Anda di halaman 1dari 22

6

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Limnologi berasal dari bahasa Yunani yaitu limnos yaitu genangan, danau,
atau rawa dan logos yaitu ilmu. Danau itu sendiri adalah sejumlah air yang
terakumulasi di suatu tempat yang cukup luas, yang dapat terjadi karena
mencairnya glester, aliran sungai, atau karena adanya mata air. Sehingga definisi
limnologi adalah ilmu yang mempelajari komponen diperairan darat, terdiri dari
komponen biotik, abiotik, serta proses dan interaksi di antaranya. Para ahli
mencoba menyederhanakan limnologi ilmu yang mempelajari proses interaksi
faktor fisika, kimia, dan biologi dalam sistem perairan darat (inland waters), di
mulai dari garis pantai ke arah darat (Harlina, 2021).
Waduk merupakan danau atau badan air buatan yang terbentuk akibat
pembendungan aliran sungai. Kawasan waduk mejadi salah satu kawasan
ekonomis, banyak kegiatan yang dilakukan di area waduk seperti kegiatan
perikanan, wisata, olahraga dan PLTA khususnya. Monitoring kualitas air di
perairan waduk menjadi suatu keharusan demi menjaga kualitas air yang baik.
Salah satu monitoring yang dapat dilakukan adalah dengan melihat kelimpahan
plankton untuk menentukan kesuburan perairan waduk tersebut (Isni et al., 2017).
Dalam praktikum ini, pengukuran kualitas air berdasarkan parameter fisika
dan kimia yang dilakukan di waduk Fakultas Perikanan dan Kelautan UNRI
dengan menggunakan teknik pengambilan sampel yang bertujuan dan analisis
secara in situ dan ek situ untuk mengetahui kelayakan dari air tersebut. Analisis
parameter fisika air pada praktikum ini meliputi pengukuran kecerahan air dan
suhu. Pada parameter kimia meliputi pengukuran oksigen terlarut (DO),
karbondioksida (CO2) bebas, dan alkalinitas.
Kecerahan merupakan tingkat transparansi perairan yang dapat diamati
secara visual menggunakan Secchi Disk. Apabila kecerahan suatu perairan
diketahui maka kita dapatmengetahui sampai dimana masih ada kemungkinan
terjadi proses asimilasi dalam air, lapisan-lapisan mana yang tidak keruh, dan
yang paling keruh. Perairan yang memiliki nilai kecerahan rendah pada waktu
cuaca yang normal dapat memberikan suatu petunjuk atau indikasi banyaknya
52

partikel-partikel tersuspensi dalam perairan tersebut (Hamuna et al., 2018).


Suhu perairan berperan mengendalikan kondisi ekosistem perairan.
Peningkatan suhu menyebabkan peningkatan dekomposisi bahan organik oleh
mikroba. Kenaikan suhu dapat menyebabkan stratifikasi atau pelapisan air,
stratifikasi air ini dapat berpengaruh terhadap pengadukan air dan diperlukan
dalam rangka penyebaran oksigen sehingga dengan adanya pelapisan air tersebut
di lapisan dasar tidak menjadi anaerob. Perubahan suhu permukaan dapat
berpengaruh terhadap proses fisik, kimia dan biologi di perairan tersebut
(Kusumaningtyas et al., 2014).
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/DO) adalah total jumlah oksigen yang
terlarut di dalam air. DO dibutuhkan oleh seluruh jasad hidup untuk pernapasan,
proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi
untuk pertumbuhan dan pembiakan. Selain itu, oksigen juga dibutuhkan untuk
oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Kebutuhan
organisme terhadap oksigen terlarut relatif bervariasi tergantung pada jenis,
stadium dan aktifitasnya (Gemilang et al., 2017).
Karbondioksida bebas yang dianalisa adalah karbondioksida yang berada
dalam bentuk gas yang terkandung didalam air. Kandungan CO₂ dalam air murni
pada tekanan 1 atm dan temperatur 25°C adalah sekitar 0,4 mg/l. Kandungan CO₂
di dalam air merupakan hasil proses difusi CO2 dari udara dan hasil proses
respirasi organisme akuatik. Di dasar perairan CO₂ juga dihasilkan melalui proses
dekomposisi. Konsentrasi CO2 sebesar 10 mg/l atau lebih masih dapat ditolerir
oleh ikan bila kandungan oksigen juga tinggi. Kebanyakan species biota akuatik
masih dapat hidup pada perairan dengan konsentrasi CO2 bebas 60 mg/l. Metode
penentuan CO₂ bebas yang umum digunakan adalah metode titrimetrik dengan
Na2CO3 (Prasetyawan, 2017).
Alkalinitas air adalah kemampuan dari air tersebut untuk menetralisir asam.
Nilai pengukuran dapat dikatakan sangat signifikan dengan titik akhir pH yang
digunakan. Ketika alkalinitas berdasarkan kandungan karbonat dan bikarbonat,
maka nilai pH pada titik setimbang titrasi ditentukan oleh jumlah Karbondioksida
(CO2) yang terbentuk pada saat titrasi. Selama CO2 tidak dapat membuat air tidak
lebih asam dari pH 4,5 maka nilai pH tersebut digunakan untuk penentuan titik
akhir titrasi alkalinitas.
36

