut Ki Hadjar
Dewantara system Among merupakan metode yang sesuai untuk pendidikan karena
merupakan metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada asih, asah dan asuh
(care and dedication based on love).

Pendidikan yang menggunakan sistem Among bersendikan pada dua hal yaitu: kodrat alam
sebagai syarat untuk menghidupkan dan mencapai kemajuan dengan secepat-cepatnya dan
kemerdekaan sebagai syarat untuk menghidupkan dan menggerakkan kekuatan lahir dan
batin anak hingga dapat hidup mandiri. Sistem Among sendiri sering dikaitkan dengan asas
berikut ini:

1. Ing Ngarso Sung Tuladha yang memiliki arti Di depan guru harus memberikan
teladan seluruh aspek kehidupannya. Hal ini, mencerminkan bahwa menjadi
seorang guru harus bisa memberikan sebuah keteladanan dan menjadi teladan.

2. Ing Madya Mangun Karsa Seorang guru harus bisa membangun semangat,
motivasi, dan gairah hidup untuk menuju masa depan yang lebih baik. Hal ini
menjelaskan bahwa menjadi seorang guru harus mampu memberikan dorongan
serta motivasi bagi peserta didik untuk dapat mengembangkan kemampuan dan
potensi dirinya.

3. Tut Wuri Handayani yaitu guru harus dapat mengikuti dengan baik terhadap para
murid yang telah menunjukkan sikap perilaku yang benar (baik,jujur,cerdas).

Asas ini telah banyak dikenal oleh masyarakat dari pada Sistem Among sendiri, karena
banyak dari anggota masyarakat yang belum memahaminya. Sistem Among berasal dari
bahasa Jawa yaitu mong atau momong, yang artinya mengasuh anak. Guru disebut pamong
yang bertugas untuk mendidik dan mengajar anak sepanjang waktu dengan kasih sayang.
Tujuan dari Sistem Among adalah membangun anak didik untuk menjadi manusia beriman
dan bertaqwa, merdeka lahir dan batin, budi pekerti luhur, cerdas dan berketrampilan, serta
sehat jasmani dan rokhani agar menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan bertanggung
jawab atas kesejahteraan tanah air serta manusia pada umumnya. Dalam pelaksanaan Sistem
Among, setelah anak didik menguasai ilmu, mereka didorong untuk mampu
memanfaatkannya dalam masyarakat, didorong oleh cipta, rasa, dan karsa.

Karya nyata yang bisa dilakukan oleh guru yang merupakan sebuah perumpamaan yang bisa
gunakan sebagai wujud kontekstual pemahaman terhadap pemikiran-pemikiran Ki Hajar
Dewantara adalah dengan menerapkan Kegiatan Pembelajaran yang sesuai dengan konsep
system among yang dilakukan dengan langkah kegiatan sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi peserta didik.
Identifikasi peserta didik dilakukan berdasarkan; data diri siswa meliputi nama, usia,
tempat tinggal, kondisi keluarga, pekerjaan orang tua, riwayat kesehatan, bakat dan
minat.
2. Pengidentifikasian gaya belajar yang meliputi audio, visual, audiovisual maupun
kinestetikanya.
3. Pencatatan kelebihan dan kekurangan serta hambatan-hambatan siswa dalam
mengikuti pembelajaran di sekolah baik pembelajaran daring maupun pembelajaran
tatap mukanya. Pencatatan data diatas dilakukan melalui dua tahap, tahap pertama
pencatatan data secara langsung di dalam ruang kelas, dan pencatatan kedua
dilakukan secara daring melalui aplikasi google form.
4. Pengelompokan peserta didik menyesuaikan hasil pendataan.
Guru melakukan pengelompokan peserta didik berdasarkan hasil data yang
dikumpulkan, pada pembelajaran pertama materi Matematika, guru mengelompokan
berdasarkan gaya belajarnya masing-masing, bagi peserta didik yang menyukai gaya
belajar visual, maka metode, pendekatan dan strategi menggunakan metode
pembelajaran visual begitu pula kelompok lain disesuaikan dengan gaya belajarnya
masing-masing.

