Anda di halaman 1dari 40

UJI PERFORMA KULIT KERANG ANADARA (ANADARA

GRANOSA) SEBAGAI AGEN PENAIK pH KOLAM IKAN LELE

Oleh:
Allina Raudana Finnajah (1312357800242102)
Hedda Navisah Putri (1312357800242107)

MADRASAH ALIYAH ALIF LAAM MIIM SURABAYA


DESEMBER 2022
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING KARYA TULIS ILMIAH

Laporan karya tulis ilmiah oleh Allina Raudana Finnajah dan Hedda Navisah Putri
berjudul “Uji Performa Kulit Kerang Anadara (Anadara Granosa) Sebagai Agen
Penaik pH Kolam Ikan Lele” ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji.

Surabaya, 05 Desember 2022

Pembimbing 1

Nur Millaty Abadiah, M.Si

Pembimbing 2

Nur Millaty Abadiah, M.Si

i
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KARYA TULIS ILMIAH

ii
PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN KARYA TULIS ILMIAH

Kami/saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Allina Raudana Finnajah
NIS : 1312357800242102
Nama : Hedda Navisah Putri
NIS : 1312357800242107
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan karya tulis ilmiah yang kami/saya
tulis ini benar-benar tulisan kami/saya, dan bukan merupakan hasil plagiasi/fabrikasi
baik sebagian atau seluruhnya.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa laporan karya tulis
ilmiah ini hasil plagiasi, baik sebagian atau seluruhnya, maka saya bersedia menerima
sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Surabaya, 05 Desember 2022


Yang membuat pernyataan

Allina Raudana Finnajah

Hedda Navisah Putri

iii
ABSTRAK

Finnajah, Allina Raudana dan Putri, Hedda Navisah. 2022. Uji performa kulit kerang
anadara (Anadara granosa) sebagai agen penaik pH kolam ikan lele.
Madrasah Aliyah Alif Laam Miim Surabaya. Pembimbing: Nur Milaty
Abadiah, M.Si

Budidaya ikan lele sebagai satu usaha komersial di Indonesia dengan nilai
ekonomis tinggi memiliki beberapa tantanganm di antaranya pengontrolan pH kolam.
Air hujan, perubahan temperatur dan cuaca, serta sekresi ikan lele mempengaruhi
kandungan amoniak dan level pH pada air kolam. Pada penelitian ini, dilaporkan
alternatif pengontrolan pH menggunakan kulit kerang Anadara (Anadara granosa).
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan dosis penaik pH kapur
dolomit sebagai variabel kontrol, dan 4 variasi dosis kulit kerang Anadara yang diuji
performanya terhadap air kolam ikan lele dengan pH awal 5,6.

Hasil penelitian yang diperoleh berupa pengukuran pH untuk tiap variasi dosis
dan grafik ekstrapolasi kenaikan pH terhadap waktu. Kesimpulan dari hasil penelitian
ini adalah pertama, performa kulit kerang Anadara mampu menaikkan pH kolam ikan
lele dengan lebih baik pada dosis yang sama dengan dosis kapur dolomit. Kedua,
dosis kerang Anadara yang dianjurkan adalah 6 kg/m3.

Kata Kunci : Kulit Kerang Anadara (Anadara granosa), Kapur Dolomit


[CaMg(CO3)2], Penaik pH, Kolam Ikan Lele

iv
KATA PENGANTAR

Bismillahhirrahmaanirrahim, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah


SWT, yang mana hanya atas limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan karya tulis ilmiah “Uji Performa Kulit Kerang Anadara
(Anadara Granosa) Sebagai Agen Penaik pH Kolam Ikan Lele” dengan sebaik-
baiknya. Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan mata pelajaran KTI kelas
XI tahun ajaran 2022-2023.
Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-
pihak yang telah memberikan kontribusi, yakni:
1. Kedua orang tua, Bapak Ahmad Susilo Widodo dan Ibu Fatmawati atas kasih
sayang, doa, dan motivasi yang diberikan kepada penulis sampai akhir.
2. Kedua orang tua, Bapak Sudarmo dan Ibu Eliana atas kasih sayang, doa, dan
motivasi yang diberikan kepada penulis sampai akhir.
3. Ustadzah Nur Millaty Abadiah, selaku pembimbing I dan II yang telah banyak
memberikan bimbingan, arahan, kritik, saran dan motivasi kepada penulis.
4. Ustadz Ahmad Sarip Saputra, S.Pd, M.Ag. selaku Kepala MA Alif Laam
Miim Surabaya.
5. Semua teman-teman kelas XI MA Alif Laam Miim Surabaya 2022 yang telah
membantu dan mendukung penulis selama proses penelitian dan penulisan
proposal ini.
Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga
proposal penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan peneliti
selanjutnya.
Surabaya, 05 Desember 2022

Allina Raudana Finnajah

v
Hedda Navisah Putri

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING KARYA TULIS ILMIAH.....................i

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KARYA TULIS ILMIAH............................ii

PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN KARYA TULIS ILMIAH.......................iii

ABSTRAK...................................................................................................................iv

KATA PENGANTAR...................................................................................................v

DAFTAR ISI...............................................................................................................vii

DAFTAR TABEL........................................................................................................ix

DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................11

1.1. Latar Belakang 11

1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................12

1. Bagaimana perbandingan performa kerang Anadara (Anadara granosa)


dengan kapur dolomit sebagai agen penaik pH pada kolam ikan lele?...................12

1.3. Tujuan Penelitian..........................................................................................13

1.4. Manfaat Penelitian........................................................................................13

BAB II KAJIAN PUSTAKA...................................................................................14

2.1. Budidaya Ikan Lele.......................................................................................14

2.2. Potential Hydrogen (pH)..............................................................................14

2.3. Kapur Dolomit 16

2.4. Kerang Anadara (Anadara granosa)............................................................17

2.5. Penelitian Terdahulu.....................................................................................19


BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................21

3.1. Metode Penelitian.........................................................................................21

3.2. Variabel Penelitian (atau Subjek Penelitian)................................................21

3.3. Alat dan Bahan 21

3.4. Prosedur Penelitian.......................................................................................21

3.5. Analisis Data 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................24

4.1. Paparan data 24

4.2. Pembahasan 26

BAB V PENUTUP...................................................................................................29

5.1. Kesimpulan .............................................................................................29

5.2. Saran 29 .................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................30

LAMPIRAN I..............................................................................................................33
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Hasil pengukuran pH sampel A, B, C, D, E..........................................24


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kadar pH air.......................................................................................15


