Anda di halaman 1dari 2

Teks Cerpen 1

Sahabatku Iri Hati


Namaku Cinta, aku sangat senang dengan pelajaran Bahasa Indonesia dan Biologi. Aku
memiliki sahabat yang unik bernama Ratna dan aku bingung dengannya. Dikarenakan
sahabatku orang yang paling sensitif. Menurut dia, aku tidak boleh suka dengan kedua
pelajaran tersebut, padahal itu hakku.  Suatu waktu ketika pelajaran bahasa Inggris, tidak tahu
mengapa tiba-tiba aku suka dengan pelajaran tersebut. Mungkin karena guru yang
mengajarkan memiliki cara penyampaian yang baik, otomatis aku juga mulai aktif di kelas
ketika pelajaran bahasa Inggris. 

Teng teng teng, bunyi bel sekolah, waktu istirahat tiba. Saat itu aku langsung menghampiri
Ratna untuk mengajaknya ke kantin.  “Rat, ke kantin yuk?” ajakku.  “Ngga, aku ngga mau
lagi sahabatan sama kamu!” jawabnya sembari buang muka. Awal kejadiannya seperti itu
hanya sekali dan kita berdua balikan seperti semula. Namun, lama-kelamaan terjadi hal
serupa. Sangat aneh. Ratna bukannya mengerti perasaanku, justru bikin aku kesal.

Ceritanya begini, waktu Ujian Tengah Semester dia kesusahan menjawab soal Biologi, saat
dia melihat ke arahku. Aku dan Ratna tidak duduk satu bangku, Ratna tepat di depan tempat
aku duduk. “Cin, kamu tau ngga nomor 3 essai? Minta jawabannya dong satu aja!” tanya
Ratna sembari memohon “Udah si, ini kan bukan ulangan biasa!” jawabku.  “yah kamu….”
Sembari jengkel Aku cuek aja akan hal itu dan berharap dia akan introspeksi. Coba
bayangkan, dia sudah membuatku sakit hati dan ia ingin meminta jawaban ujian.

Beberapa hari kemudian hasil nilai UTS Biologi dibagikan dan diumumkan. Aku mendapat
nilai 90 sedangkan Ratna mendapat nilai 75.  Aku bisa melihat tatapan iri di sahabatku itu,
dan aku sadar bahwa bersahabatan dengan orang yang suka iri hati adalah hal yang susah. 

Teks Cerpen 2
Jangan Buang Waktu untuk Menyerah
Sejak kecil ia selalu tertarik dalam dunia Kesehatan, ia sangat ingin menjadi dokter yang
hebat dan berguna bagi masyarakat. Ini adalah cita-cita Ardi, seorang anak penjual kue
keliling di desanya. Ia hanya hidup berdua bersama ibunya.  Ketika Ardi duduk di bangku
SMA, ia terkenal sebagai anak yang pintar dan berprestasi, ia selalu mendapatkan nilai lima
besar dengan teman seangkatannya. Ardi selalu bersemangat dalam mengejar cita-citanya
sebagai seorang dokter yang hebat, tanpa ada waktu untuk menyerah ia tidak pernah minder
dengan orang lain. 

Pada saat Ardi lulus SMA ia masih belum cukup uang untuk melanjutkan Pendidikan
Kedokteran di Universitas impiannya. Tanpa rasa ragu ia membantu ibunya untuk menjual
kue keliling di desanya, ia selalu bangun lebih awal untuk menggantikan ibunya berjualan
keliling kampung untuk menjual kue buatan Ardi dan ibunya. Kue Ardi selalu habis terjual
tanpa tersisa sedikit pun. Ia selalu bersyukur atas apa yang ia kerjakan. 

Di saat Ardi merasa uang itu cukup untuk melanjutkan Pendidikannya, Ardi ingin membuat
toko kue untuk ibunya, ia ingin ibunya tidak lagi bersusah payah untuk berjalan kaki menjual
kue keliling. Toko itu diberi nama “TOKO ROTI IBU”

“Bu, Ardi izin untuk melanjutkan cita-cita sebagai seorang dokter” “Izinkan Ardi untuk
melanjutkan Pendidikan…” “Ardi membutuhkan doa Ibu”

Tidak lama kemudian, Ardi mendengar bahwa ia diterima di Universitas impiannya dengan
jurusan Kedokteran. Ia senang mendapatkan berita itu. Ia belajar dengan tekun dan tanpa ada
kata untuk menyerah. Ia selalu berusaha dan berdoa agar cita-citanya sebagai dokter muda
yang baik bisa dikabulkan.

Setelah menunggu beberapa tahun ia belajar, Ardi lulus kuliah Kedokteran sebagai
mahasiswa terbaik di angkatannya.

Anda mungkin juga menyukai