Anda di halaman 1dari 13

KURIKULUM MERDEKA BELAJAR, PELAJAR PANCASILA

GURU PANCASILA

Nama : Fajar Aprilianto


Asal sekolah : MIS Mathlaul Huda Kemuning
Alamat Sekolah : Kp. Kemuning Rt. 004/001 Ds. Kemuning
Kec. Legok
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah konseptual dengan judul
Kurikulum Merdeka Belajar, Pelajar Pancasila dan Guru Pancasila.

Adapun makalah ini yang telah penulis maksimalkan dengan bantuan dari
berbagai sumber, sehingga dapat mempermudah dalam pembuatan makalah. Untuk
itu penulis tidak lupa menyampaikan terimakasih kepada semua sumber karena
telah menerbitkan karya ilmiahnya, sehingga memudahkan penulis untuk
menyelesaikan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari masih banyak
kesalahan baik dari segi pembahasan maupun segi penulisannya. Oleh sebab itu,
penulis mengharapkan bagi para pembaca yang ingin memberi kritik maupun saran
kepada penulis demi kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga dari laporan kajian ini agar dapat
diambil manfaatnya oleh para pembaca.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................

KATA PENGANTAR...............................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah...........................................................................................1


B. Rumusan Masalah…………....................................................................................2
C. Tujuan Penulisan…………......................................................................................2
D. Manfaat Penulisan…………....................................................................................2

BAB II. PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Pengertian Merdeka Belajar....................................................................................3


B. Mengenal Konsep Merdeka Belajar........................................................................4
C. Faktor Kendala Dalam Pelaksanaan Merdeka Belajar............................................5
D. Implementasi Merdeka Belajar Dalam Dunia Pendidikan......................................6
E. Pelajar Pancasila dan Guru Pancasila......................................................................7

BAB III. PENUTUP...............................................................................................9

A. Kesimpulan.............................................................................................................9
B. Saran.......................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembelajaran ialah sebuah tahapan atau proses agar peserta didik melakukan
aktivitas belajar. Pembelajaran merupakan kegiatan mempengaruhi peserta didik
untuk senantiasa mengembangkan segala potensinya melalui proses belajar mengajar.
Dalam sebuah pembelajaran, guru dituntut untuk dapat mengembangkan potensi
peserta didik tersebut, dalam aspek kognitif, afektif, dan keterampilannya.
Pendidikan merupakan bagian terpenting bagi kehidupan manusia sebagai
landasan atau pedoman dalam menjalani kehidupan. Pendidikan tersebut dapat
memberikan perubahan dalam lingkungan sosial, salah satunya adalah perubahan
strata sosial individu, dimana dalam memperoleh akses pendidikan harus sama dan
merata. Untuk melahirkan tujuan nasional pendidikan seperti dalam hal mencerdaskan
kehidupan bangsa dan pendidikan yang melahirkan keadilan sosial, hal ini tentunya
harus didukung oleh sistem yang terintegrasi dan dibangun secara bersama-sama.
Implementasi pendidikan tersebut harus selalu berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman, karena pendidikan merupakan bekal yang harus dimiliki oleh
setiap umat manusia dalam menjalani kehidupan yang semakin maju dan
berkembang. Karena hal inilah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud)
Republik Indonesia, Nadiem Anwar Makarim mencetuskan program “Merdeka
Belajar” yang bertujuan untuk merespons kebutuhan pendidikan terhadap era revolusi
industri 4.0. Kurikulum Merdeka akan menghasilkan lulusan yang memiliki kesiapan
dalam menghadapi tantangan zaman di era 4.0 (Kadek Suartama et al., 2020).
Konsep merdeka belajar sendiri memiliki esensi bahwa peserta didik nantinya
akan memiliki kebebasan dalam berpikir baik secara individu maupun kelompok,
sehingga di masa mendatang dapat melahirkan peserta didik yang unggul, kritis,
kreatif, kolaboratif, inovatif, serta partisipasi. Implementasi kebijakan merdeka belajar
mendorong peran guru baik dalam pengembangan kurikulum maupun dalam proses
pembelajaran (Daga, 2021).