3. Menurut pendapat Anda, bagaimana identitas manusia Indonesia yang baik agar menjadi
sebuah landasan mengimplementasi pendidikan di Indonesia?

Identitas manusia Indonesia merupakan Identitas manusia yang unik dan dimiliki oleh
bangsa Indonesia saja. Hal itu dikarenakan manusia Indonesia memiliki banyak
keberagaman, dari mulai suku, agama, ras, budaya, adat istiadat dan karakter yang membuat
manusia Indonesia menjadi unik. Keberagaman budaya di Indonesia merupakan kenyataan
historis dan sosial yang tidak dapat disangkal oleh siapa pun. Keunikan budaya yang
beragam tersebut memberikan implikasi pada pola pikir, tingkah laku, dan karakter yang
sering kali berbeda satu sama lainnya. Oleh karena itu, pergumulan antar budaya
memberikan peluang terjadinya konflik manakala tidak terjadi saling memahami dan
menghormati satu sama lain. Proses untuk meminimalisasi konflik ini memerlukan upaya
pendidikan yang berwawasan multikultural dalam rangka pemberdayaan masyarakat yang
majemuk dan heterogen agar saling memahami dan menghormati serta membentuk karakter
yang terbuka terhadap perbedaan.
Pendidikan dalam bingkai keIndonesiaan merupakan penegasan kesederajatan martabat
manusia Indonesia. Meskipun manusia Indonesia lahir, hidup dan berkembang dalam
kebhinekaan, namun hal tersebut tidak menjadi membagi golongan minoritas dan mayoritas
untuk memecah belah kesatuan dan persatuan. Dalam prespektif pendidikan, bermacam
sosio kultural di Indonesia justru dimaknai sebagai salah satu upaya untuk mengurangi
pengaruh budaya asing dengan menerapkan pembelajaran sosiokultural untuk menuntun
dan membentuk karakter peserta didik. Sebagai bangsa Indonesia kita boleh mengadopsi
sistem negara manapun kemudian kita terapkan untuk Indonesia, namun jangan lupakan
pendidikan kultural dan nasional serta ajarkan nilai-nilai luhur yang menjadi identitas
manusia Indonesia.
Identitas manusia Indonesia sebagai manusia pancasila, dimana pancasila sebagai landasan
filosofis memuat jiwa bangsa, cita-cita luhur bangsa, rasa-perasaan sebagai bangsa, dan
nilai-nilai hidup berbangsa. Menjadikan manusia Indonesia kaya akan nilai-nilai luhur yang
hidup dalam kebiasaan, menjadi nafas dalam setiap langkah manusia Indonesia. Nilai-nilai
luhur yang bersumber dari pancasila inilah yang dijadikan akar dari pendidikan karakter
sehingga ditanamkan kuat-kuat dalam pendidikan nasional, proses belajar untuk peserta
didik.

Sejalan dengan itu, Profil Pelajar Pancasila adalah perwujudan pengimplementasian pelajar
Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila yang memperkuat identitas sebagai manusia indonesia,
dengan beberapa ciri utama, yaitu: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak
mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
Perumusan kebijakan dan pelaksanaan pembangunan bidang pendidikan dan kebudayaan
akan mengedepankan inovasi guna mencapai kemajuan dan kemandirian Indonesia. Sesuai
dengan kepribadian bangsa yang berlandaskan gotong royong. Dimensi-dimensi tersebut
menunjukkan bahwa profil pelajar Pancasila tidak hanya fokus pada kemampuan kognitif,
tetapi juga sikap dan perilaku sesuai jati diri sebagai bangsa Indonesia sekaligus warga
dunia. Meskipun pendidikan merupakan investasi dalam menghadapi tantangan masa
depan, pendidikan nasional harus tetap berakar kuat pada bangsanya sendiri, yakni
pendidikan yang tidak meninggalkan akar-akar sejarah dan kebudayaan bangsa Indonesia.
Pendidikan yang tidak didasari oleh budaya bangsa akan menghasilkan generasi yang
tercabut dari kebudayaan.
4. Bagaimana pendapat Anda, tentang: Guru harus memberikan perspektif reflektif kritis
berdasarkan pemahaman dan internalisasi tentang pendidikan yang berpihak pada peserta
didik dan memerdekakan peserta didik dalam pendidikan abad ke-21?

