REPUBLIK INDONESIA
SALINAN
PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA
NOMOR : PER - 01/1VIBU/01/2015
TENTANG
PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA
Menimbang : a. bahwa dalam rangka menuju tata kelola pemerintahan yang bebas korupsi,
kolusi, dan nepotisme, diperlukan suatu kondisi yang bebas dari benturan
kepentingan;
b. bahwa pemahaman yang tidak seragam mengenai benturan kepentingan
menimbulkan penafsiran yang beragam dan berpengaruh pada kinerja
pegawai, sehingga perlu disusun pedoman penanganan benturan kepentingan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan
huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara
tentang Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan
Kementerian Badan Usaha Milik Negara;
-2-
MEMUTUSKAN
Pasal 1
Pasal 2
Pasal 3
Atasan langsung pejabat dan/atau pegawai melakukan pembinaan dan pengawasan terhad
pelaksanaan Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1.
zo
Pasal 4.../3
MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
-3-
Pasal 4
Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, Surat Edaran Menteri BUMN Nomor
SE-01/MBU/WK/2013 tentang Area Potensi Rawan Korupsi pada Kementerian BUMN, dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 5
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 14 Januari 2015
MENTERI
BADAN USAHA MILIK NEGARA
ttd.
RINI M. SOEMARNO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 22 Januari 2015
ttd.
YASONNA H. LAOLY
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA
NOMOR : PER - 01/MBU/01/2015
TENTANG
PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN ICEPENTINGAN DI LIIKUNGAN
KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA
MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
2. Untuk itu diperlukan adanya suatu pedoman bagi seluruh pejabat dan pegawai di lingkungan
Kementerian BUMN dalam penanganan terhadap adanya atau potensi adanya benturan
kepentingan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing.
1. Maksud
a. Menciptakan budaya kerja organisasi yang dapat mengenal, mencegah, dan mengatasi
situasi-situasi benturan kepentingan;
b. Meningkatkan pelayanan publik dan mencegah terjadinya kerugian negara;
c. Meningkatkan integritas Pegawai Aparatur Sipil Negara Kementerian BUMN;
d. Meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
2. Tujuan
Untuk memberikan kerangka acuan bagi seluruh Pegawai Aparatur Sipil Negara
Kementerian BUMN yang berkenaan dengan Benturan Kepentingan di lingkungan
Kementerian BUMN, sesuai dengan kaidah penyelenggaraan pemerintahan yang baik dapat
mendorong terlaksananya tugas dan fungsi masing-masing yang bebas dan korupsi, kolusi
dan nepotisme serta penyimpangan lainya.
C. RUANG LINGKUP
Ruang Lingkup pedoman ini adalah mengatur yang terkait z
de gan Benturan Kepentingan dan
mekanisme pelaporannya di lingkungan Kementerian BUMN
1
MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
D. PENGERTIAN
1. Pegawai Aparatur Sipil Negara pada Kementerian BUMN yang selanjutnya disebut Pegawai
ASN Kementerian BUMN adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan
perjanjian kerja di lingkungan Kementerian BUMN sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparattu. Sipil Negara.
2. Benturan Kepentingan adalah situasi dimana Pegawai ASN Kementerian BUMN memiliki
atau patut diduga memiliki kepentingan pribadi terhadap setiap penggunaan wewenang
dalam kedudukan atau jabatannya, sehingga dapat mempengaruhi kualitas keputusan
dan/atau tindakannya.
3. Kepentingan Pribadi yaitu keingin ebutuhan seorang Pegawai ASN Kementerian BUMN
mengenai hal yang bersifat pribadi
2
MENTERI BADAN USAFIA MILIK NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
BAB II
BENTURAN KEPENTINGAN
Bentuk Benturan Kepentingan adalah situasi yang menyebabkan Pegawai ASN Kementerian
BUMN melakukan hal-hal berikut :
4. Memberikan aloes khusus kepada pihak tertentu tanpa mengikuti prosedur yang seharusnya.
5. Dalam proses pengawasan dan pembinaan BUMN tidak mengikuti prosedur karena adanya
pengaruh dan harapan dari pihak yang diawasi.
6. Melakukan penilaian atas sesuatu hal, yang mana sesuatu hal tersebut merupakan hasil kerja
dan Pegawai ASN yang bersangkutan.
7. Menyalahgunakan jabatan.
9. Menentukan sendiri besarnya gaji atau remunerasi dimana yang bersangkutan menduduki
suatu jabatan di BUMN yang bersangkutan.
10. Yang memungkinkan untuk memberikan informasi lebih dari yang telah ditentukan
Kementerian BUMN, keistimewaan maupun peluang bagi talon penyedia Barang/Jasa untuk
memenangkan dalam proses Pengadaan Barang/Jasa.
11. Bekerja lain di luar pekerjaan pokoknya (Moonlighting atau outside employment).
1. Kebijakan dari Pegawai ASN Kementerian BUMN yang berpihak akibat pengaruh,
hubungan dekat, ketergantungan, dan/atau pemberian gratifikasi.
2. Pemberian izin dan/atau persetujuan dan Pegawai ASN Kementerian BUMN yang
diskriminatif.
