Anda di halaman 1dari 13

STANDAR AUDITING

Dosen :
Ni Luh Gd Mahayu Dicriyani, S.St.,M.Si
Oleh:
Kelompok 2
1. I Putu Dika Suryawan 06/ 2102622010209
2. Si Sayu Adinda Novitasari 10/ 2102622010213
3. Ayu Pradnya Pratiwi 26/ 2102622010229

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PRODI AKUNTANSI 2021
KELAS B MALAM
2022
I.1 Komponen-komponen Standar Auditing Berbasis ISA
Standar audit merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan
tanggungjawab profesionalnya. Standar audit berfungsi untuk mewujudkan audit
yang berkualitas dan dapat diandalkan. Standar audit dibuat berdasarkan konsep
dasar yang mana konsep dasar tersebut sangat diperlukan dalam standar audit
sebagai dasar pembuatan standar yang berguna untuk memberikan pengarahan
dan pengukuran kualitas dari mana prosedur audit dapat diturunkan.Standar
Audit (SA) berbasis International Starndars on Auditing (ISA)merupakan
standar audit yang mengatur tentang standar yang digunakan oleh auditor saat
melakukan kegiatan pengauditan atas laporan keuangan. Pada ISA, tidak ada
Standar Umum, Standar Pekerjaan Lapangan, dan Standar Pelaporan seperti
yang terdapat dalam SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik) tetapi standar-
standar yang ada di ISA sudah mencerminkan proses pengerjaan auditing.
International Standard on Auditing (ISA) ini menekankan pada audit berbasis
risiko, yang mewajibkan auditor untuk menjalankan konsep risiko dalam setiap
tahap audit. Selain itu, ISA juga berpaling dari model matematis dan
menekankan penggunaan professional judgment yang memberikan konsekuensi
pada keterlibatan auditor yang berpengalaman. Dan terakhir, audit berbasis ISA
melibatkan peran Those Charge with Governance (TCWG) yang menekankan
berbagai kewajiban entitas dan manajemen. International Standards on Auditing
(ISA) yang diterbitkan oleh International Auditing and Assurance Standards
Board segera akan diadopsi di Indonesia dan diterapkan oleh Akuntan Publik
untuk melakukan audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada
atau setelah 1 Januari 2013. Adopsi ini dilakukan sebagai bagian dari proses
untuk memenuhi salah satu butir Statement of Membership Obligation dari
International Federation of Accountants, yang harus dipatuhi oleh profesi
Akuntan Publik diIndonesia.
I.1.1 Prinsip-Prinsip Umum dan Tanggung Jawab (SA.200 s/d 265)
SA 200 : Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Audit
Berdasarkan Standar Audit

Tujuan Audit adalah untuk meningkatkan keyakinan pengguna laporan


keuangan yang dituju. Hal itu dicapai melalui pernyataan suatu opini oleh
auditor tentang apakah laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang
material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.

SA 210 : Persetujuan atas Ketentuan Perikatan Audit


Tujuan auditor dalam menerima atau melanjutkan penugasan audit hanya jika
dasar untuk melaksanakan penugasan sudah disetujui dengan:
Menegaskan adanya pemahaman yang sama antara auditor dan manajemen, jika
perlu dengan TCGW (Those Charge With Goverment) mengenai syarat-syarat
penugasan audit; dan Memastikan bahwa prasyarat untuk suatu audit memang
ada.
SA 220 : Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan
Tujuan auditor adalah mengimplementasi prosedur pengendalian mutu pada
tingkat penugasan yang memberikan asurans yang layak bahwa:
- Auditnya mematuhi Standart Profesional serta kewajiban hukum/ketentuan
perundang-undangan yang berlaku dan kewajiban yang ditetapkan regulator.
-Laporan auditor yang diterbitkan, sudah tepat dalam situasi (yang dihadapi).
SA 230 : Dokumentasi Audit
Auditor wajib membuat dokumentasi audit yang cukup, yang memungkinkan
auditor berpengalaman, yang tidak mempunyai hubungan sebelumnya dengan
audit tersebut, memahami:
-Sifat, waktu, dan luasnya prosedur audit yang dilaksanakan sesuai ISA dan
ketentuan perundang-undangan terkait (SA 230.A6-A7); serta hasil dari prosedur
audit yang dilaksanakan, dan bukti audit yang diperoleh.
-Hal-hal signifikan yang ditemukan dalam audit, kesimpulan atas hal-hal itu, dan
kearifan profesional (profesional judgement) signifikan yang diterapkan dalam
menarik kesimpulan tersebut (SA 230.A8-A11).
SA 240 : Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam
suatu Audit atas Laporan Keuangan

