SoD KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI BADAN STANDAR, KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakartal0270 ‘Telepon (021) 5737102, 5733129, Faksimile (021) 5721244, 5721245 ‘Laman litbang kemdikbud.go.id ‘SALINAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDAR, KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI NOMOR 009/H/KR/2022 ‘TENTANG DIMENSI, ELEMEN, DAN SUBELEMEN PROFIL PELAJAR PANCASILA PADA KURIKULUM MERDEKA KEPALA BADAN STANDAR, KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan kebijakan Kurikulum Merdeka, perlu menetapkan Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi tentang Dimensi, Elemen, Dan Subelemen Profil Pelajar Pancasila pada Kurikulum Merdeka; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 87, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6676) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2022 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2022 NomorMenetapkan 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6762); Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2021 tentang Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 156); Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 28 Tahun 2021 tentang Organisasi dan ‘Tata Kerja Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan ‘Teknologi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 963); Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020 - 2024 (Berita ‘Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 555); Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 5 Tahun 2022 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 161); Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan ‘Teknologi Nomor 7 Tahun 2022 tentang Standar Isi pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 169); Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan ‘Teknologi Nomor 56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran; MEMUTUSKAN: KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDAR, KURIKULUM, DAN ASESMEN —- PENDIDIKAN — KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI TENTANG DIMENSI, ELEMEN, DAN SUBELEMEN PROFIL PELAJAR PANCASILA PADA KURIKULUM MERDEKA,KESATU KEDUA KETIGA KEEMPAT 3 Menetapkan Dimensi, Elemen, dan Subelemen Profil Pelajar Pancasila Untuk Pembelajaran di Satuan Pendidikan Pelaksana Kurikulum Merdeka. Dimensi, Elemen, dan Subelemen Profil Pelajar Pancasila digunakan dalam projek penguatan profil pelajar Pancasila di Satuan Pendidikan Pelaksana Kurikulum Merdeka. Menetapkan Dimensi, Elemen, dan Subelemen Profil Pelajar Pancasila pada Kurikulum Merdeka dalam Lampiran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini. Keputusan Kepala Badan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 15 Februari 2022 KEPALA BADAN STANDAR, KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN, TTD. ANINDITO ADITOMO Salinan sesuai dengan aslinya, NIP 198210152009121003‘SALINAN LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDAR, KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN NOMOR 009/H/KR/2022 ‘TENTANG, DIMENSI, ELEMEN, DAN SUBELEMEN PROFIL PELAJAR PANCASILA PADA KURIKULUM MERDEKA A. Pendabuluan Profil pelajar Pancasila merupakan bentuk penerjemahan tujuan pendidikan nasional. Profil pelajar Pancasila berperan sebagai referensi utama yang mengarahkan kebijakan-kebijakan pendidikan termasuk menjadi acuan untuk para pendidik dalam membangun karakter serta kompetensi peserta didik. Profil pelajar Pancasila harus dapat dipahami oleh seluruh pemangku kepentingan karena perannya yang penting. Profil ini perlu sederhana dan mudah diingat dan dijalankan baik oleh pendidik maupun oleh pelajar agar dapat dihidupkan dalam kegiatan sehari-hari. Berdasarkan pertimbangan tersebut, profil pelajar Pancasila terdiri dari enam dimensi, vaitu: 1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, 2) mandiri, 3} bergotong-royong, 4) berkebinekaan global, 5) bernalar kritis, dan 6) kreatif. Keenam dimensi profil pelajar Pancasila perlu dilihat secara utuh sebagai satu kesatuan agar setiap individu dapat menjadi pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila. Pendidik perlu mengembangkan keenam dimensi tersebut secara menyeluruh sejak pendidikan anak usia dini. Selain itu, untuk membantu pemahaman yang lebih menyeluruh tentang dimensi-dimensi profil pelajar Pancasila, maka setiap dimensi dijelaskan maknanya dan diurutkan perkembangannya sesuai dengan tahap perkembangan psikologis dan kognitif anak dan remaja usia sekolah. Selanjutnya, setiap dimensi profil pelajar Pancasila terdiri dari beberapa elemen dan sebagian elemen dijelaskan lebih konkrit menjadi subelemen. Berikut uraian terkait profil pelajar Pancasila.B. Dimensi, Elemen, dan Subelemen Profil Pelajar Pancasila 1, Dimensi Beriman, Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berahlak Mulia Pelajar Indonesia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia adalah pelajar yang berakhlak dalam hubungannya dengan ‘Tuhan Yang Maha Esa. Ia memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta menerapkan pemahaman tersebut dalam kehidupannya sehari-hari Ada lima elemen kunci beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia: (a) akhlak beragama; (b) akhlak pribadi; (c) akhlak kepada manusia; (4) akhlak kepada alam; dan (¢) akhlak bernegara a. Akhlak beragama Pelajar Pancasila mengenal sifat-sifat Tuhan dan menghayati bahwa inti dari sifat-sifat-Nya adalah kasih dan sayang. Ia juga sadar bahwa dirinya adalah makhluk yang mendapatkan amanah dari Tuhan sebagai pemimpin di muka bumi yang mempunyai tanggung jawab untuk mengasihi dan menyayangi dirinya, sesama manusia dan alam, serta menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Pelajar Pancasila senantiasa menghayati dan mencerminkan sifat-sifat llahi tersebut dalam perilakunya di kehidupan sehari-hari. Penghayatan atas sifat-sifat Tuhan ini juga menjadi landasan dalam pelaksanaan ritual ibadah atau sembahyang sepanjang hayat. Pelajar Pancasila juga aktif mengikuti acara-acara keagamaan dan ia terus mengeksplorasi guna memahami secara mendalam