Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep
2.1.1 Pengertian
Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah abnormalitas struktur makroskopis
jantung atau pembuluh darah besar intratoraks yang mempunyai fungsi pasti
atau potensial yang berarti. Kelainan ini merupakan kelainan kongenital yang
paling sering terjadi pada bayi baru lahir. (Moons, 2019).
2.1.2 Etiologi
Penyebab PJB belum pasti, meskipun beberapa faktor dianggap
berpotensi sebagai penyebab. Faktor-faktor yang berpotensi antara lain: infeksi
virus pada ibu hamil (misalnya campak jerman atau rubella), obat-obatan
atau jamu jamuan,alcohol. faktor keturunan atau kelainan genetic dapat juga
menjadi penyebab meskipun jarang, dan belum banyak diketahui.misalnya
Sindroma Down (Mongolism) yang sering disertai dengan berbagai macam
kelainan, dimana salah satunya PJB (Wajan J. 2019 )
Etiologi penyakit jantung bawaan bisa ditimbulkan beberapa faktor, salah
satunya disebabkan oleh genetic dan maternal dimana saat ini sebagai faktor
yang paling berperan. Selain itu infeksi virus, paparan radisasi,alcohol dan obat-
obatan yang diminum pada ibu hamil juga diduga sebagai penyebab penyakit
jantung bawaan (Rilantono, 2018).
Penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor
yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian ASD, faktor
– faktor tersebut diantaranya:
1. Faktor prenatal
a. Ibu menderita infeksi rubella
b. Ibu Alkoholisme
c. Umur ibu lebih dari 40 Tahun
d. Ibu menderita IDDM
e. Ibu meminum obat – obatan penenang atau jamu
2. Faktor genetik
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
b. Ayah atau ibunya menderita penyakit jantung bawaan
c. Kelainan kromosom misalnya sindrom down
d. Lahir dengan kelainan bawaan lain
(Whalley dan Wong. 2019)
Manifestasi klinis
Adapun manifestasi klinis dari Ateri Septal Defect
1. Sering mengalami infeksi saluran pernafasan
2. Dispnea (kesulitan dalam bernafas)
3. Sesak nafas ketika melaukan aktivitas
4. Jantung berdebar – debar (palpitasi)
5. Aritmia
6. Clubbing finger
(Whalley dan Wong. 2019)
Pertumbuhan dan perkembangan anak
Menurut Whalley dan Wong (2019) dalam hidayat, pertumbuhan merupakan
bertambahnya jumlah dan besarnya sel di seluruh bagian tubuh yang secara
kuantitatif dapat diukur, sedangkan perkembangan merupakan bertambah
sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh kematangan
dan belajar.
a) Lingkungan biologis
Lingkunagn biologis terdiri dari ras, jenis kelamin, umur, gizi,
perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis,
fungsi metabolisme, hormon.
b) Faktor fisik
Terdiri dari cuaca, musim, sanitasi, keadaan rumah, radiasi
c) Faktor psikososial
Stimulasi, motivasi belajar, ganjaran atau hukuman, kelompoksebaya,
stres, sekolah, cinta dan kasih, kualitas interaksi anak dan orang tua.
d) Faktro keluarga
Faktor keluarga mencakup pekerjaan/ pendapatan keluarga,
pendidikan ayah/ibu, jumlah saudara, jenis kelamin, stabilitas rumah
tangga, kepribadian ayah/ibu, adat istiadat dan norma-norma, agama.
2.1.3 Patofisiologi
Penyakit Jantung Bawaan dipengaruhi oleh faktor yaitu faktor genetik
dan maternal. Pada kelainan struktur jantung digolongkan menjadi penyakit
jantung bawaan asianotik dan penyakit jantung bawaan sianotik. Penyakit jantung
bawaan asianotik kondisi ini disebabkan oleh lesi yang memungkinkan darah
shuntdari kiri ke sisi kanan sirkulasi atau yang menghalangi aliran darah dengan
penyempitan katup serta pencampuran darah dari arteri (Padila, 2018).
Terdapat lubang antara atrium kanan dan kiri menimbulkan tekanan atrium
kiri kiri lebih besar ketimbang atrium kanan, sehingga darah akan mengalir dari
atrium kiri ke kanan. Darah yang mengalir dari atrium kiri ke kanan menimbulkan
volume atrium kanan meningkat menyebabkan hipertropi atrium kanan dan selain
itu meningkatnya volume dan tekanan atrium kanan maka darah akan mengalir ke
ventrikel kanan dan paru-paru juga meningkat. Hal ini menyebabkan penumpukan
darah dan oksigen di paru sehingga alveoli membesar dan terjadi pola nafasnya
tidak efektif. Volume di ventrikel kiri menurun disebabkan darah mengalir dari
atrium kanan ke atrium kiri. Hal ini akan menyebabkan kontraktilitas ventrikel kiri
menurun sehingga terjadi penurunan curah jantung. Penurunan curah jantung
menjadikan tubuh akan kurang oksigen dan kurang nafsu makan. Kurangnya
suplai oksigen ke tubuh membuat tubuh akan terasa lemas dan pusing. Kurangnya
nafsu makan menjadikan nutrisi tidak adekuat sehingga pertumbuhan akan
terhambat dan menyebabkan gangguan pertumbuhan perkembangan (Irnizarifka,
2019).
