Anda di halaman 1dari 34

USULAN PENELITIAN SKRIPSI

STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN SEBAGAI UPAYA


MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN DI DESA TAKISUNG
KABUPATEN TANAH LAUT

i
2

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kalimantan Selatan mempunyai hal yang menarik
Pesisir Pantai hendak namun kemampuan wisata belum
dibesarkan secara maksimal serta jadi andalan. Banyak
kemampuan alam yang belum tergarap secara maksimal.
Pembangunan area wisata alam serta agro sanggup
membagikan donasi pada pemasukan asli wilayah,
membuka kesempatan usaha serta peluang kerja dan
sekalian berperan
melindungi serta melestarikan kekayaaan alam serta
biologi.
Kabupaten Tanah Laut merupakan salah satu
kabupaten yang berada di provinsi Kalimantan Selatan.
Kabupaten ini berjarak lebih kurang 60 km dari
Banjarmasin sebagai pusat ibukota provinsi. Secara letak
geografis, Kabupaten Tanah Laut terletak di antara 114o
30’20’’ BT-115o23’31’’ BT dan 3o 30’33’’LS- 4o 11’38’’
LS. Luas wilayah Kabupaten Tanah Laut adalah 3.631,35
km2. Terdiri dari 11 (sebelas) kecamatan, diantaranya
yaitu kecamatan Takisung, Tambang Ulang, Kurau, Bumi
Makmur, Bati-bati, Panyipatan, Jorong, Pelaihari, Kintap,
Batu Ampar, dan Bajuin. Jumlah penduduk Kabupaten
Tanah Laut adalah 350.007 jiwa (BPS Tanah Laut 2020).
Potensi sumberdaya perikanan tangkap di
Kabupaten Tanah Laut merupakan sumberdaya yang dapat
menjanjikan dengan besarnya potensi yang dimiliki
perairan lautnya dengan luas kurang lebih 48.665,2 km2
dan panjang pantai kurang lebih 200 km. Berdasarkan data
dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanah Laut tahun
2019 produksi Perikanan tangkap terdapat pada 5
3

kecamatan, diantaranya yaitu kecamatan Panyipatan,


Takisung, Jorong dan Kintap, dengan jumlah total
produksinya yang mencapai 52.824,3 ton tahun 2018.
(BPS Tanah Laut, 2019)
Pesisir ialah wilayah perjumpaan antara wilayah
dan samudra ke arah darat mencakup dangkal tergenang air
yang asal mula akibat bawaan dari laut, misal rendahnya
dan tinggi permukaan air laut, pergerakan angin dari laut
ke darat serta naiknya batas air tanah dan air laut
(Sugandi, 2016: 52).
Menurut (Fargomeli, 2014:1) Aktivitas nelayan
yang sering bergantung terhadap keadaan alam
menyebabkan masyarakat sangat berat untuk merubah
kehidupannya menjadi semakin pulih. aspek lain yang
melahirkan kehidupan sulit serta tingkat ketenteraman
yang rendah pada Nelayan antara lain sedikitnya sumber
daya manusia, bahan yang pakai Nelayan serta kekurangan
dalam pengetahuan mengenai teknologi, sehingga
melahirkan kualitas serta kuantitas tangkapan tidak
menghadapi penyempurnaan
Food Agriculture Organization (FAO) menjelaskan
bahwa ketahanan pangan merupakan suatu kondisi dimana
semua orang memiliki akses baik itu secara fisik maupun
ekonomi untuk memperoleh pangan bagi dirinya dan
seluruh anggota keluarga. Ketahanan pangan setidaknya
memiliki empat pilar utama yaitu ketersediaan,
stabilitas,aksesibilitas dan pemanfaatan pangan yang
berkualitas. Keempat komponen tersebut dapat digunakan
untuk mengukur peran suatu sektor dalam mendukung
ketahanan pangan nasional (Salim dan Darmawaty 2016).
Ikan adalah bagian dari bahan pangan yang
merupakan sumber protein hewani yang sangat berguna
4

untuk kesehatan karena mengandung asam amino esensial


yang lengkap dan asam lemak omega-3 serta ikan juga
mempunyai daya cerna yang sangat tinggi yaitu hingga
98% yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan dan
kecerdasan anak (Hadju dkk, 1998). Untuk memenuhi
ketersediaan pangan ikan, dapat diperoleh melalui
perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Perikanan
tangkap itu sendiri merupakan aktifitas penangkapan ikan
di perairan laut dan perairan umum, dimana perairan laut
terdiri dari perairan pantai dan zona laut lepas sementara
perairan umum terdiri dari rawa, sungai, danau, dan
sejenisnya.
Ikan merupakan salah satu komoditi yang berperan
penting dalam kehidupan manusia. Perikanan, seperti
halnya sektor ekonomi lainnya merupakan salah satu
aktifitas yang memberikan kontribusi terhadap
kesejahteraan suatu bangsa. Sebagai salah satu sumber
daya alam yang bersifat dapat diperbaharui (renewable),
pengelolaan sumber daya ini memerlukan pendekatan yang
bersifat menyeluruh dan hati-hati. Pada mulanya
pengelolaan sumber daya ikan didasarkan pada faktor
biologis semata, dengan pendekatan yang disebut
Maximum Sustainable Yield (tangkapan maksimum lestari)
atau disingkat MSY. Namun pendekatanpengelolaan
dengan konsep ini belum mempertimbangkan aspek sosial
ekonomi pengelolaan sumber daya alam.
Masyarakat yang berada di Desa Takisung
Kabupaten Tanah Laut ini didominasi oleh masyarakat
Banjar, sebagian juga ada pendatang dari Bugis dan Jawa.
Berdasarkan hasil pengamatan pendapatan keluarga lebih
banyak dihasilkan dari hasil sumber laut dan sebagian dari
hasil bercocok tanam pertanian. Dalam bidang pertanian
5

khususnya, masyarakat disana menjadikan lahan sebagai


tempat untuk bercocok tanam cabai, sayur-sayuran, dan
juga menanam padi.
Tabel 1.1. Sumber hasil laut desa takisung
Jenis Ikan Jumlah Pendapatan/Th
Tengiri 5 ton/th
Pari 2 ton/th
Belanak 5 ton/th
Cumi 1 ton/th
Sarden 0,2 ton/th
Bawal 0,5 ton/th
Kembung 50 ton/th
Ikan ekor kuning 1,5 ton/th
Kerapu / Sunuk 0,5 ton/th
Teripang 0,1 ton/th
Barabara 0,3 ton/th
Layur 0,3 ton/th
Kakap 0,5 ton/th
Udang / lobster 0,2 ton/th
Bandeng 0,3 ton/th
Kerang 1 ton/th
Kepiting 5 ton/th
Rajungan 25 ton/th
Mujair 0,2 ton/th
(Sumber :Data Desa Pantai Takisung 2019).

