Anda di halaman 1dari 77

STK 3230

UTILITAS

Kuliah ke 2
Pengolahan Air Bersih

Dr. Amir Husin, ST, MT

Departemen Teknik Kimia


Fakultas Teknik – Universitas Sumatera Utara
2020
Pengolahan Air Bersih
▪ Tujuan Pengolahan air bersih : Untuk memproduksi air yang memenuhi
persyaratan/standar air bersih (baik persyaratan fisika, kimia; maupun
biologi/ mikrobiologi).

▪ Pada suatu pabrik kimia, selain untuk memproduksi air yang memenuhi
persyaratan/standar air bersih, juga harus memenuhi kuantitas dan
kontinuitas yang dibutuhkan.

▪ Jenis/Metode pengolahan air bersih, bergantung kepada :


a. Jenis sumber air yang digunakan (kualitas air bervariasi tergantung
kepada sumber air)
b. Kualitas air bersih yang diinginkan.
c. Standar atau Bakumutu Air bersih yang berlaku (Bervariasi
tergantung kepada negara/daerah)
Pengolahan Air Bersih

Sumber air baku:


▪ Air sungai/danau
▪ Air Tanah Air Baku Air Bersih
▪ Air Laut
▪ Air Hujan
Water Treatment Plant

▪ Karakteristik/kualitas air sangat bervariasi dan bergantung pada :


a. Jenis sumber air;
b. Musim (misal : musim kemarau ; musim hujan)

Unit-unit pengolahan air bersih


(water treatment plant) bervariasi
Sumber-sumber air :

1. Air hujan : Kurang mineral, Tergantung musim


2. Air tanah :
Dangkal : kuantitas terbatas, kualitas tergantung air permukaan,
kontinuitas tergantung infiltrasi
Dalam : kuantitas relatif cukup, kualitas cukup baik, namun kontinuitas
tidak terjamin
3. Mata air : kuantitas kecil, kualitas relatif bagus, kontinuitas belum tentu
terjamin
4. Air permukaan :
Sungai : kuantitas dapat diandalkan, namun kualitasnya sedang-buruk,
kontinuitas membutuhkan studi hidrologi
5. Danau
6. Laut : membutuhkan teknologi tinggi
Air Baku (air sungai)

Pre-sedimentasi

screens

Alum/ Koagulasi/Flokulasi
PAC
Sedimentasi

Filtrasi

Tawas /
Desinfeksi/khlorinasi
Khlorin (Cl2)
Water Treatment Plant
Storage

Diagram Alir Pengolahan Air Bersih (domestik) dari Air Sungai


(Pengolahan Konvensinal)
Air Baku (air sungai)

Water
Pre-sedimentasi Treatment
Plant
screen

Aerasi

Ozonasi

Alum/ PAC Koagulasi/Flokulasi

Sedimentasi Adsorpsi Optional: Untuk menghilangkan


bahan-bahan organik terlarut
(mis: pestisida)
Filtrasi

Tawas / Desinfeksi/khlorinasi
Khlorin (Cl2)

Storage
Diagram Alir Pengolahan Air Bersih dari Air Permukaan dengan yang
mengandung bahan-bahan organik (Pengolahan Konvensinal)
▪ Unit Operasi/ Proses Pengolahan Air

1. Presedimentasi
2. Screens Conventional
3. Koagulasi/Flokulasi Water Treatment
4. Sedimentasi/ Klarifikasi
5. Filtrasi
6. Desinfeksi/ khlorinasi
7. Aerasi (tambahan)
8. Air Stripping (tambahan) Advanced Water
9. Adsorpsi (tambahan) Treatment
10. Softening (pelunakan) (tambahan)
Unit Operasi/ Proses Pengolahan Air

▪ Tujuan Pengolahan air : untuk memperoleh air bersih (air yang memenuhi
persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan (Baku Mutu).
▪ Sumber air :
Misal air permukaan (kualitas air permukaan sering sekali terkontaminasi
oleh padatan tersuspensi dan padatan terlarut baik bahan organik maupun
anorganik.
▪ Penyelesaian : Memisahkan kontaminan dari air baku
▪ Caranya ?
Unit Operasi/ Proses Pengolahan Air