Gambar 2.2. Penampang Melintang Cangkang dan Mantel Kerang Darah.......18
Gambar 3.1. Sampel Penelitian; Baskom A-E berisikan air kolam sebanyak 5
liter..............................................................................................................................22
Gambar 3.2.4.Diagram Alir Penelitian....................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Budidaya ikan lele adalah salah satu usaha komersial di Indonesia yang
memiliki nilai ekonomis tinggi baik dalam bentuk segar maupun olahan
(Rahmi, 2020). Namun, dalam pembudidayaan tersebut peternak ikan lele juga
menjumpai beberapa permasalahan, salah satunya dalam mengontrol kualitas
air kolam agar benih ikan lele dapat bertahan hidup hingga layak panen
(Sukarni dkk., 2020). oleh petani ikan lele yaitu pada saat musim hujan, petani
ikan lele kesulitan menghalau air hujan agar tidak mengenai kolam budidaya
ikan lele. Nyatanya, ikan lele merupakan ikan yang rentan terhadap perubahan
cuaca. Boleh jadi karena suara berisik yang ditimbulkan oleh riak air hujan atau
perubahan pH (potential Hydrogen) air akibat air hujan.
perairan air kolam budidaya ikan lele umumnya mempunyai kandungan
ph berkisar 6 – 9 dan suhu 26℃-30℃ (imaduddin dan saprizal, 2017) menurut
(trisnawati et al., 2014), ph yang baik untuk budidaya ikan lele berkisar antara
6,5 sampai 8,5. ph yang tinggi atau di atas 8,5 dapat menyebabkan
meningkatnya kandungan racun pada perairan, namun jika ph rendah atau di
bawah 6,5 dapat menghambat laju pertambahan ikan lele. terlebih lagi, hasil
sekresi dan pertumbuhan lumut di ekosistem kolam juga turut berkontribusi
dalam menurunkan ph kolam.
Salah satu solusi untuk permasalahan pH kolam ikan lele adalah dengan
menggunakan kapur dolomit. Kapur dolomit [CaMg(CO3)2] merupakan
material kapur yang biasa digunakan dalam pertanian untuk mengurangi
kemasaman tanah serta menambahkan unsur kalsium sebagai unsur hara pada
tanaman. Selain itu, pada kapur dolomit terdapat unsur magnesium sebagai
unsur utama yang diberikan pada tanah yang miskin magnesium (Subandi,
2015). Menurut Wurts (2013), kalsium dan magnesium berperan penting untuk
12

fisiologi organisme akuatik. Kapur dolomit dapat diberikan berdampingan


dengan aplikasi probiotik (“Budidaya Ikan Lele Menggunakan Sistem
BIOFLOC,” n.d.), namun juga dapat digunakan sendiri pada kolam rawa
(Umari, 2017).
Selain dengan menggunakan pengapuran oleh kapur dolomit, penaikan
pH kolam budidaya ikan lele dapat dilakukan dengan menggunakan bahan kulit
kerang. Salah satunya agen penaik pH alternatif yang mudah ditemui dan murah
untuk diperoleh adalah kerang Anadara (Anadara granosa) yang kaya akan
asam amino esensial seperti arginin, leusin, dan lisin, serta kalsium (Surest et
al., 2012). Berdasarkan data ekspor hasil perikanan Indonesia pada tahun 2008
dan 2009, untuk komoditas kulit kerang dihasilkan sekitar 3,208 ton dan 2,752
ton (Widiharjo and Dudi, 2008). Berkaitan dengan ketentuan CCRF (Code of
Conduct for Responsible Fisheries), usaha pengolahan hasil perikanan harus
dilakukan lebih optimal dan ramah lingkungan. Pemanfaatan limbah padat
kerang Anadara belum dilakukan secara optimal, tercatat hanya 20% dari
limbah cangkang kerang yang diproduksi sebagai pakan, kerajinan, dan produk
lain.
Sifat kulit kerang yang cenderung basa secara teoritis akan dapat bekerja
baik dalam mengelola air dari bahan yang bersifat asam (Surest et al., 2012).
Hanya saja, penelitian yang meninjau ketentuan dan performa kulit kerang
Anadara (Anadara granosa) sebagai agen penaik pH dijumpai. Oleh karena itu,
penelitian uji performa kulit kerang Anadara sebagai agen penaik pH kolam
ikan lele menjadi penting untuk dilakukan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana perbandingan performa kerang Anadara (Anadara granosa) dengan
kapur dolomit sebagai agen penaik pH pada kolam ikan lele?
2. Berapakah dosis perlakuan penaikan pH untuk kerang Anadara (Anadara
granosa)?
13

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui perbandingan performa kerang Anadara (Anadara granosa)


dengan kapur dolomit sebagai agen penaik pH pada kolam ikan lele.
2. Mengetahui dosis perlakuan penaikan pH untuk kerang Anadara (Anadara
granosa)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti
a) Menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti
b) Meningkatkan kreativitas peneiti
c) Melatih berpikir dan bersikap ilmiah

2. Bagi Masyarakat

a) Menambah wawasan masyarakat terutama bagi peternak lele jika ingin


menaikkan pH air kolam budidaya ikan lele
b) Sebagai referensi ilmiah bagi masyarakat yang berminat untuk membuka
bisnis ikan lele
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Budidaya Ikan Lele


Salah satu komoditas perikanan yang sangat prospektif untuk dibudidayakan
dalam skala industri dan rumah tangga adalah ikan lele (Clarias sp.) (jatnika et al, 2014).
Budidaya ikan lele pun sebagai rantai awal dalam bisnis lele mempunyai peluang yang
cukup besar untuk mendukung pemerintah dalam program membuka lapangan kerja dan
meningkatkan penghasilan masyarakat (S. Rachmatun, 2007). Dilansir dari TaniFund
“Cara Budidaya Ikan Lele untuk Pemula & Lengkap,” budidaya ikan lele memiliki
berbagai keuntungan serta kemudahan sehingga dapat dilakukan hampir oleh seluruh
lapisan masyarakat, termasuk untuk pemula sekalipun. Oleh karena itu, kebutuhan benih
ikan lele pun mengalami peningkatan. Kebutuhan benih ikan lele mengalami peningkatan
pesat yaitu dari 156 juta ekor pada tahun 1999 menjadi 360 juta ekor pada tahun 2003
atau meningkat rataan 46%/tahun. Kebutuhan ikan lele diperkirakan mencapai 1,95 miliar
ekor pada akhir 2009 (Mahyudin, 2008).
Dalam melakukan budidaya ikan lele, perlu memerhatikan beberapa hal. Budidaya
ikan lele dengan memanfaatkan lahan pekarangan rumah, sumber air dapat menggunakan
aliran irigasi atau air sumur (air permukaan atau sumur dalam). Serta parameter kualitas
air juga perlu diperhatikan. Parameter kualitas air yang baik untuk pemeliharaan ikan lele
sangkuriang adalah sebagai berikut : suhu air yang ideal untuk pertumbuhan lele berkisar
antara 22-23℃. Suhu air akan mempengaruhi laju pertumbuhan., laju metabolisme ikan
dan nafsu makan ikan serta kelarutan oksigen dalam air dan pH air yang ideal berkisar
antara 6-9 (Widiutomo, 2014).

