MAKALAH - Pendidikan Karakter
MAKALAH - Pendidikan Karakter
(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan karakter)
Dosen Pengampu : Dra. N. Ilis, M. Si.
Disusun oleh:
3. Maymunah 198610004
Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat dan
salam juga disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Serta
sahabat dan keluarganya, seayun langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama
Allah. Dengan kebaikan beliau telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang
berilmu pengetahuan.
Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Pendidikan Karakter dengan ini
penulis mengangkat judul “Paradigma, visi, fungsi, tujuan, dan tahap perkembangan
pendidikan karakter”.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran yang
dapat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
1
DAFTAR ISI
COVER…………………………………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR…..……..………….……………………………..………...……..ii
DAFTAR ISI……………………..…………………………………..……………………iii
BAB I PENDAHULUAN
2
2.2.Visi pendidikan karakter dan paradigma islam.....................
2.3.Fungsi pendidikan karakter..................................................
2.4.Tujuan pendidikan karakter..................................................
2.5.Tahap perkembangan pendidikan karakter..........................
2.6.Restorasi pendidikan karakter berbasis nilai agama dan
budaya bangsa.....................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………...............................
3.2 Saran…………………………...............................…..………….
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
f. Apa saja nilai-nilai pendidikan karakter?
g. Bagaimana restorasi pendidikan karakter berbasis nilai agama dan
budaya bangsa?
1.3. TUJUAN
a. Mengetahui dan memahami maksud dari paradigma pendidikan
karakter
b. Mengetahui dan memahami visi pendidikan karakter dan
paradigma islam
c. Mengetahui dan memahami fungsi pendidikan karakter
d. Mengetahui dan memahami tujuan pendidikan karakter
e. Mengetahui dan memahami tahap perkembangan pendidikan
karakter
f. Mengetahui dan memahami nilai-nilai pendidikan karakter
g. Mengetahui dan memahami restorasi pendidikan karakter berbasis
nilai agama dan budaya bangsa
3
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
1. Secara etimologis
Definisi lainnya yang dapat dipahami sebagai arti pendidikan atau tarbiyah
adalah:
4
1. Ahmad Ibnu Aly Ibnu Hajar Al-Atsqolani dalam kitab Fathul Bari bi Syarah
Shaih Al-Bukhari (jilid I: 162) menjelaskan, tarbiyah adalah mendidik anak
melalui penyampaian ilmu, menggunakan metode yang mudah diterima,
sehingga ia dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari nya,
2. Abu Ja'far Muhammad Ibnu Jarir Ath-Thobari dalam kitab Jami'u 'I-bayan
'an Ta'wil Ayi'l-Qur'an mengemukakan, tarbiyah adalah proses
pengembangan dan bimbingan jasad, akal dan jiwa yang dilakukan secara
berkelanjutan, sehingga mutarabbi ( peserta didik) bisa dewasa dan mandiri
untuk hidup di tengah masyarakat,
3.Ahmad Musthofa Al-Maraghi dalam kitab Tafsirul Maraghi (jilid III: 79)
menyatakan, tarbiyah adalah kegiatan yang mencakup pengembangan,
pemeliharaan, penjagaan, pengurusan, penyampaian ilmu, pemberian
petunjuk, bimbingan, Penyempurnaan dan perasaan memiliki terhadap
peserta didik.
5
perasaan, pikiran dan watak, mengubah
kepribadian anak.
3. Tadrib (training/pelatihan)
2. Secara Terminologis
6
semua pengalaman, dapat dikatakan juga bahwa hidup adalah
pendidikan atau pendidikan adalah hidup. Sedangkan pengertian
pendidikan secara sempit adalah pendidikan dibatasi oleh fungsi
tertentu dalam masyarakat yang terdiri atas penyerahan adat
istiadat (tradisi) dengan latar belakang sosial, pandangan hidup
masyarakat kepada warga masyarakat generasi berikutnya.