▪ Unit operasi/proses* dirancang untuk :


Menghilangkan partikel-partikel padat
Menghilangkan padatan kimia terlarut
Menonaktifkan/menghilangkan senyawa-senyawa patogen

* Unit operasi/proses: Suatu proses yang digunakan dengan cara yang sama
dalam berbagai aplikasi yang berbeda. Misal :
Koagulasi/flokulasi
Sedimentasi
Filtrasi
..........
Unit operasi/ proses untuk penghilangan Bahan Partikulat:

▪ Screening
▪ Coagulation/flocculation
▪ Sedimentation
▪ Filtration
slow sand filters
rapid sand filters
diatomaceous earth filters
membrane filters
1. Screening (penapisan)

▪ Menghilangkan
padatan-padatan kasar,
seperti : Batang-batang ,
kayu, ranting-ranting
kayu, Ikan, bahan-bahan
kasar lainnya.

▪ Proses : simple
Bisa jadi menggunakan
sistem pembuangan
sampah mekanis
▪ Tujuan : memproteksi
pompa dan penyumbatan
pipa dalam WTP
2. Koagulasi/Flokulasi

▪ Koagulasi dan flokulasi adalah dua proses berurutan (yaitu dimulai dengan
koagulasi dan diikuti oleh flokulasi) yang digunakan untuk menghilangkan
partikel koloid dari air/ limbah cair.
▪ Koloid adalah partikel-partikel yang sangat kecil (turbiditas dan zat warna
yang disebabkan oleh partikel-partikel) yang tidak dapat dihilangkan baik
dengan sedimentasi maupun dengan filtrasi.
Contoh koloid: partikel tanah, bakteri, virus dan zat warna yang terdapat
dalam air.
▪ Ukuran partikel koloid : 10-6 mm – 10-3 mm (atau 1 μm)
▪ Koloid-koloid ini stabil dalam larutan dan secara teoritis akan tetap demikan
selamanya, kecuali dilakukan suatu tindakan untuk men-destabilkannya.
▪ Koagulasi dan flokulasi adalah dua proses yang digunakan untuk destabilisasi
partikel-partikel koloid tersebut.
2. Koagulasi/Flokulasi

▪ Koagulasi (Destabilisasi partikel koloid) :


Koagulasi : proses destabilisasi koloid dengan penambahan bahan kimia
(koagulan) yang bermuatan berlawanan untuk netralisasi muatan yang
dibawa oleh koloid.
Proses Ini akan mengurangi gaya tolak-menolak dan memberikan
peluang bagi gaya tarik-menarik untuk membuat partikel ber-agglomerasi
(menggumpal) dan membentuk partikel yang lebih besar

Tanpa penambahan koagulan

dengan penambahan koagulan


2. Koagulasi/Flokulasi

▪ Flocculation ( Pembentukan Flok-flok) :


▪ Setelah proses destabilisasi (koagulasi), partikel-partikel akan siap
beragglomerasi (menggumpal) dan membentuk flok-flok. Tetapi aglomerasi ini
lambat dan membutuhkan bantuan untuk mempercepat aglomerasi ini
(Flokulasi).
▪ Flokulasi : pengadukan lambat atau agitasi ringan untuk mengumpulkan
partikel yang mengalami destabilisasi dan membentuk flok yang dapat
mengendapa dengan cepat”.
▪ Pencampuran tsb meningkatkan tumbukan antar partikel dan membantunya
beragglomerasi.
Koagulan
Koagulan
Proses koagulasi

alum

▪ Al(OH)3 yang terbentuk bertindak membantu proses koagulasi


partikel-partikel koloid (partikel padat tersuspensi atau TSS) dan akhirnya
dapat mengndap bersama dengan Al(OH)3
▪ Proses koagulasi dipengaruhi oleh pH larutan. pH optimum: 6 – 6,2

▪ Bila air mengandung ion-ion bikarbonat (HCO3- ), proses yg terjadi:

▪ 1 mol alum akan mengkonsumsi 6 mol bikarbonat (HCO3- ),


▪ Jika alkalinitas tidak mencukupi, maka pH larutan akan turun secara
drastis.
▪ Lime (NaOH) atau sodium bikarbonat (Na2CO3) dapat ditambahkan
(sebagai buffer) untuk menetralisir asam yang terbentuk.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasi
Jar Test