Tanggungjawab utama untuk pencegahan dan pendeteksian kecurangan berada


pada dua pihak yaitu yang bertanggungjawab atas tata kelola entitas dan
manajemen. Merupakan hal penting bahwa manajemen, dengan pengawasan
oleh pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola, menekankan pencegahan
kecurangan yang dapat mengurangi peluang terjadinya kecurangan, dan
pencegahan kecurangan (Fraud Deferrence), yang dapat membujuk individu-
individu agar tidak melakukan kecurangan karena kemungkinan akan terdeteksi
dan terkena hukuman.

SA 250 : Pertimbangan atas Peraturan Perundang-undangan dalam Audit


atas Laporan Keuangan

Ketentuan dalam Standart Audit (SA 250) dirancang untuk membantu auditor
dalam mengidentifikasi kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan
yang disebabkan oleh ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
Namun, auditor tidak bertanggungjawab untuk mencegah dan tidak mendeteksi
ketidak patuhan terhadap semua peraturan perundang-undangan.

SA 260 : Komunikasi dengan Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata


Kelola
Auditor wajib berkomunikasi dengan TCGW (Those Charge With
Goverment) mengenai tanggung jawab auditor berkenaan dengan audit atas
laporan keuangan, termasuk (bahwa):
-Auditor bertanggungjawab untuk merumuskan dan memberikan opini atas
laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen dibawah pengawasan
TCGW (Those Charge With Goverment).
-Audit atas laporan keuangan tidaklah membebaskan manajemen atau
TCGW (Those Charge With Goverment) dari tanggungjawab mereka.
SA 265 : Pengomunikasian Defisiensi dalam Pengendalian Internal kepada
Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola

Auditor wajib mengkomunikasikan secara tertulis kepada TCGW (Those Charge


With Goverment) tentang kelemahan signifikan dalam pengendalian intern yang
ditemukan selama audit secara tepat waktu.

I.1.2 Penilaian Risiko dan Respons terhadap Risiko yang telah Dinilai
SA 300 : Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan
Perencanaan suatu audit mencakup penetapan strategi audit secara keseluruhan
untuk perikatan (Penugasan) audit dan pengembangan rencana audit.
Perencanaan yang cukup akan bermanfaat dalam audit atas laporan keuangan
dalam beberapa hal, termasuk hal-hal sebagai berikut (SA 300.2):

1. Membantu auditor untuk mencurahkan perhatian yang tepat terhadap area


yang penting dalam audit;
2. Membantu auditor untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang
potensial;
3. Membantu auditor untuk mengorganisasi dan mengelola perikatan (penugasan
audit) dengan baik, sehingga perikatan tersebut dapat dilaksanakan dengan
efektif dan efisien;
4. Membantu dalam pemilihan anggota tim perikatan (Tim Audit) dengan
tingkat kemampuan dan kompetensi yang tepat untuk merespon resiko yang
diantisipasi, dan penugasan pekerjaan yang teapt kepada mereka;
5. Memfasilitasi arah dan supervisi atas anggota tim perikatan (tim audit) dan
penelaahan atas pekerjaan mereka;
6. Membantu jika relevan, dalam pengoordinasian hasil pekerjaan yang
dilakukan oleh auditor komponen dan pakar.

SA 315 : Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian


Material melalui Pemahaman Entitas dan Lingkungannya

Dalam standar ini, menegaskan bahwa auditor harus memperoleh suatu


pemahaman tentang apakah entitas memiliki suatu proses untuk (SA 315.paragraf
15):

1. Mengidentifikasi risiko bisnis yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan;


2. Mengestimasi signifikan risiko;
3. Menentukan kemungkinan terjadinya risiko tersebut; dan
4. Memutuskan tindakan untuk menangani risiko.
Proses penilaian risiko entitas membentuk suatu basis bagi manajemen untuk
menentukan bagaimana risiko dikelola. Ketepatan atas kesesuaian proses
penilaian risiko entitas dengan kondisinya ditentukan oleh pertimbangan auditor.