2.2. Potential Hydrogen (pH)


Tingkat asam atau basa pada umumya dinyatakan dengan nilai pH dan dapat
dinyatakan dengan pH meter (Bleam, 2016). Menurut Nursaiful pengertian pH (potential
15

Hydrogen) sebenarnya sebuah ukuran tingkat asam (acidity) atau basa (alkalinity) dari air
tersebut. Bila pH < 7 larutan bersifat asam, pH > 7 larutan bersifat basa dan pH = 7
larutan bersifat netral (Ihsanto and Hidayat, 2014). Dilansir dari “Situs Siswa Hujan
Asam: Skala PH”, hujan yang bersih dan normal memiliki nilai pH antara 5,0 dan 5,5yang
sedikit asam. Namun, ketika air hujan bercampur dengan sulfur dioksida atau nitrogen
oksida yang dihasilkan dari pembangkit listrik dan polutan mobil, air hujan menjadi jauh
lebih asam. Normalnya hujan asam memiliki nilai pH 4,0. Penurunan nilai pH dari 5,0
menjadi 4,0 berarti keasamanya 10 kali lebih besar. Menurut Russo (2017), variasi alam
dan polutan manusia dapat menyebabkan hujan menjadi lebih asam. Tergantung pada
wilayah, musim dan keberadaan polutan, pH hujan dapat turun hingga serendah 2,0
(keasaman cuka). Kadar pH air lebih lengkap disajikan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Kadar pH air


Berdasarkan paparan sebelumnya, pH ideal untuk ikan lele yaitu kisaran 6-9
sedangkan air hujan memiliki pH yang cukup asam sekitar <5,6. Sehingga jika terjadi
curah hujan yang cukup tinggi, air kolam ikan lele akan mengalami penurunan pH
sehingga tidak menutup kemungkinan ikan menjadi mati. Untuk menanggulangi hal
tersebut, ada beberapa cara untuk menaikkan pH secara alami. Diantaranya kita dapat
memanfaatkan kapur dolomit [CaMg(CO3)2] dan kerang anadara (Anadara granosa).
Berdasarkan jurnal penelitian milik Kurniasih et al (2019), pemberian kapur
dolomit memberikan pengaruh terhadap kualitas tanah dan air pada pemeliharaan ikan
patin siam. Data kualitas air terbaik pada pemberian kapur dolomit dengan dosis 0,9 kg.m-
16

2
setara dengan CaCO3 sudah dapat meningkatkan pH air maksimal 7,7 hingga hari ke 25.
Dan jurnal penelitian milik Surest et al (2012) menyimpulkan bahwa semakin besar
dosis penambahan kalsit, semakin besar kemampuan untuk menaikan pH. pH yang
dihasilkan 4,34-8,02 dengan dosis (75- 120) mg. Penambahan dosis kalsit menyebabkan
nilai konduktivitas meningkat walaupun peningkatan konduktivitasnya tidak terlalu
signifikan. Dan dalam penelitianya didapatkan hasil yang lebih baik jika air rawa
langsung diberi perlakuan (treatment) karena tidak mengubah kandungan yang terdapat
pada air rawa. Dari dua penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa aspek yang perlu
diperhatikan dalam memberi agen penaik pH yaitu dosis banyaknya kapur dolomit dan
kulit kerang dan durasi lamanya pemberian.

2.3. Kapur Dolomit


Dolomit adalah suatu mineral karbonat anhidrat yang terbentuk dari kalsium
magnesium karbonat, idealnya adalah CaMg(CO3)2. Dolomit berasal dari batu kapur
dolimitik dengan rumus [CaMg(CO3)2]. Dolomit mengandung MgO 18-24%, CaO 30%,
dan air 0,19% (Kartono, 2010). Pupuk dolomit sebenarnya tergolong mineral primer yang
mengandung unsur Ca dan Mg. Pupuk ini sebenarnya banyak digunakan sebagai bahan
pengapur pada tanah-tanah masam untuk menaikkan pH tanah (Hasibuan et al., 1989).
Dolomit berfungsi untuk menetralkan pH tanah, meningkatkan pertumbuhan akar,
memperbaiki struktur tanah dan mematikan beberapa jenis jamur atau bakteri pada tanah,
sehingga akan meningkatkan kesuburan tanah (Kartono, 2010). Umumnya bahan kapur
untuk pertanian adalah berupa kalsium karbonat (CaCO 3), beberapa berupa kalsium
magnesium karbonat [CaMg(CO3)2]., dan hanya sedikit yang berupa CaO atau Ca(OH) 2.
Dua bahan utama yang lebih dikenal ialah kalsium karbonat (CaCO 3), dan dolomit
[CaMg(CO3)2]. (Naibaho, 2003)
Kapur Dolomit memiliki beberapa sifat. Mineral dolomit mengkristal dalam sistem
trigonal rombehedral ia membentuk kristal putih, cokelat, abu – abu, atau merah muda.
Dolomit adalah karbonat ganda memiliki susunan struktural magnesium dan calsium yang
17

berseling – seling. Dolomit tidak cepat larut berevervesen (mendesis) dalam asam klorida
encer seperti kalsit.
Penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih dkk. (2019) melaporkan bahwa
penggunaan kapur dolomit memberikan kualitas air yang baik dengan pH maksimal 7,7;
terutama pada dosis 0,9 kg.m-2. Penelitian yang sama dilakukan oleh (Rahmi, 2020) yang
menggunakan Ikan Baung (Hemibagrus nemurus) dengan teknologi bioflok berpengaruh
nyata terhadap kualitas air. Hasil terbaik terdapat pada perlakuan P 3 kapur dolomit 200
gr/m3 menjadi 8 g.

2.4. Kerang Anadara (Anadara granosa)


Kerang darah merupakan salah satu hewan dalam golongan molluska termasuk
dalam kelas bivalvia ataua pelecypoda. Moluska dibagi menjadi lima kelas diantaranya
cepHalopoda, bivalvia, gastropoda, scapHopoda dan ampHineura. Kerang mempunyai
dua cangkang keras yang berguna sebagai pelindung tubuh dari musuh. Habitat utama
kerang didaerah pantai dengan pasir berlumpur dengan kedalaman kurang lebih 4-6 meter
dan perairan relatif tenang. Pada umumnya kerang hidup berkelompok dan lebih suka
menenggelamkan tubuhnya di dalam lumpur (WWF-Indonesia, 2015).
Kerang darah dengan nama ilmiah Anadara granosa merupakan salah satu jenis
kerang yang banyak ditemukan dikawasan Asia Tenggara dan Asia Timur (Masindi and
Herdyastuti, 2017). Selain itu, Kerang darah (Anadara granosa) adalah spesies kerang
yang dapat hidup di daerah pantai berpasir atau tanah berlumpur. Hewan ini juga dapat
hidup di laut terutama daerah litorial atau hidup di daerah dasar peraiaran yang berpasir
(Ahmad, 2017). Kerang darah atau dikenal sebagai cockle ini merupakan kelompok yang
mempunyai belahan cangkang melekat satu sama lain pada batas cangkang (Anggraeni,
2016). Kerang ini dapat menghasilkan cairan merah yang berisi hemoglobin (Masindi dan
Herdyastuti, 2017). Kerang darah memiliki pigmen darah merah atau haemoglobin yang
disebut bloody cockles, sehingga kerang ini dapat hidup pada kondisi kadar oksigen yang
18