Selain siswa ataupun mahasiswa yang menjadi objek sasaran pelaksanaan


merdeka belajar, guru dan orang tua juga turut andil dalam proses pengembangan
pengajaran merdeka belajar tersebut. Seperti yang kita ketahui bahwa siswa sekolah
dalam proses pengajarannya dipatok untuk mencapai nilai tertentu yang
mengakibatkan para siswa menjadi stress dan tertekan. Dalam hal ini, guru dan orang
tua juga mengalami hal yang sama, sehingga peristiwa tersebut akan mengakibatkan
proses pengajaran berarti tidak berjalan dengan optimal. Disamping itu juga, beberapa
anak yang lebih unggul potensinya dalam pendidikan akan dimanfaatkan oleh
beberapa kelompok- kelompok belajar tertentu yang lebih menguntungkan mereka
daripada siswa berprestasi tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apakah yang dimaksud dengan merdeka belajar?
b. Mengapa harus mengenal konsep merdeka belajar?
c. Apa saja yang menjadi faktor kendala dalam pelaksanaan merdeka belajar?
d. Bagaimana implementasi merdeka belajar?
1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini ialah agar penulis dapat memahami
bagaimana konsep dari merdeka belajar, faktor penghambat, serta harapan dari adanya
proses pelaksanaan pengajaran dengan merdeka belajar.

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat bagi penulis dari penulisan makalah ini ialah, penulis dapat melatih
kemampuan untuk suatu karya ilmiah, mengetahui apa itu merdeka belajar, dan
melatih kemampuan literasi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Merdeka Belajar

Konsep pendidikan “merdeka belajar” di Indonesia yang dicanangkan


oleh Mendikbud RI yang baru dinilai sebagai kebijakan besar untuk
menjadikan pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik dan semakin maju.
Selain itu, konsep “merdeka belajar” memiliki arah dan tujuan yang sama
dengan konsep aliran filsafat pendidikan progresivisme John Dewey. Dimana,
keduanya sama-sama menawarkan kemerdekaan dan keleluasaan kepada
lembaga pendidikan untuk mengekplorasi potensi peserta didiknya secara
maksimal dengan menyesuaikan minat, bakat serta kecenderungan masing-
masing peserta didik. Dengan kemerdekaan dan kebebasan ini, diharapkan
pendidikan di Indonesia menjadi semakin maju dan berkualitas, yang ke
depannya mampu memberikan dampak positif secara langsung terhadap
kemajuan bangsa dan negara. Progresivisme adalah salah satu aliran filsafat
pendidikan modern yang menginginkan adanya perubahan mendasar terhadap
pelaksanaan pendidikan ke arah yang lebih baik, berkualitas dan memberikan
manfaat yang nyata bagi peserta didik. Aliran progresivisme menekankan akan
pentingnya dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada peserta didik.
Peserta didik diberikan keleluasaan untuk mengembangkan bakat dan
kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat aturan-aturan
formal yang terkadang justru membelenggu kreativitas dan daya pikirnya
untuk menjadi lebih baik.

Konsep Merdeka Belajar oleh Nadiem Makarim terdorong karena


keinginannya untuk menciptakan suasana belajar yang bahagia tanpa dibebani
dengan pencapaian skor atau nilai tertentu. Siswa dapat mengembangkan
kreativiasnya tanpa terhalang oleh belenggu yang menjadi penghalang dirinya
untuk bereksplorasi. Konsep merdeka belajar ini dapat menjadi tali
penghubung kekeluargaan antar pendidik dengan peserta didik yang
menjadikan suasan pembelajaran tersebut nyaman bagi kedua belah pihak.
Guru atau pendidik dalam hal ini sudah tidak lagi hanya sekedar memberikan
ceramahnya sendiri dan peran siswa yang pasif, namun guru sebagai
pendamping dan siswa dibebaskan untuk mengeluarkan ide-idenya sehingga
interaksi dalam satu ruangan tersebut terjadi dan terciptalah suasana belajar
yang nyaman dan kompleks.

B. Mengenal Konsep Merdeka Belajar

Pendidikan merdeka belajar yang dicanangkan oleh Menteri


Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nadiem Makarim, yaitu
dengan tujuan menghasilkan generasi muda yang berpikir kritis, kreatif,
inovatif, memiliki keterampilan, dapat memecahkan suatu permasalahan, yang
nantinya untuk ke depannya menjadi bekal untuk mengharumkan citra
Indonesia dalam kancah internasional. Bila nanti setelah diterapkannya
kebijakan Merdeka Belajar, nantinya akan terjadi banyak perubahan terutama
dari sistem pembelajaran. Sistem pembelajaran yang sekarang hanya
dilaksanakan di dalam kelas akan berubah dan dibuat senyaman mungkin agar
mempermudah interaksi antara murid dan guru. Salah satunya yaitu belajar
dengan outing class, dimana outing class ini adalah salah satu program
pembelajaran yang bertujuan untuk menumbuhkan kreativitas agar siswa
memiliki keterampilan dan keahlian tertentu. Outing class juga merupakan
metode belajar yang menyenangkan dimana konsep ini mengajarkan para
siswa untuk lebih dekat dengan alam dan lingkungan sekitar. Selama
pembelajaran dengan menggunakan metode ini, guru dan siswa akan lebih
dapat membangun keakraban, lebih santai, dan tentunya lebih menyenangkan.
Dengan setiap hari belajar di dalam kelas selama bertahun-tahun tentunya
sudah menjadi hal yang lumrah atau bahkan membosankan, jadi tidak ada
salahnya jika kita sebagai pendidik maupun calon pendidik memberikan
sesuatu yang berbeda pada proses pembelajaran.