Figure 2.5
Proses koagulasi
Proses koagulasi
2. Sedimentasi/ Klarifikasi
2. Sedimentasi/ Klarifikasi

❑ Sedimentation : Yaitu proses pemisahan padatan tersuspensi (tidak stabil


maupun destabilized ) dengan gaya gravitasi.
❑ Lokasi dalam Instalasi Pengolahan Air (Water treatment plant): setelah air
baku mengalami proses koagulasi dan flokulasi, maka air tersebut siap
untuk proses sedimentasi

❑ Aplikasi proses sedimentasi dalam pengolahan air atau limbah cair.


Penghilangan butiran-butiran pasir (grit removal)
Penghilangan padatan tersuspensi (TSS) pada Clarifier-pertama.
Penghilangan flok biologis dalam activated sludge.
Tipe Settling:
▪ Klasifikasi sedimentasi berdasarkan konsentrasi partikel dan kemampuan
partikel untuk berinteraksi : Pengolahan air

▪ Settling Tipe I : Free Settling


▪ Settling Tipe II : Settling of
flocculated particles
▪ Settling Tipe III : Zone or hindered
settling
▪ Settling Tipe IV : Compression
settling
Tipe Settling:

▪ Settling tipe I: pengendapan partikel diskrit, partikel mengendap secara


individual dan tidak ada interaksi antar-partikel.
Contoh : penghilangan grit dan pasir dalam pengolahan limbah cair
▪ Settling tipe II: pengendapan partikel flokulen, terjadi interaksi antar-partikel
sehingga ukuran meningkat dan kecepatan pengendapan bertambah.
Contoh :
penghilangan SS dalam tangki sedimentasi primer pada WWTP;
Pengendapan SS dalam air yang telah mengalami koagulasi secara kimia
Sedimentasi Type 1 – Free Settling

▪ Sedimentasi tipe I merupakan pengendapan partikel diskret, yaitu partikel yang


dapat mengendap bebas secara individual tanpa membutuhkan adanya
interaksi antar partikel.
▪ Sesuai dengan definisi di atas, maka pengendapan terjadi karena adanya
interaksi gaya-gaya di sekitar partikel, yaitu gaya drag dan gaya apung.
▪ Jika suatu partikel tersuspensi dalam air, pada saat awal terdapat 2 gaya yang
bekerja pada partikel tsb.:
1. Gaya gravitasi :

..................... (1)

2. Gaya apung (buoyant force ) :


..................... (2)

di mana: FG = Gaya gravitasi ;


ρp = densitas partikel
Vp = volume partikel
ρ = densitas air
g = gaya gravitasi
Sedimentasi Type 1 – Free Settling

▪ Sekali partikel mulai bergerak, terdapat gaya ke-3 yg bekerja pada partikel
tsb. (gaya seret/ drag force).

CD = Koefisien drag
3. Drag force
Ac = Luas potongan melintang partikel tegak
lurus terhadap arah gerakannya
ρ = densitas air
vs = settling velocity.

▪ Neraca gaya pada partikel diskrit yang sedang mengendap.

..................... (4)
Sedimentasi Type 1 – Free Settling

▪ Sekali partikel mulai bergerak, terdapat gaya ke-3 yg bekerja pada partikel tsb.
(gaya seret/ drag force).
▪ Setelah periode transient, percepatan dvs/dt menjadi nol, dan settling velocity
menjadi konstan.
▪ Subtitusi FG , FB , FD ke pers si atas:

..................... (5)

Settling velocity partikel diskrit

❑ Untuk partikel berbentuk bola :

..................... (6)

atau
..................... (7)

Sg = spesifik gravity
Sedimentasi Type 1 – Free Settling

❑ Besarnya nilai CD (Koefisien drag) bergantung pada Bilangan Reynold :

Bilangan Reynold dapat dihitung menggunakan persamaan:

..................... (8)
Sedimentasi Type 1 – Free Settling

❑ Pada kondisi aliran laminar, Pers (7) menjadi :

................................ (9a)

atau ..................... (9b)

Pers. (9a) dan (9b) : Hukum Stokes

❑ Pada kondisi aliran turbulen, Pers (7) menjadi :


..................... (10)
❑ Pada kondisi aliran transisi :
Pada kondisi aliran transisi, persamaan (7) tidak dapat diseder-hanakan,
sehingga perhitungan kecepatan pengendapannya harus dicari dengan cara
coba-coba atau metoda iterasi.