ajaran, simbol, kesakralan, struktur keagamaan, sejarah, tokoh penting dalam agama dan kepercayaannya serta kontribusi hal-hal tersebut bagi peradaban dunia. b. Akhlak pribadi Akhlak yang mulia diwujudkan dalam rasa sayang dan perhatian pelajar kepada dirinya sendiri. la menyadari bahwa menjaga kesejahteraan dirinya penting dilakukan bersamaan dengan menjaga orang lain dan merawat lingkungan sekitarnya. Rasa sayang, peduli, hormat, dan menghargai diri sendiri terwujud dalam sikap integritas, yakni menampilkan tindakan yang konsisten dengan apa yang dikatakan dan dipikirkan. Karena menjaga kehormatan dirinya, Pelajar Pancasila bersikap jujur, adil, rendah hati, bersikap serta berperilaku dengan penuh hormat. Ia selalu berupaya mengembangkan dan mengintrospeksi diri agar menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya. Sebagai wujudmerawat dirinya, Pelajar Pancasila juga senantiasa menjaga kesehatan fisik, mental, dan spiritualnya dengan aktivitas olahraga, aktivitas sosial, dan aktivitas ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing- masing, Karena karakternya ini, ia menjadi orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, serta berkomitmen untuk setia pada ajaran agama dan kepercayaannya serta nilai-nilai kemanusiaan. Alchlak kepada manusia Sebagai anggota masyarakat, Pelajar Pancasila menyadari bahwa semua manusia setara di hadapan Tuhan. Akhlak mulianya bukan hanya tercermin dalam rasa sayangnya pada diri sendiri tetapi juga dalam budi luhurnya pada sesama manusia. Dengan demikian ia mengutamakan persamaan dan kemanusiaan di atas perbedaan serta menghargai perbedaan yang ada dengan orang lain. Pelajar Pancasila mengidentifikasi persamaan dan menjadikannya sebagai pemersatu ketika ada perdebatan atau konflik. la juga mendengarkan dengan baik pendapat yang berbeda dari pendapatnya, menghargainya, dan menganalisisnya secara kritis tanpa memaksakan pendapatnya sendiri, Pelajar Pancasila adalah pelajar yang moderat dalam beragama. Ia menghindari pemahaman keagamaan dan kepercayaan yang eksklusif dan ekstrim, sehingga ia menolak prasangka buruk, diskriminasi, intoleransi, dan kekerasan terhadap sesama manusia baik karena perbedaan ras, kepercayaan, maupun agama. Pelajar Pancasila bersusila, bertoleransi dan menghormati penganut agama dan kepercayaan lain. la menjaga kerukunan hidup sesama umat beragama, menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing, tidak memberikan label negatif pada penganut agama dan kepercayaan lain dalam bentuk apapun, serta tidak memaksakan agama dan kepercayaannya kepada orang lain. Pelajar Pancasila juga senantiasa berempati, peduli, murah hati dan welas asih kepada orang lain, terutama mereka yang lemah atau tertindas. Dengan demikian, ia selalu berupaya aktif menolong orang-orang yang membutuhkan dan mencarikan solusi terbaik untuk mendukung keberlangsungan kehidupan mereka. Pelajar Pancasila juga senantiasa mengapresiasi kelebihan orang lain dan mendukung mereka dalam mengembangkan kelebihan itu.4. Akhlak kepada alam Sebagai bagian dari lingkungan, Pelajar Pancasila mengejawantahkan akhlak mulianya dalam tanggung jawab, rasa sayang, dan peduli tethadap lingkungan alam sekitar. Pelajar Pancasila menyadari bahwa dirinya adalah salah satu di antara bagian-bagian dari ekosistem bumi yang saling mempengaruhi. Ia juga menyadari bahwa sebagai manusia, ia mengemban tugas dalam menjaga dan melestarikan alam sebagai ciptaan Tuhan. Hal tersebut membuatnya menyadari_pentingnya merawat lingkungan sekitar sehingga ia menjaga agar alam tetap layak dihuni oleh seluruh makhluk hidup saat ini maupun generasi mendatang, Ia tidak merusak atau menyalahgunakan lingkungan alam, serta mengambil peran untuk menghentikan perilaku yang merusak dan menyalahgunakan lingkungan alam. Pelajar Pancasila juga senantiasa reflektif, memikirkan, dan membangun kesadaran tentang konsekuensi atau dampak dari perilakunya terhadap lingkungan alam. Kesadarannya ini menjadi dasar untuk membiasakan diri menerapkan gaya hidup peduli lingkungan, sehingga ia secara aktif berkontribusi untuk menjaga kelestarian lingkungan. . Akhlak bernegara Pelajar Pancasila memahami serta menunaikan hak dan kewajibannya sebagai warga negara yang baik serta menyadari perannya sebagai warga negara, la menempatkan kemanusiaan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi, Akhlak pribadinya mendorong Pelajar Pancasila untuk peduli dan membantu sesama, untuk bergotong-royong. Ia juga mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama, sebagai dampak dari akhlak pribadinya dan juga akhlaknya terhadap sesama. Keimanan dan ketakwaannya juga mendorongnya untuk aktif' menghadirkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sebagai wujud cinta yang dimilikinya untuk negara. Adapun alur dari perkembangan dimensi beriman, bertakwa kepada tuhan yang maha esa, dan berakhlak mulia sebagai berikut.vexunp ueqepered depeqinn sumpseaiedoy /eurne ssnququoy ywreqeurout “eysouopul sy=1U0, upep ueeseaiodani/ wurde waren angun-sneun ‘yeeaqueio anpjnuns rureyeurayy ‘quot BunBBuvyi0q Buck meyng AnpREUT HEqos sung 1p ersnureu wera dostioy, ueBuap ueuny yeys-auyis neve seHTeR Sue uay eXureureyeured uweyyesusur wus Hey treyoe vuednpryay were ueUR, uempeyay nneyeuray ‘eure [esos werefe yureyeusous ‘eae uednpryay unepep ‘uveseosaday /eureBe uered qeuaduous ump uweswosaday /eurete ‘eureyn ansun saneun ureyeuoyy smereuaqay wieqoe wep Sueur Suyeeus ‘wuiee fons qe, uroep weyeseanyp Buck eg eye Seq Ey, (wweseoredoy (WA weuny UesmaN Joule qesefos ions Bueso wep “ne ep ueeureeay—_quapy ‘ueeumeoy, roquae-toqusts) enais ‘te2efe) uvekesiedoy/eure#e uveseoiadoy/euree une ‘eure ansun ansun-ansun eusiuoy -aneun peusBuayy eur eps ueuiee peReqoe wey-uwerds uuep esuunp dosuoy, uweupp ynqasio} Tes yanquox, Baek eeureB 993, eoideya ep joqusis sjoquns peusBueyy anva eee PIV 1a. HON AUIPEIOg wep ‘esg EYE Bue, UeYNY, epeday eavferiog ‘UeUNLIEg IsusWC UXBUEquIEyed ANIY “T [EqeL, tueesearedoy, euresy eureyetog veg ee Sue, wey, uouepl uep reussuay uourojeqng‘Buequiss eseaee yepegs wep ‘Ters0s S454 SeHARSTE MOLTO, ensfaru0y wep 54 veimoos muireydesauant ‘wig wBBunyos wp Emp tondieg speftaus wep 0eq ues ueinye uefedniout eis08 top wares eanye ene mEpeKUayy uweeseateday, anqpsien yopeq! Bugued ue wepesuous e098 eupueur uep unn emeaoe epeay UeCURSKELAIN uepeay wep jesos Susy SHARE weyfuequiesuou ‘eaedniog wries 1ueyor wep ‘Tero ‘reuse mepeyoson ueuequitosay, iefuow eéuBunuad eoyynuepauoy tue] Surezo wep puss tap synitin eéutstionsaet0%, yeuon28t03, runerqeuiout e108 cuoysisuoy, uep 1ue19g, -resoq wey Ley umesesad ped isedisn sedioq e108 “uwpspoiaday|/eusede lweunjuny ueBuap tenses ‘yepeas ep sets0s 454 seuamDye ueyreyaus ueBu9p yueyar wep ‘qeyusut uoypoysoduoyy puas up ayrauin edugstianyesti63, suanyoauoy, unerqeuiaut wyi08 ‘eppey neve uErCUDGEH, sumyreduresuott uoyatety wep wei0g -resaq Uy uy eungeus ue youoUs wep ‘uexesesous uypuneu wopiag suveseaioday /eurese ‘weunjun) ueBuap ensos urn w1es98 eped! uexeuRse(ory eau Ys=9> seanye ens uurepep meeyeyzad ep wequtsioquiew ‘der “uglstp >yraun ep umpeseiqaiau Fein prey neve uereUsqay, uueypedureduaus 20394 eager ceqropepour umpeserquioyy Weawa reKPIY Hower wéuureeseatoday, fousse ‘ueununy rensos gute, ‘qepeay nexpetesqejour enwios weep Lp Ue ue / coyote 9699 ep ueyeY oH, ‘eBefuou eros ey ueyes ueyuETep ‘uep inpueus exeaes Buns pum sapas SeHUBKE EHOW ‘epyey neve uezeu9qa%, umpedureuaur yes0q, ‘mep ure] Buneso wep unpuas up depeysar _aninf des0q weqeREIG UO, vesuineekeatedan, fourete werefe yensos \qepeqt umsqetnesepout vesviquey ‘eéuureyseyo80% 0 /eyeUTE| e934 wep ue oso4 ‘wAefuaus wie yngma yeavesous ‘usesypsraquisut >yun Ep weeoniquiany were neve tresmuaqey tueypedureuaus ineioq, tue antag desisieq, ueyqeseiquiaus een ‘edutreesearedon, feuree yensoe qepeq! ueuesxeted me G—94 Uyortootst ein remauids wep ‘ewayy ‘stg exeo25 ug yeaeroyy souonu uepeal remy ueeuesseiedapquoy yorBue-yorsuey ueymyejow wep [esBUR, er yeduia) 1p dps, weBunySuy] yepeeeue eexynuopiBuoyy ‘ase yoduoyo% eye /uep Bue10 Suepued anpns wep umeseiad eBreysuaus toep ruretpeusoyy sueejsneretoy, weyoureynitisut usiuop ueepoqiod nuerequsfaus symm tsnjos Jpouraye weyroquiour ‘wurwsieq ueyspeseuniod peur Bures Tey oeyauopuayy pesundwiow Burs qvqoe eSequog isexyuapusut tuep ueyny weeds reoquog exeue tp reqne -qeqes dasuoy 1ureyeuioyy ‘ehugouomp ‘yeuied sgepn Bue ure Yodoye neve /uep ‘Suei0 Buepued ynpns ep ueerezad yuneqewioyy usreqepied mene syqyy uewpeay ureyEP nnyesiouied yepe reeqas ueepoqiod reSneysuaur ep ueeuresied weyoureynsuy ‘ecuqoussp nee reduinfip yeured >fepn Sues ure] odurojox neve ‘Buei0 Buepued inpns ep treesesad sor wep yryedsied peussuoy wun, weydio eBeqtog exeIe UieBurauviogen Buapes eur Sue ehuwpe wqyniopiuou SRNR Weeds UsBuep oun, eyo wiowiet odio nes weue — uvexdioyeBoqiog uwerdo re8oqioq dlocuoy Hueyeuay, UeBungRYsoIy KEYEWOR — ISEIYBUOPHBUON, reussuayi ere epedox. xenpye uoworg sypised wxeo08 ‘eauUreipjas BuBI0 ‘yatsod wsvo98 ‘ecusuodsaieu wea igafox wep LexrEqeH, ‘efusuodsaiou wep ueyereiquiaus sexiynitop uous yeyapimy Sue1 ep yexppro} Hue ‘HDs Ure] uBio wHEIEXsEU UEP YLIOYss —BuesO UEYANGEy —_-BuELO UoYANGDX sippdeied wep nyens2suvdurojfuy ip ysetsoide wep “yeuruL“Yeous wep eur Buepuewow wm — UEYLAqUIAIN weeIqay, —YREIYRUEPBUWY —_— “IoD HTeUSBUDYY “rwfem wreoos: spisod TeviaBtiows ein snisod exeoas—_exwoes suodsai sjedwojay sere suodsos weyuoquiout weep eduureypaimaus ‘ens poy weequag ep isos uep ueSungny yojsuod wep Lp Pj Bue feBeqos ume] Auwio wpoqiog uvp vuIeS BULK wefuop uewuresay Tet TeY IseAyHUSpHusu ep wures Sued wep eures 8ues sexynuopHBuoyy weeiginy, Tey Tey euaBuSy —_TeY-eY HEUaBUoy ysnueu epeday, Tepe UoMNDLS, mung worsisog UusBung-nyso19y, rareqewiopy et ueso epedax, neduiaiog uvepeaied eSreyBusut wep Urey Buvio uvauap ‘umeumssad 1 youreinuoyAINA wun eyeuesqejour ep seu mews IOYy ‘ope Buvs uvBunyyBust ise uouro|dusuou ‘usBuop ansjnde 81 wespniinnayy ‘esuureBunyfuy, 1p wpe Baws upysteoy9 UestuOULTE Yo ‘wiefuout ep uexpeerioy, urepureusur yryun ue noqenp esq Bus roy ueyoe uednpryay usepep ‘eduurespipsqeaduious sepes ‘e1e008 UeP ANA UEUNL, ‘epeday, weueuion, ueuop ehuuey SNA HOUR, wpedoy esuueuvusioy, ep pnihm reBeqos spequd ueSunusday sexe AINA weUR, wpEdoA, terest ue Buap, eXuueses wu08 “AA weURL pedoy, ueuetsioy, eBeqoe ueqyfemay wep ‘gen wera sxsmpetresayy ‘yey ‘ueiod yuretgewsout Uuep eAyNUOp HOY quavef Sungauey wep sey eyyHUAPHUI eH ISeAYHUPIBUAPY erefous9g Tepe usUI>I anges, ‘ecueBefuou symyun yReT9q, uep 261 )95 supe eBay, ureqyeurou eseiquey trope depo « >yepn undnew Busse, ‘qnang neve ay6q yedurep SNA weUNL ‘sysatiopu ‘eraoy, vase weges ueqifemoyy wep PHL ueqeUe STEIN yey neuasuoy ‘esurerpjos trope ueBumoyBu sepes ut wry weunsiaury Bef ne anajnses9q2. Dimensi Berkebhinekaan Global Pelajar Indonesia mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain, sehingga menumbuhkan rasa saling menghargai dan Kemungkinan terbentuknya budaya baru yang positif dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa, Elemen kunci dari berkebinekaan global meliputi_ mengenal dan menghargai_ budaya, kemampuan komunikasi interkultural dalam berinteraksi dengan sesama, dan refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan. a. Mengenal dan menghargai budaya Pelajar Pancasila mengenali, mengidentifikasi, dan mendeskripsikan berbagai macam kelompok berdasarkan perilaku, jenis kelamin, cara komunikasi, dan budayanya, serta mendeskripsikan pembentukan identitas dirinya dan kelompok, juga menganalisis bagaimana menjadi anggota kelompok sosial di tingkat lokal, regional, nasional, dan global. b. Komunikasi dan interaksi antar budaya Pelajar Pancasila berkomunikasi dengan budaya yang berbeda dari dirinya secara setara dengan memperhatikan, memahami, menerima keberadaan, dan menghargai keunikan setiap budaya sebagai sebuah kekayaan perspektif sehingga terbangun kesalingpahaman dan empati terhadap sesama. c. Refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan Pelajar Pancasila secara reflektif memanfaatkan kesadaran dan pengalaman kebinekaannya agar terhindar dari prasangka dan stereotip terhadap budaya yang berbeda, termasuk perundungan, intoleransi dan kekerasan, dengan mempelajari keragaman budaya dan mendapatkan