Ketahanan pangan merupakan hal yang penting dan


strategis, karena berdasarkan beberapa negara menunjukan
bahwa tidak ada satu negara pun yang dapat melaksanakan
pembangunan secara mantap sebelum mampu mewujudkan
ketahanan pangan terlebih dahulu. Setiap negara
membutuhkan pangan untuk masyarakatnya bisa bertahan
hidup, dalam memenuhi kebutuhannya. Undang-undang
Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan mengamankan
bahwa pemerintah bersama masyarakat mewujudkan
ketahanan pangan bagi seluruh rakyat Indonesia. Karena
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang
banyak dan tingkat pertumbuhannya yang tinggi, maka
6

upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan merupakan


tantangan yang harus mendapatkan prioritas untuk
kesejahteraan bangsa. Karena harus ada lembaga yang
mengatur ketersediaan, stabilitas dan pola konsumsinya.
Indonesia merupakan salah satu negara yang
memperhatikan pangan dari masyarakatnya, melalui
Perpres No 66 Tahun 2021 pemerintah membentuk Badan
Pangan Nasional. Dalam kita perlu mengetahui arti, aspek,
tujuan dan faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan
1.1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi pengembangan perikanan sebagai upaya ketahanan
pangan masyarakat Desa Takisung
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah
dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui strategi pengembangan perikanan sebagai upaya
ketahanan pangan masyarakat Desa Takisung

1.2. Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan memperkaya
ilmu pengetahuan serta wawasan
2. Bagi masyarakat terkait diharapakan dapat digunakan sebagai bahan
pemikiran dalam meningkatkan kualitas ketahanan pangan.
3. Bagi Mahasiswa/Pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
salah satu referensi bagi penelitian selanjutnya, terutama dalam mengkaji
topik yang sama.
4. Bagi Pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber
pemikiran dan bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan khusunya
terkait dengan strategi ketahanan pangan daerah Kabupaten Tanah Laut
20

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Pengertian Strategi

Untuk membuat suatu pilihan yang cerdas diperlukan


perencanaan strategis yang merupakan sebuah alat dari manajemen.
Perencanaan strategi dapat membantu organisasi dalam memfokuskan visi dan
prioritasnya sebagai jawaban terhadap lingkungan yang berubah dan untuk
memastikan agar anggota-anggota organisasi itu bekerja kearah tujuan yang
sama. Strategi sangat penting untuk menentukan kesuksesan orang, sehingga
yang menjadi alasan mengapa strategi sangat bermanfaat.
Menurut Jauch & Glueck (dalam Akdon, 2011:3) menyebutkan bahwa
strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan
keunggulan strategi organisasi dengan tantangan lingkungan dan di rancang untuk
memastikan bahwa tujuan utama organisasi dapat di capai melalui pelaksanaan
yang tepat oleh organisasi.

2.1.2. Strategi Pengembangan Perikanan

Suatu strategi dikatakan sebagai strategi pengembangan jika secara


sengaja organisasi mendesain strategi yang hendak meningkatkan status,
kapasitas, dan sumber daya yang pada ujungnya akan melahirkan postur
organisasi baru yang berbeda di masa depan. Organisasi sepenuhnya diletakkan
dan dioperasikan dalam mode pengembangan. Lebih lanjut Wechsler dsn Backoff
(1986:323) menyatakan bahwa strategi pengembangan dirancang berdasarkan
Bryson (1995:280) menambahkan bahwa strategi dikatakan strategi
pengembangan jika strategi tersebut berusaha menciptakan masa depan baru yang
lebih baik. Pilihan pada strategi ini baru bisa dilaksankan jika dukungan yang
bersal dari lingkungan eksternal organisasi memadai. Bahkan ia menambahkan
bahwa sistem perencanaan formal (formal palnning system) dapat digunakan
untuk memberikan panduan dalam merancang jenis strategi ini. Untuk pendapat
yang baru saja disebut, penulis sepenuhnya setuju Boyne dan Walker (2004:237)
21

menyamakan strategi ini dengan strategi prospektif (prospector) model Miles dan
Snow (1978). Ketika itu, Departement of Natural Resources (DNR) memiliki
strategi yang berkarakter sebagai strategi pengembangan. DNR mendesain
program-program baru, membangun fasilitas baru, memiliki tanah baru untuk
meluaskan fasilitas, mengambil inisiatif yang mengajak komunitas mencintai dan
melakukan aktivitas di taman-taman public (people of the parks), mendirikan
pemuda pecinta lingkungan (konsevasi), memperkenalkan program pengendalian
sampah.
Secara konsepsional strategi pengembangan adalah upaya untuk
melakukan analisis terhadap kondisi lingkungan kawasan baik internal yang
meliputi kelemahan dan kekuatan kondisi lingkungan eksternal yaitu peluang dan
ancaman yang akan dihadapi, kemudian diambil alternative untuk menentukan
strategi yang harus dilakukan. Analisis lingkungan internal merupakan suatu
proses untuk menilai faktor-faktor keunggulan strategis perusahaan atau
organisasi untuk menentukan dimana letak kekuatan dan kelemahannya sehingga
penyusunan strategi dapat dimanfaatkan secara efektif, kesempatan lingkungan
dan menghadapi hambatannya, mengembangkan profil sumber daya dan
keunggulan, membandingkan profil tersebut dengan kunci sukses, dan
mengidentifikasi kekuatan utama dimana industry dapat membangun strategi
untuk mengeksploitasi peluang dan meminimalkan kelemahan dan mencegah
kegagalan. Kondisi lingkungan eksternal yang tidak pasti mengharuskan
perusahaan atau organisasi menyusun strategi yang tepat terhadap pengembangan,
karena lingkungan eksternal tersebut sebagian besar tidak dapat dikendalikan.
Dalam penjelasan di atas terdapat ciri-ciri dari strategi pengembangan adalah :
a. Merupakan strategi terencana, dalam mewujudkan perubahan
organisasional yang memiliki sasaran jelas berdasarkan diagnose yang
tepat tentang permasalahan yang dihadapi.
b. Kolaborasi antara berbagai pihak yang akan terkena dampak perubahan
yang akan terjadi.
c. Menggunakan pendekatan komitmen sehingga selalu memperhitungkan
pentingnya interaksi, interaksi dan interdepensi antara berbagai satuan
kerja sebagai bagian integral disuasana yang utuh.
22

d. Menggunakan pedekatan ilmiah dalam upaya meningkatkan efektivitas.