7
membentuk realitas, bukan realitas yang membentuk teks. Model soerti ink
oleh Abid Al-Jabiri digolongkan dalam epitisme bayani. Model pendidikan ini
lebih terlihat tidak dapat menerima laju modernitas ilmu pengetahuan dari
perilaku dan sikap yang cenderung menolak perkembangan zaman sebagai
orang sering disebut kaum tradisionalis (salaf)
8
Apabila pola tradisional bergabung dengan kekuasaan, pendidikan akan
menghasilkan manusia pendukung status quo. Oleh karena itu, wajar jika
pendidikan tradisionalis lebih mudah menciptakan manusia pro-status quo
dari pada pendidikan liberal.
a. Barat itu tidak semuanya buruk. Oleh karena itu, metedologi yang tidak
bersentuhan dengan permasalahan asasiyah (aqidah) dapat diadopsi,
bahkan dipergunakan secara langsung;
9
Aspek Tradisional Liberal Sintetik
Persepsi Teks merupakan Teks hanyalah Teks merupakan
terhadap teks sumber pedoman yang pedoman hidup.
segalanya dan harus ditafsirkan Namun, tidak
menjadi rujukan terus menerus semua
utama dan permasalahan
terlengkap. ada didalamnya.
Realitas harus Oleh karena itu,
sesuai dengan perlu ijtihad
teks.
Persepsi Munculnya Keterpurukan Keterpurukan
terhadap keterpurukan dan disebabkan umat disebabkan
realitas umat kebobrokan memakai penganutnya yang
disebabkan umat penafsiran yang terjebak pada
meninggalkan sudah taklid
teks kadaluarsa
Persebsi Barat tidakBarat realitasnya Perlu
terhadap barat memiliki lebih unggul. menyintesiskan
kelebihan Perlu metodologi
apapun, lantas mengadopsi dengan konsep-
tidak ada yang konsepnya dan konsep islam
perlu ditiru meninggalkan
pola lama
Penalaran Text oriented Realitas orientedSinergisitas
(deduktif) (induktif) antara text dan
kontex (abduktif)
Peran akal Akal tunduk pada Teks harus Hanya yang
teks ditafsirkan bukan
dengan logika mutasabihad yang
dapat dinalar
kembali
Kedudukan Ulumulnakliyah Antara nakliyah Antara nakliyah
ilmu lebih utama dan akliyah dan akliyah sama
sama-sama sama utama
utama
Tentang Otoritas tuhan Otoritas tuhan, Otoritas tuhan,
kebenaran namun manusia namun manusia
harus perlu
mencarinya membuktikannya
10
kembali
Metode Pedagogic Andragogik Andragogik
pendidikan
Kedudukan Ditiru dan Sejajar sebagai Sejajar hanya
guru didengar sebagai fasilitator. sebagai fasilitator
sumber
kebenaran.
Kedudukan Tidak tahu Punya potensi
Punya potensi
murid apapun, dibentuk akal, perlu
akal, perlu
sebagai objek dikembangkan, dikembangkan,
pendidikan sebagai subjek sebagai subjek
pendidikan pendidikan
Objek Teks Realitas Permasalahan
pendidikan umat
Tokoh Hambali, ibnu Abdul Muhammad
taimiyah, abdul raziq,mutafa abdu, Husain
wahab, rasyid kamal,nasr abu haiqal, fazlur
ridho, hasan zyad,gusdur rahman, K.H.
albana,yusuf ahmad dahlan
qardawi
11
)٥٦:س ِا الَّ لِ َيعْ ُب ُد ْو ِن (الذاريات
َ ت ا ِجنَّ َو االِ ْن
ُ َو َما َخلَ ْق
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
agar mereka beribadah kepada-Ku”
12
Islam memberikan beberapa paradigma dasar bagi sistem pendidikan antara
lain:
1. Islam meletakan prinsip kurikulum, strategi, dan tujuan pendidikan
berdasarkan akidah islam.