pengalaman dalam kebinekaan. Hal ini membuatnya menyelaraskan perbedaan budaya agar tercipta kehidupan yang setara dan harmonis antarsesama. d. Berkeadilan Sosial Pelajar Pancasila peduli dan aktif berpartisipasi dalam mewujudkan keadilan sosial di tingkat lokal, regional, nasional, danglobal. la percaya akan kekuatan dan potensi dirinya sebagai modal untuk menguatkan demokrasi, untuk secara aktif-partisipatif membangun masyarakat yang damai dan inklusif, berkeadilan sosial, serta berorientasi pada pembangunan yang berkelanjutan.Adapun alur perkembangan dari dimensi berkebinekaan globasl sebagai berikut. -10-sony Buk sxoqU0y tuop Suvfired Suvk npjea Bueruas weep esos wep ‘epaqieg Buws weueyseoy ynyperd jeuosiod syaruoy urepep ——_“esepng yoduojax exa/npfemM wep yeduID} ‘exuypsraid uup ‘weeseosodoy efequog wep anqead 5 Sume10 uvBuop whuuwereiqey wuss ‘ueeseaseday, ‘woureyeured wep “ueeseoieday, ekuetepng wep efesepng wep utp -uwesEIG “e6epng, ‘uonypysiuad ‘ueySurperequios ump umsisdiqsepuany tuetrecqason, repeal mp ue menyqeyofuad Suero semua uexslurpuequiou Teustuayy ep seioidsystusK ‘exepng twp unideq eBeqos exp seyRuOpE ‘ehunreBuop ‘wsBuvq eepng “eduusp seinuepl seerrurw039q ep amueqia: BuRs tp ymusquious weep uep nyetiediog sureaoyes seynuop! ueysePpfuayy —wEYEG WEP eKepNq UTE] Fure1o wre> wps9 wean, Brena wuotseU Uep ‘[euo BAL — ULE UBSUPIuoM “wKUIEHASE UeTUNBUN Ww yodwojay weep wsepng e501 BES wrETEP 64 euas ‘eurerDjes — p jodwojey reBeqioq wderoqag wep eKULIP umeserga3, ‘syaquy| fensos wep 1p eXepnq weureBeroy wep eAuNp BueyUD} apr ‘Bueyuas apr-opr -weese1g33 odwojey uemoziway | myfem BUN wKepna —-—=MBRdD|sopUaUE -apI UBHIEdySepLoM —_uEdLNYSopUDUE uapt_wsepng semnuepY wep ynreSued sisqeueuay | ueyeqried jareyeusu —uep IsEIYHUEPBUIWY UEP SeAYRUaPBuayY wep sexyRUaPBuIyy neua8uay —eXepng wrepepuoN ‘eéepng meBreyfusus wep peusSuous uoWio(g (unger (unger 81-91 en ‘UX -X Zi-Ol wisn IAA (une 1-8 wIsN ‘ALIN 8-9 WSN anv Se19y) TOP AMPLY IG SEPM) TOPE NPIY IG SEPM) 98K NPV IG SEN) TOPPA NPV I —VeseLINVIG ese PTV Ia. owopeqns Teqorp ueexpurqayiog IsuoMIG ULFURquIoysod IMIY °Z PQBLvepaq-epeqig ‘Sues ehepnqaerise seeysiox, uegeyunaut ‘wep yareqeurous agra S210 wep ‘ues Bue, ‘erejue uesungnyy sisqeunBu9 yy snojetued weep ‘eduureyynfunuous ‘wus Bunqnyioy uytsowosduiout vesepng sejue jseUNUIO>|I99 ‘urepep nent tpeuaBous yedep eyes eseyeg, uvounslued depeysas ‘ehepng qnaeiuad scsoydso8Uoy ‘ey-yreyps uedMPIUEH, ‘ueep eéepng uequeysofour exednsog enw eyes wisouopul vesBunq wep ‘p ‘spequd seypuopt uesffuequiaSuas yraun eéepng vsipen uexesesout ep up(eysopout ‘eAuBunued tureyewOH eo ‘njusys} efepng niens vecepng — uREp UEP WKUIEIGOR yoduoyayze1ue uweBuno(fu 1p undnew weep epoqiog Sues wnqeus poyeq IseyuNUEY — yqHNEUE Bue reo uvepaqied —esetfeq wep wes wep ueeuwered ——“eyey reeunduod use yeu" ueisduysopuery ‘eKepng sejue syerapUr wep seq UNIO neq Buws woursyuied ‘eeau0p ty wep ueurepeuod sp esepng weureteiay, ypjosaduiout ep inounu gun uerwduoso3, Suck uiumuey ‘ueyuoquiout ump Suenjed — yedep meninafenon, feegnuepBusy —_emyeq FUIEYeUION, aureDI9s uefunySuy wP epaqiaq umes wuoqean fast yedep Sues yngny seyeq wep “sequied eye uesyeun Buu ‘ume Sueso wep ap wagqeg peusduoyy omar seqnuiafena9y luvyep wuws-pusestoq, dnpay wewreyeuiod ‘up umurepefuod Uuesisdiysapuayy suerpgd uuep ueesesad weydexsunsusur aymiun euxeunieg ues em tummowur peequag we younszuoyy eaaap ep wpoquag sine ‘eaepnq-esepng pEuLioyBuout mun uesqeseiquiow esepng seus IsoyuNUOYoR vesepng UuoureBerjaur9y depeysor euoyjfuout ese ueUNGUINLDYY‘age Buwso depoyios esuueyepun ‘eyias ueeceosaday ‘nopersied weBuap ejay ureBer9q, Sues uedunytu ip dnpry meurepetuad ep oedutep sn ‘emaoe HETOpOIONY e4n9y ueBuooned ‘umquoquiau ‘pasieg eri9s “wse2s Buwio uerps|souI9)y syedopuad Suequaos Baek Uuedumpund unsyfesuayy edutiodsasaus w1m9 wep nwoup Sues wxepng, sjodutojay reeqt0q ummeque® sng, suneBeioq Btek returogSu wrepep ‘eéuuayp uwurepesuad ‘ue wogesayut ep wrefejadip year vereoee umpexoyaraRY Sues ede use[afayy oo Efe nefurogSuy tp esepng Uumynafetas, usfuop eursxperovu ep ure Sues0 Buea) aefejadip yey Baws ‘ede ueryingasuoyy ‘qeumu wep yptoxae ued, -sepnq, meqnuafeunas, susp ‘ecuysqesoyur ep trey Surezo Stneyu9y ueexpuigey UeUEpeBued dupeyier quael BunsFueLIeq UEP YEON UOUIDLE ayns Bues senats ‘ursjep epesag Baek ‘ecunmp ueBuap epeqog, Buck semunwoy weanow eos uveseiod nesqsdinysopuout wep uexeuppoduoyy snjuayian jedsiod presepuour Sed yume ssunse Ueysepatuony euoyian wep THO] S140, surepep wut © vwmyep ay eAutaRp ‘ueBuap wpaqiog 3uek seyunuioy senate umjedunjsopuo wep merqeanpadurayy 184, eyes ueyejeseutiod peyeuous yun sivjedaied ureeraq uesBuIpueqwaN -mappes uetunsBuN, 1p yeenys wped esump tp wpaqiog Bus ‘ure Buei0 Buepured anpne uespespjioduous upp umsyeBuapuary ‘aye Sueio Suepued anpne qeuaiiuaus yedep uep unum Sues wider depeysoy veduureserepned uexsardsya8uayy yptoxe wep Brena ueBamoyBen cureep cusp ep epaqiag Bue ue Sumso Suepued ne ueyzeBuapuoK wep wn Buek ado depeysoy ‘wsucreSinepured uoytsardsy98u9}y sens wdeseqaq, ueqep esepnq, ‘wpaqiog Bud wes) wuniousut syraun terepesa%, wepinfuanuoyy yero926 wep efienay, erg ‘weep spysod Sues peyeos rexesona ure meyer teeurepeuad depexioy 839) spppedsied wequog neqynquinuou tep uesBuequiniedwoyy‘exBuvenid wep drnoasoys yejousur ‘wus wsueg rnyne ep yoduiopox, juep! uezequed oySurwowid wsstreg oye wep yodusojax ‘sexnuop! umsequied Surejuay exffuenesd eureypjas ueuNoysuy, 1 Hodwoya3, upp npuypur depeyson Buck wysuesesd p dnosinys nepyituaut ioy8u9KN eo ea gat Buns wouretpoused ueyredepusut synatin Bauureapies 1p luep seu HOyB Uap uerefemay reeqas eauidesycuour myusyoysquouey Bus ‘euresi9q uednprye3{ uueep eaepng seque uBunyniox, dapry uesumunoy ep cueueuer muyereBuayy ao ‘esepng rwuresi0q ‘uwermosay} ep uweyepeseutied ‘nprpuineyae lupunedesoy d eureyeued synseBuoduiout ‘esepng meepaqiad peusBueyy “repos seapjes usdunoy@uy ueBuroizuy epoqiag Buk ‘ehepng whirepe muere8uayy vesepng eepaqied uesseresuoypues eneoas wmnquen Uuep you99 wres9e uespyd se3ens0q ‘sowoud mpepaut ‘puresieq ueuusdoy, symun uesryndoy, wep ueyid ueyryuouau reedisrrediog, presen