Anda di halaman 1dari 11

PENGAUDITAN SIKLUS PERSONALIA

Kelas :

Akuntansi B malam

Dosen :

Ida Ayu Ratih Manuari,SE.,M.Si

Nama Kelompok :
1. Putu Dika Suryawan 06/ 2102622010209
2. Ni Putu Amanda Citra Suwandewi 07/ 2102622010210
3. Si Sayu Adinda Novitasari 12/ 2102622010213
4. Ayu Pradnya Pratiwi 26/ 2102622010229
5. Ni Kadek Sukma Fridayanti 30/2102622010233
1.1 SIFAT SIKLUS JASA PERSONALIA
Siklus jasa personalia sangat penting karena beberapa alasan. Pertama, gaji, upah, pajak
penghasilan karyawan, dan biaya ketenagakerjaan lainnya merupakan komponen utama
hampir di semua perusahaan. Kedua, biaya tenaga kerja langsung merupakan faktor yang
mempengaruhi penilaian persediaan barang dalam proses maupun persediaan produk jadi.
Dengan demikian, kesalahan dalam penilaian dan pengalokasian biaya tenaga kerja dapat
mengakibatkan salah saji laba usaha yang material. Ketiga, gaji dan upah merupakan titik
rawan terjadinya in-efisiensi, dan pencurian serta manipulasi kas melalui pembayaran gaji
fiktif.
Siklus jasa personalia meliputi semua kejadian dan kegiatan yang berkaitan dengan
kompensasi eksekutif dan tenaga kerja. Kompensasi tersebut meliputi gaji, upah per jam, dan
insentif lembur (upah lembur), komisi, bonus, dan berbagai bentuk tunjangan karyawan.
Transaksi utama siklus ini adalah transaksi gaji dan upah. Transaksi inimempengaruhi
beberapa rekening berikut:
1. Biaya gaji dan upah
2. Berbagai bentuk tunjangan hari raya, tunjangan kesehatan, tunjangan hari tua, dan
sebagainya
3. Biaya tenaga kerja langsung
4. Utang gaji dan upah
5. Pajak penghasilan karyawan
6. Rekening kas di bank, dengan sistem imprest atau dana tetap, yang khusus digunakan
untuk membayar gaji dan upah
7. Persediaan barang dalam proses
8. Persediaan barang jadi
9. Dan harga pokok penjualan
Siklus jasa personalia ini berkaitan dengan siklus pembelanjaan dan siklus produksi.
Kaitan siklus ini dengan siklus pengeluaran adalah adanya fakta bahwa pembayaran gaji dan
upah dilakukan dengan menggunakan uang atau kas perusahaan. Kaitan siklus ini dengan
siklus produksi adalah adanya kenyataan bahwa pembayaran gaji dan upah adalah sebagai
imbalan atau balas jasa atas tenaga kerja karyawan yang diberikan dalam proses produksi.
Tenaga karyawan digunakan untuk menghasilkan produk.
1.2 TUJUAN AUDIT
Tujuan audit siklus jasa personalia dibedakan untuk setiap asersi laporan keuangan:
1. Asersi Keberadaaan atau Keterjadian
Berkaitan dengan asersi keberadaan atau keterjadian, auditor menekankan pada apakah
seluruh saldo biaya gaji dan upah, utang gaji dan upah, tunjangan, bonus, dan saldo
rekening lain yang terkait, benar-benar eksis pada tanggal neraca. Selain itu, asersi ini
juga menekankan pada apakah seluruh transaksi gaji dan upah yang tercatat benar-benar
terjadi dan tidak ada transaksi pembayaran gaji dan upah fiktif.
2. Asersi Kelengkapan
Asersi kelengkapan menekankan apakah seluruh transaksi dan saldo yang semestinya
tercantum dalam laporan keuangan, sudah benar-benar dicatat dan disajikan. Auditor
akan mencoba mendeteksi apakah ada transaksi pembayaran gaji dan upah yang belum
tercatat.
3. Asersi Hak dan Kewajiban
Berkaitan dengan asersi ini, auditor berusaha memastikan apakah perusahaan mempunyai
kewajiban legal atas biaya dan utang gaji dan upah, dan pajak penghasilan karyawan.
4. Asersi Penilaian dan Pengalokasian
Berkaitan dengan asersi penilaian, auditor akan berusaha memperoleh bukti mengenai
apakah saldo biaya gaji dan upah, bonus karyawan, tunjangan, utang gaji dan upah, dan
pajak penghasilan karyawan telah disajikan dalam laporan keuangan pada jumlah yang
tepat. Auditor akan memastikan apakah saldo tersebut diperoleh melalui penilaian dan
pengalokasian sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
5. Asersi Pelaporan dan Pengungkapan
Selain memperoleh bukti mengenai keempat asersi tersebut, auditor perlu menghimpun
bukti mengenai apakah transaksi dan saldo yang tercatat telah tepat diklasifikasikan,
dijelaskan, dan diungkapkan dalam neraca.

