Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

BIMBINGAN KONSELING
PENGERTIAN, PRINSIP, KEDUDUKAN, PENDEKATAN BIMBINGAN DI
SEKOLAH DASAR
(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan karakter)
Dosen Pengampu : Asrorudin

Disusun oleh:

1. Aditya Darmawan 198610009

2. Alvia Oktaviani 198610010

3. Alvin Ananda 198610011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
ARRAHMANIYAH DEPOK
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam juga
disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Serta sahabat dan keluarganya,
seayun langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama Allah. Dengan kebaikan beliau telah
membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Bimbingan Konseling dengan ini
penulis mengangkat judul “Pengertian, prinsip, kedudukan, pendekatan bimbingan di Sekolah
Dasar”.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Depok, September 2020

Penulis
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian dan Prinsip Bimbingan Di Sekolah Dasar


1.      Pengertian Bimbingan
Menurut Prayitno dan Erman Amti, merumuskan arti Bimbingan adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang
individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat
mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan
individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada
seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa; agar orang yang
dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan
norma-norma yang berlaku (Prayitno, 2004:99).
Kartini Kartono lebih lanjut mengungkapkan, Bimbingan adalah: pertolongan yang
diberikan oleh seseorang yang telah dipersiapkan dengan pengetahuan pemahaman
keterampilan-keterampilan tertentu yang  diperlukan dalam menolong kepada orang lain yang
memerlukan  pertolongan.Sedangkan menurut Bernard & Fullmer (1969) mengemukakan bahwa
bimbingan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan realisisasi pribadi setiap
individu.
Berdasarkan pengertian konseling menurut para ahli di atas maka dapat disimpulkan
bahwa bimbingan merupakan bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada individu atau
beberapa orang dengan memberikan pengetahuan tambahan untuk memahami dan mengatasi
permalahan yang dialami oleh individu atau seseorang tersebut, dengan cara terus menerus dan
sitematis.

2.      Prinsip – Prinsip Umum Bimbingan di Sekolah Dasar


a)      Prinsip-prinsip yang dikemukan berikut berkenaan dengan tujuan, praktek, dan kaidah umum
pelaksanaan bimbingan disekolah atau dalam tatanan pendidikan pada umumnya.
Bimbingan diberikan kepada individu yang sedang berada dalam proses berkembang. Ini berarti
bahwa bantuan yang diberikan kepada siswa harus bertolak dari perkembangan dan kebutuhan
siswa
b)      Bimbingan diperuntukan bagi semua siswa. Bimbingan tidak hanya ditujukan kepada siswa
yang bermasalah atau salah satu tetapi ditujukan kepada semua siswa.
c)      Bimbingan dilaksanakan dengan memperdulikan semua segi perkembangan siswa. Prinsip ini
mengandung arti bahwa dalam bimbingan semua segi perkembangan siswa, baik fisik, mental,
social, maupun emosional dipandang sebagai satu kesatuan dan saling berkaitan.
d)     Bimbingan berdasar pada pengakuan atas kemampuan individu untuk menentukan pilihan.
Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap siswa memiliki kemampuan untuk menentukan
pilihan sendiri tentang apa yang akan dia lakukan.
e)      Bimbingan adalah bagian terpadu dari proses pendidikan. Proses pendidikan bukanlah proses
pengembangan aspek intelektual semata, melainkan proses pengembangan seluruh aspek
kepribadian siswa.

