Anda di halaman 1dari 63

IDENTIFIKASI BAKTERI Staphylococcus aureus PADA SIKAT

GIGI DI KOST PUTRI JALAN KASTURI WILAYAH


BANJARBARU TAHUN 2020

PROPOSAL
Karya Tulis Ilmiah Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Predikat Ahli Madya Teknologi Laboratorium Medis

OLEH :
Rasna Efiyanti
P07134117261

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BANJARMASIN
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
PRODI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM DIPLOMA III
2019
IDENTIFIKASI BAKTERI Staphylococcus aureus PADA SIKAT
GIGI DI KOST PUTRI JALAN KASTURI WILAYAH
BANJARBARU TAHUN 2020

PROPOSAL
Karya Tulis Ilmiah Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Predikat Ahli Madya Teknologi Laboratorium Medis

OLEH :
Rasna Efiyanti
P07134117261

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BANJARMASIN
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
PRODI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM DIPLOMA III
2019

ii
@ 2019

Hak Cipta ada pada penulis

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah berjudul “Identifikasi Bakteri

Staphylococcus aureus pada Sikat Gigi di Kost Putri Jalan Kasturi Wilayah

Banjarbaru Tahun 2020’ telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Proposal

Karya Tulis Ilmiah Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banjarmasin

Program studi Teknologi Laboratorium Medis Program Diploma III Jurusan

Analis Kesehatan.

Banjarbaru, Desember 2019

Pembimbing I, Pembimbing II,

Erfan Roebiakto SKM., MS H. Ahmad Muhlisin, S.Pd,M.Kes


NIP. 196203271984031002 NIP. 196812011989031001

Mengetahui :
Ketua Jurusan Analis Kesehatan
Poltekkes Kemenkes Banjarmasin

H. Akhmad Muntaha, S.Pd., MM


NIP. 195911061989031003

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala kemudahan dan petunjuk

serta berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis

Ilmiah yang berjudul “Identifikasi Bakteri Staphylococcus aureus pada Sikat

Gigi di Kost Putri Jalan Kasturi Wilayah Banjarbaru Tahun 2020” .

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat

memperoleh Predikat Ahli Madya Teknologi Laboratorium Medis. Dalam

penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini, penulis tidak lepas dari bantuan

berbagai pihak.

Oleh karena itu, dengan penuh hormat dan tulus hati, penulis mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Bapak Akhmad Muntaha, S.Pd., MM selaku Ketua Jurusan Analis Kesehatan.

2. Bapak Jujuk Anton Cahyono, S.Si, M.Sc Selaku Ketua Prodi DIII Teknologi

Laboratorium Medis Jurusan Analis Kesehatan.

3. Bapak Erfan Roebiakto, S.KM., MS selaku dosen pembimbing I yang dengan

kesungguhan hati memberikan bimbingan serta pengarahan sehingga Proposal

Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan.

4. Bapak H. Ahmad Muhlisin, S.Pd., M.Kes selaku pembiming II yang dengan

kesungguhan hati memberikan bimbingan serta pengarahan sehingga Proposal

Karya Ilmiah ini dapat diselesaikan.

5. Bapak H. Haitami, S.Si, M.Sc Selaku Penguji yang telah bersedia meluangkan

waktu untuk menguji Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

v
6. Seluruh dosen dan Staf Tata Usaha Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Jurusan

Analis Kesehatan.

7. Kedua orang tua, seluruh keluarga dan orang–orang yang saya sayangi yang

senantiasa dengan kesabaran selalu memberikan dukungan dan materi dalam

penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Sahabat serta saudara–saudara keluarga besar Analis Kesehatan angkatan tahun

2017 yang telah berbagi suka dan duka, serta mendorong dan memberikan

semangatnya dalam pembuatan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah banyak

membantu dalam penyelesaian Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

Demikian Proposal Karya Tulis Ilmiah ini selesai disusun agar dapat menjadi

tambahan pengetahuan. Proposal Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari kesalahan

dan kekurangan, penulis mengharapkan saran yang membangun untuk

kesempurnaan Proposal Karya Tulis Ilmiah Ini.

Banjarbaru, Desember 2019

Penulis

vi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………..ii
HALAMAN HAK CIPTA………………………………………………………iii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iv
KATA PENGANTAR............................................................................................v
DAFTAR ISI........................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................viii
DAFTAR TABEL.................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................4
C. Batasan Masalah....................................................................................4
D. Tujuan Penelitian..................................................................................4
E. Manfaat Penelitian................................................................................5
F. Keaslian Penelitian................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Sikat Gigi..............................................................................................7
B. Flora Normal Mulut..............................................................................9
C. Faktor – Faktor Yang Menyebabkan adanya Staphylococcus aureus
pada Sikat Gigi....................................................................................11
D. Staphylococcus aureus........................................................................12
E. Rumah Kost atau Rumah Tinggal.......................................................22
F. Landasan Teori....................................................................................25
G. Kerangka Konsep................................................................................27
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian..........................................................28
B. Tempat dan waktu Penelitian..............................................................28
C. Populasi dan Sampel...........................................................................28
D. Instrumen.............................................................................................29
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.....................................30
F. Cara Pengumpulan Data......................................................................31
G. Pengolahan dan Analisis Data.............................................................40
H. Jadwal Penelitian.................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Konsep..............................................................................27

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Keaslian Penelitian..................................................................................6

Tabel 2. 1 Infeksi-infeksi utama oleh Staphylococcus aureus 20

Tabel 3. 1 Definisi Operasional 31

Tabel 3. 2 Jadwal Penelitian..................................................................................41

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Penjelasan Penelitian Untuk Responden


Lampiran 2 : Informed Consent
Lampiran 3 : Kuesioner
Lampiran 4 : Pembuatan Media

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebersihan gigi dan mulut merupakan suatu kondisi atau keadaan

terbebasnya gigi geligi dari plak dan calculus, keduanya selalu terbentuk

pada gigi dan meluas ke seluruh permukaan gigi, hal ini disebabkan karena

rongga mulut bersifat basah, lembab dan gelap, yang menyebabkan bakteri

dapat berkembang biak (Farida, 2012).

Berdasarkan Riskesdas 2018, mencatat proporsi masalah gigi dan

mulut di Indonesia sebesar 57,6%, Sedangkan di provinsi Kalimantan

Selatan sebesar 60% dan proporsi perilaku menyikat gigi dengan benar

sebesar 2,8% (RISKESDAS, 2018).

Salah satu cara dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut yaitu

dengan menggosok gigi menggunakan sikat gigi, namun sikat gigi yang

digunakan harus ideal. Menurut Putri dkk (2010), syarat sikat gigi yang

ideal adalah tangkai harus nyaman dipegang dan stabil, pegangan harus

cukup lebar dan cukup tebal, kepala sikat jangan terlalu besar, untuk orang

dewasa maksimal 25-29 x 10 mm, dan sikat gigi dijaga supaya tetap bersih

untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri.

Ditemukan kontaminasi bakteri Staphylococcus sp pada sikat gigi

yang telah digunakan bisa berasal dari wadah penyimpanan, lingkungan

penyimpanan, air yang digunakan untuk pembilasan (Nursidika dkk, 2018).

1
2

Kontaminasi sikat gigi ini memegang peranan penting pada penyakit oral

maupun sistemik, dan termasuk gastrointestinal (Peker dkk, 2014).

Staphylococcus merupakan bakteri yang mencakup mikroba tanah dan

dapat ditemui diseluruh dunia menjadi penyebab terjadinya infeksi yang

bersifat piogenik. Infeksi oleh bakteri jenis ini paling sering menimbulkan

penyakit pada manusia. Setiap jaringan atau organ tubuh dapat terinfeksi

oleh bakteri ini dan menyebabkan penyakit yaitu peradangan, nekrosis, dan

pembentukan abses. Infeksi juga dapat berupa furenkel ringan pada kulit

hingga piemia yang fatal (Kuswiyanto, 2016).

Infeksi yang ditimbulkan oleh Staphylococcus dapat meluas ke

jaringan sekitarnya. Perluasan atau penyebaran juga dapat terjadi melalui

darah. Selain itu, perluasan juga dapat mencapai organ paru-paru, selaput

otak, dan area lainnya. Diantara Staphylococcus yang mempunyai

kemampuan besar untuk menimbulkan penyakit penyakit ialah

Staphylococcus aureus (Kuswiyanto, 2016).