relatif rendah (Anggraeni, 2016). Anadara granosa juga banyak dimanfaatkan sebagai
makanan pengganti lauk di Indonesia (Bahri et al., 2015)
Cangkang kerang darah tumbuh dari bagian hinge (umbo) yang merupakan bagian
tertua dari cangkang (Ekawati, 2010). Disekitar bagian umbo terdapat garis interval
pertumbuhan dan sel-sel epitel bagian luar dari mantel menghasilkan zat pembuat
cangkang. Menurut Anggraeni (2016) cangkang kerang darah terdiri dari 3 lapisan yaitu
periostrakum, prismatic dan nakreas:
a. Periostrakum merupakan lapisan pada bagian terluar yang terbuat dari bahan
organic konkiolin, sering tidak ada pada bagian umbo;
b. Prismatik merupakan lapisan pada bagian tengah yang terbuat dari kalsium
karbonat;
c. Nakreas merupakan lapisan pada bagian dalam yang terbuat dari kristalkristal
kalsium karbonat. Lapisan nakreas dihasilkan oleh seluruh permukaan mantel,
sedangkan lapisan periostrakum dari lapisan prismatik dihasilkan oleh bagian
tepi mantel (Anggraeni, 2016).

Gambar 2.2. Penampang Melintang Cangkang dan Mantel Kerang Darah


19

Cangkang kerang darah mengandung beberapa senyawa kimia penting yang dapat
digunakan oleh manusia. Cangkang kerang darah memiliki senyawa kimia seperti kitin,
kalsium karbonat, kalsium hidrosiapatit dan kalsium fosfat (Masindi dan Herdyastuti,
2017). Kerang darah mengandung sebagian besar mineral yaitu kalsium yang dapat
digunakan untuk mensintesis hidroksiapatit. Senyawa hidroksiapatit diperoleh dari hasil
sintesis kalsium dan fosfat. Kandungan kalsium pada cangkang kerang darah sebesar
28,85% (Anggraeni, 2016).
Menurut Ahmad, 2017 mengatakan bahwa limbah cangkang kerang mengandung
kalsium karbonat yang tinggi yakni sebesar 98% yang berpotensi untuk dimanfaatkan.
Hasil penelitian yang dilakukan Anggraeni (2016) menyatakan bahwa pada cangkang
kerang darah mengandung kalsium karbonat sebesar 98,99 %. Umumnya kalsium
karbonat (CaCO3) sering digunakan dalam produk pasta gigi berfungsi sebagai bahan
abrasif digunakan untuk membantu menambah kekentalan dalam pasta gigi. Oleh karena
itu, kalsium karbonat yang terkandung pada cangkang kerang dilakukan isolasi kalsium
oksida (CaO) dan kemudian senyawa ini dapat diolah lebih lanjut menjadi hidroksiapatit
(Ca10(PO4)6(OH)2) sehingga bahan ini merupakan salah satu bahan aktif yang dapat
ditambahkan pada produk pasta gigi.

2.5. Penelitian Terdahulu


2.5.1 Kombinasi Media Filter Cangkang Kerang (Anadara Granosa) Zeolit Kerikil
dan Resin Anion Resin Kation untuk Menurunkan BOD, COD, pH,
Kekeruhan, dan Salinitas Pada Air Laut
Penelitian oleh Pungut dkk, dari Universitas PGRI Adi Buana Surabaya tahun
2022 ini menyimpulkan bahwa hasil analisis data nilai pH secara umum
menunjukkan adanya peningkatan dan dapat menstabilkan pH dengan nilai 6,72 –
7,52. Di dalam penelitian ini cangkang kerang anadara dijadikan sebagai media
proses filtrasi untuk objek berupa air laut (Pungut dkk, 2022). Perbedaan dari
penelitian ini dengan penelitian dalam laporan ini terletak pada objek dan metode.
20

Jika penelitian Pungut menjadikan air laut sebagai objek dan menggunakan
metode filtrasi, sedangkan penelitian ini menyorot ke arah lebih spesifik yaitu air
kolam lele sebagai objek utama.

2.5.2 Pengaruh Penambahan Massa Cangkang Kerang Darah (Anadara granosa)


Teraktivasi pada Peningkatan Kualitas Air Sumur Bor
Penelitian Rahimawati dari Universitas Tanjungpura tahun 2019 ini
memberikan kesimpulan bahwa perlakuan terhadap air sumur bor yang memiliki
parameter kontrol (tidak teraktivasi) dengan pH 4,13 yang diberi variasi massa 2
gram, 4 gram, 6 gram, 8 gram, 10 gram teraktivasi fisika, 10 gram teraktivasi
kimia dan 10 gram teraktivasi fisika-kimia memiliki pengaruh nyata yang berbeda.
hasil pengujian air sumur bor setelah diberi adsorben berupa limbah cangkang
kulit kerang darah (Anadara granosa) yang teraktivasi fisika dengan massa 10
gram diperoleh nilai pH 6,84. Hasil pengujian air sumur bor setelah dilakukan
penambahan adsorben teraktivasi kimia diperoleh nilai pH 7,11. Hasil pengujian
air sumur bor pada adsorben teraktivasi fisika-kimia diperoleh nilai pH 11,83
(Rahimawati dkk, 2019).
Perbedaan dari penelitian Rahimawati dengan penelitian yang dilakukan saat
ini terletak pada objek penelitian, variasi dosis dan cangkang kerang. Penelitian
terdahulu menjadikan sumur bor sebagai objek, variasi dosis dari 2gram, 4 gram, 6
gram, 8 gram dan 10 gram serta menggunakan cangkang kerang yang telah
teraktivasi fisika, kimia dan fisika-kimia. Sedangkan penelitian ini menjadikan air
kolam lele sebagai objek, menggunakan variasi dosis 6 gram, 8 gram, 10 gram dan
12 gram serta menggunakan bahan cangkang kulit kerang tanpa teraktivasi.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Menurut Silaen and
Widiyono (2013) penelitian kuantitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan
data berupa angka-angka dan umumnya dianalisis dengan menggunakan statistik
deskriptif atau inferensial. Artinya, data numerik yang didapatkan diolah dan dicari tahu
pengaruhnya terhadap rumusan masalah penelitian yang telah ditentukan. Adapun
metode eksperimen merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan dan
meramalkan yang akan terjadi pada suatu variabel manakala diberikan suatu perlakuan
tertentu terhadap variabel lainnya (Sanjaya, 2015).