SA 320 : Materialitas dalam tahap Perencanaan dan Pelaksanaan Audit

Materialitas dan resiko audit perlu dipertimbangkan sepanjang pelaksanaan


audit, khususnya pada saat (SA 320.A1):

1. Mengidentifikasi dan menilai kesalahan penyajian material;


2. Menentukan sifat, saat dan luas prosedur audit selanjutnya;dan
3. Mengevaluasi dampak laporan keuangan dan dalam merumuskan opini dalam
laporan auditor.
Materialitas pelaksanaan (performance materiality) adalah suatu jumlah yang
ditetapkan auditor, pada tingkat yang lebih rendah dari pada materialitas untuk
laporan keuangan secara keseluruhan, untuk mengurangi tingkat rendah yang
semestinya kemungkinan kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi dan yang
tidak terdeteksi yang secara agregat melebihi materialitas untuk laporan
keuangan secara keseluruhan (SA 320.9).
Penentuan materialitas oleh auditor membutuhkan pertimbangan profesional dan
dipengaruhi oleh persepsi auditor tentang kebutuhan informasi keuangan oleh
para pengguna laporan keuangan. Konsep materialitas diterapkan oleh auditor
pada tahap perencanaan dan pelaksanaan audit, serta pada saat mengevaluasi
dampak kesalahan penyajian yang teridentifikasi dalam audit dan kesalahan
penyajian yang tidak dikoreksi jika ada, terhadap laporan keuangan dan pada
saat merumuskan opini dalam laporan auditor (SA 320).
SA 330 : Respon Auditor terhadap Risiko yang telah Dinilai

Jika auditor sudah menentukan bahwa salah saji material yang dinilai, pada
tingkat asersi merupakan risiko signifikan, auditor wajib melaksanakan prosedur
substantif yang khusus menanggapi risiko tersebut. Dalam hal pendekatan
terhadap risiko signifikan itu hanya terdiri atas prosedur substantif, prosedur
wajib uji rincian (SA 330.21)
Jika prosedur substantif dilaksanakan pada suatu tanggal interim (tanggal
ditengah tahun), auditor wajib meliputi periode sisanya (antara tanggal interim
sampai akhir tahun) dengan melaksanakan (SA 330.22):

1. Prosedur substantif yang dikombinasikan dengan uji pengendalian untuk


periode sisa; atau
2. Prosedur substantif selanjutnya saja yang memberikan dasar yang layak untuk
memperluas kesimpulan dari tanggal interim ke akhir tahun, jika auditor
menentukan bahwa itu sudah cukup.

SA 402 : Pertimbangan Audit terkait dengan Entitas yang menggunakan


suatu Organisasi Jasa

Menetapkan tujuan auditor berkenaan dengan audit laporan keuangan entitas


pengguna organisasi pemberi jasa sebagai berikut (SA 402.7):

1. Memperoleh pemahaman yang cukup mengenai sifat dan pentingnya jasa-jasa


yang diberikan organisasi pemberi jasa dan dampaknya terhadap
pengendalian intern entitas yang relevan bagi audit, untuk mengidentifikasi dan
menilai resiko salah saji yang material;
2. Merancang dan melaksanakan prosedur audit yang tanggap terhadap risiko-
risiko tersebut.

SA 450 : Pengevaluasian atas Kesalahan Penyajian yang di Identifikasi


Selama Audit

Tujuan auditor ialah mengevaluasi :


1. Dampak salah saji yang ditemukan, terhadap audit; dan
2. Dampak salah saji yang tidak dikoreksi, jika ada, terhadap laporan keuangan.

I.1.3 Bukti Audit

Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau


informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan
oleh Auditor sebagai dasar yang layak untuk menyatakan Pendapatnya.
Bukti Audit dalam Standar Akuntan (SA.500 s/d SA.580)
SA 500 : Bukti Audit
Auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur audit yang teapat sesuai
dengan kondisi untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat (SA 500.6)
Bukti audit yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan (SA 500).

SA 501 : Bukti Audit – Pertimbangan Spesifik atas Unsur Pilihan


Menetapkan tujuan auditor ialah untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan
tepat menegenai (SA 501.3):

1. Adanya (existence) dan kondisi persediaan;


2. Lengkapnya (completeness) informasi mengenai litigasi dan tuntutan hukum
terhadap entitas;
3. Penyajian dan pengungkapan informasi segmen sesuai dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku.

SA 505 : Konfirmasi Eksternal


Tujuan auditor dalam menggunakan prosedur konfirmasi eksternal, ialah
merancang dan melaksanakan prosedur untuk memperoleh bukti audit yang
relevan dan andal (SA 505.7).
Jika auditor menyimpulkan bahwa jawaban konfirmasi tidak andal/tidak dapat
dipercaya, auditor wajib mengevaluasi implikasinya terhadap penilaian resiko
yang dilakukan auditor mengenai salah saji yang material, termasuk risiko
adanya kecurangan (fraud), dan terhadap sifat, waktu dan luasnya prosedur audit
lainnya (SA 505.11).
Auditor wajib mengevaluasi apakah hasil dari prosedur konfrimasi eksternal
memberikan bukti audit yang relevan dan andal, atau apakah bukti audit
tambahan diperlukan (SA 505.16).

SA 510 : Perikatan Audit Tahun Pertama – Saldo Awal


Penugasan audit pertama bukan hal baru untuk praktisi di indonesia. Standart
Audit 510 menegaskan kewajiban-kewajiban auditor dan memberikan petunjuk
pelaksanaannya. Petunjuk pelaksaan yang diberikan adalah (SA 510):

1. Membaca laporan keuangan terakhir dan laporan auditor terdahulu;


2. Melihat apakah saldo penutupan dari periode yang lalu telah dipindahkan ke
periode ini dengan benar, dan mencerminkan penggunaan kebijakan akuntansi
yang tepat;
3. Meriview kertas kerja auditor terdahulu;
4. Melaksanakan prosedur audit dalam periode ini untuk memperoleh bukti
tentang saldo pembukuan. Ini penting jika laporan keuangan yang lalu tidak
diaudit.

SA 520 : Prosedur Analitis


Prosedur analitis didefinisikan sebagai Pengevaluasian terhadap informasi
keuangan yang dilakukan melalui analisis hubungan antara data keuangan dan
data non keuangan. Prosedur analitis juga mencakup investigasi sebagaimana
yang diperlukan atas fluktuasi atau hubungan teridentifikasi yang tidak konsisten
dengan informasi relevan lain, atau yang berbeda dari nilai yang diharapkan
dalam jumlah yang signifikan (SA 520.4).

SA 530 : Sampling Audit


Sampling audit sebagai penerapan prosedur audit terhadap kurang dari 100%
unsur dalam suatu populasi audit yang relevan sedemikian rupa sehingga semua
unit sampling memiliki peluang yang sama untuk dipilih dalam memberikan
basis memadai bagi auditor untuk menarik kesimpulan tentang populasi secara
keseluruhan (SA 530.5)

SA 540 : Audit atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi


Nilai Wajar, dan Pengungkapan yang Bersangkutan
Makna yang digunakan dalam standar audit sehubungan dengan estimasi
akuntansi memberikan istilah-istilah berikut (SA 540.7):
1. Estimasi Akuntansi  (Accounting estimate)
Nilai yang mendekati suatu nilai uang, yang digunakan jika tidak ada
pengukuran yang tepat. Istilah estimasi ini digunakan untuk jumlah (uang) yang
diukur dengan nilai wajar (fair value) dimana ada ketidakpastian dalam
estimasi (estimation uncertainty), maupun jumlah-jumlah lain yang memerlukan
estimasi. Dalam hal International Auditing Standards (ISA) hanya membahas
estimasi akuntansi (accounting estimates) dengan pengukuran nilai wajar, istilah
“fair value accounting estimates” (“estimasi akuntansi nilai wajar”) yang
digunakan.
2. Auditor’s point estimate atau auditor’s range
Jumlah atau rentang jumlah, yang diambil dari bukti audit untuk digunakan
dalam mengevaluasi management’s point estimate.
3. Estimation uncertainly
Kerentanan estimasi akuntansi dan pengungkapan (disclousures) yang melekat
dalam pengukuran (pada setiap estimasi).
4. Management bias
Tidak netralnya manajemen dalam membuat atau menyiapkan informasi.
5. Management’s point estimate
Jumlah yang dipilih manajemen untuk pengakuan (terhadap)
atau disclosures (mengenai) estimasi akuntansi.
6. Outcome of an accounting estimate
Jumlah/nilai uang sebenarnya dari penyelesaian transaksi, peristiwa, atau kondisi
yang mendasari estimasi akuntansi.