2.1.3. Ekonomi

Definisi ekonomi secara umum adalah salah satu ilmu sosial yang
mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi dan
konsumsi terhadap barang dan jasa. Ilmu ekonomi banyak dipelajari dan sering di
asosiasikan dengan keuangan rumah tangga. Arti kata ekonomi berasal dari
bahasa yunani yakni “oikos” yang berarti keluarga rumah tangga serta “nomos”
yang berarti peratuan, aturan dan hukum. Sehingga ekonomi menurut istilah
katanya adalah aturan rumah tangga atau manajemen rumah tangga.
Menurut Abraham Maslow ekonomi adalah suatu bidang keilmuan yang
dapat menyelesaikan permasalaham kehidupan manusia lewat penggemblengan
seluruh sumber ekonomi yang tersedia berdasarkan pada teori dan prinsip pada
suatu sistem ekonomi yang memang dianggap efisien dan efektif.

2.1.4. Kondisi Sosial Ekonomi

Kondisi sosial ekonomi adalah suatu kedudukan yang diatur secara sosial
dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam masyarakat, pemberian
posisi itu disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus
dimainkan oleh si pembawa status (Sumardi, 2001: 21).
Kondisi sosial ekonomi menurut M. Sastropradja (2000) adalah keadaan
atau kedudukan seseorang dalam masyarakat sekelilingnya. Manaso Malo (2001)
juga memberikan batasan tentang kondisi sosial ekonomi yaitu, Merupakan suatu
kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi
tertentu dalam sosial masyarakat. Pemberian posisi disertai pula dengan
seperangkat hak dan kewajiban yang harus dimainkan oleh si pembawa status.

2.1.5. Mata Pencaharian

Mata pencaharian merupakan aktivitas manusia untuk memperoleh taraf


hidup yang layak dimana antara daerah yang satu dengan daerah yang lainya
berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan keadaan demografinya
(Dalam djoeni,1987).
23

Mata pencaharian hidup adalah, pekerjaan yang menjadi pokok


penghidupan (sumbu atau pokok), pekerjaan atau pencaharian utama yang
dikerjakan untuk biaya sehari-hari. Misalnya; pencaharian penduduk desa itu
nelayan. sistem mata pencaharian adalah cara yang dilakukan oleh sekelompok
orang sebagai kegiatan sehari-hari guna usaha pemenuhan kehidupan, dan
menjadi pokok penghidupan (Bonefasius Kemong 2017).

2.1.6. Mata Pencaharian Nelayan

Bagi Ensiklopedia Indonesia, 1990 (dalam Mulyadi, 2005: 171) kata


Nelayan yakni aktivitas yang berperan menjalankan aktivitas penangkapan ikan,
baik dilakukan spontan (penyebar sejenis serta pengguna dari jaring) atau tidak
spontan (mirip dengan juru mudi perahu layar, kapten perahu Nelayan bermotor,
seorang ahli dalam mesin kapal, koki memancing kapal) #, sebagai mata
pencaharian. Tetapi dalam Undang- undang Perikanan no 45 Tahun 2009, Yaitu
Nelayan yang kehidupannya menjalankan Nelayan. Nelayan kecil yakni orang
yang mata pencahariannya yakni untuk memenuhi kebutuhan Nelayan kehidupan
sehari-hari dan masih ada menggunakan alat tradisional. Sedangkan menurut
Imron (dalam Subri, 2005: 7) Nelayan yakni gerombolan warga yang hidup
bergantung spontan dari hasil melaut, baik secara dengan metode pelaksana
dalam mengambil maupun sumber daya alam. Para Nelayan biasanya tinggal di
pinggir tepi laut, suatu area pemukiman yang dekat dengan posisi kegiatannya.
Bersumber pada definisi diatas hingga bisa disimpulkan kalau Nelayan
yakni sebuah komunitas memanfaatkan utama menangkap ikan, baik di laut,
celah, teluk, rawa atau sungai dengan memakai perahu atau kapal serta mencari
ataupun memakai perangkap. Mereka biasanya tinggal ataupun menetap di
wilayah pesisir tepi laut serta membentuk sebuah ikatan dengan masyarakat
Nelayan. Mereka yakni aktivitas yang dilakukan dengan giat maupun melekat
aktivitas di laut yang sulit.
a) Macam-macam golongan masyarakat Nelayan
Adapun menggolongkan masyarakat tersebut pun ke dalam beberapa
Kelompok menurut Syarief (2001) sebagai berikut (dalam Nurpratiwi, 2016: 53):
1) Masyarakat Nelayan tangkap
24

Sebuah komunitas pesisir yang mata pencaharian utama adalah


memancing di laut. Kelompok ini dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu
Nelayan menangkap Nelayan menangkap modern dan tradisional. Kedua
kelompok ini dapat dibedakan dari jenis kapal / peralatan yang digunakan
dan luasnya daerah tangkapannya.

2) Masyarakat Nelayan pengumpul/bakul.


Sebuah kelompok masyarakat pesisir yang bekerja di sekitar lokasi
pendaratan dan pelelangan ikan. Mereka akan mengumpulkan hasil tangkapan
ikan dari kedua lelang dan dari sisa ikan yang tidak dilelang kemudian dijual ke
masyarakat sekitar atau dibawa ke pasar lokal. Umumnya, kolektor adalah
masyarakat pesisir perempuan.

3) Masyarakat Nelayan buruh.


Masyarakat Nelayan yang paling sering ditemukan di masyarakat pesisir.
Ciri khas mereka dapat dilihat dari kemiskinan yang selalu membelenggu hidup
mereka, mereka tidak memiliki modal atau peralatan yang memadai untuk Usaha
produktif. Umumnya, mereka bekerja sebagai buruh / buah kapal
(ABK) di kapal nakhoda dengan penghasilan minimal.

4) Masyarakat Nelayan tambak


Masyarakat Nelayan adalah pengolahan, tenaga kerja dan
kelompok masyarakat Fischer. Jika ditingkatkan dengan cara, Indonesia terus
Komunitas dan pelaksanaannya didominasi di depan Nelayan tradisional, masih
ada sejumlah pekerja Nelayan hasil tangkapan Nelayan, bukan modal, sehingga
dengan Nelayan lain, alat tangkap mereka sendiri dan kapal harus datang. Nelayan
tradisional dengan pembatasan alat tangkap akan mempengaruhi hasil pendapatan
Nelayan. Status Demikian Nelayan sebagai seorang pekerja, telah sangat
dipengaruhi pendapatan.
Dalam Undang- undang Perikanan no 45 Tahun 2009, Yaitu Nelayan
yang kehidupannya menjalankan Nelayan. Nelayan kecil yakni orang yang mata
pencahariannya yakni untuk memenuhi kebutuhan Nelayan kehidupan sehari-
25

hari dan masih ada menggunakan alat tradisional. Sedangkan menurut Imron
(dalam Subri, 2005: 7).
Menurut Mulyadi (2005) sesungguhnya, Nelayan bukanlah suatu entitas
tunggal, mereka terdiri dari beberapa kelompok. Dilihat dari segi kepemilikan
alat tangkap, Nelayan terbagi atas tiga yaitu:
a. Nelayan Buruh
Nelayan buruh adalah Nelayan yang bekerja dengan alat tangkap milik
orang lain.
b. Nelayan Juragan
Nelayan juragan adalah Nelayan yang memiliki alat tangkap yang
digunakan oleh orang lain.
c. Nelayan Perorangan
Nelayan perorangan adalah Nelayan yang memiliki peralatan tangkap
sendiri, dan dalam pengoperasiannya tidak melibatkan orang lain.

2.1.7. Faktor Pekerja Kehidupan Nelayan

Faktor sosial ekonomi yang dilihat ialah umur, tingkat pendidikan,


jumlah pendapatan, keahlian melaut, permodalan, dan biaya pembuatan. Hasil
temuan bahwasanya usia Nelayan masih terletak pada umur produktif. Tingkatan
pembelajaran merupakan pembelajaran resmi yang ditamatkan oleh Nelayan
tersebut, bersumber pada tingkatan pembelajaran SD, SMP, SMA. Maka dari
itu Seiring terbatas sehingga sumber daya manusia adalah kesempatan
Nelayan bagi untuk berwirausaha selain Nelayan sangat sulit karena rendahnya
tingkat pendidikan juga sulit untuk pemancing untuk memilih dan mendapatkan
pekerjaan lain, sementara tingginya biaya kebutuhan pokok membuat
memancing sulit untuk memenuhi kebutuhan keluarga serta jumlah tanggungan
merupakan jumlah dalam jiwa yang jadi tanggungan dari Nelayan.
Pendapatan Nelayan termasuk juga mempengaruhi faktor-faktor sosial
dan ekonomi yang terdiri di ibu kota, serta pengalaman memancing dari tenaga
kerja mereka. ada beberapa faktor lain yang akan menentukan keberhasilan
Nelayan. Pengalaman Nelayan memancing lama bekerja untuk menangkap di
laut. Dengan pengalaman mereka juga digunakan untuk merujuk pada
26

pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui keterlibatan sesuatu atau


yang terkait dengan itu untuk jangka waktu tertentu.

2.1.8. Ketahanan Pangan

Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan baginegara sampai


dengan perseorangan, yang tercermin daritersedianya pangan yang cukup, baik
jumlah maupunmutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkauserta
tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, danbudaya masyarakat, untuk dapat
hidupsehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan (PP RI Nomor 17 Tahun
2015).
Ketahanan pangan merupakan situasi dimana semua rumah tangga
mempunyai akses baik fisik maupun ekonomi untuk memperoleh pangan bagi
seluruh anggota keluarganya, dimana rumah tangga tidak beresiko mengalami
kehilangan kedua akses tersebut. Berdasarkan definisi dapat disimpulkan bahwa
ketahanan pangan memiliki 5 unsur yang harus dipenuh yaitu berorientasi pada
rumah tangga dan individu, dimensi waktu setiap saat pangan tersedia dan dapat
di akses, menekankan pada akses pangan rumah tangga dan individu, dimensi
waktu setiap saat pangan tersedia dan dapat di akses, menekankan pada akses
pangan rumah tangga dan individu, baik fisik, ekonomi, dan sosial, berorientasi
pada pemenuhan gizi serta ditujukan untuk hidup sehat dan produktif (Rungkat
dan Zakaria, 2006).
Ketahanan pangan, secara luas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
memenuhi kecukupan pangan masyarakat dari waktu ke waktu. Kecukupan
pangan yaitu mencakup segi kuantitas dan kualitas, baik dari produksi sendiri
maupun membeli di pasar. Terwujudnya sistem ketahanan pangan tersebut akan
tercermin antara lain dari ketersediaan pangan yang cukup dan terjangkau oleh
daya beli masyarakat serta terwujudnya diversifikasi pangan, baik dari sisi
produksi maupun konsumsi. Pencapain ketersediaan pangan harus memperhatikan
aspek produksi, pengaturan dan pengelolaan stok atau cadangan pangan, serta
penyediaan dan pengadaan pangan yang cukup. Ketahanan pangan terdiri dari 3
subsistem, yaitu: Ketersedian Pangan (Food Availability), Akses Pangan (Food
Access), Penyerapan Pangan (Food Utilization) (Adriani, dan Wirtjatmadi, 2012).
27

2.1.9. Pemanfaatan Pangan

Ketahanan pangan menjadi salah satu hal penting untuk dilakukan


mengingat tujuan pertama dari Millenium Development Goals yaitu
menanggulangi kemiskinan dan kelaparan. Terhadap 4 konsep indikator dalam
ketahanan pangan yaitu kecukupan dan stabilitas ketersediaan pangan, akses
keterjangkauan terhadap pangan, kualitas serta keamanan pangan, dan
keberlanjutan pangan (FAO, 1996 dalam Aswatini, 2004). Membangun ketahanan
pangan dapat dilakukan dengan pemanfaatan sumberdaya lokal secara maksimal.
Penyerapan pangan adalah penggunaan pangan untuk kebutuhan hidup
sehat yang meliputi kebutuhan energi dan gizi, air, dan kesehatan lingkungan.
Penyerapan pangan merujuk pada penggunaan pangan oleh rumah tangga dan
kemampuan individu untuk menyerap dan memetabolisme zat gizi (Dewan
Ketahanan Pangan, 2009).

2.2. Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai factor secara sistematis untuk


merumuskan strategi perusahaan, analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities), namun
secarabersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman
(threats). Analisis ini didasari pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan
memaksimalkan kekuatan dan peluang yang ada serta meminimalkan
kelemahandan ancamannya. Bila diterapkan secara akurat, asumsi sederhana ini
memiliki dampak yang sangat besar dari rancangan suatu strategi yang berhasil
dan analisis lingkungan bisnis yang memberikan informasi yang dibutuhkan untuk
mengidentifikasi peluang dan ancaman yang berada di dalam perusahaan
(Astuti,2020).
Komponen-komponen SWOT menurut David (Miharja, 2018) yaitu:
1. Kekuatan (Strenghts) adalah sumber daya, keterampilan-keterampilan atau
keunggulan-keunggulan lain yang berhubungan den gan para pesaing perusahaan
dan kebutuhan pasar yang dapat dilayani oleh perusahaan yang diharapkan dapat
28

dilayani. Kekuatan adalah kompetisi khusus yang dapat memberikan keunggulan


kompetitif bagi perusahaan di pasar.
2. Kelemahan (Weakness) adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber
daya, keterampilan, dan kapabilitas yang secara efektif menghambat kinerja
perusahaan. Keterbatasan tersebut dapat berupa fasilitas, sumber daya keuangan,
kemampuan manajemen dan keterampilan pemasaran dapat merupakan sumber
kelemahan dari perusahaan.
3. Peluang (Opportunities) adalah situasi penting yang menguntungkan dalam
lingkungan perusahaan. Kecenderungan- kecenderungan penting merupakan salah
satu sumber peluang, seperti perubahan teknologi dan meningkatnya hubunagan
atara perusahaan dengan pembeli atau pemasok merupakan gambaran peluang
bagi perusahaan.
4. Ancaman (Threats) adalah situasi penting yang tidak menguntungkan dalam
lingkungan perusahaan. Ancaman merupakan pengganggu utama dalam posisi
sekarang atau yang diinginkan oleh perusahaan.
Menurut (Fahmi,2013) untuk menganalisis secara lebih dalam tentang
SWOT, maka perlu dibuat dilihat factor eksternal dan internal sebagian penting
dalam analisis SWOT, yaitu:

a. Faktor eksternal
Faktor eksternal ini mempengaruhi terbentuknya opportunities and threats
(O dan T). Dimana faktor ini menyangkut dengan kondisi-kondisi yang terjadi di
luar perusahaan yang mempengaruhi dalam pembuatan keputusan perusahaan.
Faktor ini mencakup lingkungan industri dan lingkungan bisnis makro, ekonomi,
politik, hukum, teknologi, kependudukan, dan sosial budaya.

b. Faktor Internal
Faktor internal ini mempengaruhi terbentuknya strenghts and weaknesses
(S dan W). Dimana faktor ini menyangkut dengan kondisi yang terjadi dalam
perusahaan, yang mana ini turut mempengaruhi terbentuknya pembuatan
keputusan (decision making) perusahaan. Faktor internal ini meliputi semua
macam manajemen fungsional : pemasaran, keuangan, operasi, sumberdaya
29

manusia, penelitian dan pengembangan, sistem informasi manajemen dan budaya


perusahaan (corporate culture).
Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang dan
ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan. Faktor internal
dimasukan kedalam matrik yang disebut matrik faktor strategi internal atau IFAS
(Internal Strategic Factor Analisis Summary). Faktor eksternal dimasukkan
kedalam matrik yang disebut matrik faktor strategi eksternal EFAS (Eksternal
Strategic Factor Analisis Summary).

Tabel 2.1 Matrik Faktor Strategi Eksternal (EFAS)


Bobot
Faktor Strategi
Bobot Rating X Keterangan
Eksternal
Rating
Peluang X X X
Jumlah X X X
Ancaman X X X
Jumlah X X X
Total X X X
Sumber : (Rangkuti, 2004 dalam Nisak, 2013).

Tabel 2.2 Matrik Faktor Strategi Internal (IFAS)


Bobot
Faktor Strategi
Bobot Rating X Keterangan
Eksternal
Rating
Peluang X X X
Jumlah X X X
Ancaman X X X
Jumlah X X X
Total X X X
Sumber : (Rangkuti, 2004 dalam Nisak, 2013)

2.2.1 Penelitian Terdahulu


30

Penelitian terdahulu merupakan tolak ukur peneliti untuk menulis dan


menganalisis suatu penelitian. Penelitian-penelitian tersebut kemudian dijadikan
rujukan untuk melakukan penelitian ini. Berikut ini beberapa kajian penelitian
yang relevan untuk mendukung teori-teori yang sudah dipaparkan dalam kajian
teori, untuk dapat dijadikan penguat dalam penelitian ini, yaitu:

No. Nama Tahun Judul Hasil

1. Rega 2017 Analisis Ketahanan Berdasarkan penelitian


Desvaeryand Pangan di Pekanbaru yang telah dilakukan,
kondisi ketahanan
pangan di Kota
Pekanbaru dapat
disimpulkan sebagai
berikut: Berdasarkan
aspek ketersediaan
pangan, Kota Pekanbaru
berada dalam kondisi
sangat tahan pangan.
Nilai indeks komposit
ketersediaan pangannya
sebesar 0,16.
Berdasarkan aspek
akses pangan, Kota
Pekanbaru berada dalam
kondisi tahan pangan.
Nilai indeks komposit
ketahanan pangannya
sebesar
0,32.Berdasarkan aspek
pemanfaatan pangan,
Kota Pekanbaru berada
dalam kondisi tahan
pangan. Nilai indeks
komposit ketahan
pangannya sebesar 0,26.
Berdasarkan ketiga
aspek ketahanan
pangan, Kota Pekanbaru
berada dalam kondisi
tahan pangan. Nilai
indeks komposit
gabungan ketahanan
pangannya sebesar 0,21.
31

2. Imelda dkk 2019 Strategi Pengelolaan Penelitian ini bertujuan


Perikanan Tangkap untuk menyusun strategi
Berkelanjutan di pengelolaan perikanan
Wilayah Pesisir tangkap berkelanjutan
Kabupaten Kubu di wilayah pesisir
Raya. Kabupaten Kubu Raya.
Metode penelitian yang
digunakan adalah
metode survei dan
wawancara mendalam
dengan menggunakan
key informan untuk
mendapatkan variabel
SWOT dan alternatif
strategi. Data penelitian
yang dikumpulkan yaitu
data primer dan data
sekunder. Data primer
meliputi variabel
kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman
dalam pengelolaan
perikanan tangkap di
Kabupaten Kubu Raya.
Data sekunder meliputi
data penggunaan sarana
dan prasarana
penangkapan ikan dan
data produksi perikanan
di Kabupaten Kubu
Raya.
3. Kristina 2020 Strategi Hasil penelitian ini
Djodjoatmojo Pengembangan Usaha menunjukkan strategi
, Ferdinand, Pengolahan Hasil yang dapat diterapkan
Bambang Perikanan Pada MEFs sesuai dengan kuadran
mantikei Foods and Snacks pada Kuadran I, yaitu
Palangka Raya merupakan situasi yang
sangat menguntungkan,
dimana perusahaan
memiliki peluang
(Opportunities) dan
kekuatan (Strenght)
sehingga dapat untuk
memperluas jaringan
Pemasaran dengan
menggunakan
perkembangan
32

teknologi, baik secara


online maupun offline.
yang berpengetahuan
dan terampil untuk
menggunakan teknologi
terbarukan
(modern)serta
membangun
jejaring/kemitraan
dengan pemerintah
maupun pihak
swasta,dan supplier.
Bekerjasama dengan
pemerintah untuk
meningkatkan
kemampuan rumah
produksi dan ikut serta
dalam pameran
promosi, serta pelatihan
untuk peningkatan
sumber daya manusia
4. Bejo et al 2017 Persepsi dan Strategi Penelitian
Pengembangan ini bertujuan melakukan
Pertanian Organik penggalian persepsi
(Organik Farming) di Petani dan identifikasi
Kabupaten Bengkulu faktor internal
Utara dan eksternal yang
berpengaruh dalam
pengembangan
pertanian organik di
Kabupaten Bengkulu
Utara dan menyusun
serta memilih strategi
pengembangannya
dengan menggunakan
analisis SWOT. Dari
penelitian tersebut
didapatkan nilai
Persepsi Petani berada
dalam katagori sedang
yaitu aspek
ekologis (2,53),
ekonomi sosial (2,51)
dan teknis (2,27). Skor
faktor kelemahan
(3,81) lebih tinggi dari
faktor kekuatan (3,22)
33

dan sebaliknya skor


peluang (3,21)
lebih kecil
dibandingkan dengan
skor ancaman (3,41).
Bersadarkan matrik IE,
kondisi pertanian
organik di Kabupaten
Bengkulu Utara pada
kuadran IV (WT).
Strategi pengembangan
pertanian organik yang
dipilih adalah penguatan
jaringan
pemasaran produk
organik, penguatan
kelembagaan dan
pemberdayaan
masyarakat serta
program pengembangan
pertanian organik yang
sesuai dengan
kondisi local untuk
menjadi produk
unggulan daerah.
5. Arzima 2016 Analisis Ketahanan melakukan penelitian
Pangan di Kabupaten tentang ketahanan
Pelalawan pangan dengan judul
Analisis Ketahanan
Pangan di Kabupaten
Pelalawan. Penelitian
ini bertujuan untuk
menganalisis kondisi
ketahanan pangan
ditinjau dari aspek
ketersediaan pangan,
aspek akses pangan,
aspek pemanfaatan
pangan, dan aspek
indeks gabungan
ketahanan pangan
nabati di Kabupaten
Pelalawan.Penelitian ini
menggunakan Metode
Analisis Deskriptif yaitu
disediakan dalam
bentuk tabel, presentase
34

dan grafik, dan gambar.


Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
akses
ketersediaan pangan
serelia (padi, jagung,
ubi kayu, dan ubi jalar)
berdasarkan konsumsi
normatif menunjukkan
bahwa Kabupaten
Pelalawan secara
keseluruhan
dalam kondisi defisit.
Aspek akses pangan
nabati berdasarkan
indikator rumah tangga
yang berada dibawah
garis kemiskinan dan
rumah tangga tanpa
akses listrik
menunjukkan bahwa
Kabupaten Pelalawan
secara keseluruhan
berada pada kondisi
kerawanan pangan.
35

2.2.2. Kerangka Pemikiran

Ketahanan pangan Desa Takisung

Kondisi ekonomi Desa


Takisung

Faktor Internal Faktor Eksternal

Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman


(Strength) (Weakness) (Opportunities) (Threats)

Analisis SWOT

Strategi Pengembangan Perikanan Sebagai


Upaya Meningkatkan Ketahanan Pangan di
Desa Takisung Kabupaten Tanah Laut
36

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Taksiung, Kabupaten Tanah Laut


Provinsi Kalimantan Selatan, penentuan lokasi ini digunakan untuk memperoleh
data-data yang diperlukan .Waktu yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 6
(enam) bulan yaitu mulai dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2023 dengan
beberapa tahapan, yaitu persiapan, pembuatan usulan penelitian, pengambilan data
atau pelaksanaan penelitian, penyusunan dan pengolahan data serta penyelesaian
laporan.

Tabel 3.1. Peta Lokasi Penelitian

No. Kegiatan Maret April Mei Juni


penelitian
1. Observasi
Lapangan
2. Konsultasi
usulan
penelitian
3. Seminar usulan
penelitian

4. Pengambilan
dan pengolahan
data

5. Konsultasi
laporan
6. Seminar hasil
penelitian
7. Ujian skripsi
8. Perbaikan dan
distribusi
laporan
Tabel 3.2. Jadwal kegiatan penelitian
37

3.2. Metode Pengumpulan Data

3.2.1 Observasi

Observasi salah satu teknik mengumpulkan data atau keterangan yang


harus dijalankan dengan melakukan usaha-usaha pengamatan secara langsung ke
tempat yang akan diselidiki (Arikunto, 2006 dalam Joesyiana, 2018). Kata
observasi berarti suatu pengamatan yang teliti dan sistematis, dilakukan secara
berulang-ulang. Observasi suatu metode pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis baik secara
langsung maupun secara tidak langsung pada tempat yang diamati (Suardeyasasri,
2010 dalam Joesyiana, 2018)

3.2.2. Wawancara

Wawancara (interview) adalah salah satu kaedah mengumpulkan data,


kaedah ini digunakan ketika responden dan peneliti berada langsung bertatap
muka dalam proses mendapatkan informasi bagi keperluan data primer.
Wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan
fakta, kepercayaan, perasaan, keinginan dan sebagainya yang diperlukan untuk
memenuhi tujuan penelitian (Rozalina, 2015). Wawancara yang dilakukan
menggunakan alat bantu Kuesioner.

3.2.3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu teknik pengumpulan data, dokumentasi


bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumentel dari seseorang.
Pengumpulan data dengan cara dokumentasi merupakan suatu hal yang dilakukan
oleh peneliti guna mengumpulkan data dari berbagai hasil media cetak membahas
mengenai narasumber yang akan diteliti (Arischa, 2019).

3.3. Jenis Data dan Sumber Data

Menurut kesimpulan permasalahan serta tujuan penelitian merupakan


sifatnya penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor
38

(dalam Moleong, 2007: 4) mengartikan penelitian kualitatif sebagai metode


penelitian yang membuat melihat data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang dan perilaku fenomena yang terjadi. Berdasarkan (Moleong,
2007: 11) bahwa daerah penelitian deskriptif diusulkan untuk data dalam bentuk
kata-kata, gambar, dan tidak menyebabkan kualitas dengan nomor {sistem
aplikasi. Selain itu, dikumpulkan seluruh mungkin kunci untuk apa yang diamati,
Berdasarkan pendekatan yang dipilih, penelitian ini termasuk penelitian kualitatif
menjadi data deskriptif sehingga ini akan kata. Penelitian adalah kata- kata untuk
mengatasi kondisi saat ini, atau masalah alamat diterapkan pada nilai kehidupan
masyarakat Desa Takisung Kecamatan Tanah Laut, Kalimantan Selatan dihadapi
sehubungan sebagai sumber belajar ilmu-ilmu sosial. Sumber Data yang
digunakan.
a. Data Primer
Informasi primer merupakan informasi yang spontan diperoleh periset
ataupun yang menindak lanjutkan serta berasal dari sumber pertamanya
(Suryabrata, 1998: 84). Pada riset ini periset memakai wawancara serta observasi
langsung ke wilayah kawasan tepi laut Takisung dalam pengumpulan
informasinya. Sumber informasi primer dalam riset ini. Ada pula sumber
informasi primer dalam wujud wawancara.
b. Data Sekunder
Informasi sekunder yang diperoleh penulis yakni sumber langsung berasal
dari bagian yang berkaitan dengan penelitian, berupa data-data daerah desa
Takisung. Apapun data yang di jadikan data sekunder adalah data BPS desa
Takisung.

3.5. Metode Pengambilan Sampel


a. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi diteliti. Teknik pengambilan
sampel menggunakan teknik sampling purposive. Menurut Arikunto “purposive
sampling adalah teknik mengambil sampel dengan ptidak berdasarkan random,
daerah atau strata, melainkan berdasarkan atas adanya pertimbangan yang
berfokus pada tujuan tertentu”.
39

3.6. Metode Analisis Data

Untuk mengidentifikasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal pada tujuan


pertama yaitu menggunakan metode analisis deskriptif, metode analisis deskriptif
yaitu untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi
(Pratiwi, 2018). Untuk merumuskan strategi pengembangan usaha pada tujuan
kedua digunakan Analisis Internal Strategic Factors Analysis Summary (IFAS)
dan External Strategic Factors Analysis Summary (EFAS), Analisis SWOT dan
Analisis QSPM.

3.7. Analisis SWOT

Tujuan selanjutnya dari penelitian ini adalah untuk menentukan strategi


pengembangan perikanan sebagai upaya meningkatkan ketahanan pangan, setelah
melihat kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki suatu usaha.
Analisis SWOT dimulai dengan identifikasi dari aspek internal yaitu kekuatan
(strength) dan kelemahan (weakness). Sedangkan, dari aspek eksternal dilakukan
identifikasi peluang (opportunity) dan ancaman (threat) (Rangkuti, 2001).

3.7.1. Matriks Faktor Strategi Internal

Setelah menyelesaikan analisis faktor-faktor strategi internal (IFAS) dan


factor-faktor strategi eksternal (EFAS) sementara dari keadaan Usaha Baru
Koko, selanjutnya dilakukan pengisian matriks faktor-faktor strategi internal
(IFAS) pada masing-masing kolom (lihat Tabel 3.3).

Tabel 3.3 Matriks Faktor Internal (IFAS)


Nilai
Faktor – Faktor Skor (b) Kondisi
No. Bobot (b) Rating
Strategi Internal X (r) Eksisting
(r)
Kekuatan
1
40

2

Kelemahan
1.
2.

TOTAL 1,00
Sumber : Rangkuti, 2015

3.7.1.2. Matriks Faktor Strategi Eksternal

Setelah membuat matriks faktor strategi internal (IFAS), maka perlu


diketahui pula faktor strategi eksternal (EFAS) dengan mengisi tabel 3.4 di
bawah ini dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Menentukan faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman
Ketahanan Pangan.
2. Memberikan bobot masing-masing factor, mulai dari 0-1 (sangat
penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut
kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis.

3. Menghitung rating untuk masing-masing faktor dengan memberikan


skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan
pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi ketahanan pangan masyarkat
Desa Takisung. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif
(peluang makin besar diberi rating +4, tetapi jika peluang kecil diberi rating
+1). Pemberian nilai rating untuk ancaman adalah kebalikannya (jika
nilai ancaman sangat besar rating nya adalah +1 dan jika nilai ancamannya
kecil maka rating nya adalah +4). Mengalikan bobot dengan nilai (rating)
untuk memperoleh skor. Skor yang dihasilkan disini yaitu skor pembobotan
untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0
(outstanding) sampai dengan 0-1 (poor).
41

4. Menjumlahkan skor untuk memperoleh total skor bagi objek kawasan


yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimanan objek kawasan
tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternal. Total skor ini
dapat digunakan untuk membandingkan objek kawasan ini dengan objek
kawasan lainnya dalam kelompok industri yang sama.

Nilai
Faktor – Faktor Skor (b) Kondisi
No. Bobot (b) Rating
Strategi Internal X (r) Eksisting
(r)
Peluang
1
2

Ancaman
1.
2.

Total 1,00
Sumber : Rangkuti,
2015.

3.7.1.3 Diagram Cartesius dan Matriks SWOT

Dalam penelitian ini data yang telah dikumpulkan akan dianalisis dengan
menggunakan metode analisis SWOT. Menutur (Rangkuti, 2015) Analisis SWOT
42

Gambar 3.4 Diagram Cartesius

adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi


pengembangan kawasan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Oppurtunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman
(Threats). Analisis SWOT bisa digunakan untuk 15 membandingkan antara
faktor eksternal dan faktor internal, yang tentunya berkaitan dengan Matriks
IFAS dan Matriks EFAS.

Keterangan :

Kuadran I : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Usaha


tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan
peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini
adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth
Oriented Strategy).

Kuadran II : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, usaha ini


masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus
diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi
(produk/pasar).
43

Kuadran III : Usaha menghadapi peluang pasar yang sangat besar,


tetapi dipihak lain ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan
internal. Fokus strategi usaha ini adalah meminimalkan masalah-
masalah internal usaha sehingga dapat merebut peluang pasar yang
lebih baik.

Kuadran IV : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan,


usaha tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

Tabel 3.5. Matriks SWOT


Faktor Internal STRENGHT-S WEAKNESS-W

(Daftar faktor-faktor (Daftar faktor-


kekuatan) faktorkelemahan)
Faktor Eksternal

OPPORTUNITY S-O STRATEGI S-O STRATEGI W-O

(Menciptakan strategi yang (Menciptakan strategi


(Daftar faktor-faktor menggunakan kekuatan yang meminimalkan
peluang) untuk memanfaatkan kelemahan dengan
peluang) memanfaatkan peluang)

THREAT S-T STRATEGI S-T STRATEGI W-T


(Menciptakan strategi
(Menciptakan strategi yang
(Daftar faktor-faktor yang meminimalkan
menggunakan kekuatan
ancaman) kelemahan dan
untuk ancaman)
menghindari ancaman)

Sumber: Analisis SWOT, Teknik Membedakan Kasus Bisnis, Rangkuti (2015)

Matriks SWOT berguna untuk menggambarkan secara jelas bagaimana peluang


dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan
kekuatan dankelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat
kemungkinan alternatif strategis.
Matriks analisis SWOT dapat diidentifikasi menjadi 4 strategi yaitu :

a. Strategi SO, Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran usaha, yaitu
dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan
peluang sebesar- besarnya.Strategi SO, Strategi ini dibuat berdasarkan jalan
44

pikiran usaha, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan
memanfaatkan peluang sebesar- besarnya.
b. Strategi WO, Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang
yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
c. Strategi ST, Strategi ini digunakan dengan menggunakan kekuatan yang
dimiliki usahauntuk mengatasi ancaman.

Strategi WT, Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive
dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman
(Freddy Rangkuti, 2015).

3.8. Definisi Operasional

1. Strategi adalah sebuah rencana yang komprehensif yang mengintregasikan


segala akal dan kemampuan yang mempunyai tujuan jangka panjang untuk
memenangkan kompetisi. Jadi, strategi adalah rencana yang mengandung cara
komprehensif dan intergratif yang dapat di jadikan pegangan untuk bekerja,
berjuang dan berbuat untuk memenangkan kompetisi
2. Ketahanan pangan adalah kondisi dimana terpenuhinya kebutuhan pangan
setiap rumah tangga yang tercermin dari pangan yang cukup, baik jumlahnya
hingga harganya yang terjangkau.
3. Pangan adalah segala jenis sumber karbohidrat yang dapat dikonsumsi oleh
tubuh yang dapat menjadi bahan energy bagi manusia jika dikonsumsi, sumber
pangan ini diantaranya padi, jagung, ubi jalar, talas dan kacang tanah.
4. Pemanfaatan pangan adalah kemampuan penduduk dalam memanfaatkan
bahan pangan dengan benar dan tepat sehingga dapat memberikan manfaat.
5. Ekonomi adalah kemampuan upaya pemanfaatn sumberdaya yang terbatas dan
langka dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia yang jumlahnya tanpa batas
6. Wilayah pesisir adalah wilayah peralihan Antara darat dan laut yang bagian
lautnya masih dipengaruhi oleh aktivirtas daratan, seperti sedimentasi dan aliran
air tawar
45

7. Pemanfaatan perikanan adalah segala hal yang berhubungan dengan


sumberdaya perikanan seperti pemeliharaan dan juga pengolahan
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, Jakarta: Rineka


Cipta, 2010.

Dutka (2008, p.4)mendefinisikan kepuasan adalah “Satisfied customer improve


business and dissatisfied customer impair business”

Rizal, Ulul Maskuriah/Yose (2022-02-18). Susilo, Tunggul, ed. "Banjarbaru resmi


menjadi ibu kota baru Provinsi Kalsel"
Griffin, Jill. Customer Loyality, Jakarta : Penerbit Erlangga, 2003

H.I, Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS Semarang:


Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2009.

https://banjarbarukota.bps.go.id/statictable/2019/12/16/847/rata-rata-pengeluaran-
dan-persentase-rata-rata-pengeluaran-per-kapita-sebulan-menurut-kelompok-
makanan-di-kota-banjarbaru-tahun-2020.html

https://www.bps.go.id/indicator/26/413/1/-metode-baru-indeks-pembangunan-
manusia.html

Kotler, Philip et. al. Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi 13. Jilid 1 Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2012

Kotler, P. 1997.Manajemen Pemasaran (W. W. Bakuwatun,Trans.). Jakarta:


Intermed

Lina Sari Situmeang, “Pengaruh Kualitas Pelayanan, Harga, dan Lokasi


Terhadap Kepuasan konsumen pada Rumah Makan Istana Hot Plate
Medan”, (Skripsi, UIN Sumatera Utara, 2017

Levy, M.danWeitz, B. 2007. Retailing management 6th edition,McGraw Hill


International

Pollack, S. (2012, March 21). What, Exactly, Is Business Development?


Retrieved September 22, 2014, from
http://www.forbes.com/sites/scottpollack/2012/03/21/what-exactly-is-
business-development/

Nur, Indriantoro, dan Bambang, Supomo. 2013. Metodologi Penelitian Bisnis


Untuk Akuntansi dan Manajemen, BPFE, Yogyakarta.

Sorensen, H.E. (2013, November 23). Business Development. Retrieved


September 22, 2014, from http://www.bdacademy.org/uploads/1/02
1/10217484/esm_business_development.pd
Tjiptono, Fandy. (2001). Strategi Pemasaran. Edisi Pertama. Yogyakarta: Andi
Ofset.

Tjiptono, Fandy. (2007). Strategi Pemasaran. Edisi Pertama. Yogyakarta: Andi


Ofset

Sugiyono. (2010). Statistik untuk Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

-. (2011). Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

-. (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Method). Bandung: Alfabeta.

-. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV.


Alfabeta.

-. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.

Yusuf, A. M. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian


Gabungan. Jakarta: Prenadamedia Group.
Zeithaml, Valarie A; Berry, L. L; & Parasuraman, A. (1996), “The Behavioral
Consequences of Service Quality,” Journal of Marketing, Vol. 60 (April),
pp. 31- 46.
Zeithmal, Valarie A. and Bitner, Mary Jo. (2000), Service Marketing: Integrating
Customer Focus Across the Firm, 2th ed.Boston, McGraw-Hill
Companies.

Anda mungkin juga menyukai