Penentuan kecepatan pengendapan vS bila diketahui ukuran partikel,


densitas atau specific gravity, dan temperatur air:
1. Asumsikan bahwa pengendapan mengikuti pola laminer, karena itu
gunakan persamaan Stoke's untuk menghitung kecepatan
pengendapannya.
2. Setelah diperoleh kecepatan pengendapan, hitung bilangan Reynold
untuk membuktikan pola aliran pengendapannya.
3. Bila diperoleh laminer, maka perhitungan selesai. Bila diperoleh
turbulen, maka gunakan persamaan untuk turbulen, dan bila
diperoleh transisi, maka gunakan persamaan untuk transisi.
Metode yang lain
penentuan kecepatan
pengendapan vS bila
diketahui : diameter
partikel dan specific
gravity pada temperatur
10oC: Pendekatan
Grafis (Gambar 3.2)

Gambar 3.2 Grafik


pengendapan tipe-I pada
temperatur air 10oC
Contoh Soal 1.
Hitung kecepatan pengendapan partikel berdiameter 0,05 cm dan specific
gravity 2,65 pada air dengan temperatur 20oC.
Penyelesaian
1. Asumsi: Pola aliran laminar. Sifat-sifat air pada temperatur 20oC.
ρ = ρW = 998,2 kg/m
µ = 1,002 x10-3 N.detik/m

Persamaan (9a) atau (9b) :


Penyelesaian Soal No. 1

2. Cek Bilangan Reynold :

3. Hitung nilai CD :

4. Hitung Kecepatan pengendapan (Pers 6) :


Penyelesaian Soal No. 1

5. Ulangi langkah 2, 3, dan 4 hingga diperoleh kecepatan pengendapan yang


relatif sama dengan perhitungan sebelumnya (iterasi).
Hasil akhirnya adalah :

Catatan :

▪ Perhitungan kecepatan pengendapan di atas adalah perhitungan dengan


kondisi diameter partikel hanya ada satu macam ukuran.
▪ Pada kenyataannya, ukuran partikel yang tersuspensi dalam air itu banyak
sekali jumlahnya. Karena itu, diperlukan satu ukuran partikel sebagai acuan,
sebut saja d0 , yang mempunyai kecepatan pengandapan sebesar V0 (lihat
Gambar 3.3). V0 disebut juga overflow rate.
Gambar 3.3. Lintasan pengendapan partikel:
a. Bentuk bak segi empat (rectangular)
b. Bentuk bak lingkaran (circular)

▪ Partikel-partikel bergerak secara horizontal dengan fluida (seluruh partikel


memiliki kecepatan horizontal yang sama).
▪ Partilkel-partikel bergerak secara horizontal dengan kecepatan pengendapan
terminal (terminal settling velocity), berbeda untuk partikel dengan ukuran,
bentuk dan densitas yang berbeda.
1. Partikel yang mempunyai kecepatan pengendapan lebih besar dari v0 (vS >
v0), akan mengendap 100% dalam waktu yang sama.
2. Partikel yang mempunyai kecepatan pengendapan lebih kecil dari v0, (vS <
v0), maka tidak semua akan mengendap dalam waktu yang sama.
akan mengendap dengan rasio vp /v0.
3. Jumlah dari keseluruhan partikel yang mengendap disebut penyisihan total
(total removal). Besarnya partikel yang mengendap dapat diperoleh dari uji
laboratorium dengan column settling test (Gambar 3.4).
4. Over flow rate dihitung dengan persamaan:

............ (11) v0 = kecepatan pengendapan kritis.