seynuapt uerosepi5q, weyepun nzens weynsqeaut nersnatiog supped ‘pursing ueBunuedox, syrqun uesryndoy wep ‘ued meqnuouat ‘wuresieq neyedosip, sym wuresr9q ‘dues opovous wep neqedonip Sus waar ueqmuauaE — eayEny ueyMUOHANT urepp sedisnrediog —_ureyep rsedsnrediog ous up aoe Suek woud ep yeaDTe plone ueBuNBUNL Rdeqges eUNADES uBYAed qIMfesd UEP wp epe Buek yepeseut —reyepun edesaqaq, eHUNUOPIBUOAY uerffurpurequioyy op mueysopee Hany uespesep a4, vurmsiaq ttentseden, gmaun wend vedesaqaq ueymuauau rsedisrrediog, weqnfrep>%s0q wep put Bues exurepjes ‘ueSunyBuy] wep yours “yojoyes ueRunx um, depeqas rengeyuo%s0q, ‘ereo senynuapuayy [eisos ueypeasiog uowiara ‘uesnynday yenquiout veqnay une Suez0 wep ‘ecunp uegmangay, ‘wey seeepi9q med-aneygd seygnuapisuoy eusiuow wep Sesuuse] ueepaqiad ne “une squat “sea ‘nains ‘eute uvepeqied Supptrewiom edie) weueuioyied wretuoyy eos, uedunoy@uy, ‘ueymususut svdisn medioq, ren ‘esuueway ump sp umepaqiad Buepuewout edu weuwurayiod uefuoyy vwuresioq wesnanda, uueqiqureiuad sasoid urepep isedisnediog, mexnfineyo329q, wep “ype senptUE Bues yee ungaequiow‘wauureqatemort ep eH dosuoy sea Bua symvun fenyos preouaus depeyior vxuiserydut ‘whiae “nequfenay ep yey dasuioy rareyeuayy Lupe yoduioy2n /Beres0 >rey Sunpu syraun yea eaureyDIas Bueso wep Lp nojptuiod unsisejafuiour synqun war dosuoy weeun Suey “exunsyeiad depeysoy yserydu e08 ‘ereqafemony rep eH dasuoy rureyewoyy deyie yqumeduous qe en “eSunoperod ao ‘eSunspejod depen ‘esuyserydan eros ‘uegenory ep 64 dlastioy wreqeueHy spenjomop ‘wie uaqifema>, ep sey ‘nero rsequnuepuayy yRIO95 wep eaienay, ueBuro(zuy cupep whuuresod, uep ueeperaqay, eua2uau win eenjounp cuepep nprappur weed mre yeuiayy3. Dimensi Bergotong Royong Pelajar Indonesia memiliki kemampuan _bergotong-royong, _yaitu kemampuan untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah dan ringan. Elemen-elemen dari bergotong royong adalah kolaborasi, kepedulian, dan berbagi a. Kolaborasi Pelajar Pancasila memiliki kemampuan kolaborasi, yaitu kemampuan untuk bekerja bersama dengan orang lain disertai perasaan senang ketika berada bersama dengan orang lain dan menunjukkan sikap positif terhadap orang lain. la terampil untuk bekerja sama dan melakukan koordinasi demi mencapai tujuan bersama dengan mempertimbangkan Keragaman latar belakang setiap anggota kelompok. la mampu merumuskan tujuan bersama, menelaah kembali tujuan yang telah dirumuskan, dan mengevaluasi tujuan selama proses bekerja sama. Ia juga memiliki kemampuan komunikasi, yaitu kemampuan mendengar dan menyimak pesan dan gagasan orang lain, menyampaikan pesan dan gagasan secara efektif, mengajukan pertanyaan untuk mengklarifikasi, dan memberikan umpan-balik secara kritis dan positif. Pelajar Pancasila juga menyadari bahwa ada saling-ketergantungan yang positif antar- orang, Melalui kesadaran ini, ia memberikan kontribusi optimal untuk meraih tujuan bersama. Ia menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya semaksimal mungkin dan mengapresiasi upaya yang telah dilakukan anggota lain dalam kelompoknya. b. Kepedulian Pelajar Pancasila memperhatikan dan bertindak proaktif terhadap kondisi di lingkungan fisik dan sosial. Ia tanggap terhadap kondisi yang ada ingkungan dan masyarakat untuk menghasilkan kondisi yang lebih baik. Ia merasakan dan memahami apa yang dirasakan orang lain, memahami perspektif mereka, dan menumbuhkan hubungan dengan orang dari beragam budaya yang menjadi bagian penting dari kebinekaan global. Ia memiliki persepsi sosial yang baik sehingga ia memahami mengapa orang lain bereaksi tertentu dan melakukan tindakan tertentu. Ia memahami dan menghargai lingkungan sosialnya, serta menghasilkan situasi sosial yang sejalan dengan pemenuhan kebutuhan berbagai pihak dan pencapaian tujuan, “18.c. Berbagi Pelajar Pancasila memiliki kemampuan berbagi, yaitu memberi dan menerima segala hal yang penting bagi kehidupan pribadi dan bersama, serta. mau dan mampu menjalani kehidupan bersama yang mengedepankan penggunaan bersama sumber daya dan ruang yang ada di masyarakat secara sehat. Melalui kemampuan berbagi, ia mampu dan mau memberi serta menerima hal yang dianggap berharga kepada/dari teman sebaya, orang-orang di lingkungan sekitarnya, dan lingkungan yang lebih luas. la mengupayakan diri dan kelompoknya untuk memberi hal yang dianggap penting dan berharga kepada orang-orang yang membutuhkan baik di lingkungannya maupun di masyarakat yang lebih, luas (negara dan dunia). Adapun alur perkembangan dari dimensi bergotong royong adalah sebagai berikut. -19-edeouat wund \eyeseu wHeqiaq wwqeunsBuauE ‘ey98 4DI—]9 ‘erwo0s vipat UEP joqulle wiequaq weqeun Bust jody wep ure aynvun speunsuows joy “ueymuanp jepns Buwk 8s uueBuap tenses euresiaq, twenty redeouous 3ymyun ‘euresefioy wjojeBuous ep ain unimequiony [unger 81-91 wisn ‘IX - X Sep>y) 4 2664 SUSY I vouress0q tawny redeousut wun reuosrodioyuy ueBungny, senqeny uesperSuruoU ainvun eke yeepretraut uss ‘jHp[9]9 BIE99s eIpaUt tuep roquae reequaq, eqeunaBous ure veuresieg twenty redeouour ep ue JDP wlsD}9q 810 vpedoy we aque eis wenn redeousus up uereiioy ueqeuEseyour Smqun ype] Sues weyepun ueBuap EnpuEE ueqepun uesErET—AUayy lunges ster Bsn ‘xt HA Sey) a 2504 4p 1G veunesioq ‘wenfin redeouour 5maun ‘ure Bue10 epedon, uopepe waeoos wpa upp roquas eBeqi9q, uesjeundBuow uesed uueqnedureduous wep saquins releqieg tep eeusiopu sureyeusoyy (uvdeny) wsenjadsye mpinfunoyy a pout tuep joquate reBeqiaq meqeundiuow wee servos jseuttoj ueeduresuotr wep ure snesyd uedeyin umypedurestp Bue reunojut yureyeuioyy sjodunoyas, uwonfin wep uederey, uueusp rensas Suv weyepun uesqidureusy pemroqeton watnatg, (une g1-01 w8nTA-A, ‘S0[23H} 5 9Bes AILPAY IC ‘sojay) 9864 PAY IC. ‘puss eXueye> seyey ueseunuoU ‘ume Sues0 epedan, upiiaps jseuoj ueseduresuotr rouresiog weyersox, enges urerep oduioyax, weyLi2q'p ‘Buek tnsed eyi9e sen ueyeuwsyejour ep wuns019yy [unger g-9 e soap) V 250g SIU 1a Buofsoy-Buoio3iog tsuowg ueTuequioysod MTV “¢ PAUL, meng wsetgeq urepep et, ueydesjdundusu ‘uep euetpopos reuop rear sayy (Bue10 gai nee ‘enp ue yodwoiax, ueBuap uererBoy, EEE urpep wuresi9q eliayag