2. Pendidikan harus diarahkan pada pengembangan keimanan sehingga
melahirkan amal saleh dan ilmu yang bermanfaat, prinsip ini
mengajarkan bahwa dalam islam, pokok perhatian bukanlah kuantitas,
melainkan kualitas pendidikan. (misalnya, surat Al-Mulk ayat 2)
mengungkapkan tentang ahsanu amalan atau amalan shalihan (amal
yang baik atau amal sholeh).
3. Pendidikan ditujukan untuk membangkitkan dan mengarahkan potensi-
potensi, baik yang ada pada setiap diri manusia selaras dengan fitrah
manusia dan meminimalisasi aspek buruknya.
4. Keteladanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam proses
pendidikan, baik pendidikan dalam keluarga, masyarakat maupun
sekolah atau madrasah. Dengan demikian, sentral keteladanan yang
harus diikuti adalah Rasulullah Sallallahu Alaihi wasallam.
Dalam konteks pendidikan sekarang, empat paradigma diatas
merupakan solusi yang tepat untuk mewujudkan hakikat pendidikan
islam, yaitu terbentuknya manusia yang beriman dan bertakwa,
berpengetahuan luas serta mempunyai karakter yang mulia.
13
kelangsungan hidupnya atau tetap memelihara kepribadiannya.Dari segi
pandangan individu, Pendidikan berarti upaya pengembangan potensi yang
dimiliki individu yang masih terpendam agar teraktualisasi secara konkret,
sehingga hasilnya dapat dinikmati oleh individu dan masyarakat.
Muhaimin (2004:40) dalam buku paradigma pendidikan islam
menjelaskan, secara teoritis pendidikan agama disekolah berfungsi sebagai
berikut:
1. Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, serta akhlak
mulia peserta didik seoptimal mungkin.
2. Penanaman nilai ajaran islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan
hidup didunia dan akhirat.
3. Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial.
4. Perbaikan kesalahan, kelemahan peserta didik dalam keyakinan
pengalaman ajaran agama islam dalam kehidupan sehari-hari.
5. Pencegahan dari hal-hal negatif budaya asing yang dihadapinya sehari-
hari.
6. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam
nyata dan non-nyata)
7. Penyaluran untuk mendalami pendidikan agama ke lembaga pendidikan
yang lebih tinggi.
Sebagaimana dikutip dari Ahmad Fikri bahwa fungsi pendidikan karakter
adalah :
1. Pengembangan; Pengembangan potensi dasar peserta didik agar
berhati,berpikiran dan berperilaku baik.
2. Perbaikan; memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur
untuk menjadi bangsa yang bermartabat.
14
3. Penyaring; untuk menyaring budaya yang negative dan menyerap budaya
yang sesuai dengan nilai budaya dan karakter bangsa untuk meningkatkan
peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
Adapun fungsi pendidikan karakter menurut Kementrian Pendidikan Nasional
adalah:
1. Pengembangan potensi dasar,agar “berhati baik,berpikiran baik, dan
berperilaku baik”
2. Perbaikan perilaku yang kurang baik dan penguatan perilaku yang sudah
baik.
3. Penyaring budaya yang kurang sesuai dengan nilai-nilai luhur pancasila
2.4. Tujuan Pendidikan Karakter
Menurut An-Nahlawi (1996:117) , pendidikan harus memiliki tujuan
yang sama dengan tujuan penciptaan manusia sebab bagaimanapun
pendidikan islam sarat dengan landasan dinul islam. Tujuan pendidikan islam
adalah merealisasikan penghambaan kepada Allah dalam kehidupan
manusia, baik secara individual maupun secara sosial. Tujuan pendidikan
harus bersifat universal dan selalu aktual pada segala masa dan zaman.
Konsep adanya pendidikan karakter pada dasarnya berusaha
mewujudkan peserta didik atau manusia yang berkarakter (akhlak mulia)
sehingga dapat menjadi manusia paripurna (insan kamil), sesuai dengan
fungsinya sebagai “mandataris” Tuhan dimuka bumi yang membawa misi
sebagai berikut:
1. Hamba Allah (Abdullah)
2. “mandataris” atau wakil Tuhan dimuka bumi (khalifah fil ardl)
15
Sebagai “mandataris” Tuhan dimuka bumi, manusia harus mengetahui
bahwa dalam fungsinya sebagai khalifah Allah SWT, manusia dituntut selalu
mengabdi, beribadah, dan memakmurkan bumi.
Hal tersebut merupakan aplikasi dari Firman Allah SWT yang
menyatakan:
)٥٦:س ِا الَّ لِ َيعْ ُب ُد ْو ِن (الذاريات
َ ت ا ِجنَّ َو االِ ْن
ُ َو َما َخلَ ْق
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah
kepada-Ku
Menurut Ahmad Tafsir (2007:46), ciri-ciri manusia sempurna menurut
islam adalah sebagai berikut:
1. Jasmaninya sehat serta kuat
2. Memiliki keterampilan
3. Akalnya cerdas serta pandai
4. Hatinya penuh iman kepada Allah
M.A Al-Abrasyi (2003:22), dalam buku Prinsip-prinsip Dasar
Pendidikan Islam menjelaskan bahwa tujuan utama pendidikan islam adalah
membentuk moral yang tinggi serta akhlak yang mulia.
16
3. Dimensi moral, yaitu pendidikan bertujuan upaya pengenalan terhadap
nilai-nilai yang baik, kemudian diinternalisasikan, serta diaplikasikan dalam
sikap dan perilaku melalui pembiasaan.
4. Dimensi perbedaan individu. Yaitu pendidikan bertujuan usaha
membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik secara optimal,
menyesuaikan perkembangannya dengan kadar kemampuan dari potensi
yang dimilikinya masing-masing.
5. Dimensi sosial, yaitu pendidikan bertujuan untuk memanusiakan peserta
didik agar berperan dalam statusnya sebagai An-nas (makhluk sosial),
Abdullah (hamba pengambdi Allah) dan khalifah Allah.
6. Dimensi profesional, yaitu pendidikan bertujuan untuk membimbing dan
mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan bakat masing-
masing.
7. Dimensi ruang dan waktu, yaitu pendidikan bertujuan pada dua tujuan
utama, yakni upaya untuk memperoleh keselamatan hidup didunia dan
kesejahteraan hidup di akhirat.
17
membiaskan mereka berhati-hati mematuhi akidah-akidah agama serta
menjalankan dan menghormati syiar-syiar agama.
2. Menumbuhkan kesadaran yang betul pada diri pelajar terhadap agama
termasuk prinsip-prinsip dan dasar-dasar akhlak mulia.
3. Menanamkan keimanan kepada Allah pencipta alam, kepada malaikat-
malaikat rasul- rasul, kitab-kitab dan hari kiamat berdasarkan paham
kesadaran dan perasaan.
4. Menumbuhkan minat generasi muda untuk menambah pengetahuan
dalam adab dan pengetahuan keagamaan dan untuk mengikuti hukum-
hukum agama dengan kecintaan dan kerelaan.
5. Menanamkan rasa cinta dan penghargaan kepada Al-Quran membacanya
dengan baik, memahaminya.dan mengamalkan ajaran-ajarannya.
6. Menumbuhkan rasa bangga terhadap sejarah dan kebudayaan islam dan
pahlawan-pahlawannya serta mengikuti jejak mereka.
7. Menumbuhkan rasa rela, optimisme, percaya diri, tanggung jawab,
menghargai kewajiban, tolong-menolong atas kebaikan, sabra, berjuang
untuk agama, dan tanah air dan bersiap untuk membalasnya.
8. Mendidik naluri,motivasi dan keinginan generasi muda dan menguatkan
dengan akidah dan nilai-nilai,dan membiasakan mereka menahan
motivasinya,mengatur emosinya. Begitu juga,mengajar mereka berpegang
dengan adab sopan pada hubungan dan pergaulan mereka.
9. Menanamkan iman yang kuat kepada Allah pada diri mereka,perasaan
keagamaan serta semangat keagamaan dan akhlak pada diri mereka.
10. Membersihkan hati mereka dari rasa dengki, hasad, iri hati,egoism,tipuan
serta perpecahan dan perselisihan.
18
Menurut M.Qulbth (1988:19) dalam buku Etika Umum Masalah-
masalah Pokok Filsafat Moral menyatakan bahwa sistem-sistem pendidikan
buatan manusia bermuara dalam satu tujuan pendidikan, yaitu “membentuk
nasionalisme sejati” oleh karena itu, tujuan pendidikan adalah merealisasikan
penghambaan kepada Tuhan ataupun secara sosial.
Adapun tujuan pendidikan karakter menurut Kementerian Pendidikan
Nasioanal adalah mengembangkan karakter peserta didik agar mampu
mewujudkan nilai-nilai luhur pancasila.
19
1. Religius, sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya,
6. Kreatif, berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil
baru dari sesuatu yang telah dimiliki,
7. Mandiri, sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis, cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak
dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa ingin tahu, sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya,
dilihat, dan didengar.
20
11. Cinta tanah air, cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12. Menghargai prestasi, sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui
serta menghormati keberhasilan orang lain.
14. Cinta damai, sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang
lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
16. Peduli lingkungan, sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan lingkungan Alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi
17. Peduli sosial, sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan
pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
21
Menurut Muhbib Abdul Wahab dalam suara Muhammadiyah (edisi
24/97, 16-31-12-2012: 52-53), fungsi pendidikan nasional belum terwujud
secara efektif dan menggembirakan. Beliau berasumsi bahwa kompleksitas
persoalan tersebut berpangkal dari ketiadaan sistem pendidikan berbasis
keteladanan, baik dari pemimpin, pendidik, orang tua maupun masyarakat
pada umumnya. Restorasi pendidikan berketeladanan harus berpijak pada
filsafat yang menjadi visi dari worldview-nya. Pendidikan berketeladanan
idealnya melahirkan peserta didik yang memiliki lima kesadaran, yaitu:
1. Kesadaran berketuhanan,
2. Kesadaran berkemanusiaan,
3. Kesadaran berkealaman,
4. Kesadaran berkeduniaan,
5. Kesadaran berkeakhiratan.
Kedua, relasi manusia dengan sesama dimaknai sebagai relasi dan interaksi
dalam kerangka berlaku adil dan beebuat baik ('alaqot al-adl wa al-ihsan).
22
Ketiga, relasi manusia dengan alam semesta dimaknai dalam kerangka
taskhir dan ta'mir (menundukkan dan memakmurkan), bukan mengeksploitasi
dan merusak.
1. Heat = intelektual,
4. Healty = kesehatan.
1. Humanity = kemanusiaan,
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan secara etimologi: instrunction, penanaman karakter,
pelatihan.
Pendidikan secara terminologis: usaha manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai masyarakat dan
kebudayaannya.
Visi pendidikan karakter yaitu agar terbentuknya manusia yang
beriman dan bertakwa, berpengetahuan luas serta mempunya
karakter yang mulia.
Fungsi pendidikan karakter menurut kementrian pendidikan nasional
adalah :
1. Pengembangan potensi dasar, agar berhati baik, berpikiran baik
dan berprilaku baik.
2. Perbaikan perilaku yang kurang baik dan penguatan perilaku yang
sudah baik.
3. Penyaring budaya yang kurang sesuai dengan nilai-nilai luhur
pancasila.
Tujuan dari pendidikan karakter adalah :
1. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik
sebagai generasi penerus bangsa,
2. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang
mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan.
3. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai
lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreatifitas dan
24
persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh
kekuatan.
3.2 Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan
memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak
sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.
25
DAFTAR PUSTAKA
26