RMK 6 Pengauditan
RMK 6 Pengauditan
Kelas :
Akuntansi B malam
Dosen :
Nama Kelompok :
1. Putu Dika Suryawan 06/ 2102622010209
2. Ni Putu Amanda Citra Suwandewi 07/ 2102622010210
3. Si Sayu Adinda Novitasari 12/ 2102622010213
4. Ayu Pradnya Pratiwi 26/ 2102622010229
5. Ni Kadek Sukma Fridayanti 30/2102622010233
1.1 SIFAT SIKLUS JASA PERSONALIA
Siklus jasa personalia sangat penting karena beberapa alasan. Pertama, gaji, upah, pajak
penghasilan karyawan, dan biaya ketenagakerjaan lainnya merupakan komponen utama
hampir di semua perusahaan. Kedua, biaya tenaga kerja langsung merupakan faktor yang
mempengaruhi penilaian persediaan barang dalam proses maupun persediaan produk jadi.
Dengan demikian, kesalahan dalam penilaian dan pengalokasian biaya tenaga kerja dapat
mengakibatkan salah saji laba usaha yang material. Ketiga, gaji dan upah merupakan titik
rawan terjadinya in-efisiensi, dan pencurian serta manipulasi kas melalui pembayaran gaji
fiktif.
Siklus jasa personalia meliputi semua kejadian dan kegiatan yang berkaitan dengan
kompensasi eksekutif dan tenaga kerja. Kompensasi tersebut meliputi gaji, upah per jam, dan
insentif lembur (upah lembur), komisi, bonus, dan berbagai bentuk tunjangan karyawan.
Transaksi utama siklus ini adalah transaksi gaji dan upah. Transaksi inimempengaruhi
beberapa rekening berikut:
1. Biaya gaji dan upah
2. Berbagai bentuk tunjangan hari raya, tunjangan kesehatan, tunjangan hari tua, dan
sebagainya
3. Biaya tenaga kerja langsung
4. Utang gaji dan upah
5. Pajak penghasilan karyawan
6. Rekening kas di bank, dengan sistem imprest atau dana tetap, yang khusus digunakan
untuk membayar gaji dan upah
7. Persediaan barang dalam proses
8. Persediaan barang jadi
9. Dan harga pokok penjualan
Siklus jasa personalia ini berkaitan dengan siklus pembelanjaan dan siklus produksi.
Kaitan siklus ini dengan siklus pengeluaran adalah adanya fakta bahwa pembayaran gaji dan
upah dilakukan dengan menggunakan uang atau kas perusahaan. Kaitan siklus ini dengan
siklus produksi adalah adanya kenyataan bahwa pembayaran gaji dan upah adalah sebagai
imbalan atau balas jasa atas tenaga kerja karyawan yang diberikan dalam proses produksi.
Tenaga karyawan digunakan untuk menghasilkan produk.
1.2 TUJUAN AUDIT
Tujuan audit siklus jasa personalia dibedakan untuk setiap asersi laporan keuangan:
1. Asersi Keberadaaan atau Keterjadian
Berkaitan dengan asersi keberadaan atau keterjadian, auditor menekankan pada apakah
seluruh saldo biaya gaji dan upah, utang gaji dan upah, tunjangan, bonus, dan saldo
rekening lain yang terkait, benar-benar eksis pada tanggal neraca. Selain itu, asersi ini
juga menekankan pada apakah seluruh transaksi gaji dan upah yang tercatat benar-benar
terjadi dan tidak ada transaksi pembayaran gaji dan upah fiktif.
2. Asersi Kelengkapan
Asersi kelengkapan menekankan apakah seluruh transaksi dan saldo yang semestinya
tercantum dalam laporan keuangan, sudah benar-benar dicatat dan disajikan. Auditor
akan mencoba mendeteksi apakah ada transaksi pembayaran gaji dan upah yang belum
tercatat.
3. Asersi Hak dan Kewajiban
Berkaitan dengan asersi ini, auditor berusaha memastikan apakah perusahaan mempunyai
kewajiban legal atas biaya dan utang gaji dan upah, dan pajak penghasilan karyawan.
4. Asersi Penilaian dan Pengalokasian
Berkaitan dengan asersi penilaian, auditor akan berusaha memperoleh bukti mengenai
apakah saldo biaya gaji dan upah, bonus karyawan, tunjangan, utang gaji dan upah, dan
pajak penghasilan karyawan telah disajikan dalam laporan keuangan pada jumlah yang
tepat. Auditor akan memastikan apakah saldo tersebut diperoleh melalui penilaian dan
pengalokasian sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
5. Asersi Pelaporan dan Pengungkapan
Selain memperoleh bukti mengenai keempat asersi tersebut, auditor perlu menghimpun
bukti mengenai apakah transaksi dan saldo yang tercatat telah tepat diklasifikasikan,
dijelaskan, dan diungkapkan dalam neraca.
Suatu kewajiban bagi perusahaan untuk memonitor kegiatan operasional dan hasilnya. Sistem
pengendalian intern akan menghasilkan laporan yang dikehendaki manajemen, dalam arti yang
tegas, dan sistem tersebut akan: (a) mengamankan sumber dari pemborosan, kecurangan, dan
ketidah efesienan, (b) meningkatkan ketelitian dan dapat dipercayainya data akutansi, (c)
mendorong ditaati dan dilaksanakannya kebijakan perusahaan, (d) meningkatkan efisiensi. Hal
tersebut meliputi metode-metode dimana manajemen atas akan memberi delegasi atau wewenang
dan memberi tanggung jawab untuk fungsi pembelian, penjualan produksi dan akuntansi. Dalam
akuntansi, SPI yang berlaku dalam perusahaan/entitas merupakan faktor yang menentukan
keandalan laporan keuangan yang dihasilkan oleh entitas tersebut. Oleh karena itu dalam
memberikan pendapat atas kewajaran laporan yang di auditnya, Auditor meletakkan kepercayaan
atas efektivitas SPI dalam mencegah terjadinya kesalahan yang material dalam proses akuntansi.