Sistem pembelajaran akan didesain sedemikian rupa agar karakter


siswa terbentuk, dan tidak terfokus pada sistem perangkingan yang menurut
beberapa penelitian hanya meresahkan, tidak hanya bagi guru tetapi juga bagi
anak dan orang tuanya. Selain itu, dengan perangkingan nantinya juga akan
muncul diskriminasi dimana ada pelabelan antara si pintar dan si bodoh. Hal
ini tentu sangat keliru jika diterapkan dalam dunia pendidikan, karena pada
hakikatnya anak memiliki kecerdasan masing-masing di dalam dirinya atau
yang sering disebut dengan multiple intelegent. Multiple intelegent merupakan
teori yang dikembangkan oleh Dr. Howard Gardner seorang ahli psikologi
modern di Harvard University, dimana menurut Gardner kecerdasan diartikan
sebagai kapasitas untuk memecahkan masalah dan untuk menciptakan produk
di lingkungan yang kondusif dan alamiah. Potensi yang dimilik oleh anak
sekecil apapun itu harus dihargai. Banyak anak yang memiliki hambatan atau
kesulitan dalam belajar akan tetapi jika kecerdasannya dihargai dan terus
dikembangkan maka anak tersebut akan menjadi anak unggul pada bidangnya.
Sehingga nantinya akan terbentuk pribadi yang kompeten, serta memiliki
karakter yang tertanam dalam dirinya.

Sebelum menjalankan suatu kegiatan kita membutuhkan sebuah


konsep agar apa yang akan kita lakukan dapat terurut dan terlaksana dengan
baik. Konsep merdeka belajar yang digaungkan oleh Nadiem Makarim
terdorong dari keinginannya untuk menciptakan suasana belajar yang bahagia
dan menyenangkan tanpa terbebani akan adanya nilai dan target pencapaian
tertentu. Pokok- pokok kebijakan Kemendikbud RI terkait dengan konsep
merdeka belajar adalah:

a) Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN)


b) Ujian Nasional (UN)
c) RPP
d) Memperluas sistem zonasi dalam penerimaan siswa baru
C. Faktor Kendala Dalam Pelaksanaan Merdeka Belajar

Dalam pelaksanaan merdeka belajar di jenjang sekolah, tidak terlepas


dari kendala yang menyebabkan sulitnya pelaksanaan merdeka belajar
tersebut. Permasalahan yang disajikan di bawah ini hasil dari wawancara
terbuka kepada dosen-dosen di 23 perguruan tinggi, baik perguruan tinggi
negeri maupun swasta yang ada di Indonesia (Susetyo, 2020). Berikut ialah
permasalahan atau kendala dalam pelaksanaan merdeka belajar di perguruan
tinggi:
a) Tujuan Pendidikan
b) Kebijakan Masih Parsial
c) Panduan untuk Pelaksanaan Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus
Belajar Kegiatan implementasi,
d) Pola Pikir
e) Penyusunan Kurikulum di Program Studi
f) Kerja Sama dengan Perguruan Tinggi Lain
g) Kerja Sama dengan Industri atau Perusahaan
h) Pengambilan Mata Kuliah di Prodi Lain di Perguruan Tinggi Sendiri
maupun di Perguruan Tinggi Lain
i) Pelaksanaan Praktik di Instansi, Industri atau Perusahaan
Pelaksanaan Praktik di Instansi lain,
j) Dana yang Diperlukan untuk Praktik atau Magang bagi Mahasiswa
k) Sistem Administrasi Akademik
l) Pandemi Covid 19
m) Penyiapan SDM
D. Implementasi Merdeka Belajar Dalam Dunia Pendidikan
Dengan menerapkan kurikulum merdeka akan lebih relevan dan
interaktif dimana pembelajaran berbasis proyek akan memberikan kesempatan
luas kepada siswa untuk secara aktif menggali isu-isu yang faktual (Rahayu et
al., 2022). Sekolah diberi kebebasan untuk memilih tiga pilihan dalam
mengimplementasikan kurikulum merdeka. Pertama, menerapkan sebagian
serta prinsip kurikulum merdeka dengan tidak mengganti kurikulum sekolah
yang digunakan. Kedua, menggunakan kurikulum merdeka dengan memakai
sarana pembelajaran yang sudah disiapkan. Ketiga, menggunakan kurikulum
merdeka dengan mengembangkan sendiri perangkat ajar. Keunggulan dari
adanya kurikulum merdeka pertama, lebih sederhana dan mendalam. Karena
fokus pada materi yang penting dan pengembangan kompetensi peserta didik
pada pasenya. Kedua, lebih merdeka dimana peserta didik tidak ada program
peminatan. Guru mengajar sesuai dengan kemampuan dan tingkat
perkembangan siswa. Untuk mengembangkan kurikulum dan pembelajaran
sesuai karakteristiknya sekolah mempunyai kekuatan. Keberadaan sarana dan
prasarana juga sangat menunjang terhadap keberhasilan implementasi
penerapan kurikulum merdeka di sekolah penggerak.