Staphylococcus aureus dikenal sebagai mikroorganisme gram positif

patogen yang dihubungkan dengan berbagai sindrom klinis, yang dapat

melakukan invasi ke dalam berbagai organ atau jaringan tubuh dengan

menimbulkan inflamasi, nekrosis dan abses (Bhatia, 2005). Staphylococcus

aureus bersifat koagulase-positif, yang membedakannya dari spesies lain

dan dapat di jumpai pada anatomi lokal seperti kulit, rongga mulut dan

saluran pencernaan (Sitepu, 2011). Staphylococcus aureus dalam mulut

dapat menyebabkan infeksi fasial, periapikal atau periodontal abses (Kresna,


3

2011). Staphylococcus aureus merupakan salah satu penyebab terjadinya

abses yang timbul karena adanya kelainan periodontal dari gigi, kombinasi

adanya invasi bakteri dari respon tubuh mengawali terjadinya kerusakan

gigi dan jaringan lainnya (Sitepu, 2011).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nursidika dkk (2018) tentang

Gambaran Bakteri Kontaminan pada Sikat Gigi ditemukan bakteri

Streptococcus sp, Klebsiella sp, Staphylococcus sp, Proteus sp, dan

Escherichia sp hasil penelitian menunjukkan 16 sampel terdapat Klebsiella

(80%), pada empat sampel (20%) terdapat Proteus, dan satu sampel (5%)

terkontaminasi Escherichia, dan semua sampel (20) sikat gigi

terkontaminasi Streptococcus sp dan Staphylococcus sp. Pengamatan

penulis pada salah satu kost putri di jalan kasturi wilayah Banjarbaru yang

jumlah penghuninya 21 orang menggunakan kamar mandi bersama – sama

yaitu 3 kamar mandi untuk 10 orang di bagian kamar atas dan 3 kamar

mandi untuk 11 orang di bagian kamar bawah, dan untuk penyimpanan

sikat gigi ada yang menyimpan sikat gigi sebagian besar di dalam kamar

mandi dekat dengan toilet dan sebagian besar berada di luar kamar mandi

berdekatan antara sikat gigi satu dengan yang lainnya hal ini memungkinkan

sikat gigi terkontaminasi bakteri seperti Staphylococcus aureus.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik melakukan penelitian

untuk melihat adanya Staphylococcus aureus pada sikat gigi yang telah

digunakan di salah satu kost putri jalan Kasturi di wilayah Banjarbaru.


4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah penelitian ini

adalah apakah ada bakteri Staphylococcus aureus pada sikat gigi kost putri

jalan kasturi di wilayah banjarbaru tahun 2020 ?

C. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah mengetahui adanya

Staphylococcus aureus pada sikat gigi yang telah digunakan di kost putri

jalan Kasturi wilayah Banjarbaru Tahun 2020.

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

a. Untuk mengetahui adanya Staphylococcus aureus terhadap sikat gigi

yang telah digunakan.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi bakteri Staphylococcus aureus pada sikat gigi

yang telah digunakan di kost putri jalan Kasturi di wilayah Banjarbaru

tahun 2020.

b. Untuk mengetahui persentase adanya bakteri Staphylococcus aureus

pada sikat gigi yang telah digunakan di kost putri jalan Kasturi di

wilayah Banjarbaru tahun 2020.


5

c. Untuk mengetahui faktor – faktor penyebab adanya Staphylococcus

aureus pada sikat gigi yang telah digunakan di kost putri jalan Kasturi

di wilayah Banjarbaru tahun 2020.

E. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Menjadi bahan materi pendidikan khususnya dibidang bakteriologi

dan sebagai tambahan wawasan sehingga dapat mengembangkan dan

mengaplikasikan ilmu pengetahuan dibidang kesehatan.

2. Praktis

Dapat memberikan informasi kepada masyarakat terutama

penghuni kost untuk lebih menjaga kebersihan sikat gigi yang

digunakan.
6

F. Keaslian Penelitian

Tabel 1. 1 Keaslian Penelitian


Nama Peneliti Judul penelitian Perbedaan
Perdina Nursidika, Gambaran Bakteri Penelitian ini dilaksanakan
Patricia Gita Kontaminan pada Sikat untuk mengidentifikasi
Naully, Linda Ayu Gigi bakteri pada sikat gigi yang
Lestari (2018) telah digunakan selama lebih
dari 3 bulan.

Putri Mustika Sari Cemaran Staphylococcuc Penelitian ini dilaksanakan


(2018) aureus Pada Santan untuk mengidentifikasi
Minuman Tradisional Di bakteri Staphylococcus
Wilayah Banjarbaru aureus pada Santan Minuman
Tahun 2018
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sikat Gigi

Tindakan dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut adalah

pembersihan mulut secara mekanis. Tindakan secara mekanis adalah

tindakan membersihkan gigi dan mulut dari sisa makanan yang bertujuan

untuk mencegah terjadinya penyakit pada jaringan keras maupun jaringan

lunak rongga mulut. Pembersihan mulut secara mekanis dapat menggunakan

sikat gigi dan benang gigi. Pembersihan secara mekanis merupakan metoda

yang efektif dalam mengendalikan plak dan inflamasi gingival (Pannuti,

2003), serta untuk membersihkan kotoran atau debris yang melekat pada

permukaan gigi, terutama dilakukan setelah makan dan sebelum tidur untuk

mengurangi risiko masalah kesehatan gigi. Salah satu alat untuk menyikat

gigi yang sering digunakan adalah sikat gigi (Silvia et al, 2005).

Sikat gigi merupakan alat oral fisioterapi yang digunakan secara luas

untuk membersihkan gigi dan mulut. Beberapa macam sikat gigi dapat

ditemukan di pasaran, baik manual maupun elektrik dengan berbagai ukuran

dan bentuk. Banyak jenis sikat gigi di pasaran, harus diperhatikan

keefektifan sikat gigi untuk membersihkan gigi dan mulut (Putri dkk, 2010).

Menurut (Putri dkk, 2010) Syarat sikat gigi yang ideal :

1. Tangkai sikat gigi harus enak di pegang dan stabil, pegangan sikat gigi

harus cukup lebar dan cukup tebal.

7
8

2. Kepala sikat jangan terlalu besar, untuk orang dewasa maksimal 25-29

x 10 mm, untuk anak-anak 15-24 x 7 mm, untuk anak balita 18 mm x

7 mm.

3. Tekstur harus memungkinkan sikat digunakan dengan efektif tanpa

merusak jaringan lunak maupun keras.

Menurut Manson (dalam Putri dkk, 2010), menyikat gigi sebaiknya

dua kali sehari yaitu pagi setelah makan pagi dan malam sebelum tidur.

Cara menyikat gigi yang baik menurut (Sariningsih, 2012) adalah sebagai

berikut:

1. Siapkan sikat gigi yang kering dan pasta yang mengandung fluor,

banyaknya pasta gigi sebesar sebutir kacang tanah.

2. Kumur-kumur dengan air sebelum menyikat gigi.

3. Pertama-tama rahang bawah dimajukan kedepan sehingga gigi rahang

atas merupakan sebuah bidang datar. Kemudian sikatlah gigi rahang

atas dan gigi rahang bawah dengan gerakan ke atas dan ke bawah.

4. Sikatlah semua dataran pengunyahan gigi atas dan bawah dengan

gerakan maju mundur. Menyikat gigi sedikitnya 8 kali gerakan untuk

setiap permukaan.

5. Sikatlah permukaan gigi yang menghadap ke pipi dengan gerakan

naik turun sedikit memutar.

6. Sikatlah permukaan gigi depan rahang bawah yang menghadap ke

lidah dengan arah sikat keluar dari rongga mulut.


9

7. Sikatlah permukaan gigi belakang rahang bawah yang menghadap ke

lidah dengan gerakan mencongkel keluar.

8. Sikatlah permukaan gigi depan rahang atas yang menghadap ke langit-

langit dengan gerakan sikat mencongkel ke luar dari rongga mulut.

9. Sikatlah permukaan gigi belakang rahang atas yang menghadap ke

langit-langit dengan dengan gerakan mencongkel.

Penggunaan, pemeliharaan dan penempatan sikat gigi di rumah yang

tidak teratur dan disiplin memungkinkan kontaminasi silang antara

mikroorganisme yang berada dalam rongga mulut dengan bakteri pada sikat

gigi. Dalam menjaga kebersihan rongga mulut dan meminimalisir

pertumbuhan bakteri pada sikat gigi, American Dental Association pada

tahun 1996 merekomendasikan penggantian sikat gigi setiap 3 bulan

pemakaian dan membilas sikat gigi menggunakan air mengalir (Usha et al,

2011).

B. Flora Normal Mulut

Kelembapan yang sangat tinggi, terpapar makanan terlarut terus

menerus, dan juga partikel – partikel kecil makanan membuat mulut

merupakan lingkungan ideal bagi pertumbuhan bakteri. Mikrobiota mulut

atau rongga mulut sangat baeragam dan bergantung pada kesehatan pribadi

masing – masing individu.

Pada waktu lahir, rongga mulut manusia pada hakikatnya merupakan

suatu inkubator yang steril, hangat, dan lembap yang mengandung berbagai
10

substansi nutrisi. Air liur terdiri dari asam amino, air, protein, lipid,

karbohidrat, dan senyawa – senyawa anorganik. Jadi, air liur merupakan

medium yang kaya serta kompleks yang dapat dipergunakan sebagai sumber

nutrien bagi mikroba pada berbagai situs di dalam mulut.

Beberapa jam sesudah lahir, terdapat peningkatan jumlah

mikroorganisme sedemikian rupa sehingga dalam waktu beberapa hari

spesies bakteri yang khas bagi rongga mulut menjadi jelas. Mikroorganisme

ini tergolong ke dalam genus Streptococcus , Neisseria, Veillonella,

Actinomyces, dan Lactobacillus. Gigi sendiri merupakan tempat

menempelnya mikroba. Ada dua speies bakteri yang dijumpai menempel

pada permukaan gigi, yaitu Streptococcus sanguinis dan Streptococcus

mutans yang merupakan penyebab utama kerusakan gigi atau pembusukan

gigi. Tertahannya kedua spesies tersebut dipermukaan gigi disebabkan oleh

sifat adhesif glikoprotein air liur maupun polisakarida bakteri. Sifat adhesif

iini sangat penting bagi kolonisasi bakteri di dalam mulut. Glikoprotein air

liur mampu menyatukan bakteri – bakteri tertentu dan mengikatnya pada

permukaan gigi. Plak adalah lapisan tipis (biofilm) sel bakteri yang melekat

pada matriks polisakarida yang disekresi oleh mikroorganisme. Apabila gigi

tidak dibersihkan secara teratur, plak dapat terbentuk dengan cepat dan

aktivitas bakteri tertentu, terutama Streptococcus mutans, dapat

menyebabkan kerusakan gigi (Kuswiyanto, 2016).


11

Flora normal dalam rongga mulut terdiri dari Streptococcus mutans

dan Streptococcus viridans, Staphylococcus aureus, Lactobacillus sp dan

Pseudomonas aeroginosa. Meskipun sebagai flora normal, namun pada

keadaan tertentu bakteri-bakteri tersebut dapat berubah menjadi patogen

karena adanya faktor predisposisi, seperti kebersihan rongga mulut yang

rendah. Bakteri rongga mulut dapat masuk ke dalam aliran darah melalui

gigi yang berlubang, karies gigi dan gusi yang berdarah sehingga bakterimia

(Jawetz, 2005).

C. Faktor – Faktor Yang Menyebabkan adanya Staphylococcus aureus

pada Sikat Gigi

1. Wadah Penyimpanan

Wadah penyimpanan merupakan salah satu faktor yang dapat

menyebabkan terkontaminasinya sikat gigi oleh bakteri. Wadah

penyimpanan harus selalu dibersihkan setelah penggunaan sikat gigi

dan dikeringkan untuk meminimalisir terjadinya kontaminasi.

2. Lingkungan Penyimpanan

Lingkungan menjadi salah satu faktor penting yang perlu

diperhatikan dalam menyimpan sikat gigi. Sikat gigi disimpan pada

tempat yang tidak lembab karena lingkungan yang lembab lebih

kondusif untuk pertumbuhan mikroorganisme. Kebanyakan orang

meletakkan peralatan mandinya termasuk sikat gigi di kamar mandi

agar lebih mudah dijangkau. Tetapi perlu diketahui bahwa ketika


12

sedang menyiram toilet, bakteri pada toilet dapat menghambur ke

udara dan dapat mendarat dimana saja termasuk sikat gigi terlebih jika

kamar mandi memiliki kondisi yang lembab hal ini memungkinkan

bakteri tumbuh lebih subur dan hidup lama dalam kamar mandi.

3. Air yang Digunakan Untuk Pembilasan

American Dental Association merekomendasikan untuk

membilas sikat gigi dengan air keran yang bersih setelah digunakan.

Kemudian sikat gigi harus disimpan dalam posisi tegak agar sikat

tidak terkontaminasi oleh bakteri permukaan. (Nursidika dkk,2018).

D. Staphylococcus aureus

1. Klasifikasi dan Pengertian

Klasifikasi bakteri Staphylococcus menurut Bergey’s Manual Of

Determinative Bacteriology edisi ke-9 tahun 1994.

Kingdom : Prokariota

Divisi : Gracilicutes

Kelas : Schyzomycetes

Ordo : Eubacteriales

Famili : Micrococcaceae

Genus : Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus aureus

(Breed et al.,1994).
13

Staphylococcus aureus merupakan salah satu mikroflora normal

di rongga mulut, tetapi bisa bersifat patogen dan menimbulkan infeksi,

infeksi yang disebabkan oleh bakteri ini biasanya timbul dengan

tanda-tanda khas seperti peradangan, nekrosis dan pembentukan

abses. Dalam penelitian Jawetz et al., 1995 menyatakan bahwa

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk

bulat, berdiameter 0,7-1,2 µm tersusun dalam kelompok tidak teratur

seperti buah anggur, bersifat fakultatif anaerob, tidak membentuk

spora, dan tidak bergerak. Lebih dari 90% isolat klinik menghasilkan

Staphylococcus aureus yang mempunyai kapsul polisakarisa atau

selaput tipis yang berperan dalam virulensi bakteri (Risky dkk.,2019).

2. Morfologi

Morfologi koloni mikroskopis Staphylococcus aureus adalah

sel berbentuk bola dan tersusun dalam kelompok – kelompok tak

beraturan menyerupai buah anggur. Staphylococcus tidak bergerak

dan tidak membentuk spora. Morfologi koloni Staphylococcus aureus

pada biakan membentuk koloni berwarna abu-abu sampai kuning

emas tua. Staphylococccus aureus menghasilkan katalase, yang

mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen, dan juga

bakteri ini menghasilkan koagulase, memfermentasi glukosa dan

membentuk asam dari fermentasi manitol (Jawetz et al., 2008).


14

3. Patogenitas

Tempat paling umum dijumpai Staphylococcus sp sebagai flora

normal adalah tempat yang terpapar dengan dunia luar yaitu kulit,

mata, mulut, saluran pernafasan atas, saluran pencernaan, dan saluran

urogenital. Flora normal yang menempati kulit terdiri atas dua jenis

yaitu Flora residen terdiri dari jenis mikroorganisme yang relatif tetap

dan secara teratur ditemukan didaerah tertentu pada usia tertentu.

Flora transien terdiri dari mikroorganisme yang non patogen atau

secara potensial bersifat patogen yang menempati kulit atau membran

mukosa selama beberapa jam, hari, atau minggu, berasal dari

lingkungan contohnya Staphylococcus aureus karena penyebarannya

yang mudah hanya dengan melalui udara menjadikannya mudah

mengkontaminasi kulit, mata, mulut, saluran pernafasan atas, saluran

pencernaan, saluran urogenital dan alat – alat yang sering digunakan

manusia yang penyimpanannya diruang terbuka dan lembab. Flora

transien pada umumnya mempunyai patogenitas lebih rendah dan

jumlahnya lebih sedikit dibandingkan flora residen tetapi tidak

menutup kemungkinan untuk menyerang setiap bagian tubuh dan

melewati sistem imun tubuh, sehingga terjadilah infeksi, dalam hal ini

menyebabkan bakteri menjadi patogen (Gaidaka et al., 2017).

Diantara stafilokokus yang mempunyai kemampuan besar

untuk menimbulkan penyakit ialah Staphylococcus aureus. Bakteri ini

juga ditemukan di udara dan lingkungan sekitar. Infeksi yang


15

ditimbulkan oleh stafilokokus dapat meluas ke jaringan sekitarnya.

Perluasan atau penyebarannya juga dapat terjadi melalui darah atau

limfe sehingga pernanahan pada organ tersebut bersifat menahun

(Misal pada sumsum tulang sehingga terjadi radang sumsum tulang

atau osteomielitis). Selain itu, perluasan juga dapat mencapai organ

paru – paru, selaput otak, dan area lainnya. Staphylococcus aureus

menghasilkan 3 metabolit, yaitu metabolit yang bersifat non-toksin,

eksotoksin, dan enterotoksin (Kuswiyanto, 2016).

Metabolit yang termasuk nontoksin ialah antigen permukaan,

koagulase, hialunidase, fibrinolisis, gelatinase, protease, lipase,

tributirinase, fosfatase, dan katalase.

1. Antigen Permukaan. Antigen ini berfungsi antara lain untuk

mencegah serangan faga, mencegah reaksi koagulase, dan

mencegah fagositosis.

2. Koagulase. Enzim ini dapat menggumpalkan plasma oksalat atay

plasma citrat karena faktor koagulase reaktif didalam serum.

Faktor ini bereaksi dengan koagulase dan menghasilkan suatu

esterase yang dapat membangkitkan aktivitas penggumpalan

sehingga terjadi deposit fibrin pada permukaan sel kuman yang

dapat menghambat fagositosis.

3. Hialuronidase. Enzim ini terutama dihasilkan oleh jenis koagulase

positif. Penyebaran bakteri dipermudah dengan adanya enzim ini.

Oleh karena itu, enzim ini juga disebut sebagai spreading factor.
16

4. Stafilokinase atau fibrinolisin. Enzim ini dapat melisiskan bekuan

darah dalam pembuluh darah yang sedang meradang sehingga

bagian-bagian dari bekuan yang penuh kuman/bakteri terlepas dan

menyebabkan lesi metastatik di tempat lain.

5. Gelatinase dan protease. Gelatinase adalah suatu enzim yang

dapat mencairkan gelatin. Protease dapat melunakkan serum yang

telah diinspirasikan (diuapkan airnya) dan menyebabkan nekrosis

jaringan.

