Anda di halaman 1dari 5

TUGAS STANDAR AKUNTANSI

LAPORAN KEUANGAN
“Analisis Laporan Keungan secara Fundamental”

Oleh :

NAMA : RISMUNANDAR AL AMIN

PRODI : MANAJEMEN

NIM : 20170202014

SEMESTER 6
STIE KASIH BANGSA

Jl. Dr. Kasih No. 1 Kebon Jeruk Jakarta Barat

2020

1
Analisis Laporan Keuangan secara Fundamental dan
Interpretasinnya
Ada 6 Rasio Keuangan penting dalam menganalisa fundamental saham yang sering
digunakan para analisis fundamental dalam memilih saham :
1. EPS (Earning Per Share)
Yang artinya adalah laba bersih per lembar saham. Bila EPS bernilai RP.100, artinya
setiap lembar saham menghasilkan laba sebesar RP.100. EPS yang menanjak atau
bertumbuh dari waktu ke waktu (trendpositif) menunjukkan perusahaan bertumbuh
dengan baik. Kemungkinan besar penjualan dan laba nya naik.
Cara menghitung EPS yaitu :

EPS = Laba Bersih : Jumlah Lembar Saham


= 1,55

2
2. PER (Price to Earning Ratio)
Yaitu rasio yang menggambarkan keuntungan sebuah perusahaan dibandingkan harga
sahamnya. PER juga merupakan lama waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan
modal yang dipakai untuk membeli saham. Misalnya, saham seharga Rp.100 dengan
EPS 20 per tahun, artinya saham tersebut memiliki PER sebesar : Rp.100 : Rp.20 =
5x.
Artinya jika laba perusahaan tidak bertumbuh atau menyusut, alias tetap Rp.20 per
tahun, kita membutuhkan waktu 5 tahun untuk kembali modal.
Cara menghitung PER yaitu :

PER = Harga Saham : Laba bersih per lembar saham (EPS)

3. PBV (Price to Book Value)


Yaitu rasio yang menggambarkan seberapa besar pasar menilai harga sebuah
perusahaan dibandingkan kekayaan bersihnya. Misalkan PBV sebesar 2x, artinya
harga saham sudah tumbuh sebesar dua kali lipat dibandingkan kekayaan bersih suatu
perusahaan. Umumnya investor disarankan untuk mencari saham dengan PBV yang
lebih rendah daripada rata-rata PBV industri. PBV yang tinggi bisa jadi disebabkan
oleh harga pasar yang sudah terlampau tinggi. PBV rendah sering dijadikan indicator
mencari saham yang murah atau Undervalued. Cara menghitung PBV yaitu :

PBV = Harga Saham : Nilai buku per lembar saham (BV)

3
4. ROE (Return of Equity)
Yaitu Rasio perolehan laba bersih yang dibukukan perusahaan dibandingkan dengan
total kekayaan bersih yang dimiliki oleh perusahaan. Misalnya ROE sebesar 10%
berarti setiap Rp.100 kekayaan bersih perusahaan yang ditanamkan oleh pemodal
dapat memberikan kontribusi laba bersih sebesar Rp.10. ROE merupakan indicator
seberapa efisien sebuah perusahaan dijalankan.
Cara menghitung ROE yaitu :

ROE = Laba bersih : Kekayaan bersih

5. DY (Dividend Yield)
Yaitu rasio yang menggambarkan seberapa besar pembagian dividen yang dibagikan
perusahaan terhadap harga sahamnya di pasar. Misalnya, jika suatu perusahaan
membagikan dividen per lembar saham sebesar Rp.100, dan harga saham saat ini
sebesar Rp.1000, maka deviden yield nya adalah sebesar 10%. Carilah saham yang
memiliki deviden yield yang cukup besar karena hal ini mengindikasikan bahwa
perusahaan memiliki kestabilan laba bersih. Disarankan dividen yield minimal sebesar
3%.
Cara menghitung DY yaitu :

DY = Deviden per lembar saham : harga saham

6. DER (Debt to Equity Ratio)


Yaitu rasio jumlah utang dan kewajiban yang dimiliki perusahaan dibandingkan
dengan modal bersihnya. Bila DER > 1, maka menunjukkan bahwa perusahaan
memiliki hutang lebih sedikit dibandingkan modal bersihnya, sedangkan bila DER
<1, maka perusahaan memiliki risiko keuangan yang besar. Secara umum, investor
disarankan untuk mencari saham yang memiliki DER tidak lebih dari 1.
Cara menghitung DER yaitu :

DER = Total kewajiban (hutang) : kekayaan bersih (modal sendiri)

4
5

Anda mungkin juga menyukai