B.     Kedudukan dan Permasalahan Bimbingan Di Sekolah Dasar


Kedudukan bimbingan di sekolah dasar secara formal telah digariskan di dalam Undang-
Undang No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Selain itu ada juga peraturan
pemerintah yakni PP No. 28/1989, yang secara khusus menjelaskan perihal bimbingan di sekolah
dasar. Dalam pasal 25 peraturan pemerintah tersebut diterangkan bahwa:
1.      Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan
pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan.
2.      Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing.
(Kartadinata, 1998:10)
Dalam sistem pendidikan wajib belajar 9 tahun, sekolah dasar mempunyai kewajiban
untuk menyiapkan lulusannya untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu SMP.
Sehingga tanggung jawab sekolah dasar itu bukan hanya menamatkan dan meluluskan siswa,
akan tetapi juga menyiapkan kognitif, kepribadian dan perilaku siswa agar siap menghadapi
dunia barunya yakni sekolah menengah.
Ada dua hal yang berdampak pada perlunya bimbingan untuk siswa di sekolah dasar.
Pertama, adanya masalah-masalah perkembangan yang mencakup aspek perkembangan fisik,
kognitif, pribadi, dan sosial. Kedua, rentang keragaman individual siswa yang amat lebar. Dari
permasalahan yang kedua, muncul populasi khusus yang menjadi target layanan bimbingan,
diantaranya:
a)      Siswa dengan kecerdasan dan kemampuan tinggi
b)      Siswa yang mengalami kesulitan belajar.
c)      Siswa dengan perilaku bermasalah.

C.    Hubungan Pendidikan Dengan Bimbingan Di Sekolah Dasar


Menurut Mohamad Surya (1988), ada tiga pandangan mengenai hubungan antara
bimbingan dan konseling. Pandangan pertama berpendapat bahwa bimbingan sama dengan
konseling. Kedua istilah tidak mempunyai perbedaan yang mendasar.
Pandangan kedua berpendapat bahwa bimbingan berbeda dengan konseling, baik dasar
maupun cara kerja. Menurut pandangan kedua, bimbingan merupakan pendidikan sedangkan
konseling merupakan psikoterapi yaitu usaha untuk menolong individu yang mengalami masalah
serius.
Pandangan ketiga berpendapat bahwa bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang
terpadu, keduanya tidak saling terpisah.Berkaitan dengan pandangan ketiga ini, Downing (1998);
Hansen, Stefic, dan Warner (1977) dalam Prayitno (1978), menyatakan bahwa bimbingan adalah
suatu pelayanan khusus yang terorganisasi dan terintegrasi ke dalam program sekolah untuk
menunjang kegiatan perkembangan siswa secara optimal, sedangkan konseling adalah usaha
pemberian bantuan kepada murid secara perorangan dalam mempelajari cara-cara baru guna
penyesuaian diri.
Moser dan Moser (dalam Prayitno, 1978:643) menyatakan bahwa di dalam keseluruhan
pelayanan bimbingan, konseling dianggap sebagai inti dari proses pemberian bantuan. Mortesen
dan Schmuller (1976:56) menyatakan bahwa konseling adalah jantung hatinya program
bimbingan.
Kurikulum merupakan rancangan pengalaman belajar bagi siswa untuk mempercepat
perkembangan intelektualnya. Kenyataan menunjukkan bahwa siswa yang masuk sekolah
memiliki keragaman intelektual dan rentang motivasi yang cukup besar. Akibatnya,
pengembangan intelektual yang dirancang melalui pengalaman belajar kurikuler tidak dapat
dipisahkan dari pengembangan aspek social dan emosional. Persoalan yang muncul ialah
bagaimana siswa dapat mengambil manfaat yang maksimal dari pengalaman kurikuler
disekolahnya, sehingga perkembangan yang terjadi pada diri siswa tidak hanya perkembangan
aspek intelektual tetapi juga aspek non-intelektual seperti pada aspek social, emosi, sikap dan
motivasi.
Kegiatan kurikuler disekolah yang diwujudkan dalam proses atau kegiatan pembelajaran
hendaknya dapat mengakomodasi keragaman individual siswa. Untuk itu kegiatan pembelajaran
harus memperhadapkan siswa kepada kemungkinan situasi untuk :
1.      Belajar dalam kelompok besar.
2.      Belajar dalam kelompok kecil, dan
3.      Belajar sendiri,
Perencanaan kurikuler sekolah akan merupakan wahana yang kondusif bagi layanan
bimbingan apabila memperhatikan hal-hal berikut :
a)      Rancangan kegiatan kurikuler mencakup pengalaman belajar yang dapat mengembangkan aspek
rasa dan kehendak (motivasi).
b)      Rancangan kegiatan kurikuler menyediakan pengalaman bagi siswa untuk melaksanakan
eksplorasi diri, yakni belajar memahami keadaan diri secara realistic dan belajar merumuskan
serta menguji harapan dirinya.
c)      Rancangan kegiatan kurikuler menyediakan pengalaman bagi siswa yang berkenaan dengan
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam perencanaan karir dan pendidikan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa hubungan bimbingan dengan kegiatan kurikuler
disekolah terletak dalam dua hal pokok. Pertama, bimbingan merupakan piranti (instrumen)
untuk memahami rentang kecakapan, prestasi, minat, kekuatan, kelemahan, masalah, dan
karakteristik perkembangan siswa sebagai segi-segi esensial yang mendasar perencanaan
kegiatan kurikuler. Kedua, bimbingan membantu siswa dalam memahami dan memasuki
kegiatan belajar yang disediakan dalam pengalaman kurikuler itu.

D.    Pendekatan Perkembangan Dalam Bimbingan di Sekolah Dasar


Ada empat pendekatan dapat dirumuskan sebagai pendekatan dalam bimbingan, yaitu:
1.      Krisis.
Dalam pendekatan krisis, pembimbing menunggu munculnya sesuatu krisis dan dia bertindak
membantu seseorang yang menghadapi krisis itu.
2.      Remedial.
Didalam pendekatan remedial, guru akan memfokuskan bantuannya kepada upaya
menyembuhkan atau memperbaiki kelemahan-kelemahan yang tampak.
3.      Preventif.
Pendekatan preventif mencoba mengantisipasi masalah-masalah generic dan mencegah
terjadinya masalah itu. Masalah-masalah yang dimaksud seperti putus sekolah, narkotika,
kenakalan, merokok dan sejenisnya yang secara potensial masalah itu dapat terjadi pada siswa
secara umum.
4.      Perkembangan (Myrick dalam Murc & Kottman, 1995)
Pendekatan perkembangan merupakan pendekatan yang lebih mutakhir dan lebih proaktif
dibandingkan dengan ketika pendekatan sebelumnya. Pembimbing yang menggunakan
pendekatan ini beranjak dari pemahaman tentang keterampilan dan pengalaman khusus yang
dibutuhkan siswa untuk mencapai keberhasilan disekolah dan dalam kehidupan.
Ada pola umum dalam proses perkembangan siswa, oleh karena itu perkembangan
berlangsung dalam tata urutan tertentu. Dalam teori psikologi tata urutan itu dirumuskan sebagai
tugas-tugas perkembangan. Tugas perkembangan diartikan sebagai perangkat perilaku yang
harus dikuasi siswa dalam periode kehidupan tersebut akan mendasari keberhasilan penguasaan
perangkat perilaku dalam periode berikutnya ; sedangkan kegagalan menguasai perangkat
perilaku dalm periode kehidupan sebelumnya akan membawa siswa ke dalam kekecewaan,
penolakan masyarakat, dan kesulitan didalam menguasai perangkat perilaku pada periode
kehidupan berikutnya.
Dalam pendekatan perkembangan perolehan perilaku yang diharapkan terbentuk pada
siswa perlu dirumuskan secara komprehensif dan rumusan itu akan menjadi dasar bagi
pengembangan program bimbingan. Esensi strategi untuk membantu siswa mengembangkan dan
menguasai perilaku yang diharapkan tersebut terletak pada pengembangan lingkungan belajar,
yakni lingkungan yang memungkinkan siswa memperoleh perilaku baru yang lebih efektif.
Didalam lingkungan belajar inilah dikembangkan peluang, harapan, pemahaman, persepsi yang
memungkinkan siswa memperkuat dan memenuhi kebutuhan dan motif dasar mereka atau
mungkin mendorong siswa untuk mengubah atau menyesuaikan kebutuhan dan motif dasar
tersebut kepada perilaku dan nilai-nilai yang berkembang didalam lingkungan belajar. Didalam
konsep bimbingan perkembangan lingkungan belajar seperti digambarkan diatas dirumuskan
kedalam konsep lingkungan perkembangan manusia atau ekologi perkembangan manusia.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada
seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa; agar orang yang
dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan
norma-norma yang berlaku (Prayitno, 2004:99).
Djumhur dan Moh. Surya (1975) memberikan pandangannya tentang bimbingan sebagai
suatu proses pemberian bantuan secara terus menerus dan sitematis kepada individu untuk
memcahkan masalah yang dihadapinya. Winkel (2005) memberikan definisi bimbingan ialah
usaha melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman dan informasi tentang dirinya
sendiri.
Kedudukan bimbingan di sekolah dasar secara formal telah digariskan di dalam Undang-
Undang No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Selain itu ada juga peraturan
pemerintah yakni PP No. 28/1989, yang secara khusus menjelaskan perihal bimbingan di sekolah
dasar. Dalam pasal 25 peraturan pemerintah tersebut diterangkan bahwa:
3.      Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan
pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan.
4.      Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing.(Kartadinata, 1998:10)

Menurut Mohamad Surya (1988), ada tiga pandangan mengenai hubungan antara
bimbingan dan konseling. Pandangan pertama berpendapat bahwa bimbingan sama dengan
konseling. Kedua istilah tidak mempunyai perbedaan yang mendasar.
Pandangan kedua berpendapat bahwa bimbingan berbeda dengan konseling, baik dasar
maupun cara kerja. Menurut pandangan kedua, bimbingan merupakan pendidikan sedangkan
konseling merupakan psikoterapi yaitu usaha untuk menolong individu yang mengalami masalah
serius.
Pandangan ketiga berpendapat bahwa bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang
terpadu, keduanya tidak saling terpisah.Berkaitan dengan pandangan ketiga ini, Downing (1998);
Hansen, Stefic, dan Warner (1977) dalam Prayitno (1978), menyatakan bahwa bimbingan adalah
suatu pelayanan khusus yang terorganisasi dan terintegrasi ke dalam program sekolah untuk
menunjang kegiatan perkembangan siswa secara optimal, sedangkan konseling adalah usaha
pemberian bantuan kepada murid secara perorangan dalam mempelajari cara-cara baru guna
penyesuaian diri.

B.     Saran
Untuk menjadi guru yang professional kita harus memahami materi yang akan
disampaikan kepada peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hadi. 2010. Ruang Lingkup Bimbingan Konseling. Tersedia dalam http://bpi-


uinsuskariau3.blogspot.com/2010/10/ruang-lingkup-bimbingan-konseling.html diunduh 17
September 2012.

Ikhwan Nurhakim. 2011. Kesalah Pemahaman Tentang Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah.
Tersedia dalam http://precounselor.wordpress.com/2011/03/13/15-kesalah-pemahaman-tentang-
bimbingan-dan-konseling-di-sekolah/ diunduh 17 September 2012.
Mugiarso, Heru. 2007. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UPT MKK Universitas Negeri
Semarang.
Prayitno & Amti, Erman. 2004. Dasar – Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

Salahuddin, Anas. 2010. Bimbingan dan Konseling. Bandung: Pustaka Setia.


Katini Kartono, Bimbingan Dan Dasar-Dasar Pelaksanaanya, (Jakarta: Rajawali, 1985), 9.
Hallen, 2002. Bimbingan dan Konseling. Liputan Press : Jakarta

Nurihsan Juntika. 2006. Bimbingan dan Koseling dalam Berbagai Latar Kehiduan. PT RFIKA
ADITAMA : Bandung

Prayitno dan Erman Amfi. 1995. Dasar-dasar Bimbingan Konseling. Reneka  Cipta : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai