Anda di halaman 1dari 2

Nama : HENI SILVIA RESTI

NIM : 213010502022
Mata Kuliah : Arsitektur Berkelanjutan
Dosen : Dr. Indrabakti Sangalang, S.T., M.T.

RESUME WEBINAR

Judul : Perancangan Arsitektur & Teknologi Tepat Guna Untuk Masyarakat


Tangguh.
Narasumber : Yu Sing (Studio Akanoma), Gede Sugiarta (Konsultan Teknologi Tepat
Guna), Etha Widiyanto (Arsitek Pembangunan Berkelanjutan & Seniman),
Andrea Fitrianto (ASF Indonesia).

Materi Yu Sing (Studio Akanoma)

Adanya Interdependensi, diantaranya:


(Interdepenensi: hubungan saling ketergantungan yang mana ada kekurangan dari masing
masing orang)

• Krisis ketergantungan hidup pada alam, mengakibatkan kerusakan alam & penurunan
kualitas kehidupan diseluruh dunia.
• Yang terjadi pada Arsitektur perlahan lahan masyarakat meninggalkan kekayaan &
keragaman sumber material alami disekitar mereka.

Kita memiliki banyak warisan arsitektur Vernakular & Tradisional diseluruh dunia
yang dibanggakan sebagai Kejeniusan/Kearifan Lokal, tapi sekaligus ditinggalkan. Rumah
alami tidak lagi menjadi pilihan rumah rakyat yang utama.

Untuk mempelajari betapa pentingnya Interdependensi (Hubungan saling bergantung)


tidak selalu melalui Arsitektur, tetapi bisa melalui banyak cara hidup lain yang menuntun kita
untuk terus belajar.
Salah satu contohnya adalah masyarakat marjinal di Batam ada yang hidupnya menjual
arang ranting bakau. Mereka bergantung pada bakau, oleh karena itu mereka hanya
mengambil ranting-rantingnya saja, sehinggapohon bakau tetap hidup. Selain itu makhluk
hidup air berupa ikan dan lain-lain menggunakan ekosistem bakau sebagai tempat tinggal dan
sumber pangan. Sayangnya sikap hidup masyarakat Batam yang bergantung pada Bakau,
bertolak belakang dengan sikap pemerintah & pengembang di Jakarta.
Misalnya seperti pelanggaran peruntukan lahan yang terjadi di Jakarta (1985-2006),
seluas 3.925,84 ha = 39.258.400 m2 Area tangkapan air, hutan lindung (mangrove), ruang
terbuka hijau, & hutan kota berubah fungsi menjadi perumahan, apartemen, supermarket,
perkantoran, hotel, dan lain-lain. Dampaknya dimasa sekarang Jakarta menghadapi banyak
persoalan yang tidak dan masih jauh akan selesai.
Prinsipnya adalah “bila membangun tanpa peduli aspek-aspek lain, daya rusaknya
terhadap ekologi sangat besar”-Yu Sing.
Pada 2018, hutan mangrove Indonesia mengilang 52 ribu hektar setiap tahun, laju
deforestasi terbesar disumbang oleh penggunaan lahan untuk tambak udang.
Ekonomi yang bergantung pada unsur lain dari kondisi alami suatu wilayah, akan
merusak dan mengubah kondisi alami wilayahnya, dengan kata lain alam yang dikorbankan.

Dalam contoh kasus pada masyarakat jambi tergantikannya penggunaan daun nipah
sebagai material atap rumah, banyak terdapat suatu keunggulan dari Daun nipah yang dapat
diamnfaatkan, tentunya dengan ilmu pengetahuan konstruksi lokal yang harus dipelajari.
Akibat keterbatasan pengetahuan tersebut saat ini masyarakat jambi lebih memilih
menggunakan atap seng dari pada daun nipah.
“pengetahuan lokal pun dapat hilang bila tidak lagi memiliki interdependensi dengan alam” -
Yu Sing.

Anda mungkin juga menyukai