SA 550 : Pihak Berelasi


Prosedur audit berkenaan dengan pihak-pihak terkait, hubungan diantara pihak-
pihak terkait, dan transaksi dengan pihak-pihak terkait. Istilah “pihak-pihak
terkait” merupakan terjemahan dari related parties. Istilah lain yang sering
digunakan ialah “hubungan istimewa” atau “pihak-pihak dengan hubungan
istimewa”.
Dalam mendefinisikan istilah ini International Auditing
Standards mengembalikannya kepada kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku. Namun, jika kerangka pelaporan keuangan yang berlaku tidak
mengaturnya (menyebutnya secara sambil lalu, dan sangat minim) maka ISA
memaknakan pihak berelasi (related-party) sebagai (SA 550.10):

1. Seseorang atau suatu entitas yang mengendalikan atau sangat berpengaruh,


secara langsung atau tidak langsung melalui satu atau lebih perantara,
terhadap entitas pelapor.
2. Suatu entitas yang dikendalikan atau dipengaruhi secara langsung atau tidak
langsung melalui satu atau lebih perantara, oleh entitas pelapor; atau
3. Entitas lain yang bersama entitas pelapor berada dibawah pengendalian
bersama melalui:
A. Pemilikan dibawah kendali bersama;
B. Pemilik terdiri atas keluarga dan kerabat; atau
C. Anggota manajemen kunci bersama.

SA 560 : Peristiwa Kemudian


Auditor wajib melaksanakan prosedur audit untuk mencakup periode antara
tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor (atau tanggal yang
sedekat mungkin dengan tanggal laporan auditor). Auditor wajib
memperhitungkan penilaian risiko dalam menentukan sifat dan luasnya prosedur
audit, seperti (SA 560.7):

1. Memahami prosedur yang dibuat manajemen untuk memastikan bahwa


peristiwa kemudian telah diidentifikasi;
2. Tanyakan kepada manjemen dan TCGW (Those Charge With
Goverment) apakah peristiwa kemudian yang ada atau terjadi, berdampak
terhadap laporan keuangan;
3. Membaca risalah rapat (pemilik/pemegang saham, manajemen dan TCGW),
sesudah tanggal laporan keuangan dan tanyakan hal-hal yang dibahas dalam
rapat yang belum ada risalah rapatnya;
4. Membaca laporan keuangan interim sesudah tanggal laporan keuangan, jika
ada.

Auditor tidak berkewajiban melaksanakan prosedur audit apapun atas laporan


keuangan sesudah tanggal laporan auditor. Namun, jika sesudah tanggal laporan
auditor tetapi sebelum tanggal diterbitkannya laporan keuangan, auditor
mengetahui adanya fakta yang jika diketahui pada tanggal laporan auditor,
mungkin akan membuat auditor mengubah laporannya. Dalam hal ini auditor
wajib (SA 560.10):

1. Mendiskusikan hal tersebut dengan manajemen dan TCGW;


2. Menentukan apakah laporan keuangan harus diubah, dan jika demikian;
3. Menanyakan bagaimana manajemen akan menangani hal ini dalam laporan
keuangan.

SA 570 : Kelangsungan Usaha


Ketika melaksanakan prosedur penilaian risiko sesuai (SA 315), auditor wajib
mempertimbangkan apakah ada peristiwa atau kondisi yang mungkin
menimbulkan keraguan mengenai kemampuan entitas untuk melanjutkan
usahanya sebagai usaha yang berkesinambungan. Dalam melakukan hal itu,
auditor harus menentukan apakah manajemen sudah melaksanakan penilaian
pendahuluan tentang kemampuan entitas untuk melanjutkan usahanya sebagai
usaha yang berkesinambungan (SA 570.10).

SA 580 : Representasi Tertulis


Represntasi tertulis harus dalam bentuk surat representasi yang dialamatkan
kepada auditor. Jika ketentuan perundang-undangan mewajibkan manajemen
membuat representasi tertulis kepada publik (written publik statement) tentang
tanggung jawabnya, dan auditor memastikan bahwa pernyataan tersebut
memberikan sebagian atau seluruh representasi  yang diharuskan (SA 580.15).
Salah satu tanggung jawab manajemen ketika ia menandatangani surat
perikatan (engagement letter) ialah menkonfirmasi ekspektasi auditor untuk
menerima penegasan tertulis (written konfirmation) mengenai representasi yang
dibuatnya sehubungan dengan perikatan audit.

1.1.4 Penggunaan pekerjaan pihak lain


Penggunaan pekerjaan lain Auditor terkait standar audit bisa di artikan sebagai
konsultan termasuk juga penasihat hukum yang ditugasi sebagai spesialis dalam
situasi selain dalam penyediaan jasa kepada klien. Keputusan Untuk
Menggunakan Pekerjaan lain dari auditor memungkinkan ia menguasai atau
memahami hal-hal bisnis secara umum, tetapi ia tidak diharapkan memiliki
keahlian sebagai seorang yang terlatih atau memenuhi syarat untuk
melaksanakan praktik profesi atau pekerjaan lain. Dalam hal ini adalah Internal
audit perusahaan itu sendiri.

Penggunaan Pekerjaan Pihak Lain (SA.600 s/d SA.620)


SA 600 : Pertimbangan Khusus – Audit atas Laporan Keuangan Grup
(Termasuk Pekerjaan Auditor Komponen)
Dalam International standar audit 600 tidak relevan dengan entitas kecil dan
menengah (yang menjadi sasaran audit). Standar ini membahas audit atas
laporan keuangan kelompok perusahaan (group financial statements) yang
melibatkan beberapa KAP (Kantor Akuntan Publik). Definisi-definisi yang
dicantumkan berikut (SA 600.9):
1. Component
Entitas atau kegiatan bisnis yang memliki informasi keuangan yang merupakan
bagian dari laporan keuangan kelompok (group financial statements).
2. Component Auditor
Auditor yang melaksanakan audit atas informasi keuangan dari
suatu component.
3. Component Management
Manajemen yang bertanggungjawab atas pembuatan informasi keuangan dari
suatu component.
4. Component Materilality
Materilalitas untuk suatu component yang ditentukan oleh group engangement
team.
5. Group
Seluruh atau semua component yang infromasi keuangannya termasuk
dalam group financial statements.
6. Group audit
Audit atas group financial statement.
7. Group Audit Opinion
Pendapat atau opini audit atas group financial statements.
8. Group Engangement Partner
Partner pada KAP yang bertanggungjawab atas group audit engangement.
9. Group Engangement Team
Para partner termasuk group engangement partner, dan staff yang menetapkan
strategi audit menyeluruh (overall group audit strategy), berkomunikasi
dengan component auditors, melaksanakan pekerjaan yang terkait konsolidasi,
dan mengevaluasi kesimpulan yang ditarik dari bukti audit untuk merumuskan
opini atas group financial statements.
10. Group Financial Statements
Laporan keuangan yang meliputi informasi keuangan dari lebih dari
satu component.
11. Group Management
Management yang bertanggungjawab atas penyusunan dan penyajian group
financial statements.
12. Group Wide Controls
Pengendalian yang dirancang, diimplementasikan dan dipelihara oleh group
management terhadap pelaporan keuangan kelompok.
13. Significant Component
Suatu component yang oleh group engagement team diidentifikasi
sebagai component yang secara individual mempunyai aspek keuangan yang
besar (financial significant) bagi group, atau karena sifatnya yang khas, sangat
boleh jadi membawa resiko signifikan atas salah saji material dalam group
financial statements.

SA 610 : Penggunaan Pekerjaan Auditor Internal


Penggunaan pekerjaan auditor internal untuk membantu organisasi dalam
memelihara pengendalian intern. Namun, apakah pekerjaan auditor internal
memadai untuk menentukan dampak yang direncanakan dari pekerjaan tersebut
terhadap sifat, waktu dan luasnya prosedur Kantor Akuntan Publik, serta
melaksanakan prosedur audit atas pekerjaan auditor internal untuk mengevaluasi
kelayakan pekerjaan auditor internal untuk digunakan Kantor Akuntan Publik
(SA 610).

SA 620 : Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor


Dalam istilah “Tenaga ahli auditor” Standar Audit (SA 620.6) mendefinisikan
seseorang atau suatu organisasi yang memiliki keahlian (expertise) dalam suatu
bidang diluar accounting atau auditing, yang pekerjaannya dalam bidang
tersebut digunakan auditor/KAP untuk membantunya memperoleh bukti audit
yang cukup dan tepat. Seorang pakar auditor (auditor’s expert) bisa berasal dari
KAP tersebut (atau jaringan), disebut auditor internal expert (auditor eksternal
expert) yang berasal dari luar.

1.1.5 Kesimpulan audit dan pelaporan serta area – area khusus

Anda mungkin juga menyukai