Pada kasus Atrial Septal Defect yang tidak ada komplikasi, darah yang
mengandung oksigen dari Atrium Kiri mengalir ke Atrium Kanan tetapi tidak
sebaliknya. Aliran yang melalui defek tersebut merupakan suatu proses akibat
ukuran dan complain dari atrium tersebut. Normalnya setelah bayi lahir complain
ventrikel kanan menjadi lebih besar daripada ventrikel kiri yang menyebabkan
ketebalan dinding ventrikel kanan berkurang. Hal ini juga berakibat volume serta
ukuran atrium kanan dan ventrikel kanan meningkat. Jika complain ventrikel
kanan terus menurun akibat beban yang terus meningkat shunt dari kiri kekanan
bisa berkurang. Pada suatu saat sindroma Eisenmenger bisa terjadi akibat penyakit
vaskuler paru yang terus bertambah berat. Arah shunt pun bisa berubah menjadi
dari kanan kekiri sehingga sirkulasi darah sistemik banyak mengandung darah
yang rendah oksigen akibatnya terjadi hipoksemi dan sianosis. (Irnizarifka, 2019).
Pathway
Defek
2.1.5Penatalaksanaan Medik
Tatalaksana ASD ada dua yakni: Amplatzer Septal Occluder (ASO) dan ASD
closure:
b. ASD Closure
Penutupan dengan dakron pacth pada lubang defek Atrium. Bila pada
pemeriksaan echokardiografi lubang ASD sudah cukup jelas dengan flow
rasio lebih dari 1,5 mm, maka penutupan operasi ASD closure. Operasi
dapat dilakukan tanpa pemeriksaan sadap jantung (kateterisasi jantung).
Komplikasi yang terjadi pada pasien post operasi yaitu perdarahan,
tamponade jantung, hemolisis, kegagalan pernafasan, gangguan irama
jantung, henti jantung, curah jantung rendah, kegagalan ginjal, infeksi luka,
sepsis, gangguan neorologi dll
(Rahayu, dkk, 2018)
Operasi sakelar arteri adalah prosedur standar untuk pasien dengan D-TGA
tanpa stenosis pulmonic utama. Selama ASO, ahli bedah akan mentranseksi
batang paru dan aorta kemudian mentranslokasi mereka ke posisi yang benar
secara anatomis. Arteri koroner dimobilisasi dan ditanam kembali ke dalam
batang aorta. Jika VSD ada., itu juga diperbaiki selama waktu ini.
b. Prosedur Rastelli
Prosedur Rastelli diindikasikan pada pasien yang hadir dengan D-TGA, VSD
besar, dan stenosis paru. Selama prosedur ini, VSD ditutup menggunakan
penyekat. Dengan demikian, darah beroksigen dari ventrikel kiri diarahkan ke
aorta. Saluran kemudian ditempatkan dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis
sehingga menghindari darah terdeoksigenasi ke dalam arteri pulmonalis
2.1 Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
a. Identitas, meliputi: nama, tempat tanggal lahir, umur, berat badan
lahir, jenis kelamin, anak keberapa, jumlah saudara dan identitas orang
tua.
b. Keluhan utama,Riwayat kesehatan sekarang Orang tua biasanya
mengeluhkan nafas anaknya sesak bila melakukan aktivitas, tidak
mau makan, keringat berlebihan.Riwayat kesehatan dahulu Riwayat
kesehatan dahulu apakah pasien lahir premature, ibu menderita
infeksi saat kehamilan dan riwayat gerakan jongkok bila anak telah
berjalan beberapa menit.
c. Riwayat kesehatan keluarga Adanya keluarga yang menderita
penyakit gagal jantung, adanya riwayat kematian mendadak pada
saudara-saudara dan riwayat keluarga dengan sindrom down
d. Riwayat kehamilan Riwayat kesehatan ibu saat hamil seperti adanya
penyakit infeksi rubella (sindrom rubella), ibu atau keluarga memiliki
riwayat penyakit lupus eritematosus sistemik sehingga dapat
menimbulkan blockade jantung total pada bayinya dan adanya riwayat
kencing manis pada ibu dapat menyebabkan terjadinya kardiomiopati
pada bayi yang dikandungnya. Adanya riwayat mengkonsumsi obat-
obatan maupun jamu tradisional yang diminum serta kebiasaan
merokok dan minum alkohol selama hamil (Hidayat, 2012).