1.3 MATERIALITAS, RISIKO, DAN STRATEGI AUDIT


Biaya gaji dan upah umumnya merupakan biaya operasi terbesar bagi perusahaan dagang
dan jasa atau profesi. Bagi perusahaan dagang ada dua komponen biaya yang besar yaitu
harga pokok penjualan, dan biaya gaji dan upah. Bagi perusahaan jasa, misalnya perusahaan
pemotong rambut (salon), biaya tenaga kerja relatif sangat besar proporsinya dari total biaya.
Hal ini disebabkan karena karyawan merupakan sumber daya utama perusahaan jasa. Bagi
perusahaan profesi, misalnya kantor akuntan publik, biaya gaji dan upah mendominasi total
biaya. Hal ini disebabkan karena karyawan merupakan sumber daya utama kantor akuntan
publik. Bagi perusahaan manufaktur, khususnya industri padat karya, biaya gaji dan upah
merupakan biaya yang sangat besar proporsinya dari total biaya.
Oleh karena biaya gaji dan upah umumnya merupakan biaya operasi terbesar, maka
rekening biaya gaji dan upah sangat material bagi laporan laba rugi. Risiko bawaan asersi
penilaian atau alokasi mungkin saja tinggi karena adanya kompleksitas perhitungan biaya
gaji dan upah misalnya besarnya volume, perhitungan gaji dan upah berdasar satuan jumlah
produk yang dihasilkan maupun jumlah jam kerja, serta penentuan jumlah gaji berikut bonus
dan kompensasi yang berdasar prestasi karyawan. Saldo utang gaji akhir tahun sering tidak
material. Kebanyakan perusahaan memperluas struktur pengendalian intern atas transaksi
gaji dan upah. Oleh karena itu, auditor menerapkan pendekatan tingkat resiko kontrol yang
ditetapkan lebih rendah untuk sebagian besar asersi.
1.4 STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN DALAM AUDIT

Suatu kewajiban bagi perusahaan untuk memonitor kegiatan operasional dan hasilnya. Sistem
pengendalian intern akan menghasilkan laporan yang dikehendaki manajemen, dalam arti yang
tegas, dan sistem tersebut akan: (a) mengamankan sumber dari pemborosan, kecurangan, dan
ketidah efesienan, (b) meningkatkan ketelitian dan dapat dipercayainya data akutansi, (c)
mendorong ditaati dan dilaksanakannya kebijakan perusahaan, (d) meningkatkan efisiensi. Hal
tersebut meliputi metode-metode dimana manajemen atas akan memberi delegasi atau wewenang
dan memberi tanggung jawab untuk fungsi pembelian, penjualan produksi dan akuntansi. Dalam
akuntansi, SPI yang berlaku dalam perusahaan/entitas merupakan faktor yang menentukan
keandalan laporan keuangan yang dihasilkan oleh entitas tersebut. Oleh karena itu dalam
memberikan pendapat atas kewajaran laporan yang di auditnya, Auditor meletakkan kepercayaan
atas efektivitas SPI dalam mencegah terjadinya kesalahan yang material dalam proses akuntansi.
Pengertian Struktur Pengendalian Intern menurut Bodnar and Hopwood, Struktur Pengendalian
Intern adalah “kebijakan dan prosedur untuk menyediakan jaminan yang memadai bahwa tujuan
perusahaan dapat dicapai.” Secara umum, Pengendalian Intern merupakan bagian dari masing-
masing sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman pelaksanaan operasional
perusahaan atau organisasi tertentu. Di lingkungan perusahaan, pengendalian intern didifinisikan
sebagai suatu proses yang diberlakukan oleh pimpinan (dewan direksi) dan management secara
keseluruhan, dirancang untuk memberi suatu keyakinan akan tercapainya tujuan perusahaan
yang secara umum dibagi kedalam tiga kategori, yaitu:

