Anda di halaman 1dari 5

Nama Peserta : ANDRIANSYAH

Angkatan : I
No. Urut : 05
Pemimpin Religius Merupakan Cerminan Nilai Pancasila

I. PENDAHULUAN
Pancasila adalah dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia
dimana butir-butir Pancasila tersebut tertuang dalam pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Repbulik Indonesia Tahun 1945 pada alenia terakhir yaitu “Kemudian
daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu
dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam
susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar
kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia".
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila tersebut merupakan amanat jiwa
luhur bangsa Indonesia yang harus kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari
dimana butir-butir Pancasila tersebut sudah diabsorb dalam pasal Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Dari sila pertama ini dalam konstitusi negara Indonesia yakni UUD NRI Tahun
1945, salah satunya tercantum dalam Pasal 29 bahwa “Ayat (1) Negara
berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Ayat (2) Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing
dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
2. Kemanusiaan Yang Adil Beradab
Dari sila kedua ini dalam konstitusi negara Indonesia yakni UUD NRI Tahun
1945 tercantum dalam Pasal-Pasal mengenai Hak Asasi Manusia. Salah
satunya dalam Pasal 28 yang menyebutkan bahwa “Kemerdekaan berserikat
dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.”

3. Persatuan Indonesia
Dari sila ketiga ini dalam konstitusi negara Indonesia yakni UUD NRI Tahun
1945, salah satunya tercantum dalam Pasal 1 Ayat (1) bahwa “Negara
Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik.”
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Khidmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan Perwakilan
Dari sila keempat ini dalam konstitusi negara Indonesia yakni UUD NRI Tahun
1945, salah satunya tercantum dalam Pasal mengenai Majelis
Permusyawaratan Rakyat. Dalam Pasal 2 ayat (1) menyebutkan bahwa
“Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih
melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang.”
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Dari sila kelima ini dalam konstitusi negara Indonesia yakni UUD NRI Tahun
1945, salah satunya tercantum dalam Pasal mengenai Perekonomian
Nasional dan Kesejahteraan Sosial. Dalam Pasal 33 menyebutkan bahwa
“Ayat (1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan. Ayat (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara
dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Ayat (3)
Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Ayat (4)
Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
Dalam suatu organisasi Pimpinan merupakan orang yang mempunyai
kedudukan paling tinggi dalam menentukan kebijakan. Oleh karena itu sosok
pimpinan haruslah orang yang tepat dan memenuhi klasifikasi seorang pimpinan
karena pimpinan merupakan panutan atau role model bagi orang yang dipimpinnya.
Menurut George R. Terry menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu kegiatan
untuk mempengaruhi orang-orang agar mereka menyukai untuk berusaha dalam
mencapai tujuan-tujuan kelompok atau organisasi. Gibson (1997) menyatakan
kepemimpinan adalah suatu upaya penggunaan jenis-jenis pengaruh bukan paksaan
untuk memotivasi orang mencapai tujuan.
Namun pimpinan saat ini masih ada yang bertindak tidak sesuai dengan nilai -
nilai Pancasila misalnya masih ada pimpinan yang mengambil anggaran kantor yang
bukan haknya untuk kepentingan pribadi, hal tersebut bahkan ada sampai terjerat ke
dalam Kasus Korupsi seperti data dibawah ini :

Masih besarnya angka data statistik perkara Tindak Pidana Korupsi yang
dilakukan oleh Pimpinan daerah, Anggota Dewan, Eselon IV hingga I adalah bukti
hilangnya esensi kepemimpinan nasional yang komit terhadap nilai-nilai Pancasila
terutama dalam sila pertama “ Ketuhanan Yang Maha Esa “ padahal dengan Sila
Pertama tersebut akan menciptakan pemimpin yang memiliki sifat religiusitas yang
baik. Keberadaannya sebagai makhluk ciptaan Tuhan akan tunduk dengan aturan
dan pedoman yang diyakininya. Keberadaan Tuhan cukup menjadikan dirinya sadar
bahwa setiap tindak tanduknya akan diawasi secara melekat di mana pun, kapan
pun. Pemimpin yang takut di awas Tuhannya, bukan takut diawasi aparat penegak
hukum.
Oleh karena itu pemimpin seperti apa yang dapat dijadikan panutan oleh
anggotanya guna mengurangi perbuatan tercela baik yang dilakukan oleh pimpinan
itu sendiri maupun anggotanya.
II. PEMBAHASAN
Pemimpin yang baik adalah seorang pemimpin religus yang tercermin dalam
kepemimpinannya mengacu pada nilai-nilai Pancasila sebagai falsafah dan
pandangan hidup Negara Indonesia. Pemimpin yang religius setidaknya mempunyai
beberapa indikator diantaranya : Pertama, seorang pemimpin religius fungsinya
adalah melayani kepentingan mereka yang dipimpinnya. Kedua, orientasinya adalah
bukan untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan golongan. Tetapi justru untuk
kepentingan publik yang dipimpinnya. Ketiga, seorang pemimpin religius memiliki
keinginan yang kuat untuk meningkatkan kesejahteraan orang-orang yang
dipimpinnya.
Pemimpin Religius mempunyai pemahaman dan pengamalan yang kuat
tentang ajaran agama yang secara tidak langsung akan mempengaruhi mencegah
dari perbuatan yang tidak baik dan selalu taat dan patuh menjalankan perintah
agama, sekalipun ia dalam kondisi miskin dan berkekurangan atau menderita.
Apalagi hanya sebatas mengambil anggaran kantor yang bukan haknya akan bisa
dijauhkan dari diri dan lingkungannya. Maka hal yang paling mendasar bagaimana
strategi menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan lapisan masyarakat, baik
individu maupun kolektif, rakyat maupun pejabat. Berdasarkan hal tersebut, dapat
diketahui bahwa tujuan mempunyai Pemimpin yang religius dapat meningkatkan
kesadaran dan pengamalan kepada anggotanya sehingga terhindar dari perilaku-
prilaku yang tidak baik, diantaranya adalah kejahatan korupsi, dengan
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila sebagai landasan keimanan dan
ketakwaan berdasarkan kepada tuhan yang maha esa, menjungjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, berprinsip demokrasi dan
keadilan sosial.
III. PERAN KEPEMIMPINAN
Bahwa seorang pemimpin mempunyai banyak cara dalam memimpin
anggotanya, untuk mempengaruhi dan mencegah seseorang dalam melakukan
perbuatan tercela peran pimpinan mempunyai andil dalam hal tersebut. Apa yang
dilakukan seorang pemimpin pasti akan diikuti oleh anggotanya sebagaimana
pendapat George R. Terry menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu kegiatan
untuk mempengaruhi orang-orang agar mereka menyukai untuk berusaha dalam
mencapai tujuan-tujuan kelompok atau organisasi. Kepemimpinan yang religus saat
ini sangat diperlukan sebagai role model dalam pelaksaan tugas sehari-hari karena
mereka langsung bisa memberikan contoh kongkrit dalam menjalankan amanahnya.
Bererapa kebijakan yang bisa dilakukan oleh Pemimpin Religius sebagaimana
penjabaran nilai-nilai Pancasila adalah melakukan ibadah keagamaan secara
bersama-sama dimana dalam kegiatan keagaaman tersebut pemimpin yang religius
langsung bertidak sebagai pemimpin keagamaan misalnya Sholat berjemah, Kajati,
Kajari, atau Kepala Cabang menyerukan anggotanya untuk sholat berjemaah dan
mereka langsung menjadi imam sholatnya. Kemudian melakukan Ceramah Agama
dimana yang menjadi penceramahnya langsung dilakukan oleh Pemimpin tersebut
sehingga anggota yang dipimpinnya secara tidak langsung akan terpengaruh oleh
Kepemimpinannya tersebut.
Contoh pola hidup sederhana yang ditampilkan oleh Pemimpin Religius dapat
menjadi panutan bagi anggotanya sehingga anggota yang hidupnya suka bermewah-
mewahan akan menjadi malu ketika melihat pimpinannya menjalani hidup dengan
kesederhanaan. Hal tersebut berdampak karena hidup sederhana tidak banyak
membutuhkan banyak uang membuat anggotanya tidak mempunyai niat untuk
mengambil anggaran kantor untuk kebutuhan pribadinya.
Dengan penerapan pola perilaku yang religius tersebut secara tidak langsung
akan mengurangi niat anggotanya untuk melakukan perbuatan tercela dan
mempengaruhi anggotanya untuk hidup dengan pola sederhana.

Anda mungkin juga menyukai