Aca Revisi Isi Laprak 1
Aca Revisi Isi Laprak 1
I. PENDAHULUAN
2.4.2. Suhu
Adapun prosedur pengukuran suhu adalah persiapan alat pengukur suhu
yang sudah terikat pada bagian pangkal thermometer (bukan ujung air raksa)
terlebih dahulu, yakni thermometer raksa lalu ditentukan lokasi air yang akan
diukur suhunya. Setelah lokasi pengukuran didapatkan, thermometer dimasukkan
ke dalam air dengan cara dicelupkan thermometer ke dalam perairan kemudian
thermometer tersebut digantung pada permukaan perairan beberapa menit. Setelah
thermometer menunjukkan angka yang konstan lalu dicatat.
2.4.3. Oksigen Terlarut (DO)
Adapun prosedur pengukuran oksigen terlarut adalah bahan dan alat yang
akan digunakan disiapkan seperti, MnSO4, NaOH+KI, H2SO4, amilum, Na-
thiosulfat, tabung erlenmeyer, botol BOD (botol Winkler), dan suntik/pipet tetes.
Kemudian lokasi pengambilan air sampel ditentukan. Setelah itu air sampel
diambil menggunakan botol BOD (tidak boleh bubling). Selanjutnya,
ditambahkan 1 ml larutan MnSO4 dan 1 ml NaOH+KI hingga terbentuk endapan
coklat, lalu ditambahkan larutan H2SO4 sebanyak 1 ml hingga endapan hilang dan
berubah menjadi warna kuning. Lalu larutan dipindahkan ke dalam erlenmeyer
sebanyak 50 ml. Selanjutnya dititrasi dengan Na thiosulfat (Na2S2O3 5H2O) 0,025
N hingga berubah menjadi kuning pucat. Kemudian ditambahkan 3 tetes amilum
hingga terbentuk warna biru. Lalu dititrasi kembali dengan Na thiosulfat
6
(Na2S2O3 5H2O) sampai warna biru hilang. Selanjutnya oksigen terlarut dihitung
dengan rumus:
A X B X 8000
DO (mg/L) = D−E
CX( )
D
Keterangan:
A : ml titran yang
B : N Na-thiosulfat Na2S2O3 5H2O0,025
C : ml sampel yang digunakan
D : volume botol BODyang digunakan
E : ml reagen yang digunakan (MnSO4, NaOH+KI, H2SO4 pekat)
2.4.5. Alkalinitas
Peralatan dan bahan disiapkan seperti botol gelas atau botol polyetolen
300 ml, pipet tetes, erlenmeyer, larutan H2SO4 0,02 N, dan indikator PP. Air
sampel diambil menggunakan botol gelas atau botol polyetolen 300 ml diisi
penuh dan ditutup rapat. Lalu dipindahkan sebanyak 50 ml ke Erlenmeyer dan
ditambahkan 3 tetes indicator PP hingga terbentuk warna pink. Selanjutnya,
dititrasi dengan H2SO4 sebanyak 1 ml hingga berubah menjadi tidak bewarna.
Dicatat volume titran yang digunakan dan dihitung menggunakan rumus:
100
A X N titran X X 1000
2
Alkalinitas pp(karbonat) = ml sampel
9
3.3. Pembahasan
Adapun pembahasan yag diperoleh pada praktium analisis nitrat-fosfat dapat
dilihat sebagai berikut.
8
3.3.1. Kecerahan
Pada praktikum pengukuran kecerahan hasil yang didapatkan bahwa
kecerahan air di waduk yaitu 100,5 cm sehingga dapat disimpulkan bahwa
transparasi air di waduk bernilai baik karena kecerahaannya diatas 20 cm
berdasarkan perbandingan baku mutu kualitas perairan .
Kecerahan adalah ukuran transparansi perairan yang diamati secara visual
dengan alat bantu yang disebut secchi disc. Tingkat kecerahan dan kekeruhan air
sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan patin zat atau material terlarut
(tersuspensi) seperti lumpur, senyawa, dan anorganik, plankton dan
mikroorganisme diduga kuat sebagai penyebab kekeruhan air (Koniyo, 2020).
3.3.2. Suhu
Pada praktikum pengukuran suhu diperoleh suhu perairan di waduk adalah
30°C, dimana kondisi suhu ini masih tergolong baik bagi perairan sesuai baku
mutu kualitas perairan sebesar 25-30°C.