H = Kedalaman cairan
t = waktu pengendapan
Prosedur :
1. Tinggi (kedalaman) port diukur.
H
2. Suspensi yang diuji ditempatkan di dalam kolom. Campuran
harus tercampur sempurna untuk memastikan distribusi
partikel seragam.
3. Pada t = 0 ; sebagian sampel diambil dari valve, dan analisis
TSS dilakukan untuk menentukan konsentrasi awal TSS.
4. Biarkan suspensi mengendap.
Sampling 5. Sampel secara intermittent diambil pada interval waktu. Untuk
port masing-masing sampel : analisis TSS dilakukan untuk
menentukan fraksi suspensi yang sisa pada setiap interval
Gambar 3.4 Sketsa waktu.
column settling test tipe I 6. Besarnya fraksi pengendapan partikel dihitung dengan:
.................................. (12)

di mana: R = besarnya fraksi pengendapan partikel total; F = fraksi partikel tersisa pada
kecepatan V0 ; v = kecepatan pengendapan (m/detik) ; dF = selisih fraksi partikel tersisa
Berdasarkan persamaan (12), besarnya R tersusun oleh dua komponen, yaitu:

▪ Data yang diperoleh dari percobaan laboratorium adalah jumlah


(konsentrasi) partikel yang terdapat dalam sampel yang diambil pada
interval waktu tertentu.
▪ Selanjutnya dihitung kecepatan pengendapan partikel pada tiap waktu
pengambilan.
Contoh Soal 2.

Suatu kolom pengendapan setinggi 150 cm dipakai untuk


mengendapkan partikel diskret. Pada kedalaman 120 cm
terdapat titik sampling untuk mengambil sampel pada waktu
tertentu. Data uji yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Waktu (menit) 0,5 1,0 2,0 4,0 6,0 8,0


H Fraksi partikel 0,56 0,48 0,37 0,19 0,05 0,02
sisa

Berapakah % total removal / pemisahan partikel diskret pada


over flow rate 0.025 m3/detik-m2 ?

Sampling
port
Penyelesaian
1. Hitung kecepatan pengendapan tiap pengambilan sampel dengan rumus:

H = kedalaman titik sampling (120 cm)


t = waktu pengendapan (waktu pengambilan sampel)
Penyelesaian
2. Plot: Fraksi tersisa VS Kecepatan

Fraksi Padatan Sisa

Kecepatan pengendapan, (m/det)


Penyelesaian

3. Hitung total removal pada kecepatan pengendapan 0,025 m/detik dengan


persamaan ( ):
Penyelesaian
a. Cari F0 dari v0 yang diketahui

Fo = 0,51
Fraksi Padatan Sisa

vo = 0,025

Kecepatan pengendapan, (m/det)


Penyelesaian
b. Cari luas daerah di atas kurva (L1).

Cara – 1 :

Fo = 0,51
Fraksi Padatan Sisa

L1

L2

vo = 0,025
L2 = Luas daerah di bawah kurva
dari v = 0 s/d v = 0,025

Kecepatan pengendapan, (m/det)


Cara - 1

Luas daerah di bawah kurva (L2), dapat dihitung dengan menggunakan Metode
Integrasi Numerik : Cara Simpson 1/3 .
▪ Bagi sumbu-x menjadi N segmen
▪ Dari Grafik, cari nilai yang bersesuaian pada sumbu-y
Dalam kasus ini, jumlah segmen (N) diset = 10
Hitung nilai h :

i xi f(x) = yi i xi f(x) = yi
0 0 0 6 0,015 0,441
1 0,0025 0,03 7 0,0175 0,462
2 0,0050 0,19 8 0,020 0,47
3 0,0075 0,31 9 0,0225 0,494
4 0,0100 0,37 10 0,0250 0,51
5 0,0125 0,412

Amir/Sedimentasi/2020 53
Penyelesaian luas daerah di bawah kurva (L2).

Fo = 0,51
Fraksi Padatan Sisa

L2

h h h h vo = 0,025

a
Kecepatan pengendapan, (m/det)
Amir/Sedimentasi/2020 b 54
Penyelesaian

b. Hitung luas daerah di bawah kurva dengan Persamaan:

c. Hitung luas total:

Amir/Sedimentasi/2020 55
Penyelesaian

d. Hitung luas daerah di atas kurva dengan Persamaan:

Sehingga luas daerah di atas kurva = 0,00418

e. Jadi removal total adalah:

Amir/Sedimentasi/2020 56
Catatan :

▪ Tujuan percobaan laboratorium adalah untuk mendapatkan nilai parameter


tertentu yang akan digunakan sebagai dasar disain bangunan sedimentasi.
Parameter yang akan dicari adalah over flow rate (v0), dan waktu detensi (td)
untuk persen pengendapan dengan nilai tertentu.