Pembelajaran dengan memberikan tugas, sudah tidak sesuai dan sejalan dengan
pembelajaran abad 21. Pembelajaran ini melatih siswa untuk berpikir kritis, komunikatif,
berkolaborasi dan kreatif. Pembelajaran penugasan terkesan hanya sekedar memindahkan isi
buku teks pada jawaban-jawaban pertanyaan yang diberikan. Proses berpikir kritis dan
kreatif sudah tidak bisa dilatihkan pada siswa dengan pembelajaran seperti itu.

Selain itu pembelajaran yang diharapkan harus berpihak pada siswa. Seperti yang kita
ketahui Bersama, Pendidikan yang berpihak kepada peserta didik adalah pendidikan yang
memfasilitasi kebutuhan peserta didik dimana peserta didik terdiri dari berbagai latar
belakang karakteristik yang berbeda mulai dari ras suku agama adat budaya minat motivasi
gaya belajar dan tingkat kecerdasannya sehingga guru memihak kepada peserta didik agar
peserta didik bebas menentukan pembelajaran yang diinginkan namun tetap sejalan dengan
tujuan pembelajaran nasional dan capaian pembelajaran yang telah ditentukan hanya caranya
saja yang berbeda atau dilakukan pembelajaran berdiferensiasi.

Dalam hal ini Guru tidak boleh memaksakan kehendaknya dengan memberikan perintah.
Siswa diberikan merdeka dalam belajar. Mengambil keputusan, memberikan pendapat dalam
belajar merupakan kemerdekaan belajar yang harus diperhatikan oleh guru. Pembelajaran ini
bertujuan siswa memiliki pemikiran kritis dan dapat merefleksikan dalam melalui diskusi
maupun dalam menjawab pertanyaan di akhir proses pembelajaran. Tolak ukur dari
keberhasilan pembelajaran ini siswa mampu memberikan pemikiran kritis melalui bertanya
saat proses pembelajaran secara virtual. Siswa juga diharapkan berpikir reflektif setelah
selesai proses pembelajaran. Menyampaikan kesulitan-kesulitan dalam proses pembelajaran
yang dilakukan sebelumnya secara merdeka tanpa tekanan dari guru.

Pendidikan yang memerdekakan berasal dari pemikiran Ki Hajar Dewantara yang artinya
pendidikan yang memerdekakan lahir dan batin. Merdeka lahir dan batin berarti Mandiri bisa
berdiri sendiri tidak tergantung pada orang lain sadar juga tentang hak dan kewajibannya
sebagai anggota masyaraka, supaya nanti bisa berpartisipasi dan berkontribusi kepada
masyarakat.

Menurut pemikiran Ki hajar Dewantara dengan semboyanya “Ing ngasa sungtulada, Ing
madya mangun karsa, tut wuri handayani” merupakan pegangan guru dalam melaksanakan
tugas sebagai pendidik. Guru memberikan teladan di depan di tengah memberikan semangat
dan di belakang memberikan dorongan. Filosopi Pendidikan menurut beliau, pendidik itu
adalah seorang petani yang memelihara tumbuh dan berkembangnya tanaman, sehingga
hasilnya bisa dinikmati oleh semua orang. Anak didik memiliki bakat alam. Biarkan anak
didik berkembang sesuai dengan kodrat dan zamannya. Berpikir kritis dalam pembelajaran
merupakan keterampilan pembelajaran di abad 21. Keterampilan ini dapat dilatihkan melau
bertanya dalam proses pembelajaran. Salah metode yang dilakukan dalam proses
pembelajaran dengan diskusi dengan memberikan stimulus, agar siswa bisa berlatih berpikir
kritis.

Anda mungkin juga menyukai