weeiquag anva ees aNPIV 1 ures efsay uowiojoqngwurwsiag went edeouour eure: ‘unvpep ehuneqepe rsusnxesu0y, yensas 2086 yoduioyey, IMEI ‘undiveus penpuarput steos eq Ba19UE tweqnangay synuouious rpuequiaur Buyes yedep yoduojoy eoaBue xed weynangsy synuouiout snyuequiaw Buses sedep uep nuisd Buyseu Buyers wdutseBtreamgon, ue ueyiastant usBuap yoduiojey wio8Bue ‘eatqeq rexpinfunous Buv6 yoduiojey wereido, usyisexysuomapuay, resurreyran go rynusureu Suvi0 dunes undoysou eatieg empeSuoyy eo seni ureredeoieioy depeqian ‘eduureiad youonj2eti0y muequisus Suyqes esunpred wep eduereyrange, yuewout weep ure, ‘Surexo ueyymnquiout Bueio dense ‘emngeq eepe dey anqasiay ueyepedosoy, ueqeursvien ‘eduereynuoued wepep une Sues0 pynysuroU Bue npuse rp ueymanga>, -ueyrange>t neustuayy anqesio1 ueyeredasoy, ‘esurepe espe wou Buytos ugeusiaq eeUESIEION sure S230 ep unpues sap weyrange%, wenger, weyeduesuou ump sqeustu9yy rysod ue BunnuwB.oro -Bupes[ejunp ‘ereBou) sent go] Buek yeryeressou aquiow repesednBuayy uwen(iy ueredeoued rep uvelianad unyesatasuad ‘wxfines urepep ueydereutp Buek ueBusp ‘naoe uodeasous ure Suei0 wae ywdoy Bus ueyepun HEINOLESA aie uigay Bek ueepeay reise usu ‘ymiun yexeseeou usqrangey weBuep renses genqunuosiea wep ecupeisos weed umuny ue8uap, rnsas reisos wena, dopeysoy dessus e88un yeduion reIN}98 1p aquious uesqesednBiayy sumydeseyp Buek uodga ieqydaneuaut ‘ure Sue10 see yeas Bue seat Sueso use ep qeqoe Bueusy uenyeyaBusd uwsqouns3uayy seyeressour ueyranges| weep rensas isnqunuo3i9q ump esupeiaoe lwesed ueamura wus, ensas pesos ueumyBer, depeyioy desu oo TeUSyP EPA -TEUEAIP jepa undeu tundneus euaoqp ues euonsp Bure yq jpeg verqene eeu / ee E92 ye uur usBun{8uy tp Bues0 1p Bue10-Bues0 ‘Sue10 erep/epedar, sep epeday wBexi0q ‘wunrouou ump Hoque}, eqiog uawo(g veseqos ueBusp uoueursrid ‘eyiae “yojoj9s “wB.on35 ‘sjaquoy unepep ‘ekuqeqesuad rep ue ied deBtrep ep Haquiayy Sueio wees pefeqiog — uodeos uedureuous eusuow uenyeyoBued ure ueydesouayy equa Sueio uwsere sq are euaNY ume Buero ueBuap 1seIa19q ueyepun uexrofejeur ‘uerpnuisy, “rojo ‘ueymumy usBuap wnsos ——uvBunyyuy 1p BuBI0 isos uefunyfiny -umso jertoaude usu depeyins deity uermpedex, uouyg wep ag E88 ‘ekugegastisd wep pjoe ueBunySa, 1p ure Burex0 peyuos oT ‘eduseyderifunsout -reypy9s tp Bue10 -Sureio epedy, Bequog yun pyeseiqiot POW se 1p}98 wesurexBu, sp ure Strezo sqeas geequog neusiuoy ‘yetoo ep qeuns sp ueynange%, uodeozou eeisoiduausu wep eusuous win eo vsdasied, eeos ueauno(8uH depeqsos desury4. Dimensi Manditi Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu pelajar yang bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya. Elemen kunci dari mandiri terdiri dari kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi serta regulasi diri, a. Pemahaman diri dan situasi yang dihadapi Pelajar Pancasila yang mandiri senantiasa melakukan_ refleksi tethadap kondisi dirinya dan situasi yang dihadapi mencakup refleksi terhadap kondisi diri, baik kelebihan maupun keterbatasan dirinya, serta situasi dan tuntutan perkembangan yang dihadapi. Hal ini akan membuat ia mengenali dan menyadari kebutuhan pengembangan dirinya yang sesuai dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi. Kesadaran tersebut akan membantunya untuk dapat menetapkan tujuan pengembangan diri yang sesuai dengan kondisi diri dan situasi yang dihadapi, memilih strategi yang sesuai, serta mengantisipasi tantangan dan hambatan yang mungkin terjadi. b, Regulasi diri Pelajar Pancas dan perilaku dirinya untuk mencapai tujuan belajar dan yang mandiri mampu mengatur pikiran, perasaan, pengembangan dirinya bi di bidang akademik maupun non akademik. la mampu menetapkan tujuan pengembangan dirinya serta merencanakan strategi untuk mencapainya dengan didasari penilaian atas kemampuan dirinya dan tuntutan situasi yang dihadapinya. Pelaksanaan aktivitas pengembangan iri dapat dikendalikan olehnya sekaligus menjaga perilaku dan semangat agar tetap optimal untuk mencapai tujuan pembelajarannya. la senantiasa memantau dan mengevaluasi upaya yang dilakukan dan hasil yang ypainya. Ketika menemui permasalahan dalam belajar, ia tidak mudah menyerah dan akan berusaha mencari strategi atau metode yang lebih sesuai untuk menunjang keberhasilan pencapaian tujuannya. -23-weep uEAYMINGIP Buek wopdureso234 luep ‘rand ‘ueuioy wep redun depeysor syayar LOOM, cuedep weeur 1 eduyiudlp wee Buee uvelisjed ump peso suerefeoquied sy23105, ped idepeuip usse Bue eda wert ep HEVENIIDM, sseygnuepiBuoy 2 81-91 WISN “IX - py) 9864 KPIY #0 Suek sefejoq arene weySuequpseduisur aimjun wduuroureesuad ‘eped ueysepuriog jnounus use 8uek synuseperre ump ipeqesd “yeu uep uendureur33, depeas snsqear ‘Sued wooed wnquI9W (ange e1-e1 wisn x1 HA SePy) G 9864 PLY IC. -ereo yeexyynuapiuout ‘wus Hp umtmequreBiaun wep -rofojaq wrepep wureg uureyfuow /Sunginpusut sedup Bueh ‘eAutayp sony yp undies ERP 1p JOMIEI-10PAE) vous ynaun Imjaper weNOPIEN, vesemap ‘Stre1o Lp >Hyeq weduun ‘uep esuidepentp Sues uesueuE ueyBuequinredurout usfuop uedumquioxp 4 Buvg wendurewioy, rsexyauapmiusut ‘ey98 ‘refejaq sey wep uvvuvssqelad depeqiay ews ‘seyeny| yrreBusd eprequressusyy A éutnp uesuequissued tuep temfejaqitad yequeysuou puau “ueeuiajoy “weyeryo% seygnuapi@usu rau, ISSUPL MOON soy umeyos uednpryot lwpyep eauunoperp Buwk ueipetay-umipetox, meymmsepiog iclepeny Sues uwBuEUe eUDE ecuueye12% wep ‘yoeysoud “tnendureo opiBuayy reuse, rep uerensiay, sseyypuapausu yr saya UOHOEPN, gpretane exeoes eauteyurers019% wep ‘wseysoid “uendureuay weymqurefiustt ep iseygnuapsuoyy dopouip 8ue6 sony uep Lp ueUeYEUIDY UWI} (unger z1-01 ‘e939 98EH ANPLY [mpueyy Isuomig uvBuRquiaysog ITY “b GPL ‘yeI0%28 sp undoes youn 1p ekureferoq, ‘weurepe ued Uuesyenuieoueny uno wep uveepereqet 198 Kp lerexnsan feu ep umenduretioy eusduoyy eur ‘anva eee anpIY 1. ap reyoyan ue BumquiaBuow depeup Bun wee} uowaaqnssuvetioyad wep “tsepas “seejoq ‘eya1uoy wped wexousut tar Btrex0 uefusp wexqesoquii9g ep sefeypq ueeuesyeod cuedap weeut sp ehusrney yequreyuaut new Suefunusur = cue Burezo ‘ekusepyoep ueSuop eXuisqesoyur ure] Suero weyMngax luep sefejoq senanoge ep uewseiad Buefunuou yedep —— we/Buequiprodurous fe isos wjojafuau ——ueuap yeday exeaos jymiun fensas 3uek sows unsisoudssjaBuaus symun wéednsoq ‘wue fefuueyesenp spfejoq sosoid dopeysor ‘ehuyedurep wep ueyesenp Bues isu iq eeinoy uowatg vedunrereanogoy, juow ymqun ese fem wswoae wey, seosdayoSuow e108 tees enpooe you sendy,usepun UEAOASIEN, wuedap weeur 1p uentna vensas suysods Buek uoidures212% wep uenyers8usd uejfuequoSuout luep Heousut gpersturiag ‘pequd seoud wey uausyy suede Wdopeyfuout ayegun rensas Sues Bowens Suvouesout luep u}seds wreo9e up ueBuequistued unep ‘eeyeaid “2efefaq, uwenfin wesjderouout ‘wus “efutreqeundip memefejoquiod Bayete senna isenyersuay, wep uounui0,i0g ‘aening edeousut woyep wqureysusut ‘undneur Burefuntous Bed Tew fey seyynuopiSuous Uuvuop uipuwur vseo2s lioyeq un SeHARy9 15 Buek ieenyis eas “exutp uergemoyor{ wep wEIEN}OH, ‘ueySuequipieduisut ueBuop np ueturequistuad tuop “teersoud “rofejaq, ‘weep wendureway, wynreBuedwout yedop Sure§ 101405 topyey IseyynUapBuay, ecuup unBuequisduad Uuvp unsefojaquiad ‘Surefunuott lampep esuereynopejous Sunued qe wureqeuiayy “esuedeousu yrqun ayers eBoquoq eqoouou w98 ueBurequisuad seoud ‘s0fe}9q yedeouour esedn rep Baulup wped pe Bu (eyes ep meven4ay) sonye)-10rye) EULA esuBunued ueysepluony smexqursiayp Hues refejoq wos ueynysodip Buek uemueg sequins jseygnuapsuau ‘wep foyens we8equoq isdopeBusus ‘wep uauau ‘wossiuequirusduoyy ‘ecupedeouaus ajmiun rens2s: ues quysuey- yer ue] eesojdenjafuou wupe exuredeouaut uuepep uounyui0y0q ‘wep ening pyeauout eAuBunued uesse=tuayy 1 swfe1eg weve dor uoyeURsxee Hy semap uno uesuninp wep uesemetuad qemeqyp sappueut ve1eo98 un send sufi uexetiof aout gmqun perstun9g, ehaeyroqep espe Hues sefejeq wexepun up pes weqeueouosout ‘ump efi 98m) uexdersuaNy 080 Lp ameBuoqy eemep Buvio uesunsinp tiep uesemeitod ‘unSuop euexiopoe sem weBequog, uesetiofuott eqoouayy weap Sues sein mespesojacuon mun weIOTEHP WEE Buek sense uuesqenn29u9Wy wy Buvquissusyy pues ‘hioxioq op éupedeousus aygun sgorens ‘euoe up witrequisBuod uvdeiauedsnwowp Bue weSurejuey ese, seyeduous ynqun ‘eyweniag wiioe “uedop ‘eopur ip Bkusuepelip ee ues ueetioyed undneut -tefojoq sxa1uoy vped ‘ueynquny wep yeurat ueySurequnsoduour ueBuap eduap ueiurequisiuad uexnejou wep eouau yesnuog eros ‘unedap wear wp warp ueBuequia8ued uep req meUppeson, uvuap exuseana eduusderoup ues wip ueduequiotuod wep sefeqoq uenfin redeouaus 5yraun i ‘HSetI0q EPH Sumueuou Buvs se ‘eAuuinjoqas esedn, uep‘uesrensasuom ——seing uel unenduay ueyeniog dora, ‘edu uesurequisBuad wep 20694, eeuanyge ueeesyejed usptreur ences neqedas weep Hp ejopeBusu —Yeper Buek se WEP ‘sean wu snepedastp ejay Suek nasgea ureyep ser usu wepedepuou wees yeracuour ‘soyuny eB ur ecuuere 03, “ump eéworeg ap tuyestp wep5. Dimensi Bernalar Kritis Pelajar yang bernalar kritis mampu secara objektif memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi_ dan menyimpulkannya, Elemen-elemen dari bernalar kritis adalah memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, menganalisis dan mengevaluasi penalaran, merefleksi pemikiran dan proses berpikir dalam mengambilan keputusan. a. Memperoleh dan memproses informasi dan gagasan Pelajar Pancasila memproses gagasan dan informasi, baik dengan data kualitatif maupun kuantitatif, Ia memiliki rasa keingintahuan yang besar, mengajukan pertanyaan yang relevan, mengidentifikasi dan mengklarifikasi gagasan dan informasi yang diperoleh, serta mengolah informasi tersebut. Ia juga mampu membedakan antara isi informasi atau gagasan dari penyampainya. Selain itu, ia memiliki kemauan untuk mengumpulkan data atau fakta yang berpotensi mengeugurkan, opini atau keyakinan pribadi. Berbekal kemampuan tersebut, Pelajar Pancasila dapat mengambil keputusan dengan tepat berdasarkan informasi dari berbagai sumber yang relevan dan akurat. b, Menganalisis dan mengevaluasi penalaran. Pelajar Pancasila menggunakan nalarnya sesuai dengan kaidah sains dan logika dalam pengambilan keputusan dan tindakan dengan melakukan analisis serta evaluasi dari gagasan dan informasi yang ia dapatkan. Ia mampu menjelaskan alasan yang relevan dan akurat dalam penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan. Akhirnya, ia dapat membuktikan penalarannya dengan berbagai argumen dalam mengambil suatu simpulan atau keputusan. c. Merefleksi dan mengevaluasi pemikirannya sendiri Pelajar Pancasila melakukan refleksi dan evaluasi terhadap pemikirannya sendiri (metakognisi) dan berpikir mengenai bagaimana jalannya proses berpikir tersebut sehingga ia sampai pada suatu simpulan. la menyadari proses berpikirnya beserta putusan yang pernah dihasilkannya, dan menyadari perkembangan serta keterbatasan daya pikirnya. Hal ini membuatnya menyadari bahwa ia dapat terus mengembangkan kapasitas dirinya melalui proses refleksi, usaha memperbaiki strategi, dan gigih dalam mengujicoba berbagai 28-altematif solusi. Selain itu, ia memiliki kemauan untuk mengubah opini atau keyakinan pribadi tersebut jika memang bertentangan dengan bukti yang ada. Adapun alur perkembangan dimensi bernalar kritis sebagai berilcut. 29-snus exes0s ojensqe wep syayduuo% ‘Sues weqepemeutiad ‘sn wxo9 jueBuou 5ymUN, uwesmyod uesnfeBuoyy (anger 81-91 wisn “UX * x SeIeN) J ame PIV IC. < veswap Bueio eeunoju meres wep “uopsexysep uo sqindandioyy sueynduinsuoyy “ecureapyes uedunBuy, Uuwp eSuup reusBueus ep eSuyep reusiuaut anqosiay ieeutiosut ueyppeseutied nyens — ueyppeseutied nyens ep ysuarojasu0y, depoyi uowoyourod yeexyynuapuou ‘wep qeqasuiad ‘euuonyeysuod seunyuoyBuous syegun wep nnqes oto e208 yequeusurymun up ueyereswuied = wKumeNYEYUTUIOH luep yseutiojut eBeqiag nen 1s Batt quamefuau ueyfurpuequio 5 symun ueedueued = 3yrqun ueeduenied uwesumyod ueynfeBu9yy (unger e1-er wisn x - TA Se P99) C986 PTY IC. lueesumyiod uexnfeBayy ueynfesuoyy menfesiuoyy Uuesede@ ump iseuLiojt sosouduiour ump Ysjolsduiaus Uowlars Hung g-9 wisn IE ‘Se1oy) V 9504 SEPIV 19 ange Z1-01 Bn TA-A (une o1-g wis SeIeH) 5 eREAINPIV I SeIey) G 9FES ANDI SEY Fepeuog Isuowg UeFUEquIEysed INIY °s 1EqUL, swueysopes “edueredunsut wep tap depeysay ewe ‘anv ova anpIV 1 ueevte wep yeeutsoju yefeBuou wep