1.2. Tujuan dan Manfaat Praktikum


Tujuan dari praktikum Limnologi tentang Analisis Parameter Fisika Air dan
Analisis Parameter Kimia Air adalah untuk mengetahui pengukuran kualitas air
berdasarkan parameter fisika yang meliputi kecerahan dan suhu air serta
parameter kimia yang meliputi oksigen terlarut, karbondioksida bebas, dan
alkalinitas. Adapun manfaat dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat
mengetahui beberapa parameter fisika dan kimia dalam pengukuran kualiatas air
dan menambah wawasan mengenai suatu kualitas perairan yang baik.
5
6

II. METODOLOGI PRAKTIKUM

2.1. Waktu dan Tempat


Praktikum Limnologi berjudul “Analisis Parameter Fisika Air dan Analisis
Parameter Kimia Air” ini dilaksanakan pada Senin, 27 Maret 2023 pukul
13.0015.00 WIB di Laboratorium Produktivitas Perairan Fakultas Perikanan dan
Kelautan Universitas Riau.
2.2. Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Bahan Praktikum
No. Nama Bahan Kegunaan
1. Air sampel Sebagai sampel
2. MnSO4 Sebagai reagen
3. NaOH-KI Sebagai reagen
4. H2SO4 Sebagai reagen
5. Na2S2O3 5H2O Sebagai titran
6. Amilum Sebagai indikator warna
7. Indikator PP (Pnolpthealin) Sebagai indikator warna
8. Na2CO3 Sebagai titran

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum adalah sebagai berikut.


Tabel 2. Alat Praktikum
No. Nama Alat Kegunaan
1. Buku penuntun praktikum Panduan praktikum
2. Secchi disc Mengukur kecerahan air
3. Termometer raksa Mengukur suhu air
4. Meteran Mengukur secchi disc
5. Botol BOD Media mengambil sampel air
6. Erlenmeyer Media saat melakukan titrasi
7. Botol sampel Media pemindahan sampel air
8. Pipet tetes Mengambil amilum
9. Jarum suntik Mengambil larutan MnSO4, NaOH-KI,
H2SO4, dan Na2S2O3 5H2O

2.3. Metode Praktikum


Praktikum ini menggunakan metode survei, yakni penelitian langsung
ke lokasi dengan menggunakan analisis secara in situ dan ek situ.
2.4. Prosedur Praktikum
Prosedur praktikum ini adalah asisten beserta praktikan pergi menuju waduk
sambil membawa alat-alat yang dibutuhkan untuk segera melakukan penelitian.
5

Kemudian, asisten menjelaskan cara menggunakan alat-alat dan cara perhitungan


analisis untuk masing-masing parameter yang digunakan pada saat praktikum.
Semua penelitian dilakukan langsung di tempat penelitian.
2.4.1. Kecerahan
Alat (secchi disk) yang akan digunakan sudah disiapkan, Setelah lokasi
ditentukan, secchi disk diturunkan secara perlahan hingga batas tidak tampak,
yakni warna hitam pada secchi disk tidak lagi terlihat. Kemudian ditandai ukuran
panjangnya yang sudah terlihat pada tongkat skala. Setelah itu, secara perlahan
secchi disk ditarik ke atas hingga warna hitam pada secchi disk tersebut kembali
terlihat, lalu panjangnya diukur untuk mendapatkan batas tampak.
Rumus menghitung kecerahan adalah sebagai berikut,

