Anda di halaman 1dari 19

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hakekat Belajar

1. Pengertian Belajar

Menurut KBBI (dalam Bobsusanto, 2016) belajar adalah berusaha

memperoleh kepandaian atau ilmu. Menurut Sudjana, 2010 (dalam

Bobsusanto, 2016) mengatakan bahwa belajar adalah suatu yang ditandai

dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Adapun perubahan hasil

proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti

penambahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku,

kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lainnya yang ada pada

individu-individu yang belajar. Sedangkan Dimyati & Mudjiono, 2006

(dalam Bobsusanto, 2016) belajar adalah suatu proses internal yang

kompleks. Yang terlibat dalam proses internal tersebut diantaranya

meliputi unsur afektif (berkaitan dengan skap, nilai-nilai, ketertarikan,

apresiasi, dan penyusaian perasaan sosial). Sedangkan menurut Djamarah,

(2002) ( dalam Bobsusanto, 2016) mendefinisikan belajar sebagai suatu

aktivitas yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur yakni jiwa dan

raga. Gerak raga yang ditunjukan harus sejalan dengan proses jiwa untuk

mendapatkan suatu perubahan. Dan perubahan yang diperoleh itu bukan

perubahan fisik, melainkan perubahan jiwa dengan sebab masuknya kesan-

kesan yang baru. Perubahan tersebut merupakan hasil dari proses belajar.

5
6

Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat kesimpulan yaitu

belajar adalah suatu kegiatan yang menghasilkan perubahan tingkah laku

pasa seseorang yang belajar.

2. Motivasi Belajar

Proses belajar mengajar akan berjalan sesuai dengan yang

direncanakan oleh guru jika didukung oleh berbagai pihak dan sarana

pembelajaran yang memadai. Bagian yang berkaitan langsung dalam

pembelajaran adalah siswa itu sendiri. Salah satu hambatan dalam setiap

proses belajar mengajar adalah banyaknya siswa yang tidak tertarik

dengan materi maupun proses belajar mengajar yang sedang berlangsung.

Siswa tidak tahu kadang tidak mau tahu dengan materi apa yang diberikan

oleh guru. Akibatnya siswa hanya datang ke sekolah, duduk di dalam

kelas, tidak mengikuti semua kegiatan di kelas bahkan tidak mampu

memahami apa yang sedang dipelajarinya. Hal ini menunjukkan tidak

adanya motivasi siswa dalam proses belajar mengajar.

Pada kenyataannya motivasi sangat penting dan diperlukan oleh

siswa dalam mempelajari setiap materi yang diberikan oleh guru. Jika

motivasi baik, maka siswa akan merasa senang dalam mengikuti proses

belajar mengajar dan akan lebih mudah dalam memahami setiap materi

yang diajarkan di kelas. Dengan motivasi yang baik siswa akan lebih aktif

dan muncul keberanian bertanya tentang segala sesuatu yang tidak

diketahuinya baik bertanya ke temannya maupun ke gurunya. Selain itu

akan muncul keberanian menjawab pertanyaan sesuai dengan


7

pengalamanya. Dengan demikian motivasi yang baik akan meningkatkan

daya serapnya terhadap materi pelajaran yang pada akhirnya akan

meningkatkan hasil belajar siswa , motivasi pada diri siswa tidak akan

muncul begitu saja tanpa adanya campur tangan guru. Motivasi siswa akan

muncul jika guru mampu menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan bagi siswa dan melibatkan siswa dalam proses

pembelajaran dari awal sampai akhir pembelajaran.

Motivasi belajar adalah dorongan dari proses belajar dan tujuan dari

belajar adalah mendapatkan manfaat dari proses belajar. Beberapa siswa

mengalami masalah dalam belajar yang berakibat prestasi belajar tidak

sesuai dengan yang diharapkan. Untuk mengatasi masalah yang dialami

tersebut perlu ditelusuri faktor yang mempengaruhi hasil belajar di

antaranya adalah motivasi belajar siswa, dimana motivasi belajar

merupakan syarat mutlak untuk belajar, serta sangat memberikan pengaruh

besar dalam memberikan gairah atau semangat dalam belajar (Pusptasari,

2012 dalam Anonim, 2005). Menurut Clayton dalam Hamdhu, (2011)

(dalam Anonim, 2005) motivasi belajar adalah kecenderungan siswa

adalam melakukan segala kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk

mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin.

a. Hasil Belajar

Perubahaan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang

sebagai hasil interaksi antar individu maupun individu dengan

lingkungan merupakan tujuan akhir dari kegiatan belajar. Kegiatan


8

belajar dikatakan berhasil bila telah mencapai hasil belajar yang sesuai

dengan yang diharapkan. Hasil belajar ditujukkan dengan perubahan

tingkah laku, baik aspek pengetahuaannya, aspek sikap, maupun aspek

keterampilannya. Misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, tidak sopan

menjadi sopan (Soeparno, 2010).

Hasil belajar dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar,

lazimnya dinyatakan dalam bentuk angka atau huruf yang diberikan

oleh guru melalui alat evaluasi setelah sisiwa mengikuti serangkaian

kegiatan pembelajaran dalan kurun waktu tertentu. Nasrun (1979: 26

dalam Soeparno, 2010) menyatakan bahwa hasil belajar yang

diistilahkan dengan prestasi belajar dapat dinyatakan dalam bentuk

angka atau huruf. Setelah mengumpulkan informasi taraf

perkembangan dan kemajuan yang diperoleh siswa melalui evaluasi,

dengan kata lain dengan standar angka atau huruf itu bisa diketahui

sejauh mana siswa dapat memahami kosep-konsep yang terkandung

dalam materi pelajaran setelah berlangsungnya proses belajar

mengajar. Dengan huruf atau angka itu pula bisa ditentukan apakah

siswa tersebut hasil belajarnya meningkat atau tidak (Soeparno, 2010).

b. Hakekat pembelajaran

Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani sudah seharusnya

memberikan ruang gerak dan kesempatan kepada siswa untuk

melakukan pengamatan di alam sekitar mereka melalui kegiatan-

kegiatan yang relevan, sehingga memungkinkan siswa merekonstruksi


9

pemahamannya terhadap suatu fakta dan konsep. Proses pembelajaran

yang memungkinkan siswa mengembangkan kemampuan dan

keterampilannya, secara tidak langsung mengajarkan siswa tentang

belajar bagaimana mempelajari sesuatu. Guru menjadi model

pengembangan sikap belajar siswa. Hubungan antara guru dan siswa

merupakan hubungan yang interaktif sehingga siswa merasa aman,

nyaman, dan santai dalam proses belajarnya. Guru bukan sebagai figur

yang menakutkan tetapi sebaliknya guru memberi teladan bagaimana

cara belajar, menyenangi belajar dan bagaimana mendapatkan manfaat

dari apa yang dipelajari. Selain itu guru menjadi motivator bagi

siswanya. Demikian, siswa akan terlatih untuk selalu berupaya

mengembangkan penalaran dan kreativitasnya dalam rangka

pengembangan kemampuan dirinya (Soeparno, 2010).

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 ayat

20 (dalam Sam, 2016) pembelajaran merupakan proses interaksi

perserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Komalasari (2013:3 dalam Sam, 2016) pembelajaran merupakan suatu

system atau proses membelajarkan pembelajar yang direncanakan,

dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar pembelajar dapat

mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien. Arifi

(2010:10 dalam Sam, 2016) pembelajaran merupakan suatu proses

atau kegiatan yang sistematis dan sitemik yang bersifat interaktif dan

komunikatif antara pendidik (guru) dengan siswa, sumber belajar, dan


10

lingkungan untuk menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan

terjadinya tindakan belajar siswa, Dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah suatu proses interaksi belajar antara guru dengan

siswa untuk mencapai tujuan belajar secara efektif dan efesien.

Model pembelajaran yang digunakan oleh guru akan banyak

mempengaruhi cara belajarnya orang yang sedang belajar (Soeparno,

2010). Menurut Suyatno (2009:51 dalam Martindar & Hartati, 2014)

model pembelajaran koopertif adalah kegiatan pembelajaran dengan

cara berkelompok untuk bekerjasama saling membantu

mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan atau inkuiri.

Menurut Ibrahim, dkk (2000:6 dalam Martindar & Hartati, 2014)

terdapat beberapa unsur dasar yang ada pada model pembelajaran

kooperatif, yaitu :

1. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa “sehidup


sepenanggungan bersama”.
2. Siswa bertanggungjawab atas segala sesuatu di dalam
kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.
3. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam
kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
4. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggungjawab yang sama
diantara anggota kelompoknya.
5. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan
hadiah/penghargaan yang jga akan dikenakan untuk semuang
anggota kelompok.
6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
7. Siswa akan diminta mempertangungjawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Menurut Ibrahim (2000:7-9 dalam Martindar & Hartati, 2014)

tujuan pembelajaran dan hasil belajar kooperatif dikembagkan untuk


11

mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, sebagai

berikut : (1)Hasil belajar akademik (2) Penerimaan terhadap

perbedaan individu (3)Pengembangan keterampilan sosial.

Model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan semangat

belajar siswa maupun hasil belajar salah satunya model pembelajaran

dengan kooperatif. Ada beberapa ciri belajar kelompok dengan

kooperatif, menurut (Soeparno, 2010):

1) Kelompok belajar kooperatif didasarkan atas saling


ketergantungan positif yang menuntut tiap kelompok saling
membantu demi keberhasilan kelompok.
2) Kelompok belajar kooperatif terdiri dari anak-anak yang
berkemampuan atau memiliki karakteristik heterogen.
3) Dalam kelompok belajar kooperatif pemimpin kelompok dipil
secara demokratis.

Dalam kelompok belajar kooperatif penekanan tidak hanya pada

penyelesaian tugas tetapi juga pada upaya mempertahankan

hubungan interpersonal antar anggota kelompok. Dalam kelompok

belajar kooperatif ketrampilan social yang dibutuhkan dalam kerja

gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi,

mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung

diajarkan. Pada saat kelompok kooperatif sedang berlangsung, guru

terus melakukan observasi terhadap kelompok-kelompok belajar

yang melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama

antar anggota kelompok (Soeparno, 2010).


12

3. Hakekat Pendidikan Jasmani

James dan David, 2001 dalam Freeman (2001, dalam Abduljabar,

2006) menekankan bahwa pendidikan fisikal yang dimaksud adalah

aktivitas jasmani yang membutuhkan upaya yang sungguh-sungguh.

Menurut kedua ahli ini menyebutkan bahwa pendidikan jasmani adalah

suatu proses terjadinya adaptasi dan pembelajaran secara organik,

neuromuscular, intelektual, social, kultural, emosional dan estetika

yang dihasilkan dari proses pemilihan berbagai aktivitas jasmani.

Pendidikan jasmani memusatkan diri pada semua bentuk kegiatan

aktivitas jasmani yang mengaktifkan otot-otot besar (gross motorik),

memusatkan diri pada gerak fisikal dalam permainan, olahraga, dan

fungsi dasar tubuh manusia. Freeman (2001: 5 dalam Abduljabar,

2006) menyatakan pendidikan jasmani dapat dikatagorikan ke dalam

tiga kelompok bagian yaitu :

1. Pendidikan jasmani dilaksanakan melalui media fisikal, yaitu


beberapa aktivitas fisikal atau beberapa tipe gerakan tubuh.
2. Aktivitas jasmani meskipun tidak selalu, tetap secara umum
mencakup berbagai aktivitas gross motorik dan keterampilan yang
tidak selalu harus didapat perbedaan yang mencolok.
3. Meskipun para siswa mendapat keuntungan dari proses aktivitas
fisikal ini, tetapi keuntungan bagi siswa tidak selalu harus berupa
fisikal, nonfisikal pun bisa diaraih seperti pengembangan
intelektual, sosial, dan estetika seperti juga pengembangan kognitif
dan efektif.

Adapun tujuan dari pendidikan jasmani terhadap siswa, sebagai

berikut untuk (Anonim, 2003):

1. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaita


dnegan aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan
pengembangan sosial.
13

2. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk


menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong
partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani.
3. Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang
optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan
terkendali.
4. Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam
aktivitas jasmani baik secara kelompok maupun perorangan.
5. Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan
keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara
efektif dalam hubungan antar orang.
6. Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani,
termasuk permainan olahraga.

B. Permainan Bola Basket

Permainan bola basket dimainkan oleh dua regu yang berlawanan.

Taip-tiap regu yang melakukan permainan di lapangan terdiri dari 5 orang,

dan beberapa orang sebagai pemain pengganti. Permainan bola basket

dimainkan baik dilapangan terbuka maupun ruangan tertutup. Secara garis

besar permainan bola basket dilakukan dengan mempergunakan tiga unsur

teknik yang menjadi pokok permainan, yaitu mengoper dan menangkap

bola (passing and catching), menggiring bola (dribbling), serta menembak

(shooting). Berikut ini penjelasan tenik dasar bola basket (Yuas; &

Bramistra, 2012).

1. Passing dan catching

Passing berarti mengoper, sedangkan catching artinya

menangkap. Setiap pemula harus belajar mengenai cara mengoper dan

menangkap bola dengan temannya. Dalam passing terdapat bebrapa

teknik antara lain:


14

a. Chest pass (operan setinggi dada)

Operan ini dimulai dari memegang bola di depan dada,

kemudian bola dilempar lurus dengan telapak tangan kea rah luar.

b. Bounce pass (operan pantul)

Sama dengan chest pass, bedanya hanya lemparan diarahkan

ke lantai, usahakan titik pantulanya berada di ¾ jarak dari

pengoperan bola.

c. Overhead pass (operan diatas kepala)

Operan dilakukan dengan kedua tangan berada diatas.

Penerima bola juga menangkap dengan posisi tangan di atas.

d. Baseball pass

Operan ini dilakukan diatas/belakang kelapa, bertujuan agar

passing melambung dan melewati lawan. Operan jarak jauh yang

dilakukan baisanya lebih dari setengah panjang lapangan. Operan

ini tidak terlalu akurat anmun berguna pada fast break.

e. Behind the back pass

Teknik gerakan behind the back pass merupan gerakan yang

rumit untuk para pemula. Butuh latihan tekun dan berulang-ulang

untuk bisa melakukan gerakan ini dengan baik dan benar. Operan

ini serakang sudah menjadi senjata menyerang yang umum.

Keunggulan umpan ini yaitu lawan tidak mengetahui sasaran yang

ingin dituju.
15

2. Dribble

Prinsip dalam mengajarkan teknik dribble antara lain ;

a. Kontrol pada jari-jari tangan

b. Mepertahankan tubuh tetap rendah

c. Kepala tegak

d. Melatih kedua tangan agar sama-sama memiliki dribble yang

bagus.

e. Lindungi bola (protect the ball)

Macam-macam dribble yaitu :

a. Control dribble

Dalam permainan bola basket, control dribble digunakan

apabila dijaga ketat dan bola harus tetap dijaga ketat dan

dilindungi, agar bola tidak berpindah ke tangan lawan.

Keseimbangan dalam control dribble merupakan dasar pengendali

dalam mendribble bola.

b. Speed dribble

Kecepatan dribble amat berguna terutama ketika dijaga ketat

dan bola harus dibawa dengan cepat ke lapangan yang kosong.

Untuk kecepatan mendribble bola, maka dilakukan dengan

mendribble tinggi yaitu setinggi pinggang, angkat kepala dan lihat

ke depan atau ke sisi keranjang sehingga dapat melihat keseluruh

lapangan. Mendribble sebaiknya dengan menggunakan bantalan

jari, dengan control pada ujung jari.


16

c. Foot fire dribble

Foot fire dribble adalah metode berhenti sementara sambil

menjaga dribble tidak mati ketika mendekati lawan dalam

permainan terbuka. Dribble ini sering digunakan pemain, terutama

pada kahir fast break yang memungkinkan mendapat

keseimbangan dan dapat membaca posisi pemain lawan. Ada tiga

keuntungan dalam melakukan foot fire dribble yaitu untuk

melakukan tembakan, operan, dan bergerak ketika melakukan

dribble bola.

3. Shooting

Shooting merupakan cara mencetak angka. Teknik shooting atau

menembak bola ke arah keranjang dalam permainan bola basket yaitu :

1) Kaki direngangkan sejajar bahu (boleh salah satu kaki agak maju

ke depan) dan lutut di tekuk.

2) Pegang bola dengan tangan kanan sebagai pusat power untuk

melakukan shooting, tangan kiri untuk menahan dan mengarahkan

bola ke ring.

3) Posisikan bola dengan keadaan di atas tepat di tengah-tengah

kepala.

4) Pandangan fokus ke ring.

5) Shooting bola dengan meluruskan/menghentakkan tangan kanan

untuk mendorong bola dan bantuan lutut untuk power.


17

6) Terjadi follow throw/gerakan lanjutan dengan lecutan saat akhir

melakukan shooting bola.

7) Power diatur sesuai jarak tembakan.

C. Metode Team Games Tournament (TGT)

Menurut Slavin (1994: 84) ada 5 komponen utama dalam TGT, yaitu :

1. Prestasi belajar

Pada tahapan ini guru memberikan materi secara garis besar,

menjelaskan rambu-rambu permainan dan turnamen, menjelaskan

langkah-langkah pembelajaran termasuk kompotesi apa saja yang

ingin dicapai dalam pembelajaran serta motifasi siswa dalam kerja

kelompok untuk menjadi pemenang dalam permainan dan turnamen.

2. Kerja kelompok

Pada tahapan ini, kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil

yang terdiri dari 4-5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat

dari prestasi akademik, jenis kelamin, etnik.

3. Permainan (Games)

Game biasanya terdiri dari pertanyaan-pertanyaan atau tugas

sederhana bernomor. Siswa yang menjawab pertanyaan tersebut atau

melakasanakan tugas dengan baik akan mendapatkan sekor yang

nantinya digunakan pada saat turnamen.

4. Tournament
18

Turnamen biasanya diadakan pada kahir minggu atau pada setiap

bab yang dibahas. Tuenamen ini dibagi menjadi tiga kelompok

turnamen. Kelompok 1 untuk siswa yang mempunyai kemampuan

tinggi, kelompok 2 untuk sisiwa yang mempunyai kemampuan sedang,

dan kelompok 3 untuk siswa yang mempunyai kemampuan yang

rendah.

Dalam turnamen siswa pada kelompok heterogen dibagi dalam

kelompok turnamen dengan kemampuan akademik yang homogeny

berisi 3-4 siswa. Dalam turnemen ini siswa melakukan pertandingan

untuk mendapatkan point. Guru menyediakan beberapa ertanyaan

untuk pertandingan. Pertandingan dilakukan dengan cara siswa

mengambil kartu secara acak. Nomor yang ada pada kartu merupakan

nomor pertanyaan yang ahrus dijawab. Apabila siswa yang mengambil

kartu dapat menjawab, maka dia harus menyimpan kartunya untuk

dihitung pada akhir turnamen. Apabila siswa yang mengambil kartu

tidak dapat menjawab, maka siswa yang lain dalam satu kelompok

turnamen boleh menantang untuk menjawabnya. Penantang yang

menjawab dengan jawaban yang benar akan menyimpan kartunya,

sedang yang menjawab dnegan jawaban yang salah akan diambil 1

kartu yang telah dimiliki sebelumya.

5. Penghargaan kelompok

Setelah mengikuti turnamen, siswa-siswa kembali ke kelompok

belajarnya masing-masing dengan membawa nilai dari turnamen. Nilai


19

kemudian dijumlahkan dan dibagi sesuai dengan jumlah anggota

kelompok belajar. Nilai ini merupakan nilai rata-rata kelompok belajar.

Kelompok belajar yang nilainya tinggi akan mendapatkan

penghargaan. Penghargaan bisa berupa pemberian ucapan selamat,

pujian, sertifikat, alat-alat tulis, maupun yang lainnya. Pemberian

penghargaan bertujuan untuk memotivasi siswa agar dapat lebih

sungguh-sungguh dalam belajar kelompok.

D. Kerangka Berfikir

Cara mengajar guru akan banyak mempengaruhi cara belajar siswa.

Penggunaan model pembelajaran yang tidak tepat mungkin dapat

menghambat tercapainya tujuan pengajaran, sebagai contoh hasil akhir belajar

siswa yang mendapat pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran

diskusi kelompok konvensional akan berbeda dengan prestasi akhir belajar

siswa yang diberi pembelajaran model kooperatif Team Games tournament.

Pada pembelajaran model kooperatif Team Games Tournament guru

bertindak sebagai fasilisator yang memantau sekaligus mengamati kegiatan

siswa dalam kerja kelompok. Kualitas pembelajaran Pendidikan Jasmani

dapat dilihat dari tinggi rendahnya motivasi dan hasil belajar Pendidikan

Jasmani siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Motivasi dan hasil

belajar pendidikan jasmani ditentukan oleh faktor intern dan ekstern. Faktor

intern adalah factor pendorong yang muncul dari diri siswa itu sendiri. Faktor

intern atau instrinsik ini bisa juga muncul karena adanya faktor ekstrinsik atau
20

ekstren. Salah satu dari faktor ekstern adalah model pembelajaran yang

diterapkan oleh guru. Cara mengajar yang membuat siswa senang dan

nyaman akan memunculkan faktor intrinsik siswa. Jika siswa termotivasi

untuk belajar maka materi yang diberikan oleh guru akan diserap dengan baik

yang pada akhirnya hasil belajarnya pun meningkat. Dengan demikian baik

tidaknya hasil belajar dipengaruhi oleh model-model pembelajaran yang

digunakan. Salah satu model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian

ini dalah model pembelajaran kooperatif Team Games Tournament (TGT).

Model pembelajaran kooperatif TGT tidak hanya menuntut

keterampilan kognitif, tetapi juga menuntut dikembangkannya psikomotorik

dan karakter anggota kelompok yang kemudian akan mengembangkan

karakter siswa. Dengan menggunakan pendekatan ini guru percaya bahwa

belajar merupakan proses social dimana peran guru tidak hanya memberikan

atau menularkan pengetahuan kepada siswa tetapi perolehan pengetahuan itu

diperoleh melalui diskusi dan negosiasi. Model pembelajaran ini memiliki

implikasi terhadap proses demokrasi yakni semua anggota memiliki

kedudukan yang sama untuk mencapai tujuan pembelajaran dan memiliki

kontribusi yang bernilai bagi kelompoknya. Setiap siswa akan termotivasi

untuk belajar karena merasa diperlukan dan dihargai oleh kelompoknya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disusun suatu kerangka pemikiran

guna memperoleh jawaban sementara atas permasalahan yang timbul. Jadi

diperlukan suatu kegiatan pembelajaran Pendidikan Jasmani yang terorganisir


21

dengan baik. Oleh karena itu diperlukan penelitian dengan model-model

pembelajaran tertentu.

Pada kondisi awal guru belum menggunakan model pembelajaran

kooperatif Team Games Tournament menunjukkan motivasi dan hasil belajar

siswa rendah. Dari data ini perlu dilakukan tindakan dengan menggunakan

model pembelajaran Kooperatif Team Games Tournament. Pada siklus satu

menggunakan motedo pembelajaran Kooperatif Team Games Tournament

tanpa menggunakan modifikasi jarak dan pada siklus 2 menggunakkan model

pembelajaran Kooperatif Team Games Tournament dengan menggunakan

modifikasi jarak sebagai bahan latihan belajar siswa.


22

Skema Kerangka Berpikir

Guru belum
Motivasi dan hasil
KONDISI menerapkan
tes passing bola
AWAL pembelajaran
basket
kooperatif Team
Games Tournament

Siklus I
Guru/peneliti Menerapkan pemb.
TINDAKAN Kooperatif TGT tanpa
menerapkan
pembelajaran dimodifikasi jarak latihan
kooperatif Team
Games Tournament

Siklus II
Menerapkan pemb.
Kooperatif TGT dengan
dimodifikasi jarak latihan

KONDISI Diduga melalui penerapan pembelajaran kooperatif model


AKHIR TGT dapat meningkatkan hasil belajar Penjas pada materi
ajar passing bola basket bagi siswa kelas X MIA V SMAN
9 Makassar tahun plajaran 2017/2018
23

E. Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis “ Adanya

peningkatan kemampuan passing bola basket dengan diterapkannya

metode pembelajaran kooperatif Team Games Tournament pada siswa

kelas X MIA V SMAN 9 Makassar”.

Hipotesisstatistik yang diuji :

H0:p = 0

H1:p ≠ 0

Anda mungkin juga menyukai