Proses pembelajaran kurikulum merdeka pada sekolah penggerak


mengacu pada profil pelajar pancasila yang bertujuan menghasilkan lulusan
yang berkompeten dan menjunjung tinggi nilai-nilai karakter. Bentuk struktur
kurikulum merdeka yaitu kegiatan intrakurikuler, projek penguatan profil
pelajar pancasila serta kegiatan ekstrakurikuler. Sebagaimana yang tercantum
dalam Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi No.
162 Tahun 2021 bahwa kerangka dasar kurikulum terdiri dari: a. Struktur
kurikulum; b. Capaian pembelajaran; dan c. Prinsip pembelajaran dan
asessment. Dalam kurikulum merdeka setiap kegiatan harus menghasilkan
proyek.

E. Pelajar Pancasila dan Guru Pancasila


Profil Pelajar Pancasila ini dicetuskan sebagai pedoman untuk pendidikan
Indonesia. Tidak hanya untuk kebijakan pendidikan di tingkat nasional saja, akan
tetapi diharapkan juga menjadi pegangan untuk para pendidik, dalam membangun
karakter anak di ruang belajar yang lebih kecil. Pelajar Pancasila disini berarti pelajar
sepanjang hayat yang kompeten dan memiliki karakter sesuai nilai-nilai Pancasila.
Pelajar yang memiliki profil ini adalah pelajar yang terbangun utuh keenam dimensi
pembentuknya. Dimensi ini antara lain: 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan
yang Maha Esa dan berakhlak mulia; 2) Mandiri; 3) Bergotong-royong;
4) Berkebinekaan global; 5) Bernalar kritis; 6) Kreatif. Keenam dimensi ini perlu
dilihat sebagai satu buah kesatuan yang tidak terpisahkan. Apabila satu dimensi
ditiadakan, maka profil ini akan menjadi tidak bermakna. Sebagai contoh: ketika
seorang pelajar perlu mengeluarkan ide yang baru dan orisinil untuk
memecahkan masalah, diperlukan juga kemampuan bernalar kritis untuk
melihat permasalahan yang ada. Solusi yang dihasilkan juga
perlu mempertimbangkan akhlak kepada makhluk hidup lain yang dapat dimunculkan
dari dimensi beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia,
perlu melibatkan orang lain beserta perannya dari dimensi Gotong Royong dan
Berkebinekaan Global, serta mempertimbangkan kemampuan diri dalam solusi
yang dihasilkan dalam dimensi Mandiri.
Profil guru Pancasila tentu saja sangat cocok dengan profil
pendidikan serta profil pelajar Indonesia di masa depan. Berikut adalah
karakter profil guru Pancasila:

1. Bertakwa dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa serta


memiliki akhlak mulia, Artinya adalah seorang guru percaya akan adanya
Tuhan Yang Maha Esa dan memahami ajaran agamanya serta mengamalkan
pemahaman tersebut di dalam kehidupan sehari-hari. Seorang guru juga harus
memiliki akhlak yang mulia di dalam berhubungan dengan Tuhan Yang Maha
Esa, manusia, serta makhluk lainnya.

2. Mandiri, Guru Indonesia adalah guru yang mandiri, bisa mengatur


atau mengelola dirinya sendiri, tidak bergantung pada orang lain, dapat berdiri
sendiri, dan bertanggung jawab dalam bekerja.

3. Berpikir kritis, Artinya guru-guru di Indonesia yang berpikir kritis


dapat memproses informasi secara objektif, baik kuantitatif atau kualitatif
guna menyelesaikan masalah, menganalisis informasi, membangun keterkaitan
di antara informasi-informasi, mengevaluasi informasi, dan menyimpulkan
informasi.