jarak hilang + jarak tampak


Kecerahan air = 2

2.4.2. Suhu
Adapun prosedur pengukuran suhu adalah persiapan alat pengukur suhu
yang sudah terikat pada bagian pangkal thermometer (bukan ujung air raksa)
terlebih dahulu, yakni thermometer raksa lalu ditentukan lokasi air yang akan
diukur suhunya. Setelah lokasi pengukuran didapatkan, thermometer dimasukkan
ke dalam air dengan cara dicelupkan thermometer ke dalam perairan kemudian
thermometer tersebut digantung pada permukaan perairan beberapa menit. Setelah
thermometer menunjukkan angka yang konstan lalu dicatat.
2.4.3. Oksigen Terlarut (DO)
Adapun prosedur pengukuran oksigen terlarut adalah bahan dan alat yang
akan digunakan disiapkan seperti, MnSO4, NaOH+KI, H2SO4, amilum, Na-
thiosulfat, tabung erlenmeyer, botol BOD (botol Winkler), dan suntik/pipet tetes.
Kemudian lokasi pengambilan air sampel ditentukan. Setelah itu air sampel
diambil menggunakan botol BOD (tidak boleh bubling). Selanjutnya,
ditambahkan 1 ml larutan MnSO4 dan 1 ml NaOH+KI hingga terbentuk endapan
coklat, lalu ditambahkan larutan H2SO4 sebanyak 1 ml hingga endapan hilang dan
berubah menjadi warna kuning. Lalu larutan dipindahkan ke dalam erlenmeyer
sebanyak 50 ml. Selanjutnya dititrasi dengan Na thiosulfat (Na2S2O3 5H2O) 0,025
N hingga berubah menjadi kuning pucat. Kemudian ditambahkan 3 tetes amilum
hingga terbentuk warna biru. Lalu dititrasi kembali dengan Na thiosulfat
6

(Na2S2O3 5H2O) sampai warna biru hilang. Selanjutnya oksigen terlarut dihitung
dengan rumus:
A X B X 8000
DO (mg/L) = D−E
CX( )
D
Keterangan:
A : ml titran yang
B : N Na-thiosulfat Na2S2O3 5H2O0,025
C : ml sampel yang digunakan
D : volume botol BODyang digunakan
E : ml reagen yang digunakan (MnSO4, NaOH+KI, H2SO4 pekat)

2.4.4. Karbondioksida bebas (CO2)


Adapun prosedur praktikum ini adalah bahan dan alat yang akan digunakan
seperti indikator PP, larutan Na2CO3, botol BOD, erlenmeyer, dan suntik/pipet
tetes telah disiapkan. Air sampel dimasukkan ke dalam botol oksigen (hindari
terjadinya bubling). Air sampel dimasukkan sebanyak 25 ml ke dalam erlenmeyer
secara perlahan agar pengaruh aerasi tidak begitu besar. Kemudian ditambahkan
indikator PP sebanyak 3 tetes. Jika larutan tidak berubah warna selanjutnya
diakukan titrasi dengan Na2CO3 0,0454 N hingga berubah menjadi warna pink.
Lalu hitung menggunakan rumus:
44
𝑚𝑙 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑁 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑥 1000
2
CO2 (mg/L) = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

2.4.5. Alkalinitas

Peralatan dan bahan disiapkan seperti botol gelas atau botol polyetolen
300 ml, pipet tetes, erlenmeyer, larutan H2SO4 0,02 N, dan indikator PP. Air
sampel diambil menggunakan botol gelas atau botol polyetolen 300 ml diisi
penuh dan ditutup rapat. Lalu dipindahkan sebanyak 50 ml ke Erlenmeyer dan
ditambahkan 3 tetes indicator PP hingga terbentuk warna pink. Selanjutnya,
dititrasi dengan H2SO4 sebanyak 1 ml hingga berubah menjadi tidak bewarna.
Dicatat volume titran yang digunakan dan dihitung menggunakan rumus:
100
A X N titran X X 1000
2
Alkalinitas pp(karbonat) = ml sampel
9

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Waduk Fakultas Perikanan dan Kelautan UNRI