3.2. Variabel Penelitian (atau Subjek Penelitian)


1. Variabel bebas : dosis kulit kerang (Anadara granosa)
2. Variabel kontrol : dosis kapur dolomit
3. Variabel terikat : pH air kolam

3.3. Alat dan Bahan


Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kapur dolomit
[CaMg(Co3)2], air kolam ikan lele, dan kulit kerang anadara (Anadara granosa).
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pH meter, baskom,
penyaring, neraca, dan gelas ukur.

3.4. Prosedur Penelitian


Penelitian ini dilakukan untuk 5 sampel yakni 5 baskom yang berisi air dari air
kolam lele yang sama sebanyak 5 liter, sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 3.1. Hal
ini bertujuan untuk memastikan pH awal dan kualitas air setiap sampel tidak berbeda.
22

Kemudian, salah satu baskom yakni baskom A ditetapkan sebagai baskom yang tidak
diberi dosis kapur dolomit yang diperoleh dari literatur, yakni sebanyak 10 gram per liter
sebagai sampel kontrol. Adapun baskom B, C, D, dan E, akan diberi kulit kerang dengan
skala dosis yang berbeda. Pembagian dosis takaran tiap baskom sebagai berikut: baskom
B dengan dosis kulit kerang 6 gram per liter; baskom C dengan dosis 8 gram per liter;
baskom D dengan skala dosis 10 gram per liter; dan baskom E dengan skala dosis 12
gram per liter.

Gambar 3.1. Sampel Penelitian; Baskom A-E berisikan air kolam sebanyak 5
liter
Alur penelitian secara ringkas disajikan di Gambar 3.2. PH air kolam ikan lele
yang akan digunakan untuk mengisi baskom-baskom sampel diukur terlebih dahulu
selama 5 hari berturut-turut untuk mengetahui pH normal rata-rata. Kemudian, sesaat
setelah terjadi hujan pH kolam ikan lele diukur kembali sebagai P0. Air kolam yang
telah diukur pH-nya lalu ditakar dan dituang ke dalam 5 baskom sebesar 4 liter untuk
tiap sampel. Kemudian, setiap baskom diberi komposisi agen penaik yang telah
dipersiapkan. Selama 12 jam setelahnya, dilakukan pengukuran pH setiap sampel
setiap 4 jam sebagai P1, P2, dan P3 untuk mengetahui kecepatan penaikan pH.
Kemudian selama beberapa hari selanjutnya, dilakukan pengukuran pH setiap sampel
sebanyak satu kali setiap hari sebagai P4, P5, P6, dan seterusnya untuk mengetahui
ketahanan level pH setiap sampel.
23

Gambar 3.2.4.Diagram Alir Penelitian

3.5. Analisis Data


Data yang telah diperoleh dari eksperimen berupa rentang kinerja agen penaik
pH dan durasi ketahanan pH. Analisis yang dilakukan adalah analisis grafik hasil tiap
sampel dengan referensi landasan penelitian terdahulu.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Paparan data

Pada penelitian ini, pengukuran performa penaikan pH sampel kapur dolomit


dan kerang anadara dilakukan selama 5 hari. Pada hari pertama melakukan
praktikum sampel A menggunakan kapur dolomit sebagai kontrol komparasi dengan
takaran dosis 50 gram per 5 liter air, Pada hari kedua melakukan praktikum sampel
B menggunakan kerang anadara dengan takaran dosis 30 gram per 5 liter air, Pada
hari ketiga melakukan praktikum sampel C menggunakan kerang anadara dengan
takaran dosis 40 gram per 5 liter air, Pada hari keempat melakukan praktikum
sampel D menggunakan kerang anadara dengan takaran dosis 50 gram per 5 liter air,
dan Pada hari kelima melakukan praktikum sampel E menggunakan kerang anadara
dengan takaran dosis 60 gram per 5 liter air. Prosedur penelitian dimulai dengan
menyiapkan bahan dan alat, lalu pengambilan sampel air kolam lele sebanyak 5 liter
yang sudah disesuaikan masing masing 5,6 pH. Lalu peneliti menakar kapur dolomit
dan bubuk kulit kerang sesuai dosisnya untuk kemudian dicampurkan kedalam air
kolam yang sudah disiapkan dan diaduk hingga merata. Setelahnya dilakukan
pengukuran untuk P1. Selang 4 jam setelah pengukuran P1 dilakukan pengukuran
P2, Selang 4 jam setelah pengukuran P2 dilakukan pengukuran P3, Selang 8 jam
setelah pengukuran P3 dilakukan pengukuran P4 dan Selang 4 jam setelah
pengukuran P4 dilakukan pengukuran P5.
Tabel 4.1. Hasil pengukuran pH sampel A, B, C, D, E

P0 (Jam) P1 (Jam) P2 (Jam) P3 (Jam) P4 (Jam) P5 (Jam)


Sampel
0 4 8 16 20

Dolomit 50 gr A 5,6 6,2 6,5 7,0 7,0 7,0


25

Kerang 30 gr B 5,6 5,8 6,0 6,5 6,9 7,1

Kerang 40 gr C 5,6 5,9 6,4 6,5 7,0 7,3

Kerang 50 gr D 5,6 6,1 6,4 6,6 7,1 7,3

Kerang 60 gr E 5,6 6,1 6,5 6,7 7,4 7,5

Hasil pengukuran kelima sampel disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan tabel,


mula-mula air kolam memiliki pH 5,6. Air kolam tersebut diberi beberapa perlakuan
yaitu penambahan kapur dolomit 10 gram per liter, kerang anadara 6 gram per liter,
kerang anadara 8 gram per liter, kerang anadara 10 gram per liter dan kerang anadara
12 gram per liter. Pada sampel A dengan dosis penambahan 10 gram per liter, pH air
kolam setelah pencampuran bertambah menjadi 6,2. Kemudian seiring berjalannya
waktu, pH masih mengalami pertambahan, hal ini teramati pada pengukuran setelah 4
jam (P2) pH air kolam menjadi 6,5 dan setelah 8 jam (P3) menjadi 7,0. Pada jam ke-16
dan jam ke-20, pH konstan, yakni tetap pada angka 7,0. Pada sampel B dengan dosis
penambahan 8 gram per liter, pH air kolam bertambah menjadi 5,8. Kemudian seiring
berjalannya lama waktu, pH juga semakin bertambah, hal ini teramati pada waktu
mencapai 4 jam pH air kolam menjadi 6,0 dan pH terus bertambah sampai waktu 8 jam
yaitu menjadi 6,5. Pada jam berikutnya setelah 16 jam pH air kolam menjadi 6,9 dan
pH terus bertambah sampai 7,1 setelah 20 jam. Tren kenaikan serupa dapat ditemui
pula untuk sampel C, D dan E, dengan sampel E mengalami kenaikan paling besar.
26

4.2. Pembahasan

Gambar 4.1. Ekstrapolasi Fungsi Kuadratik


Untuk memperoleh fungsi kenaikan pH dari pengukuran yang telah dilakukan,
data difitting dengan ekstrapolasi non-linear. Grafik hasil ekstrapolasi atas data pada
tabel 1 disajikan oleh Gambar 4.1. Secara garis besar, grafik korelasi antara
komposisi agen penaik pH dengan pH air seiring waktu tampak sebagai fungsi
polinomial kuadratik. Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu milik Widayanti
(2018). Grafik menunjukkan bahwa kenaikan pH oleh kapur dolomit lebih cepat dari
kerang Anadara, namun pH akhir kerang Anadara untuk semua dosis lebih tinggi dari
kapur dolomit. Hasil pH dengan pengukuran terendah ditunjukkan oleh sampel A
yang menggunakan komposisi kapur dolomit dengan dosis 10 gram per liter yang
memiliki pH maksimal 7,0. Hasil perlakuan terbaik ditunjukkan oleh sampel E
dengan dosis 12 gram per liter yang mencapai pH maksimum 7,5. Semakin banyak
dosis perlakuan yang diberikan maka semakin maksimal pula hasil yang didapatkan.
27

Berdasarkan Tabel 1, sampel A kapur dolomit mencapai pH netral pada P3


setelah 8 jam dan pH dipertahankan pada angka tersebut sampai pengambilan P5 (20
jam setelah pencampuran), sehingga dapat disimpulkan pH maksimal dari kapur
dolomit dengan dosis 10 gram per liter ialah 7,0. Adapun berdasarkan penelitian
terdahulu milik Kurniasih dkk (2019), kapur dolomit dapat mencapai pH maksimal
7,7 pada hari ke 20 sampai 22, dengan hubungan antara lama waktu pemeliharaan pH
air kuadratik dengan koefisien korelasi masing masing perlakuan. Perbandingan
performa kapur dolomit dan kerang Anadara menunjukkan bahwa performa kapur
dolomit pada dosis 10 gram per liter setara dengan performa kerang Anadara pada
dosis 6 gram per liter, sehingga sebagai agen penaik pH air kolam ikan lele, kerang
Anadara merupakan agen yang lebih baik.
Adapun sampel kerang Anadara dapat meningkatkan pH air yang semula 5,6
menjadi 7,1 pada dosis minimum 6 gram per liter setelah 20 jam (P5) sejak
pemberian P0. pH maksimum 7,5 didapat pada sampel E dengan dosis kerang
anadara 12 gram per liter setelah 20 jam (P5). Hal ini sesuai dengan penelitian
terdahulu milik Jalaly (2020), yang menggunakan media filter berupa cangkang
kerang Anadara dapat menaikkan nilai pH yang semula 7,08 menjadi rata-rata 7,54-
7,88.
Secara teoritik kenaikan dosis seharusnya berujung pada pH akhir yang lebih
tinggi selama belum mencapai saturasi (titik jenuh), namun pada penelitian ini sampel
D dengan dosis kerang Anadara lebih tinggi daripada sampel C memiliki pH akhir
yang sama dengan 4 hasil pengukuran sebelumnya dengan hasil hamper serupa pula.
Hal ini dapat diatribusikan terhadap error penelitian. Kesalahan penelitian terbagi
atas tiga, yaitu spurious error, systematic error dan random error. Spurious error
dikenal juga sebagai gross error atau kesalahan umum, yang disebabkan karena
kesalahan manusia (penggunaan metode, cara baca skala, serta kesalahan dalam
mencatat) atau karena kesalahan alat ukur (instrumen yang tidak berfungsi dengan
baik). Systematic error atau kesalahan sistematis terdiri dari dua jenis yaitu
instrumental dan lingkungan. Sedangkan random error atau kesalahan-kesalahan
28

acak disebabkan oleh penyebab-penyebab yang tidak diketahui dan terjadi walaupun
semua kesalahan sistematis telah diperhitungkan. Selain itu, random error
menyebabkan pengukuran berulang yang dilakukan terhadap suatu besaran tidak
pernah menghasilkan nilai yang sama. Hasil pengukuran berulang tersebut akan
terdistribusi di sekitar nilai benarnya dan mengikuti distribusi normal (gausian).
Random error dapat ditentukan dengan menggunakan metode statistik (Sabar dkk,
2021). Adapun error yang dialami di penelitian ini di antaranya adalah spurious error
dan random error. Spurious error yang terjadi di penelitian ini dikarenakan kesalahan
penempatan sampel yang terekspos hujan, pengadukan dosis yang kurang maksimal,
pH meter yang kurang steril, kesalahan kalibrasi, dan lain sebagainya.

Pemberian cangkang kerang anadara memberikan pengaruh yang nyata bagi


pH air kolam ikan lele, namun disamping penaik pH ada beberapa pengaruh yang
dapat diberikan kerang anadara. Menurut Mahary and Hariyadi (2019) yang
menyatakan bahwa pemberian tepung cangkang kerang anadara berpengaruh
terhadap pertumbuhan ikan koi, berpengaruh terhadap kelulushidupan ikan koi Ki
Bekko dengan persentase sebesar 73,33% dengan dosis optimal 120 gram/liter.
Adapun menurut Mahary (2017) menyimpulkan bahwa tidak adanya perbedaan nyata
pemberian tepung cangkang kerang anadara pada pakan benih ikan lele dengan
kelangsungan hidup tertinggi pada sampel dengan perlakuan sebesar 10% memiliki
persentase hidup 58%. Adanya pengaruh yang nyata terhadap pemeberian pakan pada
sampel dengan perlakuan sebesar 15% sebesar 101.88%.
Jubaedah (2020) juga menyebutkan Cangkang kerang memiliki kandungan
kitin, kalsium karbonat, kalsium hidrosiapatit dan kalsium fosfat. Kombinasi kapur
yang berasal dari cangkang kerang dengan kalsit sebagai bahan kapur biasa
digunakan untuk mengatasi jumlah cangkang kerang yang terbatas sebagai masalah
ketersediaan musiman cangkang kerang. Selain itu, Pengapuran cangkang kerang
dapat meningkatkan alkalinitas air. Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk
29

menetralkan asam, atau dikenal dengan acid neutralizing capacity (ANC) atau

kuantitas anion dalam air yang dapat menetralkan kation hydrogen.


BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Performa kerang Anadara sebagai agen penaik pH lebih baik daripada agen
pembanding, yakni kapur dolomit yang memiliki pH akhir berdosis 10 kg/m3
dengan kerang anadara yang memiliki pH akhir berdosis 6 kg/m3
2. Dosis kerang Anadara untuk mengatasi penurunan pH pada kolam oleh karena
hujan adalah 6 kg/m3.