sseqyisep(Buou ‘wey epstuony uvekueyiod menfesiuoyy uowafaqnsuesinpiadip exh ‘eduureapynuied qeqnSust yep esuuespyuied usBuap wetreme}9q ‘upyfan Benes ‘ueauepued expo luep uexjnursuot urepep wAuueeundip Sued tuemepetad ysenqeaatiaue wep sterfeunduayy repaqieg Sues jrppedesad ueySuequniedusu yesn9q, use ‘esuarenpypaiad, ‘ped seig tsuan 8103, upp usBuriepta.. ppeduats ‘impound ‘Buwk isunse ueysryatuoyy cuesmanday, nee wonduns cnuens yqumeBuour sump oun eBequog ueBuap repeu9yy enpuse ‘eéunreapynuied eped seq, umopcip eduepe weuPuNUIaY — Bue yey Hep wesELE ouuadiaa opeuou was ueysepefuou wep eres9e uEADUIP somsapyidip Bue6 per, meysopdsp Burepas Heres uepos Bus ep uesepe ueyuaquEW —wde URyeduneSunIy ede UWsxreduERSuayy apytdieg sasoid tep uesoyuied psxouer uouar, uesmindsy quieBaus uesmanday ueyqureBusd uesranda peso tuep yereeeut ‘uopquieiued sep umypesojacuour urepep Uuvpesojasuod ureyep —yoyeseus uepeso[aSued —usepe UENLoqUIDL yemye uep wessqar Suek ——urepep weasjox Buek rep ya2qu0%, MRSETe umSE[oLuNH — UMEETE uESETOLARY MEETEAINd uEAMEIONT ‘esumpasord wep uesepeued senyensduow wep sistfeueBuaUE U9MIO[g, yesurs ueBuop urs ede eyecare suoyy ‘exuuwsnndoy, new wey rep unsere umpngaxuoyy impuss eduurmunysiiod eenyeasiiusur ep HOU: Aummpasord ‘uep uesepeuad reunyeacsuou wep sisypeuesuau uowiotg6. Dimensi Kreatif Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Elemen kunci dari kreatif terdiri dari menghasilkan gagasan yang orisinal serta menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal serta memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi permasalahan, a. Menghasilkan gagasan yang orisinal Pelajar yang kreatif menghasilkan gagasan atau ide yang orisinal. Gagasan ini terbentuk dari yang paling sederhana seperti ekspresi pikiran dan/atau perasaan sampai dengan gagasan yang kompleks Perkembangan gagasan ini erat kaitannya dengan perasaan dan emosi, serta pengalaman dan pengetahuan yang didapatkan oleh pelajar tersebut sepanjang hidupnya, Pelajar yang kreatif memiliki kemampuan berpikir kreatif, dengan mengklarifikasi dan mempertanyakan banyak hal, melihat sesuatu dengan perspektif yang berbeda, menghubungkan gagasan-gagasan yang ada, mengaplikasikan ide baru sesuai dengan konteksnya untuk mengatasi persoalan, dan memunculkan berbagai alternatif penyelesaian. b. Menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal Pelajar yang kreatif menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal berupa representasi kompleks, gambar, desain, penampilan, Iwaran digital, realitas virtual, dan lain sebagainya. Ia menghasilkan karya dan melakukan tindakan didorong oleh minat dan kesukaannya pada suatu hal, emosi yang ia rasakan, sampai dengan mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan sekitarnya. Selain itu, pelajar yang kreatif cenderung berani mengambil risiko dalam menghasilkan karya dan tindakan. c. Memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif _solusi permasalahan Pelajar yang kreatif memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif| solusi permasalahan yang ia hadapi. la mampu menentukan pilihan ketika dihadapkan pada beberapa alternatif kemungkinan untuk memecahkan permasalahan. Ia juga mampu mengidentifikasi, membandingkan gagasan-gagasan kreatifnya, serta mencari solusi alternatif saat pendekatan yang diambilnya tidak berhasil. Pada -32-akhirnya, pelajar kreatif mampu bereksperimen dengan berbagai pilihan secara kreatif Ketika menghadapi perubahan situasi dan kondisi. Adapun alur perkembangan dimensi kreatif sebagai berikut -33-‘hincoSurogu ep up seq exuorists up yedurep ‘uexSuequimuoduous wep ‘esinsenpenoduous nies uexepun mere rep ‘eeresp emti9g uneTEP ‘esuumeseiod meye/tep royysoudsySuout ‘wep isesoidyauoyy umieesreanip Uueeisneew9y ree Ep we ‘usdas srmjadsiod 5yesureg ueySuequnseduiow uesuep Saguuwesesed reve /uep uesnpd uepseidsy=8uau sgnyun uree9q Buek uvsedes ueynseysUOHY (unys 81-91 wisn “UN, =X SeIoN) 3g 9BeA AMPLY IC. fe ep ekrey ysnunySusur um wep jsvieoudeuou: whey yevgeordeSuou meyysougp B06 Bucs eq wawwyedurep wuss uexepun ues ueyepun UE weySuequmsoduiow wep meye/iep ekrey ynjusq neye/uep eke yRIUO —_eeIsosdeTUSUI wo ‘cusenesoBuow —-»uoEp wKuUEEYNEDy BE wKuNwEyNGSy —-NERREPUN NeVe/UEP use “ueyepun nere/uep uep reulus ueBu9p ‘uep wun ueBusp vary ymau9g ‘eAeey ymuog ummpep —-pengae eSuuEseiod —pensos EAuueeseied — urepep eAuEsEiod ecuueeseied neae/iep neve /uep ueaDyd new/uep ueioyd ——neae/uep ueIDY uwupyd uessoudsy8uout uexsaudesyeBuau uvyjsoudsyaBuow ——_uvytsaudeyauau WEP iseiojdersBuoyy ep essojdeyaBuay — ep esofdayeBuayy ep yeesoidenaBuaLy Teuisiio Sues uesepUD UEP eKner UNSEYUSUE YMIO|S sefureeseied ‘ecuuveseied nee /uep rere /uep wespyid vecuuwesesod uwspyid uossouds 8 uout umpssudsye8ueu “wCuuveseed nee/uep new /uep UEIDE ymin juwufeus wep ayraun ueipid ardsye—ueytserdsy=8uau ueq weseied wsourquioy —_gyeurfeur wep neq eBeqas epaqiog >ynyun ewspeuog Bes ueyusoyBuo yraun nie — Bues ey WeUIqWOY BULK UUSEIET edesoqeq ——_sreutfeUsY UOSLIUE Uuesee8 neve yseuLiojut yenquour rau ep eunqeusiog, ‘new apt tpefuaut a punta Sues weseie# Suck neq jreuifeut ——_reseie edesoqaq ueeeBed umyBunqnysuoy ‘uwyBueqwedusyy ueseae3 ueymounuoyy ‘uvyBunqea3uoyy eusuo 2ues uosede8 ueyyeeyBuous uowiors OL BSAA (unyes ANP Id Sey) Jneary isuowng UeTuEqUoxIeg INY “9 Jae], wep ere, ssetsadeBust wise eueyopos weqepun, neve /ump e603, >ymiueg wrepep ‘cuueeseied neve /arep ues ussandsye8uour wep serojdeysBuoyy ecuumeesesad new /umep umsoi ussoudsye8u2ur yma unpeuiag Buse wueysopes UveU IE neve apt ipefuout ese edesoqaq uerfBunqusauoyy anva eee PIV 1a. uowsfeqnse00IZTG00ZSTOTZBET JIN ss couesn wey teiBedt ‘euyse ueBuap yensas weUT OWOLICV OLIGNINY “aL ‘NVMICICNGd NaWSasV NVC NOTONIINY AVANVIS NvaVvE VIVday ueyereewuuied wep enys —— depeysoy seen idepeyBusu yraun syeq wediuin wep uesete eiequog yeerdepeSuou ‘ue3uap, yenjos wey umquogyp Bred grousaye ederoqaq, syrgun JES, Luweued-uvseied preouaus esedniag umsgperequogy ueyereseunied ysnjos jnewioye ueousUE wETep spydI9g WeSaMN|oX PyTWIOME USUAL syedared eieqiaq ueiqeuns8uou ueBuap menseP anexusecup Bues uesepun UEP Buck ueyepun,