▪ Untuk mendapatkan nilai dari parameter-parameter (v0 dan td) , caranya


adalah :
Mengulangi langkah 3a, 3b, 3c, dan 3d pada contoh soal nomor 2 dengan
nilai v yang berbeda, misalnya 0,02 m/detik atau 0,03 m/detik, sehingga
diperoleh R yang berbeda pula.
Selanjutnya dicari hubungan antara v0 dan R (dalam bentuk grafik) pada
berbagai berbagai nilai yang berbeda tersebut. Grafik ini dapat dipakai
untuk mencari nilai v0 pada R tertentu
Waktu detensi dapat dicari dengan persamaan td = H/v0 , H adalah
kedalaman bak.

Amir/Sedimentasi/2020 57
Sedimentasi Type 2 – Flocculent Settling

Presipitat kimia yang terbentuk Cenderung ber-aglomerasi selama


dalam koagulasi dan proses proses pengendapan akibat dari
destabilisasi lainnya tumbukan antar partikel

Hasilnya :
▪ Ukuran partikel berubah secara kontinu (semakin besar)
▪ Bentuknya berubah secara kontinu
▪ Spesifik gravitynya berubah

kecepatannya partikel
flokulent meningkat.

Contoh sedimentasi tipe II :


▪ pengendapan partikel hasil proses koagulasi-flokulasi pada pengolahan air
minum maupun air limbah.
▪ pengendapan pertama pada pengolahan air limbah
Model Tangki Sedimentasi untuk Flocculent Settling:

▪ Kriteria desain untuk sistem yg berkelakuan sebagai flocculent settling


ditetapkan berdasarkan uji pengendapan laboratorium.
Sedimentasi Type 2 – Flocculent Settling
▪ Kecepatan pengendapan partikel tidak bisa ditentukan dengan
persamaan Stoke's karena ukuran dan kecepatan pengendapan
tidak tetap.
▪ Besarnya partikel yang mengendap diuji menggunakan column
settling test dengan multiple withdrawal ports.
▪ Dengan menggunakan kolom pengendapan tersebut, sampling
H dilakukan pada setiap port pada interval waktu tertentu.
Sampling ▪ Data REMOVAL partikel diplot pada grafik seperti pada Gambar
point / port 3.7.

Gambar 3.6 Sketsa kolom


sedimentasi tipe II
waktu

▪ Grafik isoremoval dapat digunakan untuk mencari besarnya penyisihan total pada
waktu tertentu. Tarik garis vertikal dari waktu yang ditentukan tersebut.
▪ Tentukan kedalaman H1 ; H2 ; H3 dan seterusnya (Gambar 3.8).
Grafik isoremoval

▪ Besarnya penyisihan total pada waktu tertentu dapat dihitung dengan


menggunakan persamaan:

............ (13)
▪ Grafik isoremoval juga dapat digunakan untuk menentukan lamanya waktu
pengendapan dan surface loading atau overflow rate bila diinginkan efisiensi
pengendapan tertentu.

Langkah-langkah menentukan lamanya waktu pengendapan dan surface loading


atau overflow rate :

a. Hitung penyisihan total pada waktu tertentu (seperti langkah di atas), minimal
sebanyak tiga variasi waktu. (Ulangi langkah di atas minimal dua kali)
b. Buat grafik hubungan persen penyisihan total (sebagai sumbu y) dengan
waktu pengendapan (sebagai sumbu x)
c. Buat grafik hubungan persen penyisihan total (sebagai sumbu y) dengan
overflow rate (sebagai sumbu x)