5.2. Saran

Pada penelitian berikutnya, uji agen penaik pH hendaknya dilakukan pada


kolam yang memiliki lele. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang alat
pengatur pH otomatis berbasis kerang Anadara,
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, I., 2017. (Anadara granosa) SEBAGAI BAHAN ABRASIF DALAM


PASTA GIGI 11.
Anggraeni, D., 2016. Kerang darah memiliki pigmen darah merah atau haemoglobin
yang disebut bloody cockles 47.
Bahri, S., Erwin, Abd.R., Syarifuddin, 2015. DERAJAT DEASETILASI KITOSAN
DARI CANGKANG KERANG DARAH DENGAN PENAMBAHAN NaOH
SECARA BERTAHAP 1, 7.
Bleam, W., 2016. Soil and environtmental chemistry.
Budidaya Ikan Lele Menggunakan Sistem BIOFLOC (Bagian 4, Perawatan Media
dan Panen), n.d. URL https://www.lalaukan.com/2013/10/budidaya-ikan-lele-
menggunakan-sistem_3580.html (accessed 3.26.22).
Cara Budidaya Ikan Lele untuk Pemula & Lengkap [WWW Document], n.d. URL
https://tanifund.com/blog/berita/tips-cara-budidaya-ikan-lele-bagi-pemula
(accessed 4.7.22).
Hasibuan, E.B., Adiwiganda, T.Y., Ritonga, D.M., Rotinga, M., 1989. Pengaruh
Pemupukan N, P, dan K Serta Pengapuran Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Jagung pada Tanah Gambut. Kumpulan Makalah Seminar
Tanah Gambut untuk Perluasan Pertanian. Fakultas Pertanian Islam Sumatera
Utara. Medan.
Ihsanto, E., Hidayat, sadri, 2014. RANCANG BANGUN SISTEM PENGUKURAN
Ph METER DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER
ARDUINO UNO | Ihsanto | Jurnal Teknologi Elektro [WWW Document]. J.
Teknol. Elektro. URL
https://publikasi.mercubuana.ac.id/index.php/jte/article/view/769 (accessed
4.8.22).
Imaduddin, G., Saprizal, A., 2017. OTOMATISASI MONITORING DAN
PENGATURAN KEASAMAN LARUTAN DAN SUHU AIR KOLAM
IKAN PADA PEMBENIHAN IKAN LELE. JUST IT J. Sist. Inf. Teknol. Inf.
Dan Komput. 7, 28–35. https://doi.org/10.24853/justit.7.2.28-35
Jalaly, M., 2020. Eco Filter Air dengan Memanfaatkan Cangkang Kerang Darah
(Anadara granosa) sebagai Media Filtrasi untuk Menurunkan Kekeruhan dan
Kadar TSS (Total Suspended Solid).
jatnika, D., Sumantadinata, K., H.Pandjaitan, N., 2014. Pengembangan Usaha
Budidaya Ikan Lele (Clarias sp.) di Lahan Keringdi Kabupaten Gunungkidul,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Bus. Dev. Farming Catfish Clarias Sp
Dry LandIn Gunung Kidul Regency Yogjakarta Prov. vol.9 no.1.
Jubaedah, D., Marsi, M., Wijayanti, M., Rahmani, S., 2020. Combination Cockle
Shells (Anadara granosa) and Calcite Lime to Improve Swamp Water pH for
Catfish (Pangasius sp.) Culture. Omni-Akuatika 16, 48–52.
32

Kartono, R., 2010. Katalog Produk Pupuk Dolomid A100 lulus 96%. Sumatra Utara.
Kurniasih, K., Jubaedah, D., Syaifudin, M., 2019. Pemanfaatan Kapur Dolomit
[Camg(Co3)2] Untuk Meningkatkan Ph Air Rawa Lebak Pada Pemeliharaan
Benih Ikan Patin Siam (Pangasius Hypophthalmus). J. Akuakultur Rawa
Indones. 7, 1–12. https://doi.org/10.36706/jari.v7i1.9018
Mahary, A., 2017. Pemanfaatan tepung cangkang kerang darah (Anadara granosa)
sebagai sumber kalsium pada pakan ikan lele (Clarias batrachus sp). Acta
Aquat. Aquat. Sci. J. 4, 63–67.
Mahary, A., Hariyadi, T.C., 2019. PENGARUH PENAMBAHAN CANGKANG
KERANG DARAH (Anadara granosa) YANG MENGANDUNG
CaCO3TERHADAP PERTUMBUHAN DAN TINGKAT
KELANGSUNGAN HIDUP IKAN KOI (Cyprinus caprio L) KIBEKKO
PADA MEDIA PEMELIHARAAN. Bernas J. Penelit. Pertan. 15, 79–88.
Mahyudin, K., 2008. panduan lengkap agribisnis lele. Penebar Swadaya.
Masindi, Herdyastuti, 2017. KARAKTERISASI KITOSAN DARI CANGKANG
KERANG DARAH (Anadara granosa) Vol. 6, No. 3, 6.
Naibaho, R., 2003. Pengaruh Pupuk Phonska dan Pengapuran Terhadap Kandungan
Unsur Hara NPK dan pH Beberapa Tanah Hutan.
Nursaiful, A., n.d. Laut : cara mudah memindahkan panorama kehidupan laut ke
rumah anda.
PENGGUNAAN KAPUR DOLOMIT [CAMG(CO3)2] PADA DASAR KOLAM
TANAH SULFAT MASAM TERHADAP PERBAIKAN KUALITAS AIR
PADA PEMELIHARAAN BENIH IKAN PATIN (Pangasius sp.) | Umari |
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia [WWW Document], n.d. URL
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jari/article/view/7143 (accessed 4.2.22).
Pungut, P., Widyastuti, S., Wiyarno, Y., Ratnawati, R., 2022. Kombinasi Media Filter
Cangkang Kerang (Anadara Granosa) Zeolit Kerikil dan Resin Anion Resin
Kation untuk Menurunkan BOD, COD, pH, Kekeruhan, dan Salinitas Pada
Air Laut. SNHRP 659–669.
Rahmi, 2020. PEMBERIAN KAPUR DOLOMIT DENGAN DOSIS YANG
BERBEDA PADA PEMELIHARAAN IKAN BAUNG(Hemibagrus
nemurus)DENGAN TEKNOLOGI BIOFLOK.
Rahmi, R., Rusliadi, R., Putra, I., 2020. DOLOM ITELIME ADMINISTRATION
WITH DIFFERENT DOSES ON THE MAINTENANCE OF BAUNG FISH
(Hemibagrusnemurus) WITH BIOFLOK TECHNOLOGY. J. Online Mhs.
JOM Bid. Perikan. Dan Ilmu Kelaut. 7, 1–13.
Russo, J., 2017. tingkat pH air hujan.
S. Rachmatun, S., 2007. Budidaya Ikan Lele : edisi revisi. Jakarta.
Sabar, S., Yahya, M.N., Mufidah, Z., Wijaya, S.K., Hariyanto, D., Pertiwi, K., 2021.
Sistem Otomasi Ekstraksi Radiocessium pada Pengambilan dan Preparasi
sampel untuk Menentukan Kualitas Air. J. Keteknikan Pertan. Trop. Dan
Biosist. 9, 122–133.
33

Sanjaya, W., 2015. , in: PENELITIAN PENDIDIKAN: Jenis, Metode Dan Prosedur.
Kencana, Jakarta, p. 314.
Silaen, S., Widiyono, 2018. Metodologi penelitian sosial untuk penulisan skripsi dan
tesis. Bogor : In Media, 2013, p. 335.
Situs Siswa Hujan Asam: Skala PH [WWW Document], n.d. URL https://www3-epa-
gov.translate.goog/acidrain/education/site_students/phscale.html?
_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=sc (accessed 4.8.22).
Subandi, S., 2015. Teknologi Produksi dan Strategi Pengembangan Kedelai pada
Lahan Kering Masam. Iptek Tanam. Pangan 2.
Sukarni, S., Permanasari, A.A., Puspitasari, P., Suryanto, H., Aminuddin, A.,
Yulistyorini, A., Abdurrahman, M., Prasetiyo, A., Zakaria, Y., 2020. Kontrol
Kualitas Air Kolam Ikan Lele Berbasis Microbubbles dan Internet of Things
(IOT). Pros. Hapemas 1, 224–234.
Surest, A.H., Wardani, A.R., Fransiska, R., 2012. PEMANFAATAN LIMBAH
KULIT KERANG UNTUK MENAIKKAN pH PADA PROSES
PENGELOLAAN AIR RAWA MENJADI AIR BERSIH. J. Tek. Kim. 18.
Trisnawati, Y., Suminto, -, Sudaryono, A., 2014. PENGARUH KOMBINASI
PAKAN BUATAN DAN CACING TANAH (Lumbricus rubellus)
TERHADAP EFISIENSI PEMANFAATAN PAKAN, PERTUMBUHAN
DAN KELULUSHIDUPAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus). J. Aquac.
Manag. Technol. 3, 86–93.
Widayanti, E., Subiantoro, R., Parapasan, Y., 2018. Optimasi Pemberian Lumpur
Aktif dan Dolomit dalam Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit. J.
Agro Ind. Perkeb. 6, 19. https://doi.org/10.25181/jaip.v6i1.671
Widiharjo, M.J.H., Dudi, 2008. Pemanfaatan Cangkang Kulit kerang Hijau untuk
Pengembangan Produk. J. Ilmu Desain Univ. Atma Jaya Yogyak.
Widiutomo, N., 2014. Budidaya benih ikan lele. Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Wurts, W., 2013. Liming Ponds for Aquaculture.
WWF-Indonesia, 2015. PERIKANAN KERANG PANDUAN PENANGKAPAN
DAN PENANGANAN. WWF-Indonesia, p. 34.
LAMPIRAN I

CURRICULUM VITAE

I. DATA PRIBADI
Nama : Allina Raudana Finnajah
Tempat/Tanggal Lahir : Malang, 20 Juli 2005
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Grinting 09/03, Tulangan Sidoarjo
Telepon : 081333662925
E-mail : allinafinnajah2005@gmail.com

II. PENDIDIKAN FORMAL


Tahun Tahun
Jenjang Nama Sekolah
Masuk Lulus
2010 2012 TK TK Dharma wanita
TK Islam Al-Faqih
2012 2018 SD MIMNU Pucang
2018 2021 MTs MTs Alif Laam Miim
2021 - MA MA Alif Laam Miim

III. PENGALAMAN ORGANISASI


Tahun Aktif Organisasi Jabatan
2018-2019 Osis Divisi bahasa
2019 Qism ubudiyyah Ketua
2021-2022 Osim Divisi PHBI

IV. PENGHARGAANt
Tahun Jenis Penghargaan Pemberi
35

2017 Juara 3 MTQ tingkat Kabupaten Sidoarjo MTs NU Sidoarjo


2018 Juara 2 pidato Bahasa Indonesia MTs Alif Laam
Miim
2019 Juara 1 Tahfidz tingkat Kota Surabaya SMP Al-Falah
2019 Juara 1 cerdas cermat islam MTs Alif Laam
Miim
2020 Porseni Juara 3 MHQ kategori 5 juz tingkat Kemenag
Kota Surabaya Surabaya
2021 Porseni juara 2 MFQ tingkat Kota Surabaya Kemenag
Surabaya
2021 Medali perunggu Olimpiade kedokteran Lembaga
Kompetisi
Indonesia
2021 Medali perak Olimpiade Pkn Lembaga
Kompetisi
Indonesia
2021 Medali perak Olimpiade biologi Liga olimpiade
2022 Medali emas Olimpiade Bahasa inggris Yapresindo
2022 Medali perak Olimpiade Bahasa Indonesia Yapresindo

CURRICULUM VITAE

I. DATA PRIBADI
Nama : Hedda Navsah Putri
Tempat/Tanggal Lahir : Surabaya, 15 April 2006
Jenis Kelamin : Perempuan
36

Alamat : Desa Ketegan RT 03 RW 02


Telepon : 082141886115
E-mail : heddanavs15@gmail.com

II. PENDIDIKAN FORMAL


Tahun Tahun
Jenjang Nama Sekolah
Masuk Lulus
2010 2012 TK TK Pemda Aceh
2012 2018 SD SDN 40 Aceh
SD Taquma Surabaya
MI MA’Arif Ketegan
2018 2020 MTs SMP Bilingual Terpadu
MTs Alif Laam Miim
2021 2023 MA MA Alif Laam Miim Surabaya

III. PENGALAMAN ORGANISASI


Tahun Aktif Organisasi Jabatan
2021 – 2023 Organisasi Siswa Intra Madrasah Bagian Jurnalistik dan
(OSIM) Mading

IV. PENGHARGAAN
Tahun Jenis Penghargaan Pemberi
2013 Juara 1 Pidato bahasa Indonesia Maulid Nabi IPNU – IPPNU
2014 Juara 3 Puisi hari pahlawan Kepala sekolah
MI MA’Arif
Ketegan
2017 Marhalah ula at tartil terbaik TPQ Hidayatus
Shibyan
37

2017 Juara 2 Fashion Show TPQ Hidayatus


Shibyan
2020 Juara 1 Pidato bahasa Indonesia Internal MTs Alif Laam
Miim
2020 Juara 3 Cerdas Cermat Islam MTs Alif Laam
Miim
2021 Medali Perak Biologi Liga Olimpiade
2021 Medali perunggu Matematika Lembaga
Kompetisi
Indonesia
2021 Juara 2 Pidato Bahasa Arab Porseni Kementrian
Agama
(Kemenag) Jawa
Timur
38

LAMPIRAN II
DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1. Alat dan Bahan Penelitian


39

Gambar 2. Eksperimen Penelitian

Gambar 3. Hasil Uji pH menggunakan kertas lakmus

Anda mungkin juga menyukai