e. Pemeriksaan fisik
Tanda- tanda vital
Nadi umumnya normal 120-130 x/menit namun dapat juga teraba cepat,
pernafasan cepat sehingga anak tampak sesak nafas dan sulit
beraktivitas, suhu umumnya normal jika tidak terdapat infeksi. (Sumber:
Muhlisin (2017)
Kepala: Umumnya ditemukan rambut mudah rontok. c) Wajah : Wajah
tampak pucat, kelelahan dan ikterik.
Mata: Anak mengalami anemis konjungtiva, sclera ikterik karena
adanya udem di hepar, kornea arkus sinilis dan jaundice.
Hidung: Pemeriksaan hidung secara umum tidak tampak kelainan,
namun anak akan mengalami napas pendek, bunyi napas ronki kasar dan
cuping hidung.
Mulut: Pemeriksaan mulut didapat bibir pucat atau membiru,
lidah berwarna merah hati.
Leher: Ditemukan pelebaran tiroid (hipertiroid), dan distensi vena
jugularis.
Jantung: Pada ASD dapat di jumpai takikardia, jantung berdebar,
denyut arteri pulmonalis dapat diraba di dada dengan bunyi
jantung abnormal. Bunyi jantung abnormal dapat terdengar murmur,
akibat peningkatan aliran darah yang melalui katup
pulmonalis, juga dapat terdengar akibat peningkatan aliran darah
yang mengalir melalui trikuspidalis pada pirau yang besar.
Pembesaran jantung terkadang mengubah konfigurasi dada. Batas jantung
terdapat pada RIC 2 dan 3 yang disebut diastole dan RIC 5 dan 4 disebut
sistole.
Paru: Biasanya pada anak dengan Tof, hasil inspeksi tampak
adanya retraksi dinding dada akibat pernafasan yang pendek dan
dalam dan tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan.
Palpasi mungkin teraba desakan dinding paru yang meningkat
terhadap dinding dada, pada perkusi mungkin terdengar suara redup
karena peningkatan volume darah paru dan untuk auskultasi akan
terdengar ronkhi basah atau krekels sebagai tanda adanya edema paru
pada komplikasi kegagalan jantung. Bayi yang baru lahir saat di
auskultasi akan terdengar suara nafas mendengkur yang lemah
bahkan takipneu.
Kulit: Kulit tampak kemerahan (rubella), lembab, turgor kulit jelek.
Ekstremitas: Ditemukan pada ekstremitas teraba dingin bahkan
dapat terjadi clubbing finger akibat kurangan oksigen ke perifer,
kuku tampak sianosis. telapak tangan pucat, udem pada tibia
punggung kaki.
f. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Terdapat nilai hemoglobin menurun dan peningkatan nilai hematrokit,
pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit
antara 50-65%. Nilai gas darah arteri menunjukkan peningkatan tekanan
persial karbondioksida (PCO), penurunan tekanan parsial oksigen (PO).
Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan sinar X pada toraks menunjukkan penurunan aliran
darah pulmonal, atrium dan ventrikel kiri tampak membesar secara
signifikan (kardiomegali), gambaran khas jantung tampak apeks
jantung terangkat sehingga seperti sepatu.
Pemeriksaan elektrokardiogram
Pemeriksaan EKG pad TOF didapatkan hasil sumbu QRS hampr selalu
berdevisiasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan (Aspiani,
2018).
2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan Preload
2. Nyeri Post Op berhubungan dengan pencedera fisik (prosedur tindakan medis
3. Resiko Aspirasi berhubungan dengan penurunan refleks muntah
4. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan
5. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan imobilisasi
2.3 Intervensi
terapeutik
Sediakan lingkungan
nyaman (mis. cahaya,
suara, kunjungan)
Lakukan rentang gerak
secara bertahap
Fasilitas duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
libatkan keluarga untuk
membantu pasien
dalam meningkatkan
rentang gerak
Edukasi
Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
Anjurkan menghubungi
perawat jika ada keluhan
pusing atau ada
perdarahan di daerah
puncture
Libatkan keluarga untuk
memantau adanya
tanda-tanda hematome
atau perdarahan di
daerah puncture setelah
di rumah
2.4 Evaluasi
a. Proses: langsung setalah setiap tindakan
b. Hasil: tujuan yang diharapkan
1. Tanda-tanda vital anak berada dalam batas normal sesuai dengan usia
2. Anak berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang sesuai dengan usia
3. Anak bebas dari komplikasi pascabedah