1. Keefektifan dan efisiensi operasional perusahaan

2. .Pelaporan Keuangan yang handal

3. Kepatuhan terhadap prosedur dan peraturan yang diberlakukan

Pentingnya pengendalian internal bagi manajemen dan akuntan pemeriksa telah lama diakui dari
berbagai literature, factor-faktor yang dipengaruhi oleh struktur pengendalian internal sebuah
perusahaan meliputi:

1. Luas dan ukuran entitas perusahaan yang sangat kompleks. Hal ini mengakibatkan
manajemen harus percaya pada laporan-laporan serta analisis untuk operasi pengendalian
yang efektif.
2. Pengecekan dan review yang melekat pada system pengendalian intern yang baik akan
dapat melindungi dari human error dan mengurangi kemungkinan kekeliruan dan
penyimpangan yang akan terjadi.
3. Di lain pihak, adalah tidak praktis bagi auditor untuk melakukan pengauditan secara
menyeluruh atau secara detail untuk hampir semua transaksi perusahaan terkait dengan
keterbatasan waktu dan biaya.
Akuntan pemeriksa (auditor) harus mempelajari dan mengevaluasi struktur pengendalian internal
untuk merencanakan pemeriksaan. Hasil atas mempelajari dan mengevaluasi SPI yang ada
adalah dapat dimanfaatkan untuk digunakan sebagai:

1. Mengidentifikasi bentuk-bentuk salah saji yang potensial dari laporan keuangan.


2. Mengetahui factor-faktor yang mempunyai pengatuh atas risiko laporan
keuangan.
3. Digunakan untuk merencanakan pengujian substantive.
Auditor mempelajari dan mengevaluasi lingkungan pengendalian untuk mengevaluasi sikap,
kesadaran, dan tindakan manajemen dan komite pemeriksaan yang berhubungan dengan
pentingnya pengendalian dan tekanan dalam perusahaan. Dalam melakukan evaluasi, akuntan
pemeriksa harus mengakui bahwa yang lebih penting adalah transaksi bukan kulaitas legalnya.
Lingkungan pengendalian internal mempunyai peranan yang penting di dalam mencegah
penggelapan laporan keuangan, terutama bagi perusahaan yang berskala besar dan go-public,
lingkungan pengendaian adalah penting bagi akuntan pemeriksa dalam menetapkan risiko
pengendalian.

Auditor normalnya memperoleh pengetahuan tentang prosedur pengendalian khusus yang


berhubungan dengan lingkuang pengendaluan dan system akuntansi. Pada umumnya
mempelajari dan mengeveluasi prosedur pengendalian yang berhubungan dengan laporan
keuangan diperlukan untuk mengetahui kunci pengendalian yang berkenaan dengan rekening
atau transaksi yang mempunyai tingkat risiko yang tinggi. Mempelajari dan mengevaluasi
struktur pengendalian internal perusahaan diperoleh dengan cara:

1. Mempertimbangkan hasil audit tahun sebelumnya.


2. Mewawancarai manajemen, supervisor, dan staf.
3. Mereview dokumen dan catatan terkait dengan kegiatan transaksi dan operasional
perusahaan.
4. Mengamati aktivitas dan operasi perusahaan.
Arti pentingnya SPI bagi manajemen dan auditor independen: karena : manajemen tidak dapat
melakukan pengendalian secara langsung atau secara pribadi terhadap jalannya perusahaan.,
Pengecekan dan review yang melekat pada sistem pengendalian intern yang baik dapat akan pula
melindungi dari kelemahan manusia dan mengurangi kekeliruan dan penyimpngan yang akan
terjadi, tidak praktis bagi auditor untuk melakukan pengauditan secara menyeluruh atau secara
detail untuk hampir semu transaksi perusahaan dalam waktu dan biaya terbatas. Pemahaman
auditor tentang struktur pengendalian intern yang berkaitan dengan suatu asersi adalah untuk
digunakan dalam kegiatan: mungkin atau tidaknya audit dilaksanakan, salah saji material yang
potensial dapat terjadi, risiko deteksi, perancangan pengujian substantif.
1.5PENGHIMPUNAN DAN PENDOKUMENTASIAN PEMAHAMAN
Penghimpunan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.      Review pendahuluan (Preliminary Review), dimana dalam hal ini auditor memahami sistem
pengendalian intern dengan mengembangkan pemahaman atas lingkungan pengendalian klien
dan aliran transaksi baik kredit maupun kas. 
2.      Dokumentasi system, hal ini biasanya auditor mendokumentasikan pemahaman terhadap
system pengendalian intern dengan flowchart, kuesioner dan deskripsi naratif. Flowchart  pada
umumnya menyediakan deskripsi system pengendalian intern dengan singkat, informatif dan
tidak ambigu (biasa).
3.      Deskripsi naratif, hal ini menjelaskan kondisi system pengendaian intern dalam tulisan. Naratif
sangat sulit untuk disusn dan dipahami secara komprehensif, oleh karena itu, deskripsi naratif
biasa digunakan untuk tahap yang tidak kompleks dan transaksi yang terkait tidak material,
sebagai contoh kas kecil.
4.      Mengevaluasi bagian aliran transaksi, dimana hal ini auditor menguji pemahamannya
mengenai system dengan melakukan evaluasi bagan alir transaksi.
Penetapan Risiko Pengendalian
Penetapan risiko pengendalian merupakan proses pengevaluasian efktivitas kebijakan prosedur
struktur pngendalian intern dalam mencegah dan mendeteksi salah saji material dalam laporan
keuangan. Ada lima tahap penetapan risiko pengendalian, yaitu:
1.      Mengidentifikasi salah saji potensial yang terjadi.
2.      Mengidentifikasi pengendalian yang dapat diterapkan untuk mencegah dan menditeksi salah
saji.
3.      Menghimpun bukti melalui pengujian pengendalian mengenai apakah rancangan dan operasi
pengendalian adalah efektif.
4.      Mengevaluasi bukti yang dihimpun.
5.      Melakukan penetapan atau penilaian risiko pengendalian.
1.6 PENETAPAN RISIKO PENGENDALIAN

Adalah proses penilaian tentang efektivitas suatu perusahaan dalam mencegah dan mendeteksi
salah saji material dalam penyususnan laporan keuanganRisiko pengendalian ditetapkan untuk
masing-masing asersi pengolahan transaksi, dan karena banyak kegiatan pengendalian berkaitan
dengan jenis-jenis transaksi tertentu, maka auditor biasanya memulai dengan menetapkan risiko
untuk asersi-asersi kelompok tansaksi seperti asersi keberadaan atau keterjadian,
kelengkapan, dan penilaian atau pengalokasian untuk transaksi-transaksi penerimaan kas dan
pengeluaran kas. Hasil penetapan risiko tersebut kemudian digabungkan sedemikian rupa
sehingga dapat ditetapkan risiko pengendalian untuk asersi-asersi saldo rekening yang
bersangkutan yang dipengaruhi oleh kelompok-kelompok transaksi tersebut.

Dalam menetapkan risiko pengendalian untuk suatu asersi, auditor perlu melakukan hal-hal
berikut

1. Mempertimbangkan pengetahuan yang diperoleh dari prosedur-prosedur untuk


mendapatkan pemahaman tentang apakah pengendalian yang berhubungan dengan
asersi telah dirancang dan dioperasikan oleh manajemen perusahaan.

2. Mengidentifikasi salah saji potensial yang dapat terjadi dalam asersi perusahaan.

3. Mengidentifikasi pengendalian yang diperlukan yang diperkirakan akan mampu


untuk mencegah dan mendeteksi salah saji.

4. Melakukan pengujian pengendalian terhadap pengendalian yang diperlukan untuk


menetapkan efektivitas rancangan dan pengoperasiannya.

5. Mengevaluasi bukti dan menetapkan risiko.

1.7 Pengujian Pengendalian


Pengujian pengendalian merupakan pengujian yang dilaksanakan terhadap rancangan
pelaksanaan suatu kebijakan atau prosedur struktur pengendalian internal. Pengujian
pengendalian ini, dilakukan auditor untuk menilai efektifitas kebijakan atau pengendalian untuk
mendeteksi dan mencegah salah saji prosedur material dalam suatu asersi laporan keuangan.
Prosedur pengujian pengendalian yang dapat diterapkan untuk siklus gaji dan upah dibedakan
atas prosedur:
a. Pengujian pengendalian biaya gaji dan upah
Langkah-langkah pengujian pengendalian biaya gaji dan upah:
1. Himpunan register gaji dan upah dari bagian gaji dan upah, dan memeriksa ketepatan
penghitungan matematis.
2. Himpunan ringkasan gaji dan upah, dan ringkasan distribusi tenaga kerja yang terkait.
 Pemeriksa ketepatan matematis kedua dokumen tersebut.
 Bandingkan dengan total dalam register gaji dan upah
 Mengusut total dalam register gaji ke catatan akuntansi termasuk akuntansi biaya.
3. Pilih sampel karyawan secara random dari register gaji.
4. Himpunan arsip personalianya kemudian
 Periksa kelengkapan arsip karyawan tersebut
 Bandingkan informasi pengurangan gaji dan upah dalam catatan personalia dengan
penjurnalan dalam register gaji himpunan laporan waktu dan hitung penerimaan kotornya
 Mengusut penjurnalan dalam register gaji tersebut dengan posting-nya
5. Mendokumentasikan setiap temuan penyimpangan yang diperoleh melalui keempat
langkah di atas.
b. Pengujian pengendalian pendistribusian cek gaji
Langkah-langkah Pengujian pengendalian pendistribusian cek gaji:
1. Pilih dan minta sampel cek gaji yang sudah di cancelled
2. Mengusut rincian dalam cek dengan penjurnalan dalam register gaji dan upah
3. Membandingkan tanda tangan penerima cek dengan tanda tangan dalam catatan
personalia
4. Mengamati pendistribusian cek secara langsung
5. Mendokumentasikan setiap temuan penyimpangan yang diperoleh melalui keempat
langkah di atas.
1.8 Pengujian substantif saldo utang gaji dan upah
Pengujian substantif normalnya dilakukan pada saat atau sekitar tanggal neraca. Risiko bawaan
saldo ini tinggi untuk asersi keberadaan atau kejadian dan penilaian atau alokasi. Apabila setelah
dilakukan pengujian pengendalian ditemukan bukti bahwa pengendalian tersebut sangat efektif,
maka risiko deteksi yang tinggi dapat diterima. Hal ini mengakibatkan pengujian substantif
cukup dilakukan dengan beberapa prosedur pengujian tertentu.
Pengujian Substantif saldo gaji dan upah dapat dilakukan dengan prosedur dibawah ini:
Tujuan Audit Prosedur
Keterjadian Penilian Menentukan dengan prosedur analitis
kelayakan biaya gaji dan distribusinya.
Kewajiban,Penilaian,Kelengkapan Menentukan kelauyakan upah yang masih
harus dibayar,gaji dan akun yang terkait
Penyajian dan Pengungkapan Menelaah laporan keuangan untuk
menentukan apakah:
 Gaji dan upah yang masih harus
dibayar telah diklasifikasikan secara
layak
 Pengungkapannya mencukupi

Apabila ternyata risiko deteksi rendah maka auditor perlu juga melaksanakan beberapa
prosedur pengujian berikut:
a. Rekonsiliasi total jam yang dibayar sesuai catatan gaji dan upah dengan catatan independen
jam kerja dalam Departemen produksi.
b. Mengusut transaksi yang tercatat dalam jurnal gaji dan upah ke dokumen pendukungnya.
c. Memeriksa catatan gaji dan upah periode selanjutnya setelah karyawan berhenti.
d. Rekonsiliasi informasi dalam formulir pajak ( PPH karyawan dengan catatan gaji dan upah).

Prosedur analitis
Dalam menafsir kelayakan biaya gaji dan distribusinya, auditor dapat menyusun dan
menganalisa keterkaitan antar data. Item yang telah diseleksi dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya. Rasio selalu berguna dalam membuat perbandingan. Rasio dapat dihitung oleh
auditor untuk menentukan apakah akun terkait dengan yang lainnya sesuai dengan yang
diharapkan.

Penerapan prosedur analitis saldo gaji dan upah meliputi:


a. Perbandingan antara saldo biaya gaji dan upah tahun ini dengan saldo tahun sebelumnya.
b. Perbandingan antara saldo biaya gaji dan upah tahun ini dengan jumlah yang dianggarkan
dalam anggaran pembelanjaan perusahaan.
c. Perbandingan antara saldo utang gaji dan upah yang dibebankan dengan tahun sebelumnya.
d. Menghitung rasio total biaya gaji dan upah dibagi dengan penjualan bersih. Rasio ini
kemudian dibandingkan dengan rasio tahun sebelumnya.
e. Perbandingan antara biaya komisi yang dibebankan dengan tahun sebelumnya.

Apabila ditemukan bukti adanya fluktuasi atau penyimpangan saldo dan rasio yang cukup
besar, auditor perlu mengekstensifkan pengujian substantif yang lebih rinci. Prosedur analitis ini
dapat menghasilkan bukti yang berkaitan dengan asersi keberadaan atau kejadian, kelengkapan,
dan penilaian atau pengalokasian.
Penghitungan kembali utang gaji dan upah yang dibebankan
Auditor selain memperhatikan potensi overstated rekening biaya gaji dan upah, juga perlu
memperhatikan potensi understated rekening utang gaji dan upah dibebankan. Perusahaan dapat
melaporkan utang gaji dan upah dibebankan pada jumlah yang lebih kecil daripada semestinya.
Hal tersebut dilakukan perusahaan untuk membuat laba perusahaan tampak lebih besar daripada
semestinya. Potensi understatement ini berkaitan dengan asersi kelengkapan. Perhitungan utang
gaji dan upah dibebankan sendiri, berkaitan dengan asesi pengalokasian.
Prosedur pengujian ini dapat dilakukan dengan menelaah penghitungan yang dilakukan
manajemen. Apabila risiko deteksi yang ditetapkan rendah, maka auditor perlu melakukan
penghitungan kembali yang independen atas utang gaji dan upah dibebankan. Prosedur pengujian
ini akan menghasilkan bukti yang berkaitan dengan asersi penilaian atau pengalokasian.

Verifikasi kompensasi eksekutif


Banyak Perusahaan yang memberikan kompensasi khusus kepada manajer atau eksekutif
perusahaan. Kompensasi tersebut dapat berupa pemberian gaji yang tinggi, fasilitas Rumah,
kendaraan dan kepemilikan kartu kredit, pemberian komisi, bonus, hak membeli saham
perusahaan atau hak opsi, dan sebagainya. Potensi masalah yang ada adalah kemungkinan
eksekutif perusahaan mengatur dan mengendalikan kompensasi yang akan diberikan kepada
dirinya sendiri. Untuk mencegah hal itu ,perlu adanya otorisasi dewan komisaris atau rapat
umum pemegang saham. Prosedur pengujian ini berkaitan dengan kelima asersi.

Menganalisis penyajian dan pengungkapan laporan keuangan


Auditor harus memahami persyaratan penyajian dan pengungkapan utang gaji dan upah,
dan biaya gaji dan upah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum. Utang gaji dan
upah diklasifikasikan sebagai kewajiban lancar dalam neraca. Di samping itu, auditor perlu
memastikan ketepatan pemisahan pembayaran gaji dan upah sebagai biaya administrasi dengan
biaya tenaga kerja langsung yang menambah harga pokok produksi.
DAFTAR PUSTAKA
Halim, A., & Budisantoso, T. Auditing 2 : Dasar-dasar Prosedur Pengauditan Laporan
Keuangan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Fransisca, D. (2016, Mei 30). PENETAPAN RISIKO PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN
PENGENDALIAN. Retrieved from www.jtanzilco.com:
https://www.jtanzilco.com/blog/detail/416/slug/penetapan-risiko-pengendalian-dan-
pengujian-pengendalian#:~:text=Risiko%20pengendalian%20ditetapkan%20untuk
%20masing,asersi%20keberadaan%20atau%20keterjadian%2C%20kelengkapan%2C
Hendie. (2013, Mei 29). Auditing II. Retrieved from http://hendie23.blogspot.com/:
http://hendie23.blogspot.com/2013/05/auditing-ii.html?m=1
Lestari, T. D. (2016, September 5). STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN DALAM AUDIT.
Retrieved from www.jtanzilco.com:
https://www.jtanzilco.com/blog/detail/505/slug/struktur-pengendalian-intern-dalam-audit

Anda mungkin juga menyukai