Gambar 1. Waduk Fakultas Perikanan dan Kelautan UNRI


Waduk Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (Faperika) Universitas Riau
merupakan waduk buatan yang digunakan untuk membantu dan menunjang
kegiatan mahasiswa (praktikum). Waduk ini juga berfungsi untuk menampung air
dari kanal-kanal atau parit-parit yang ada di sekitar Universitas Riau, mencegah
terjadinya banjir, untuk mengairi kolam-kolam budidaya percobaan dan banyak
dikunjungi masyarakat. Waduk Faperika juga memiliki banyak sumberdaya hayati
yang salah satunya moluska. Moluska merupakan hewan yang bertubuh lunak
tetapi memiliki cangkang. Moluska memiliki banyak peranan dalam suatu
perairan diantaranya sebagai organisme kunci dalam jaring-jaring makanan, di
dalam waduk juga terdapat beberapa jenis ikan yang dibudidaya.
3.2. Hasil
Adapun hasil yang diperoleh pada praktikum analisis nitrat dan fosfat
sebagai berikut.
Tabel 3. Hasil Parameter Fisika dan Kimia
No. Parameter Satuan Nilai
1. Kecerahan Cm 100,5
2. Suhu °C 30
3. Oksigen terlarut mg/L 2,0618
4. Karbondioksida bebas mg/L 19,976
5. Alkalinitas mg CaCO3/L 20

3.3. Pembahasan
Adapun pembahasan yag diperoleh pada praktium analisis nitrat-fosfat dapat
dilihat sebagai berikut.
8

3.3.1. Kecerahan
Pada praktikum pengukuran kecerahan hasil yang didapatkan bahwa
kecerahan air di waduk yaitu 100,5 cm sehingga dapat disimpulkan bahwa
transparasi air di waduk bernilai baik karena kecerahaannya diatas 20 cm
berdasarkan perbandingan baku mutu kualitas perairan .
Kecerahan adalah ukuran transparansi perairan yang diamati secara visual
dengan alat bantu yang disebut secchi disc. Tingkat kecerahan dan kekeruhan air
sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan patin zat atau material terlarut
(tersuspensi) seperti lumpur, senyawa, dan anorganik, plankton dan
mikroorganisme diduga kuat sebagai penyebab kekeruhan air (Koniyo, 2020).
3.3.2. Suhu
Pada praktikum pengukuran suhu diperoleh suhu perairan di waduk adalah
30°C, dimana kondisi suhu ini masih tergolong baik bagi perairan sesuai baku
mutu kualitas perairan sebesar 25-30°C.
Suhu merupakan parameter fisika yang berperan mengendalikan kondisi
ekologi perairan. Perubahan suhu umumnya mempengaruhi proses fisik, kimia,
dan biologi kolom air (Selanno, 2016). Suhu air juga menjadi salah satu faktor
penting yang dapat memengaruhi sintasan organisme air (Ayuniar, 2018).
3.3.3. Karbondioksida bebas (CO2)
Pada praktikum pengukuran karbondioksida bebas data yang didapatkan
adalah 19,976 mg/L dimana konsentrasi karbondioksida bebas pada lokasi
praktikum ini tergolong baik karena tidak lebih dari 25 mg/L dan tidak kurang
dari 10 mg/L.
Karbondioksida (CO2) mempunyai peranan yang sangat besar bagi
kehidupan organisme air. Senyawa tersebut dapat membantu dalam proses
dekomposisi atau perombakan bahan organik oleh bakteri. Namun jika dalam
keadaan yang berlebihan dapat mengganggu bahkan menjadi racun bagi beberapa
jenis ikan (Syarifa, 2018).
3.3.4. Oksigen Terlarut (DO)
Pada pengukuran oksigen terlarut (DO) hasil yanng didapatkan adalah
2,0618 mg/l. Oksigen terlarut atau Dissolved Oksigen (DO) merupakan suatu
faktor yang sangat penting bagi ekosistem perairan, terutama untuk proses
9

respirasi bagi organisme perairan, ), semakin banyak bahan organik yang ada di
dalam air, semakin sedikit kandungan oksigen terlarut di dalam perairan.
(Raharjo, 2016).
3.3.5. Alkalinitas
Pada pengukuran alkalinitas hasil yanng didapatkan adalah 20 mg
CaCO3/L. Alkalinitas berkaitan erat dengan pH apabila nilai alkalinitas tinggi
maka nilai pH akan semakin tinggi. Nilai alkalinitas akan semakin berkurang
apabila adanya masukan zat yang bersifat asam misalkan dari daratan melalui
aliran sungai (Indra Budi et al., 2017).
8
9