Pengertian Struktur Pengendalian Intern menurut Bodnar and Hopwood, Struktur Pengendalian
Intern adalah “kebijakan dan prosedur untuk menyediakan jaminan yang memadai bahwa tujuan
perusahaan dapat dicapai.” Secara umum, Pengendalian Intern merupakan bagian dari masing-
masing sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman pelaksanaan operasional
perusahaan atau organisasi tertentu. Di lingkungan perusahaan, pengendalian intern didifinisikan
sebagai suatu proses yang diberlakukan oleh pimpinan (dewan direksi) dan management secara
keseluruhan, dirancang untuk memberi suatu keyakinan akan tercapainya tujuan perusahaan
yang secara umum dibagi kedalam tiga kategori, yaitu:
Pentingnya pengendalian internal bagi manajemen dan akuntan pemeriksa telah lama diakui dari
berbagai literature, factor-faktor yang dipengaruhi oleh struktur pengendalian internal sebuah
perusahaan meliputi:
1. Luas dan ukuran entitas perusahaan yang sangat kompleks. Hal ini mengakibatkan
manajemen harus percaya pada laporan-laporan serta analisis untuk operasi pengendalian
yang efektif.
2. Pengecekan dan review yang melekat pada system pengendalian intern yang baik akan
dapat melindungi dari human error dan mengurangi kemungkinan kekeliruan dan
penyimpangan yang akan terjadi.
3. Di lain pihak, adalah tidak praktis bagi auditor untuk melakukan pengauditan secara
menyeluruh atau secara detail untuk hampir semua transaksi perusahaan terkait dengan
keterbatasan waktu dan biaya.
Akuntan pemeriksa (auditor) harus mempelajari dan mengevaluasi struktur pengendalian internal
untuk merencanakan pemeriksaan. Hasil atas mempelajari dan mengevaluasi SPI yang ada
adalah dapat dimanfaatkan untuk digunakan sebagai:
Adalah proses penilaian tentang efektivitas suatu perusahaan dalam mencegah dan mendeteksi
salah saji material dalam penyususnan laporan keuanganRisiko pengendalian ditetapkan untuk
masing-masing asersi pengolahan transaksi, dan karena banyak kegiatan pengendalian berkaitan
dengan jenis-jenis transaksi tertentu, maka auditor biasanya memulai dengan menetapkan risiko
untuk asersi-asersi kelompok tansaksi seperti asersi keberadaan atau keterjadian,
kelengkapan, dan penilaian atau pengalokasian untuk transaksi-transaksi penerimaan kas dan
pengeluaran kas. Hasil penetapan risiko tersebut kemudian digabungkan sedemikian rupa
sehingga dapat ditetapkan risiko pengendalian untuk asersi-asersi saldo rekening yang
bersangkutan yang dipengaruhi oleh kelompok-kelompok transaksi tersebut.
Dalam menetapkan risiko pengendalian untuk suatu asersi, auditor perlu melakukan hal-hal
berikut
2. Mengidentifikasi salah saji potensial yang dapat terjadi dalam asersi perusahaan.
Apabila ternyata risiko deteksi rendah maka auditor perlu juga melaksanakan beberapa
prosedur pengujian berikut:
a. Rekonsiliasi total jam yang dibayar sesuai catatan gaji dan upah dengan catatan independen
jam kerja dalam Departemen produksi.
b. Mengusut transaksi yang tercatat dalam jurnal gaji dan upah ke dokumen pendukungnya.
c. Memeriksa catatan gaji dan upah periode selanjutnya setelah karyawan berhenti.
d. Rekonsiliasi informasi dalam formulir pajak ( PPH karyawan dengan catatan gaji dan upah).
Prosedur analitis
Dalam menafsir kelayakan biaya gaji dan distribusinya, auditor dapat menyusun dan
menganalisa keterkaitan antar data. Item yang telah diseleksi dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya. Rasio selalu berguna dalam membuat perbandingan. Rasio dapat dihitung oleh
auditor untuk menentukan apakah akun terkait dengan yang lainnya sesuai dengan yang
diharapkan.
Apabila ditemukan bukti adanya fluktuasi atau penyimpangan saldo dan rasio yang cukup
besar, auditor perlu mengekstensifkan pengujian substantif yang lebih rinci. Prosedur analitis ini
dapat menghasilkan bukti yang berkaitan dengan asersi keberadaan atau kejadian, kelengkapan,
dan penilaian atau pengalokasian.
Penghitungan kembali utang gaji dan upah yang dibebankan
Auditor selain memperhatikan potensi overstated rekening biaya gaji dan upah, juga perlu
memperhatikan potensi understated rekening utang gaji dan upah dibebankan. Perusahaan dapat
melaporkan utang gaji dan upah dibebankan pada jumlah yang lebih kecil daripada semestinya.
Hal tersebut dilakukan perusahaan untuk membuat laba perusahaan tampak lebih besar daripada
semestinya. Potensi understatement ini berkaitan dengan asersi kelengkapan. Perhitungan utang
gaji dan upah dibebankan sendiri, berkaitan dengan asesi pengalokasian.
Prosedur pengujian ini dapat dilakukan dengan menelaah penghitungan yang dilakukan
manajemen. Apabila risiko deteksi yang ditetapkan rendah, maka auditor perlu melakukan
penghitungan kembali yang independen atas utang gaji dan upah dibebankan. Prosedur pengujian
ini akan menghasilkan bukti yang berkaitan dengan asersi penilaian atau pengalokasian.