4. Kreatif, Artinya adalah seorang guru mampu memodifikasi serta


menciptakan sesuatu yang baru, unik, bermanfaat, bermakna, dan berdampak.

5. Kolaboratif atau gotong royong, Guru Indonesia yang mempunyai


kecakapan dalam bekerja secara bersama-sama atau gotong royong dengan
siapa saja dan secara sukarela supaya kegiatan yang dilakukan bisa berjalan
dengan mudan, lancar, dan ringan.

6. Berkebinekaan global, Guru-guru Indonesia selalu konsisten


dalam mempertahankan budaya-budaya luhur bangsanya, lokalitasnya, dan
identitasnya sebagai ciri khas atau jati diri bangsa, serta tetap memiliki pikiran
yang terbuka dalam berhubungan dengan bangsa-bangsa lainnya, sehingga
dapat meningkatkan rasa saling menghargai serta kemungkinan terciptanya
budaya baru yang tentu saja budaya yang positif dan tidak berlawanan dengan
budaya bangsa.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan merupakan bagian terpenting bagi setiap umat manusia
untuk dapat berkembang menjadi manusia yang memiliki keterampilan dan
berpikir kreatif. Pembelajaran dengan aliran progresivisme dinilai kurang
relevan diterapkan di tengah era globalisasi ini dengan manusianya yang suka
dengan pemikiran luas dan terbuka. Oleh sebab itu, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Indonesia mencanangkan konsep Merdeka Belajar Merdeka
kepada siswa dan mahasiswa agar mereka dapat melatih kemampuan berpikir
kritis serta kemampuan untuk mengemukakan ide-ide dalam dirinya.
Disamping itu, konsep merdeka belajar ini juga dapat mengembangkan potensi
bakat dan minat siswa tanpa harus merasa terbebani akan adanya tolak ukur
nilai seperti KKM.
Implementasi merdeka belajar pada sekolah tidak terlepas dari
hambatan yang umum terjadi pada negara dengan banyak pulau seperti
Indonesia ini. Hambatan bagi tenaga pendidik sekolah misalnya tidak
memiliki pengalaman kemerdekaan belajar, keterbatasan referensi, akses yang
dimiliki dalam pembelajaran, manajemen waktu, dan kompetensi (skill) yang
memadai. Hambatan tersebut sebagai hambatan bagi tenaga pendidik untuk
dapat menjalankan pendidikan sesuai dengan konsep merdeka belajar.
3.2 Saran
Merdeka Belajar Merdeka yang diterapkan dalam dunia pendidikin
dirasa memiliki dampak positif yang lebih besar daripada dampak negatifnya.
Namun, penerapannya juga harus tetap mendapat penj elasan atau guru/tenaga
pendidiki juga turut andil berperan dalam proses pembelajaran untuk
menjelaskan suatu materi terlebih dahulu agar para siswa/mahasiswa
mengangkap maksud dari materi tersebut. Di samping itu, para
siswa/mahasiswa juga tetap optimis untuk belajar dan tidak menyepelekan
pembelajaran karena dirasa suatu nilai tidak penting.
DAFTAR PUSTAKA

Baro’ah, S. (n.d.). KEBIJAKAN MERDEKA BELAJAR SEBAGAI STRATEGI


PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN. In Jurnal Tawadhu v (Vol. 4, Issue 1).
Daga, A. T. (2021). Makna Merdeka Belajar dan Penguatan Peran Guru di Sekolah Dasar.
Jurnal Educatio FKIP UNMA, 7(3), 1075-
1090.
https://doi.org/10.31949/educatio.v7i3.1279
Kadek Suartama, I., Usman, M., Triwahyuni, E., Subiyantoro, S., Abbas, S., Umar,
Hastuti, W. D., & Salehudin, M. (2020). Development of E-learning oriented inquiry
learning based on character education in multimedia course. European Journal of
EducationalResearch, 9(4), 1591-1603. https://doi.org/10.12973/EU-JER.9.4.1591
Rahayu, R., Rosita, R., Rahayuningsih, Y. S., Hernawan, A. H., & Prihantini, P. (2022).
Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di Sekolah Penggerak. Jurnal Basicedu,
6(4), 6313-6319. https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i4.3237
Susetyo. (2020). Prosiding Seminar Daring Nasional: Pengembangan Kurikulum
Merdeka Belajar Program Studi Pendidikan BahasaIndonesia.
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/semiba/issue/view/956/Tersediadi:https://ejou
rnal

Anda mungkin juga menyukai