Suhu merupakan parameter fisika yang berperan mengendalikan kondisi
ekologi perairan. Perubahan suhu umumnya mempengaruhi proses fisik, kimia,
dan biologi kolom air (Selanno, 2016). Suhu air juga menjadi salah satu faktor
penting yang dapat memengaruhi sintasan organisme air (Ayuniar, 2018).
3.3.3. Karbondioksida bebas (CO2)
Pada praktikum pengukuran karbondioksida bebas data yang didapatkan
adalah 19,976 mg/L dimana konsentrasi karbondioksida bebas pada lokasi
praktikum ini tergolong baik karena tidak lebih dari 25 mg/L dan tidak kurang
dari 10 mg/L.
Karbondioksida (CO2) mempunyai peranan yang sangat besar bagi
kehidupan organisme air. Senyawa tersebut dapat membantu dalam proses
dekomposisi atau perombakan bahan organik oleh bakteri. Namun jika dalam
keadaan yang berlebihan dapat mengganggu bahkan menjadi racun bagi beberapa
jenis ikan (Syarifa, 2018).
3.3.4. Oksigen Terlarut (DO)
Pada pengukuran oksigen terlarut (DO) hasil yanng didapatkan adalah
2,0618 mg/l. Oksigen terlarut atau Dissolved Oksigen (DO) merupakan suatu
faktor yang sangat penting bagi ekosistem perairan, terutama untuk proses
9
respirasi bagi organisme perairan, ), semakin banyak bahan organik yang ada di
dalam air, semakin sedikit kandungan oksigen terlarut di dalam perairan.
(Raharjo, 2016).
3.3.5. Alkalinitas
Pada pengukuran alkalinitas hasil yanng didapatkan adalah 20 mg
CaCO3/L. Alkalinitas berkaitan erat dengan pH apabila nilai alkalinitas tinggi
maka nilai pH akan semakin tinggi. Nilai alkalinitas akan semakin berkurang
apabila adanya masukan zat yang bersifat asam misalkan dari daratan melalui
aliran sungai (Indra Budi et al., 2017).
8
9
4.1. Kesimpulan
Setelah dilaksanakan praktikum analisis parameter fisika dan kimia air
didapatkan hasil dari pengukuran yang meliputi kecerahan 100,5 cm, suhu 30°C,
karbondioksida bebas 19,976 mg/L, oksigen terlarut 2,0618 mg/L, dan alkalinitas
20 mg CaCO3/L. Kualitas perairan di waduk masih bernilai baik berdasarkan
pengukuran parameter fisika dan kimia yang telah dilakukan.
4.2. Saran
Demi menjaga kualitas air di Waduk Fakultas Perikanan dan Kelautan
UNRI, diharapkan kepada semua pihak agar bertanggung jawab dan tidak
mencemari air yang ada di waduk tesebut.
8
9
DAFTAR PUSTAKA
Ayuniar, L. N., J. W. Hidayat. 2018. Analisis Kualitas Fisika dan Kimia Air di
Kawasan Budidaya Perikanan Kabupaten Majalengka. Jurnal
EnviScience. Vol.2 No.2: 68-74.
Hamuna, Rosye H.R. Tanjung, Suwito, Hendra K. Maury, Alianto, .2018 Kajian
Kualitas Air Laut dan Indeks Pencemaran Berdasarkan Parameter
Fisika- Kimia Di Perairan Distrik Depapre. Skripsi. Program Studi Ilmu
Lingkungan Sekolah Pascasarjana, Universitas Diponegoro.
Indra, B. P. (2017). Pengukuran Sistem CO2 Sebagai Data Dasar Penentuan Fluks
karbon di Perairan Jepara . Buletin Oseanografi Marina Vol.6 No 1 , 9-
16.
Kusumaningtyas, M.A., Bramawanto, R., Daulat, A., dan Pranowo, W.S. 2014.
Kualitas perairan Natuna pada musim transisi. Depik. 3(1), 10-20.
Koniyo, Y. 2020. Analisis Kualitas Air pada Lokasi Budidaya Ikan Air Tawar di
Kecamatan Suwawa Tengah. JTech. 8(1):52–58.
LAMPIRAN
8
13
9