Metabolit Eksotoksin, Bahan ini dapt ditemukan di dalam filtrat

hasil pemisahan bakteri dengan jalan menyaring kultur/biakan. Bahan

ini bersifat tidak tahan pemanasan (termolabil) dan jika disuntikkan

kepada hewan percobaan dapat menimbulkan kematian dan nekrosis

kulit. Eksotoksin ini mengandung hemolisin yang dikenal dalam

beberapa jenis, yaitu :

1. Alfa-hemolisin. Toksin ini dihasilkan oleh stafilokokus virulen dan

bersifat :

a. Melisiskan sel darah merah kelinci, kambing, domba, dan sapi.

b. Tidak melisiskan sel darah merah manusia.

c. Menyebabkan nekrosis pada kulit manusia dan hewan.

d. Dalam dosis yang cukup besar dapat membunuh manusia dan

hewan.

e. Menghancurkan sel darah putih kelinci.

f. Tidak menghancurkan sel darah putih manusia.


17

g. Menghancurkan trombosit kelinci.

h. Bersifat sitotoksik terhadap biakan jaringan mamalia.

2. Beta-hemolisin. Toksin terutama dihasilkan oleh jenis bakteri yang

berasal dari hewan. Toksin ini dapat menyebabkan hot-cold lysis

pada sel darah merah domba dan sapi. Proses lisis ini baru terjadi

setelah pengeraman selama 1 jam pada suhu 37°C dan 18 jam pada

suhu 10°C. toksin ini dapat dibuat toksois.

3. Delta-hemolisisn. Toksin ini dapat melisiskan sel darah merah

manusia dan kelinci, tetapi efeknya terhadap sel darah domba tidak

terlalu besar. Jika toksin pekat disuntikkan pada kelinci secara

intravena maka akan terjadi kerusakan ginjal yang akan berakibat

fatal.

4. Leukosidin. Toksin ini dapat merusak sel darah putih beberapa

macam binatang.

5. Sitotoksin. Toksin ini memengaruhi arah gerak sel darah putih dan

bersifat termostabil.

6. Toksin eksfoliatif. Toksin ini dihasilkan oleh stafilokokus grup II

dan merupakan suasana protein ekstraseluler yang tahan panas,

tetapi tidak tahan asam. Toksin ini dianggap sebagai penyebab

Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (SSS) yang antara lain

meliputi dermatitis eksfolatif pada neonatus (penyakit Ritte),

impetigo bulosa, dan toksin epidermal nekrolisis pada orang

dewasa.
18

Metabolit Enterotoksin. Enterotoksin adalah suatu suspensi yang

dihasilkan oleh jenis stafilokokus tertentu terutama jika ditanam pada

media setengah padat dengan konsentrasi CO₂ yang tinggi (30%).

Toksin ini terdiri dari protein yang bersifat :

a. Non-hemolitik

b. Non-dermonekrotik

c. Non-paralitik

d. Termostabil, dalam air mendidih tahan selama 30 menit

e. Tahan terhadap pepsin dan tripsin

Toksin ini menyebabkan keracunan pada makanan, terutama yang

terdiri dari hidtat arang dan protein. Masa tunas antara 22-36 jam

dengan gejala yang timbul secara mendadak, yaitu mual, muntah-

muntah, dan diare. Kadang – kadang dapat terjadi kolaps sehingga

diduga kolera.

Flora normal Staphylococcus aureus yang terdapat di saluran

napas, kulit, dan membran mukosa tergolong patogen untuk manusia

sehingga dapat menyebabkan infeksi yang bersifat supuratif.

Patogenitas bakteri ini sering dihubungkan dengan infeksi luka

bernanah, baik pada manusia maupun pada hewan, yang merupakan

penyebab utama kasus piemia. Infeksi serius dapat berupa pneumonia,

masitis, meningitis, dan infeksi saluran kemih. Infeksi didalam tubuh

dapat berupa osteomielitis dan endokarditis. Pada manusia

menyebabkan lesi permukaan pada kulit yang tampak seperti lepuhan


19

dan furunkolisis. Bisul atau abses setempat, seperti jerawat dan borok,

merupakan infeksi kulit didaerah folikel rambut, kelenjar sebasea atau

kelenjar keringat. Mula-mula terjadi nekrosis jaringan setempat, lalu

terjadi koagulasi fibrin di sekitar lesi dan pembuluh getah bening

sehingga membentuk dinding yang membatasi proses nekrosis. Infeksi

dapat menyebar ke bagian tubuh lain melalui pembuluh getah bening

dan pembuluh darah sehingga terjadi peradangan pada vena,

trombosis, bahakan bakterimia. Bakterimia dapat menyebabkan

terjadinya endokarditis, osteomielitis akut hematogen, meningitis, atau

infeksi paru-paru. Kontaminasi langsung pada luka terbuka (seperti

luka bedah) atau infeksi setelah trauma merupakan penyebab infeksi

nosokomial (Kuswiyanto,2016).

Staphylococcus aureus dikenal sebagai mikroorganisme gram

positif patogen yang dihubungkan dengan berbagai sindrom klinis,

yang dapat melakukan invasi ke dalam berbagai organ atau jaringan

tubuh dengan menimbulkan inflamasi, nekrosis dan abses (Bhatia,

2005). Staphylococcus aureus bersifat koagulase-positif, yang

membedakannya dari spesies lain dan dapat di jumpai pada anatomi

lokal, seperti kulit, rongga mulut, dan saluran pencernaan (Sitepu,

2011). Staphylococcus aureus dalam mulut dapat menyebabkan

infeksi fasial, periapikal atau periodontal abses karena memiliki enzim

aktif yang disebut koagulase yang fungsinya mendesposisi fibrin

(Kresna, 2011). Staphylococcus aureus merupakan salah satu


20

penyebab terjadinya abses yang timbul karena adanya kelainan

periodontal dari gigi, kombinasi adanya invasi bakteri dan respon

tubuh mengawali terjadinya kerusakan gigi dan jaringan pendukung

lainnya (Sitepu, 2011).

Tabel 2. 1 Infeksi-infeksi utama oleh Staphylococcus aureus


Infeksi oleh Staphylococcus
Manifestasi
aureus
1. Tipe infeksi kulit  Lebam besar dan kecil pada kulit
 Bisul yang disebabkan oleh radang
bawah kulit karena bakteriemia.
2. Tipe infeksi yang  Impetigo(Sejenis bisul karena infeksi
menyebar bakteri).
3. Tipe infeksi yang lebih  Osteomielitis (infeksi padad tulang)
dalam dan terlokalosasi akut dan kronis.
 Artritis septik.
4. Tipe infeksi lain  Acute infective endocarditis(radang
lapisan jantung akut)
 Septikemia
 Radang paru-paru
5. Tipe keracunan  Toxic Shock Syndroe (sindrom akibat
racun yang dikeluarkan bakteri).
 Gastroenteritis (radang pada saluran
cerna)
 Scalded Skin Syndrome(sindrom kulit
bersisik)
6. Infeksi lainnya  Paronychia
(Kuswiyanto, 2016).
21

4. Kepentingan Klinis

Staphylococcus aureus menyebabkan rentang sindrom infeksi

yang luas. Infeksi kulit dapat terjadi pada kondisi hangat yang lembab

atau saat kulit terbuka akibat penyakit seperti eksim, luka

pembedahan, atau akibat alat intravena. Impetigo (suatu infeksi kulit

yang menular menyebabkan luka merah yang terbentuk di sekitar

hidung dan mulut) dapat muncul pada kulit yang sehat : infeksi

ditransmisikan dari lingkungan ke orang – orang melalui kontak kulit.

Endokarditis (infeksi endokardium karena masuknya bakteri ke aliran

darah) akibat Staphylococcus aureus juga berkembang dengan cepat

dan bersifat destruktif. Staphylococcus aureus merupakan agen yang

paling sering menyebabkan osteomielitis dan artritis septik (Irianto,

2014).

5. Diagnosis

Staphylococcus aureus mudah tumbuh pada sebagian besar

media laboratorium. Bakteri ini toleran terhadap kadar garam yang

tinggi, sehingga media dapat dibuat dengan cara ini. Sebagian besar

Staphylococcus aureus memfermentasi manitol: gabungan manitol

dan pewarna indikator akan menyeleksi organisme ini untuk

subkultur. Organisme diidentifikasi dengan adanya enzim koagulase,

DNAse, dan katalase, morfologi khas yang membentuk “klaster

anggur” pada pewarnaan Gram, dan uji biokimia (Irianto, 2014).


22

E. Rumah Kost atau Rumah Tinggal

Rumah kost atau sering juga disebut dengan kos-kosan merupakan

salah satu kebutuhan bagi para mahasiswa yang sedang menempuh ilmu di

daerah lain dari kampung halaman, dan rumah kos merupakan kebutuhan

utama. Kost merupakan rumah tinggal yang disewakan dan memiliki syarat

rumah tinggal. Menurut KEPMENKES Nomor.829/MENKES/SK/VII/1999

tentang persyaratan rumah tinggal adalah sebagai berikut :

1. Bahan Bangunan

a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepas zat-zat yang dapat

membahayakan kesehatan, antara lain sebagai berikut :

1) Debu total tidak lebih dari 150 ug/m3.

2) Asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m ¾ jam.

3) Timah hitam tidak meleniihi 300 mg/kg.

b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan

berkembangnya mikroorganisme patogen.

2. Komponen & Penataan Ruang Rumah

Komponen rumah harus memenuhi persyaratan fisik dan

biologis sebagai berikut:

a. Lantai kedap air, dan mudah dibersihkan;

b. Dinding :

1) Di ruang tidur, ruang keluarga dilengkapi dengan sarana

ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara.


23

2) Di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air, dan mudah

dibersihkan.

c. Langit – langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan

kecelakaan.

d. Bumbungan rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus

dilengkapi dengan penangkal petir.

e. Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang

tamu, ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang

mandi, ruang bermain anak.

f. Ruang dapur harus dilengkapi sarana pembuangan asap

3. Pencahayaan

Pencahayaan alam dan atau buatan yang langsung maupun tidak

langsung dapat menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60

lux, dan tidak menyilaukan.

4. Kualitas Udara

Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai

berikut :

a) Suhu udara nyaman berkisar 18°C sampai 30°C

b) Kelembapan udara berkisar antara 40% sampai 70%

c) Konsenterasi gas SO₂ (Sulfur dioksida, gas ini sangat mudah

terlarut dalam air) tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam.

d) Pertukaran udara (air exchange rate) 5 kaki kubik per menit per

penghuni.
24

e) Konsenterasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8 jam.

f) Konsenterasi gas formaldehid tidak melebihi 120 mg/m₃

5. Ventilasi

Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen

minimal 10% dari luas lantai.

6. Binatang Penular Penyakit

7. Air

a. Tersedia sarana air bersih dengan kapasitas minimal 60

liter/hari/orang;

b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan

atau air minum sesuai dengan peraturan perundang – undangan

yang berlaku.

8. Tersedianya sarana penyimpanan makanan yang aman.

9. Limbah

a. Limbah cair yang berasal dari rumah tidak mencemari sumber air,

tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah.

b. Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau,

pencemaran terhadap permukaan tanah serta air.

10. Kepadatan Hunian Rumah Tidur.

Luas ruang tidur minimal 8 meter, dan tidak dianjurkan

digunakan lebih dari 2 orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali

anak di bawah umur 5 tahun.


25

F. Landasan Teori

Sikat gigi merupakan alat oral fisioterapi yang digunakan secara luas

untuk membersihkan gigi dan mulut. Beberapa macam sikat gigi dapat

ditemukan di pasaran, baik manual maupun elektrik dengan berbagai ukuran

dan bentuk. Banyak jenis sikat gigi di pasaran, harus diperhatikan

keefektifan sikat gigi untuk membersihkan gigi dan mulut (Putri dkk, 2010).

Kelembaban yang sangat tinggi, terpapar makanan terlarut terus

menerus, dan juga partikel – partikel kecil makanan membuat mulut

merupakan lingkungan ideal bagi pertumbuhan bakteri. Mikrobiota mulut

atau rongga mulut sangat baragam dan bergantung pada kesehatan pribadi

masing – masing individu . Gigi sendiri merupakan tempat menempelnya

mikroba. Ada dua speies bakteri yang dijumpai menempel pada permukaan

gigi, yaitu Streptococcus sanguinis dan Streptococcus mutans yang

merupakan penyebab utama kerusakan gigi atau pembusukan gigi.

(Kuswiyanto, 2016).

Membersihkan gigi dan mulut perlu memperhatikan sikat gigi dari

kontaminasi bakteri, kontaminasi bakteri pada sikat gigi memegang peranan

penting pada penyakit oral maupun sistemik, termasuk septikimia dan

gastrointestinal, kardiovaskular, pernafasan, dan masalah ginjal (Peker dkk,

2014). Ditemukan kontaminasi bakteri Staphylococcus aureus pada sikat

gigi yang telah digunakan bisa berasal dari wadah penyimpanan, lingkungan

penyimpanan, dan air yang digunakan untuk pembilasan (Nursidika dkk,

2018).
26

Staphylococcus berasal dari perkataan Staphyle yang berarti kelompok

buah anggur dan kokus yang berarti benih bulat. Kuman ini sering

ditemukan sebagai kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada

manusia. Dapat menjadi penyebab infeksi baik pada manusia maupun pada

hewan (Warsa, 2010). Diantara stafilokokus yang mempunyai kemampuan

besar untuk menimbulkan penyakit ialah Staphylococcus aureus. Bakteri ini

juga ditemukan di udara dan lingkungan sekitar dan dapat mengontaminasi

apa saja yang terdapat dilingkungan yang terpapar udara, seperti sikat gigi.

Perluasan atau penyebarannya juga dapat terjadi melalui darah atau limfe

(Kuswiyanto, 2016). Adanya bakteri diudara terbawa oleh debu, tetesan uap

air kering, tiupan angin. Bakteri yang berasal dari udara terutama yang

mengakibatkan infeksi misalnya Staphylococcus sp, Streptococcus sp,

Coliform, Clostridium sp, Pneumococcus sp. Keberadaan mikroorganisme

diudara dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kelembaban udara, ukuran

dan konsenterasi partikel debu, temperatur, aliran udara, serta jenis

mikroorganisme. Staphylococcus aureus dikenal sebagai mikroorganisme

gram positif patogen yang dihubungkan dengan berbagai sindrom klinis,

yang dapat melakukan invasi ke dalam berbagai organ atau jaringan tubuh

dengan menimbulkan inflamasi, nekrosis dan abses (Bhatia, 2005).

Staphylococcus aureus dapat di jumpai pada anatomi lokal seperti kulit,

rongga mulut dan saluran pencernaan (Sitepu, 2011). Staphylococcus aureus

dalam mulut dapat menyebabkan infeksi fasial, periapikal atau periodontal

abses (Kresna, 2011).


27

G. Kerangka Konsep

SIKAT GIGI

Kontaminasi Faktor penyebab


1. Wadah
penyimpanan
Mikroorganisme 2. Lingkungan
penyimpanan
3. Air
pembilasan
Bakteri

Staphylococcus aureus

Keterangan : = Diteliti

= Tidak Diteliti

Gambar 2. 1 Kerangka Konsep


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif dengan

rancangan penelitian Cross sectional, yaitu pengumpulan data dilakukan

sekaligus dalam waktu yang bersamaan pada saat penelitian (Notoatmodjo,

2010).

B. Tempat dan waktu Penelitian

Tempat pengambilan sampel adalah pada salah satu kost putri di jalan

kasturi wilayah banjarbaru, kemudian penelitian dilakukan dilaboratorium

Bakteriologi Jurusan Analis Kesehatan Banjarmasin pada bulan Januari

tahun 2020.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua sikat gigi yang telah

digunakan pada salah satu kost putri di jalan kasturi wilayah banjarbaru.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sikat gigi yang telah digunakan

pada salah satu kost putri di jalan kasturi wilayah banjarbaru. Sampel

28
29

diambil tengan teknik Total Sampling dimana semua anggota populasi

dijadikan sampel.

D. Instrumen

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Peralatan yang digunakan adalah : Tabung reaksi, rak tabung, cawan

petri, ose, etiket, lampu spiritus, neraca listrik, hot plate, autoklaf,

inkubator, oven, batang pengaduk, spatula, gelas arloji, beaker glass,

pipet ukur, kapas, pinset.

b. Bahan yang digunakan adalah : Manitol Salt Agar, Triptic Soy Broth

(TSB), D-Nase agar, Muller Hinton, Disk obat Novobiocin, Media

gula–gula (glukosa, manitol), NaCl 0,9% H₂O₂, HCl 10%, plasma

citrat, Standar Mac Farland, Pengecatan Gram (Gentian Violet 1%,

Lugol, Asam aseton, Safranin), minyak imersi.

2. Kuesioner

Dibuat untuk mengetahui faktor-faktor yang kemungkinan dapat

menyebabkan adanya bakteri Staphylococcus aureus pada sikat gigi yang

telah digunakan. Kuesioner ada di lampiran.

Masing – masing pertanyaan diberikan skor. Jika jawab Ya dan ≤ 3 bulan

diberikan skor 2 dan jawab Tidak dan ˃ 3 bulan diberikan skor 1. Untuk

kriteria penilaian sebagai berikut :


30

1) Nilai Tertinggi = Skor tertinggi x jumlah soal

= 2 x 10 = 20

2) Nilai Terendah = Skor terendah x jumlah soal

= 1 x 10 = 10

3) Range = Nilai Tertinggi – Nilai Terendah

= 20 – 10 = 10

4) Kelas Interval = Range : 2

= 10 : 2 = 5

Kriterian Penelitian terhadap kuesioner

Nilai tertinggi – interval = 20 – 5 = 15

1. Baik = 16 - 21

2. Buruk = 10 – 15

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Adapun variabel penelitin ini adalah bakteri Staphylococcus aureus

pada sikat gigi.