3
MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
4. Pemilihan partner atau rekanan kerja oleh Pegawai ASN Kementerian BUMN berdasarkan
keputusan yang tidak profesional.
6. Menggunakan Barang Milik Negara dan informasi rahasia untuk Kepentingan Pribadi.
7. Melakukan pembinaan dan pengawasan tidak sesuai dengan norma, standar, dan prosedur
karena adanya pengaruh dan harapan dari pihak yang dibina dan diawasi.
8. Melakukan penilaian atas pengaruh pihak lain dan tidak sesuai norma, standar, dan prosedur.
9. Menjadi bagian dari pihak yang memiliki kepentingan atas sesuatu yang dinilai.
1. Penyalahgunaan wewenang, yaitu dengan membuat keputusan atau tindakan yang tidak
sesuai dengan tujuan atau melampaui batas-batas pemberian wewenang yang diberikan oleh
peraturan perundang-undangan.
2. Hubungan afiliasi yaitu hubungan yang dimiliki oleh Pegawai ASN Kementerian BUMN
dengan pihak tertentu baik karena hubungan darah, hubungan perkawinan yang dapat
mempengaruhi keputusannya.
4. Gratifikasi, yaitu pemberian dalam arti luas meliputi pemberian uang, barang, rabat, komisi,
pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan
cuma-cuma dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri
maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau
tanpa sarana elektronik.
3. Kelemahan sistem organisasi, yaitu keadaan yang menjadi kendala bagi pencapaian tujuan
pelaksanaan kewenangan Pegawai ASN Kementerian BUMN yang disebabkan karena
struktur dan budaya organisasi yang ada.
4
MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
BAB III
PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN
A. PRINSIP DASAR
1. Pengambilan keputusan dalam rangka pelaksanaan tugas dan kewajiban, Pegawai ASN
Kementerian BUMN hams mendasarkan pada:
a. Peraturan perundang-undangan, kebijakan dan standard operating procedure (SOP)
yang berlaku;
b. Profesionalitas, objektifitas dan transparan;
c. Tidak memasukkan unsur kepentingan pribadi;
d. Tidak dipengaruhi oleh hubungan afiliasi.
3. Pegawai ASN Kementerian BUMN hams menghindarkan diri dari sikap, perilaku, dan
tindakan yang dapat mengakibatkan benturan kepentingan.
4. Pimpinan unit kerja dan atasan langsung hams mengendalikan dan menangani benturan
kepentingan secara memadai.
2. Memberikan akses penggunaan fasilitas kantor dan Barang Milik Negara di luar kedinasan
untuk kepentingan pribadi;
3. Merangkap jabatan/duduk sebagai pengurus, penasehat atau pelindung dalam Badan Sosial,
dimana yang bersangkutan menerima upah/gaji/honorarium atau keuntungan
materil/finansiil lainnya;
4. Memanfaatkan data dan informasi rahasia Kementerian BUMN untuk kepentingan pribadi/
pihak lain;
5. Meminjam uang kepada pihak BUMN/mitra kerja atau pegawai di lingkungan BUMN/mitra
kerja yang melanggar ketentuan atau kewajaran;
6. Menerima gratifikasi yang dianggap suap sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Menteri
Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-05/M U/2014 Tentang Program Pengendalian
Gratifikasi di Lingkungan Kementerian BUMN.
5
MENTERI BA DAN USAHA MILIK NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
4. Pengawasan terhadap pelaksanaan keputusan dari tindak lanjut hasil pemeriksaan terjadinya
benturan kepentingan dilaksanakan oleh Inspektorat.
6
MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
c. Pekerjaan tambahan;
d. Informasi orang dalam;
e. Kepentingan pibadi dalam pengadaan barang/jasa di lingkungan Kementerian BUMN;
f. Tuntutan keluarga dan komunitas;
g. Kedudukan di organisasi lain dimana yang bersangkutan menerima upah/gaji;
h. Intervensi pada jabatan sebelumnya; dan
i. Perangkapan j abatan.
7
MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
BAB IV
SANKSI ATAS PELANGGARAN
B. SANKSI
Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan ini akan
dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan disiplin PNS/Pegawai ASN yang berlaku.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 14 Januari 2015
MENTERI
BADAN USAHA MILIK NEGARA
ttd.
RINI M. SOEMARNO
Hamb
NIP 19 10 199603 1 001
8
MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
FORM-1
FORMAT SURAT PERNYATAAN POTENSI BENTURAN KEPENTINGAN
Oleh karena itu, dengan ini saya menyatakan sikap untuk (sebutkan
pilihan sikap terhadap penanganan Benturan Kepentingan di Kementerian BUMN, sesuai Bab III
huruf C butir 3.
Demikian surat pernyataan ini saya buat agar dapat dipergunakan sesuai dengan prosedur
operasional standar di lingkungan Kementerian BUMN dan peraturan perundang-undangan jika
diperlukan.
Hormat saya,
Nama Jelas
NIP.
MENTERI
BADAN USAHA MILIK NEGARA
ttd.
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Hukum, RIM M SOEMARNO