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Setelah dilaksanakan praktikum analisis parameter fisika dan kimia air
didapatkan hasil dari pengukuran yang meliputi kecerahan 100,5 cm, suhu 30°C,
karbondioksida bebas 19,976 mg/L, oksigen terlarut 2,0618 mg/L, dan alkalinitas
20 mg CaCO3/L. Kualitas perairan di waduk masih bernilai baik berdasarkan
pengukuran parameter fisika dan kimia yang telah dilakukan.
4.2. Saran
Demi menjaga kualitas air di Waduk Fakultas Perikanan dan Kelautan
UNRI, diharapkan kepada semua pihak agar bertanggung jawab dan tidak
mencemari air yang ada di waduk tesebut.
8
9

DAFTAR PUSTAKA

Ayuniar, L. N., J. W. Hidayat. 2018. Analisis Kualitas Fisika dan Kimia Air di
Kawasan Budidaya Perikanan Kabupaten Majalengka. Jurnal
EnviScience. Vol.2 No.2: 68-74.

Gemilang, W.A., Kusumah, G. 2017. Status indeks pencemaran perairan


kawasan mangrove berdasarkan penilaian fisika-kimia di pesisir
Kecamatan Brebes Jawa Tengah. EnviroScienteae, 13(2): 171-180.

Hamuna, Rosye H.R. Tanjung, Suwito, Hendra K. Maury, Alianto, .2018 Kajian
Kualitas Air Laut dan Indeks Pencemaran Berdasarkan Parameter
Fisika- Kimia Di Perairan Distrik Depapre. Skripsi. Program Studi Ilmu
Lingkungan Sekolah Pascasarjana, Universitas Diponegoro.

Harlina. 2021. Limnology Kajian Menyeluruh Mengenai Perairan Darat.


Makassar: Gunawana Lestari.

Indra, B. P. (2017). Pengukuran Sistem CO2 Sebagai Data Dasar Penentuan Fluks
karbon di Perairan Jepara . Buletin Oseanografi Marina Vol.6 No 1 , 9-
16.

Isni Nurruhwati., Zahidah. 2017. Kelimpahan Plankton di Waduk Cirata Provinsi


Jawa Barat. Jurnal Akuatik Indonesia,Vol 2 No.2, pp: 102- 108.

Kusumaningtyas, M.A., Bramawanto, R., Daulat, A., dan Pranowo, W.S. 2014.
Kualitas perairan Natuna pada musim transisi. Depik. 3(1), 10-20.

Koniyo, Y. 2020. Analisis Kualitas Air pada Lokasi Budidaya Ikan Air Tawar di
Kecamatan Suwawa Tengah. JTech. 8(1):52–58.

Raharjo, E. I., Farida., Sukmayani. 2016 Analisis Kesesuaian Perairan di Sungai


Sambas Kecamatan Sebawi Kabupaten Sambas Untuk Usaha Budidaya
Perikanan. Jurnal Ruaya. 4(2):21-27

Rumondang.R., dan Paujiah, E. 2020. Kondisi Plankton Pada Tambak Ikan


Kerapu di Desa Mesjid Lama Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara,
Sumatera Utara. Depik Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan
Perikanan, Vol.9 No.1: 107-118.
Selanno, D. A. J., N. C. Tuhumury, F. M. Handoyo 2016. Status Kualitas Air
Perikanan Keramba Jaring Apung dalam Pengelolaan Sumber Daya
Perikanan di Teluk Ambon Bagian Dalam. Jurnal Triton. Vol.12 No.1:
42–60

Syarifa. W.I. 2018. Analisis Karbondioksida di Sungai Ampanen Lombok.


Journal Pijar MIPA, Vol. 13 No.2: 167-170.
8
9

LAMPIRAN
8
13
9

Lampiran 1. Tempat Praktikum

Waduk Fakultas Perikanan dan Kelautan UNRI


14
8

Lampiran 2. Bahan dan Alat Praktikum

Botol BOD Gelas ukur Erlenmeyer

Suntikan Secchi disc Pipet tetes

Termometer raksa Amilum Na2CO3

NaOH KI Indikator PP MnSO4

Air sampel Na2S2O3 H2SO4


8

Anda mungkin juga menyukai