31

2. Definisi Operasional

Tabel 3. 1 Definisi Operasional


No Variabel Definisi Operasional Uji Laboratorium
Hasil Ukur Skala
.
Sikat Alat pembersih gigi
gigi dan mulut yang dapat
1. terkontaminasi bakteri - - -
Staphylococcus
aureus
Staphylo Bakteri Mikroskopis,
coccus Staphylococcus Penanaman pada
aureus aureus yang dapat media Enrichment,
mengontaminasi sikat Penanaman pada
Positif =
gigi. media Manitol Salt
(+) Nomi
2. Agar, Uji biokimia,
Negatif = nal
Uji resistensi
(-)
Novobiocin, Uji
koagulase, Uji
katalase, Uji D-
Nase agar

F. Cara Pengumpulan Data

1. Persiapan

Data primer yang dikumpulkan adalah data dari hasil kuesioner

dan hasil pemeriksaan identifikasi bakteri Staphylococcus aureus

terhadap sikat gigi yang telah digunakan. Data sekunder diperoleh dari

berbagai referensi serta literatur yang ada hubungannya dengan

penelitian baik melalui perpustakaan maupun dari internet.

Tahap pengumpulan data :

a. Tahap persiapan kuesioner

Kuesioner berupa kuesioner yang diajukan kepada pengguna

sikat gigi untuk mengetahui faktor – faktor yang dapat


32

menyebabkan adanya bakteri Staphylococcus aureus pada sikat

gigi, diantaranya tentang tempat penyimpanan dan cara

penyimpanannya.

b. Mempersiapkan alat dan bahan

Alat yang digunakan disterilkan terlebih dahulu

menggunakan oven.

c. Mempersiapkan media yang digunakan

Media yang digunakan untuk melihat bakteri Staphylococcus

aureus adalah Manitol Salt Agar, Triptic Soy Broth (TSB), D-

Nase agar, Muller Hinton, Disk obat Novobiocin, Media gula–

gula (glukosa, manitol), NaCl 0,9%, H₂O₂, HCl 10%, plasma

citrat, Standar Mac Farland, Pengecatan Gram (Gentian Violet

1%, Lugol, Asam aseton, Safranin), minyak imersi. Komposisi

dan cara pembuatan media dapat dilihat pada lampiran

2. Pelaksanaan

a. PSP (Penjelasan Penelitian Untuk Subjek Penelitian)

Responden diberikan penjelasan mengenai maksud dan

tujuan diadakannya penelitian serta hal lain yang berkaitan dengan

penelitian. Untuk lebih jelasnya lihat lampiran

b. Pengisian Informed Consent

Memberikan informasi penelitian dan lembar persetujuan

(Informed Consent) kepada responden. Untuk lenih jelasnya lihat

lampiran
33

c. Pembagian kuesioner

Kuesioner digunakan untuk mengetahui kemungkinan –

kemungkinan yang menjadi penyebab adanya bakteri pada sikat

gigi. Kuesioner dibagikan kepada pengguna sikat gigi untuk diisi

sebelum pengambilan sampel.

d. Cara pengambilan sampel

1. Pengambilan sampel usap permukaan sikat gigi. Sampel

berupa sikat gigi pada hari yang sama untuk pemeriksaan,

diberi kode pada masing – masing sampel, dikemas di dalam

plastik klip steril dan langsung di bawa ke laboratorium untuk

diperiksa.

2. Diambil kapas lidi steril, dimasukkan ke dalam tabung yang

berisi NaCl 0,9% 1 ml secara aseptis.

3. Kapas lidi steril dalam tabung ditekan ke dinding tabung NaCl

0,9% untuk membuang cairan yang berlebih, kemudian

diangkat dan diusapkan ke seluruh permukaan sikat gigi.

4. Hari Pertama

a) Penanaman pada media selektif : Manitol Salt Agar

(Sebagai media selektif gunanya untuk isolasi koloni

Staphylococcus dan dapat membedakan Staphylococcus

patogen dan non-patogen).


34

 Swab sikat gigi digoreskan pada media MSA secara Zig

Zag

 Diinkubasi pada inkubator dengan suhu 37°C selama 24

jam. Lihat hasil keesokan harinya, Apabla Koloni yang

tumbuh berwarna kuning keemasan menandakan bahwa

Staphylococcus aureus.

b) Pembiakan pada Media TSB (Media penyubur dan sebagai

media cadangan untuk ulangan pemeriksaan)

 Swab sikat gigi dimasukkan ke dalam medai TSB

diputar dalam media kemudian diperas melalui dinding

tabung.

 Kemudian TSB diinkubasi dalam inkubator dengan

suhu 37°C selama 18-24 jam, Amati hasil keesokan

harinya terbentuk kekeruhan atau tidak. Adanya

kekeruhan menandakan bahwa bakteri tumbuh subur

dalam media TSB

c) Pemeriksaan Mikroskopis dengan pewarnaan gram

(Termasuk pewarnaan diferensial yang dapat membagi

kelompok bakteri Gram positif(Peptidoglikan yang tebal

pada dinding selnya sehingga sel berwarna ungu saat

diwarnai) dan Gram Negatif(Kandungan lipid yang tebal

sehingga saat diwarnai dengan Kristal violet dan dibilas


35

alkohol lipid larut dan bakteri menyerap pewarnaan

kedua)).

 Dibuat sediaan pada objek glass dengan swab sikat gigi

yang digoreskan pada objek glass kemudian dikeringkan

di ruang terbuka.

 Difiksasi dengan melewatkan sediaan diatas api spritus

sebanyak 3x, lalu dilakukan pewarnaan.

 Diteteskan sediaan dengan gentian violet selama 3

menit, dan dibilas menggunakan air mengalir.

 Detetesi lugol dan biarkan selama 1 menit, dan dibilas

dengan air mengalir.

 Ditetesi dengan Asam Aseton sampai warna yang masih

menempel pada sediaan larut kemudian dibilas dengan

air mengalir.

 Ditetesi safranin selama 2 menit, dibilas menggunakan

air mengalir dan keringkan.

 Diperiksa dengan mikroskop perbesaran 10 x 100

dengan minyak imersi. Menunjukkan Staphylococcus

jika Hasilnya berupa gram positif berwarna ungu dan

bergerombol seperti buah anggur.


36

5. Hari Kedua

a) Pemeriksaan Mikroskopis dengan pewarnaan gram

(Termasuk pewarnaan diferensial yang dapat membagi

kelompok bakteri Gram positif(Peptidoglikan yang tebal

pada dinding selnya sehingga sel berwarna ungu saat

diwarnai) dan Gram Negatif(Kandungan lipid yang tebal

sehingga saat diwarnai dengan Kristal violet dan dibilas

alkohol lipid larut dan bakteri menyerap pewarnaan

kedua)).

 Dibuat sediaan pada objek glass dengan 1 koloni yang

tumbuh pada media Manitol Salt Agar digoreskan pada

objek glass kemudian dikeringkan di ruang terbuka.

 Difiksasi dengan melewatkan sediaan diatas api spritus

sebanyak 3x, lalu dilakukan pewarnaan.

 Diteteskan sediaan dengan gentian violet selama 3

menit, dan dibilas menggunakan air mengalir.

 Detetesi lugol dan biarkan selama 1 menit, dan dibilas

dengan air mengalir.


37

 Ditetesi dengan Asam Aseton sampai warna yang

masih menempel pada sediaan larut kemudian dibilas

dengan air mengalir.

 Ditetesi safranin selama 2 menit, dibilas menggunakan

air mengalir dan keringkan.

 Diperiksa dengan mikroskop perbesaran 10 x 100

dengan minyak imersi. Menunjukkan Staphylococcus

jika Hasilnya berupa gram positif berwarna ungu dan

bergerombol seperti buah anggur.

b) Uji Biokimia (Untuk mengetahui spesies dari bakteri)

 Diambil 1 ose koloni terpisah dari media MSA

 Dimasukkan ose ke dalam media glukosa dan manitol

 Setelah ditanam, dimasukkan kedalam inkubator

dengan suhu 37°C selama 24 jam dibaca esok hari.

Positif apabila terjadi perubahan warna dari merah

muda ke kuning.

c) Uji Koagulase (Untuk membedakan Staphylococcus

patogen dan non-patogen dengan adanya gumpalan yang

terbentuk)

 Bersihkan objek glass dan diberi tanda kontol negatif

(-) disebelah kiri dan test disebelah kanan

 Tetesi masing-masing satu tetes /ose TSB (kanan dan

kiri)
38

 Ambil plasma citrat dengan ose diletakkan pada tanda

test (kanan)

 Ambil satu ose koloni yang terpisah pada media MSA

letakkan masing-masing pada kontrol negatif dan test,

kemudian homogenkan

 Amati apakah terjadi koagulasi seperti pasir

d) Uji Katalase (Menjadi pembeda genus Streptococcus dan

Staphylococcus)

 Uji Katalase dapat dilakukan dengan media TSB yang

telah ditanam kuman dan dengan media MSA

 Untuk TSB tabung terlebih dulu dilidah apikan

 Ditetesi larutan hydrogen peroksida (H₂O₂) sebanyak

1-2 tetes. Amati apakah terbentuk buih atau gelembung

udara

 Pada media MSA, koloni yang tumbuh ditetesi H₂O₂

sebanyak 1-2 tetes dan diamati apakah terbentuk

gelembung udara

e) Uji Resistensi Novobiocin (Untuk menguji daya tahan suatu

bakteri terhadap suatu antibiotika).

 Diambil 1 ose koloni yang terpisah dari media MSA

 Ose dimasukkan dalam NaCl 0,9% dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland sampai kekeruhan sama.


39

 Dimasukkan swab steril ke dalam larutan NaCl 0,9%

yang berisi kuman, lalu diperas didinding tabung.

 Swab diusapkan pada seluru permukaan Media Muller

Hinton dan didiamkan 5-15 menit.

 Letakkan disk antibiotik novobiocin menggunakan

pinset steril ditengah MH agar, tekan sedikit agar

menempel.

 Dimasukkan Inkubator suhu 37°C selama 18-24 jam.

Lihat hasil keesokan harinya dan ukur zona hambat.

Sensitif apabila ˃ 20 mm dan resisten apabila ˂ 20 mm.

f) Uji DNAse (Untuk mengetahui kemampuan

mikroorganisme menghidrolisis DNA dan

memanfaatkannya sebagai sumber karbon dan energi untuk

pertumbuhan).

 Diambil 1 koloni yang terpisah dari media MSA

 Dipulas ditengah DNAse agar plate sampai kira-kira

diameter ± 1 cm.

 Diinkubasi pada suhu 37°C selama 18-24 jam.

6. Hari Ketiga

a) Mengamati hasil uji biokimia dan hasil uji resistensi

b) Mengamati hasil uji DNAse

 Bakteri yang tumbuh setelah diinkubasi


40

 Ditetesi HCL 10% sebanyak 1 tetes lalu diamkan

selama 2 menit dan diamati dicahaya yang terang agar

terlihat apakah terbentuk zona jernih disekitar bakteri

yang tumbuh.

(Modul Praktikum Bakteriologi 2, 2018)

G. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium dan

kuesioner dikumpulkan, diolah, disajikan, kemudian ditabulasikan dan

dianalisa secara deskriptif.

Pada pemeriksaan Staphylococcus aureus data didapatkan dari hasil

inokulasi pada medai enrichment, media selektif, reaksi biokimia, Uji

koagulase, Uji DNAse, dan Uji Sensitivitas. Data yang terkumpul

dikelompokkan dan dibuat tabel, kemudian hasil dinyatakan dalam bentuk

persentase bakteri Staphylococcus aureus yang terdapat pada sampel yang

diidentifikasi.

Rumus : A
P = B x 100%

Keterangan :

P : Persentase bakteri Staphylococcus aureus pada sampel


A : Jumlah sampel yang positif / negatif terkontaminasi bakteri
B : Jumlah sampel yang diperiksa
41

H. Jadwal Penelitian

Tabel 3. 2 Jadwal Penelitian


No 2019 2020
Kegiatan
. Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei

1 Pengajual Judul X

2 Penyusunan Proposal X

3 Konsultasi Proposal X

4 Ujian Proposal X

5 Perbaikan Proposal X

6 Persiapan Penelitian X

7 Pelaksanaan Penelitian X
Pengumpulan dan Pengolahan
X X X
8 Data
X X X
9 Penyusunan KTI

10 Ujian Akhir Program X


DAFTAR PUSTAKA

Breed, R.S., Murray, E.G.D. & Smith, N.R., 1994. Bergey's Manual Of
Determinative Bacteriology.9th ed. Amerika: Waverly Press.

Bhatia R (2005). Microbiology For Dental Student. Ed. Ke-3. India: New
Delhi;67

Farida., 2012. Cara Mengukur Kebersihan Gigi dan Mulut. (Online). Tersedia
dalam http://idafarida73.co.id/2012/09/cara-megukur-kebersihan-gigi-
danmulut-ohi-s.html. Diakses desember 2019

Gaidaka, C. S,. (2017). Identifkasi Staphylococcus aureus pada Tombol Elevator


Gedung Baru Kampus Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana New Building Campus Faculty of Medicine. J. Kedokt Meditek,
23(62), 21–28.

Irianto, K. (2014). Bakteriologi, Mikologi & virologi . Bandung:ALFABETA cv

Jawetz, E., Melnick, J.L.& Adelberg, E.A.,2008.Mikrobiologi Kedokteran.23rd


ed.Jakarta:EGC.

Jawetz et al., 2005. Medical Microbiology , Ed. Ke-22, McGraw Hill Companies
USA:229-331.

Kuswiyanto.,2016.Bakteriologi 1 Buku Ajar Analis Kesehatan.Jakarta:EGC

Kuswiyanto., 2016. Bakteriologi 2: Buku Ajar Analis Kesehatan.Jakarta:EGC

Kresna A (2011). Mikrobiologi Rongga Mulut. 2011. Line Dentistry. Cited :


http://the-best-dentistry.blogspot.com/2011/03/mikrobiologi-rongga-
mulut.html

Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta:


Renika Cipta.

RISKESDAS. (2018). Retrieved from 2018 website:


https://www.depkes.go.id/article/print/18110200003/potret-sehat-indonesia-
dari-riskesdas-2018.html (Diakses 22 November 2019)

Sariningsih, E. 2012. Merawat Gigi Anak Sejak Dini. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.

Silvia, et al. (2005). Hubungan Frekuensi Menyikat Gigi Dengan Tingkat


Kebersihan Gigi Dan Mulut Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan
Palaran Kota Madya Samarinda Profinsi Kalimantan Timur. Maj. Ked. Gigi.
(Dent. J.) Vol.38, no.2 hal 88.

Sitepu J (2011). Perbandingan Efektivitas Daya Hambat Terhadap Staphylococcus


aureus Dari Berbagai Jenis Ekstrak Buah Mengkudu (morinda citrifolia)
(invitro). Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Medan.2011.26-27

Pannuti, Matos (2003). Clinical effect of a herbal dentifrice on the control of


plaque and ginggivitis. Brazilia : Pesqui Odontol Bras. Hal 323 - 333.

Perdina Nursidika, Patricia Gita Naully, Linda Ayu Lestari, Gambaran Bakteri
Kontaminan pada Sikat Gigi, The journal Of Muhammadiyah Medical
Laboratory Technologist, Vol.2 No.1, 2018.

Peker, I., Akca, G., Sarikir, C., Alkurt, M. T., & Celik, I. (2014). Effectiveness of
alternative methods for toothbrush disinfection: an in vitro study.
TheScientificWorldJournalI,2014,726190.
https://doi.org/10.1155/2014/726190

Putri, dkk.,(2010). Ilmu Pencegahan Penyakit Jantung Keras dan Jaringan


Pendukung Gigi:Bandung.

Risky, dkk (2019). Uji Screening Methicillin-resistent Staphylococcus aureus


(MRSA) Menggunakan Antibiotik Cefoxitin (fox) 30 µg pada Pasien
Penderita Abses Gigi di Klinik BPJS Mataram. Jurnal Analis Medika Bio
Sains, Vol.6, No.2, September 2019, pp. 98-104

Usha, dkk,. (2011). Efficacy of Various Disinfectans on Microbially


Contaminated Toothbrushes due to Brushing.Volume 2.Nomor 4.Hlm 302-
307.

Warsa. (2010). Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. jakarta: Binarupa Aksara.


LAMPIRAN
Lampiran 1

PENJELASAN PENELITIAN UNTUK SUBJEK PENELITIAN :


PENGHUNI KOST DI KOST PUTRI JALAN KASTURI WILAYAH
BANJARBARU

Peneliti akan melakukan penelitian mengenai :

Judul Penelitian :

Identifikasi Bakteri Staphylococcus aureus Pada Sikat Gigi Di Kost Putri Jalan
Kasturi Wilayah Banjarbaru Tahun 2020

Tujuan :

Untuk mengetahui adanya bakteri Staphylococcus aureus pada sikat gigi yang
telah digunakan.

Penjelasan Sebelum Persetujuan (PSP) :

Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti akan melakukan pengambilan data


terhadap subjek penelitian yang setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini
dengan memberikan kuesioner.

Lembar PSP diberikan kepada subjek penelitian, yaitu orang – orang yang tinggal
di kost putri jalan kasturi wilayah banjarbaru. PSP dilakukan oleh peneliti pada
waktu yang telah disepakati antara peneliti dan subjek penelitian. Subjek
penelitian akan diberikan waktu untuk memikirkan dan mengambil keputusan
untuk kesediaannya terlibat dalam penelitian ini.

Perlakuan yang Diterapkan pada Subjek Penelitian

Tidak ada perlakuan khusus terhadap subjek penelitian, pada penelitian ini subjek
penelitian diberikan kuesioner untuk mengetahui kemungkinan faktor – faktor
kontaminasi pada sikat gigi.

Manfaat

Manfaat yang akan diperoleh subjek penelitian adalah dapat mengetahui bakteri
kontaminasi pada sikat gigi yang telah digunakan dan dapat mengetahui
kemungkinan faktor penyebab kontaminasi pada sikat gigi secara gratis dimana
pemeriksaan mengenai bakteri kontaminasi pada sikat gigi sangat penting guna
menunjang kebersihan mulut dan gigi.
Bahaya Potensial

Pada penelitian ini, saat dilakukan pengambilan sampel tidak ada kemungkinan
bahaya yang terjadi.

Hak untuk Mengundurkan Diri

Keikutsertaan subjek penelitian dalam penelitian ini bersifat sukarela dan subjek
penelitian berhak untuk mengundurkan diri kapanpun, tanpa menimbulkan
konsekuensi yang merugikan peneliti dan subjek penelitian.

Adanya Insentif untuk Responden

Sebagai bentuk terimakasih atas ketersediaannya untuk berpartisipasi dalam


penelitian ini, maka peneliti akan memberikan insentif berupa sikat gigi dan pasta
gigi setelah dilakukannya pengambilan sampel berupa sikat gigi yang telah
digunakan.

Kerahasiaan Data

Semua informasi pribadi dan data yang didapat dari pemeriksaan yang telah
dilakukan akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk kepentingan
penelitian. Pada penelitian ini identitas pasien tidak dicantumkan dan diganti
dengan menggunakan kode.

Apabila subjek penelitian memiliki pertanyaan yang lebih lanjut berkaitan dengan
penelitian yang akan dilakukan, bisa menghubungi nomor WA 082350708245
Rasna Efiyanti.
Lampiran 2

No. Kode :

PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT PENELITIAN


(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Alamat :
Telah mendapat keterangan secara terinci dan jelas mengenai:
1. Penelitian yang berjudul “Identifikasi Bakteri Staphylococcus aureus Pada
Sikat Gigi Di Kost Putri Jalan Kasturi Wilayah Banjarbaru Tahun 2020”
2. Perlakuan yang akan diberikan pada subjek.
3. Manfaat ikut sebagai subyek penelitian.
4. Bahaya yang akan ditimbulkan.
5. Prosedur penelitian.

Mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan mengenai segala sesuatu yang


berhubungan dengan penelitian tersebut. Oleh karena itu saya
(BERSEDIA/TIDAK BERSEDIA) secara sukarela untuk menjadi subjek
penelitian ini dengan penuh kesadaran tanpa paksaan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari pihak
manapun.
Banjarbaru, Desember 2019
Peneliti Responden

( Rasna Efiyanti ) (………………………….)


Saksi
Lampiran 3
Lembar Kuesioner untuk pengguna sikat gigi
Nama :
umur :
PERTANYAAN
Berilah tanda silang (x) pada huruf a atau b sesuai dengan jawaban saudari,
pilih !
1. Apakah wadah penyimpanan sikat gigi anda selalu dibersihkan secara rutin
(sebelum dan setelah anda menyikat gigi) ?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah sikat gigi yang anda gunakan memiliki penutup ?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah 2 kali (atau lebih) dalam sehari anda menyikat gigi ?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah air yang anda gunakan untuk membilas sikat gigi berupa air
mengalir ?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah tempat penyimpanan sikat gigi anda di ruang tidak terbuka ?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah anda menyimpan sikat gigi tidak didalam kamar mandi (Dekat
toilet) ?
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah anda meletakkan sikat gigi dengan posisi yang tegak (Tidak
menyentuh permukaan seperti lantai ataupun menyentuh dinding) ?
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah anda mencuci tangan dengan sabun terlebih dahulu sebelum
menggunakan sikat gigi ?
a. Ya
b. Tidak
9. Apakah Anda mengganti sikat gigi setiap 3 bulan sekali ?
a. Ya
b. Tidak
10. Berapa lama Anda menggunakan sikat gigi tersebut ?
a. ≤ 3 Bulan
b. ˃ 3 Bulan
Lampiran 4
Cara Pembuatan Media
Media Gula – Gula
( Glukosa dan Manitol )
1. Alat dan Bahan
a. Beaker glass i. Gula – gula (Glukosa dan
b. Gelas ukur Manitol) 1%
c. Gelas arloji j. Bacto pepton 1 %
d. Tabung reaksi k. NaCl 0,5 %
e. Lemari es l. Phenol red
f. Neraca Analitik m. NaOH 4%
g. Hot plate n. Aquadest
h. Autoclave

2. Cara Kerja
1. Ditimbang 0,75 gr Gula – gula (Masing – masing glukosa dan manitol) ,
Bacto pepton 0,75 gr dan 0,375 gr NaCl dengan menggunakan Neraca
Analitik.
2. Dilarutkan dengan menggunakan aquadest untuk membuat 25 tabung
gula – gula.
3. Homogenkan lalu dihangatkan dengan hot plate.
4. Dinginkan lalu ditambahkan Phenol red kira – kira 20-30 tetes, lalu
ditambahkan NaOH 4% sampai pH 7-8 warna larutan pink,
5. Dimasukkan dalam tabung reaksi dengan durham ± 3 ml per tabungnya
dan tutup dengan kapas dan sterilkan dengan autoclave 121°C selama 15
menit.
Media Manitol Salt Agar (MSA)
1. Alat dan Bahan
a. Beaker glass g. Neraca Analitik
b. Erlenmeyer h. Hot plate
c. Gelas ukur i. Autoclave
d. Gelas arloji j. MSA 55,5 gr
e. Plate k. Bacto agar 0,5 %
f. Lemari es l. Aquades
2. Cara Kerja
1. Ditimbang MSA 55,5 gr dan Bacto Agar 2,1 gr, dimasukkan dalam
beaker glass. Dilarutkan dengan aquadest sebanyak 420 ml, kemudian
dipanaskan diatas hot plate hingga mendidih sambil diaduk hingga
homogen.
2. Dimasukkan ke dalam erlenmayer dan ditutup dengan kapas.
3. Disterilkan di autoclave pada suhu 121°C selama 15 menit.
4. Dimasukkan ke dalam cawan petri 20 ml sebanyak 21 cawan.
5. Didiamkan beberapa saat sampai membeku.
Media TSB
1. Alat dan Bahan
a. Beaker glass f. Neraca Analitik
b. Gelas ukur g. Hot plate
c. Gelas arloji h. Autoclave
d. Tabung reaksi i. TSB 1,89 gr
e. Lemari es j. Aquadest

2. Cara Kerja
1. Ditimbang TSB sebanyak 1,89 gr dengan neraca analitik
2. Dilarutkan dalam aquadest sebanyak 63 ml
3. Dipanaskan dengan hot plate sampai larut
4. Dimasukkan dalam tabung sebanyak masing – masing 3 ml, tutup
dengan kapas
5. Disterilkan didalam autoclave suhu 121°C selama 15 menit.
Media Muller Hinton
1. Alat dan bahan
a. Beaker glass g. Neraca Analitik
b. Erlenmeyer h. Hot plate
c. Gelas ukur i. Autoclave
d. Gelas arloji j. Muller Hinton 19 gr
e. Plate k. Bacto agar 0,5 %
f. Lemari es l. Aquades

2. Cara kerja
1. Ditimbang Muller Hinton sebanyak 19 gr dan bacto agar 2,1 gr
2. Dilarutkan dalam aquades sebanyak 420 ml
3. Dipanaskan dengan hot plate sampai mendidih
4. Dimasukkan ke dalam erlenmeyer, ditutup dengan kapas
5. Disterilkan di dalam autoclave suhu 121°C selama 15 menit
6. Dituangkan ke cawan petri masing – masing 20 ml
7. Diletakkan pada tempat rata sampai membeku
Media D-Nase Agar
1. Alat dan Bahan
a. Beaker glass g. Neraca Analitik
b. Erlenmeyer h. Hot plate
c. Gelas ukur i. Autoclave
d. Gelas arloji j. D-Nase Agar 20 gr
e. Plate k. Bacto Agar 0,5 %
f. Lemari es l. Aquades

2. Cara Kerja
1. Ditimbang D-Nase sebanyak 20 gr dan bacto agar sebanyak 2,1 gr
dimasukkan dalam beaker glasss. Dilarutkan dengan aquades, kemudian
dipanaskan diatas Hot plate hingga mendidih sambil diaduk hingga
homogen.
2. Dimasukkan ke dalam erlemeyer dan ditutup dengan kapas
3. Disterilkan di Autoclave pada suhu 121°C selama 15 menit
4. Dimasukkan ke dalam cawan petri masing – masing 20 ml secara
aseptis
5. Didiamkan beberapa saat sampai membeku.
Pembuatan NaCl 0,9%

1. Alat dan Bahan


a. Beaker Glass f. Erlenmayer
b. Gelas Ukur g. Neraca Analitik
c. Tabung Reaksi h. Kapas
d. Batang Pengaduk i. NaCl 0,9%
e. Autoclave j. Aquadest 30 ml

2. Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang 0,27 gr ke dalam beaker glass
3. Dilarutkan dalam 30 ml aquadest, sambil diaduk hingga homogen.
4. Dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditutup dengan kapas.
5. Disterilkan dengan autoclave pada suhu 121°C selama 15 menit

Anda mungkin juga menyukai