▪ Kedua grafik ini dapat digunakan untuk menentukan waktu pengendapan


atau waktu detensi (td) dan overflow rate (v0) yang menghasilkan efisiensi
pengendapan tertentu.
▪ Hasil yang diperoleh dari kedua grafik ini adalah nilai berdasarkan
eksperimen di laboratorium (secara batch). Nilai ini dapat digunakan dalam
mendisain bak pengendap (aliran kontinyu) setelah dilakukan penyesuaian,
yaitu dikalikan dengan faktor scale up.
▪ Untuk waktu detensi, faktor scale up yang digunakan pada umumnya
adalah 1,75,
▪ untuk overflow rate, faktor scale up yang digunakan pada umumnya adalah
0,65 (Reynold dan Richards, 1996).
Contoh Soal 4.
Direncanakan sebuah bak pengendap untuk mengendapkan air limbah dengan
SS 350 mg/l dan debit 7500 m3/hari. Uji laboratorium dilakukan terhadap air
limbah tersebut dengan kolom pengendapan berdiameter 20 cm dan tinggi 300
cm. Pada setiap 60 cm terdapat port (sampling point). Hasil tes kolom adalah
sebagai berikut:

Kedala man Waktu (menit)


(cm)
10 20 30 45 60 90
60 240 170 125 100 50 40
120 270 195 165 150 110 60
180 275 250 215 160 135 90
240 285 240 225 190 155 125
300
Keterangan: >350tes yang
Hasil >350tercatat
>350 >350 tersebut
pada tabel >350adalah
>350
kadar SS
dalam mg/l.
Tentukan :
a. Waktu detensi dan surface loading agar diperoleh 65 % pengendapan
b. Diameter dan kedalaman bak
1. Ubah data laboratorium menjadi % removal:

Konsentrasi SS awal = SS0 = 350 mg/L


Kedala Waktu (menit)
Untuk t = 10 menit dan kedalaman (H) = 60 cm
man
10 20 30 45 60 90 Konsentrasi SS sisa = 240 mg/L
(cm)

60 240 170 125 100 50 40

120 270 195 165 150 110 60

180 275 250 215 160 135 90

240 285 240 225 190 155 125

300 >350 >350 >350 >350 >350 >350

Keterangan: ~ pada kedalaman 300 cm, terjadi akumulasi lumpur.


Amir/Sedimentasi/2020 65
2. Plot tabel di atas sehingga membentuk grafik isoremoval:

H2

H1

t = 16 menit

Amir/Sedimentasi/2020 66
Penyelesaian Soal 3.

3. Ambil waktu tertentu dan hitung removal total pada waktu tersebut. Misal t =
16 menit

4. Dengan cara yang sama (no. 3), tentukan removal total pada t (waktu) yang
lain, misal: 25, 40, 55, dan 80 menit.

Plot hubungan % RT vs t Amir/Sedimentasi/2020 67


Penyelesaian Soal 3.

Plot hubungan % RT vs t

Untuk mendapatkan 65% pengendapan, diperlukan waktu 64 menit (lihat


gambar di atas).

Amir/Sedimentasi/2020 68
Penyelesaian Soal 3.

5. Hitung surface loading (overflow rate) pada waktu-waktu di atas dengan rumus
SL = H/t, di mana SL adalah surface loading, H adalah tinggi kolom, dan t
adalah waktu yang dipilih.

Amir/Sedimentasi/2020 69
Penyelesaian Soal 3.

Surface loading yang diperlukan untuk menghasilkan pengendapan 65%


adalah 62 m3/hari-m2.

Amir/Sedimentasi/2020 70
Penyelesaian Soal 3.

6. Berdasarkan pengolahan data dari hasil percobaan diperoleh:


- td = 64 menit
- v0 = 62 m3/hari-m2

Untuk disain, nilai dari hasil percobaan dikalikan dengan faktor scale up.
Jadi:

td = 64 menit x 1,75 = 112 menit


v0 = 62 m3/hari-m2 x 0,65 = 40,3 m3/hari-m2

Amir/Sedimentasi/2020 71
Penyelesaian Soal 3.

7. Luas permukaan bak

Bila bak berbentuk lingkaran, maka :


▪ diameternya adalah 15,4 m

Amir/Sedimentasi/2020 72
Amir/Sedimentasi/2020 73
Perencanaan Bak Sedimentasi

Amir/Sedimentasi/2020 74
Perencanaan Bak Sedimentasi

Amir/Sedimentasi/2020 75
Amir/Sedimentasi/2020 76
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai