LP SC Audiena
LP SC Audiena
Disusun Oleh:
Audiena Sarah Azzahra
2211040242
E. Pathway
F. Manifestasi Klinik Post Sectio Caesaria
Persalinan dengan sectio caesaria memerlukan perawatan yang lebih
komprehensif yaitu, perawatan post operatif dan perawatan post partum.
Manifestasi klinis sectio caesaria menurut Doenges (2001), antara lain :
a. Nyeri akibat ada luka pembedahan
b. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
c. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicius
d. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea
tidak banyak)
e. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800
ml
f. Emosi labil/perubahan emosional dengan mengekspresikan
ketidakmampuan menghadapi situasi baru
g. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
h. Status pulmonary bunyi paru jelas dan veskuler
i. Pada kelahiran secara SC tidak direncakan maka biasanya
kurang paham prosedur
j. Bonding dan attachment pada anak yang baru dilahirkan
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin atau hematocrit (Hb/Ht) untuk mengkaji perubahan dari
kadar pra operasi dan mengevalusi efek kehilangan darah pada
pembedahan
b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
c. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
d. Urinalisis/kultur urin
e. Pemeriksaan elektrolit
H. Penatalaksanaan
a. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian
cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak
terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan
yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara
bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah
diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
b. Diet
Pemberia cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus
lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian
minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6-10 jam
pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
c. Mobilisasi
1. Mobilisasi dilakukan secara bertahap
2. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah operasi
3. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
terlentang sedini mungkin setelah sadar
4. Hari kedua post op, pasien dapat didudukan selama 5 menit dan
diminta untuk bernafas dalam lalu hembuskan
5. Kemudian posisi tidur terlentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler)
6. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, da
kemudian berjalan sendiri pada hari ke 3 sampai hari ke 5 pasca
op
d. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak
pada penderita, menghalangi involusi dan menyebabkan perdarahan. Kateter
biasanya terpasang 24-48 jam/lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan
keadaan penderita.
e. Pemberian Obat-obatan
1. Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotik sangat berbeda-beda setiap
institusi.
2. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
a. Supositoria : Ketopropen sup 2x24 jam
b. Oral : Tramadol setiap 6 jam atau paracetamol
c. Injeksi : Penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila
perlu
3. Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C.
f. Perawatan Luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post op, bila basah dan
berdarah harus dibuka dan diganti.
g. Perawatan Rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu,
tekanan darah, nadi dan pernafasan.
h. Perawatan Payudara
Pemberian asi dapat dimulai pada hari post op jika ibu memutuskan
tidak menyusui, pemasangan oembalut payudara yang mengencangkan
payudara tanpa banyak menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi nyeri.
I. Komplikasi
a. Infeksi Puerperalis
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa
hari dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis,
sepsis dan lain-lain. Infeksi post op terjadi apabila sebelum pembedahan sudah
ada gejala-gejala infeksi intrapartum atau ada faktor-faktor yang merupakan
predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuba
pecah, tindakan vaginal sebelumnya). Bahaya infeksi dapat diperkecil dengan
pemberian antibiotika, tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama SC
klasik dalam hal ini lebih berbahaya daripada SC transperitonealis profunda.
b. Perdarahan
Perdarahan banyak bias timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria
uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.
c. Komplikasi-komplikasi lain seperti :
2. Luka kandung kemih
3. Embolisme paru-paru
4. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang
kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan
berikutnya bias terjadi rupture uteri. Kemungkinan hal ini lebih
banyak ditemukan sesudah sectio caesaria klasik.
j. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
II. Data Umum Pasien
III.Status Kesehatan Pasien
a. Keluhan utama
b. Riwayat kesehatan sekarang
c. Riwayat kesehatan dahulu
d. Riwayat operasi
e. Riwayat kesehatan keluarga
f. Riwayat pernikahan
g. Riwayat kehamilan dan persalinan lalu
h. Riwayat menarche
i. Riwayat menstruasi
j. Riwayat ginekologi
k. Riwayat penggunaan KB
l. Riwayat kehamilan saat ini
m. Riwayat persalinan saat ini
IV. Pemeriksaan
Fisik
a. Kepala
b. Dada
c. Abdomen
V. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
a. Nyeri Akut b/d Agen Pencedera Fisik
b. Menyusui tidak efektif b/d ketidakadekuatan suplai ASI
c. Risiko Infeksi b/d Efek Prosedur Invasif
Intervensi
Carpenito, L.J. 2001. Diagnosa Keperawatan : Buku Saku, Edisi 6, Alih Bahasa : Monica,
Ester : EGC. Jakarta.