Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

CKD DAN HEMODIALISA

DI RUANG HEMODIALISA RSUD GENTENG

OLEH :

SHINTA DWI RAHAYU

2018.01.017

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan ini telah disahkan pada


Hari :
Tanggal :
Ruangan : HD

Oleh

Shinta Dwi Rahayu


2018.01.017

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

( ) ( )
Chronic Kidney Disease (CKD)

1. Definisi
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan
sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan
glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas & Levin,2010). CKD atau gagal ginjal kronis
(GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi
secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh
gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit,
sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2010).
2. Klasifikasi
Pengukuran fungsi ginjal terbaik adalah dengan mengukur Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG). Melihat nilai laju filtrasi glomerulus ( LFG ) baik secara
langsung atau melalui perhitungan berdasarkan nilai pengukuran kreatinin, jenis
kelamin dan umur seseorang. Pengukuran LFG tidak dapat dilakukan secara langsung,
tetapi hasil estimasinya dapat dinilai melalui bersihan ginjal dari suatu penanda
filtrasi. Salah satu penanda tersebut yang sering digunakan dalam praktik klinis adalah
kreatinin serum.
Menurut Chronic Kidney Disease Improving Global Outcomes (CKD
KDIGO) proposed classification, dapat dibagi menjadi :

Stadium LFG Terminologi


(ml/min/1,73m2)
G1 Lebih dari 90 Normal atau
meningkat
G2 60-89 Ringan
G3a 45-59 Ringan-sedang
G3b 30-44 Sedang-berat
G4 15-29 Berat
G5 Kurang dari 15 Terminal
3. Etiologi
Penyebab tersering penyakit ginjal kronis yang diketahui adalah diabetes
melitus, selanjutnya diikuti oleh tekanan darah tinggi dan glomerulonephritis.
Penyebab lainnya dapat berupa idiopatik. Namun penyebab-penyebab dari penyakit
ginjal kronis dapat diklasifikasikan berdasarkan anatomi ginjal yang terlibat :
 Penyakit vaskular, yang dapat melibatkan pembuluh darah besar seperti
bilateral artery stenosis, dan pembuluh darah kecil seperti nefropati iskemik,
hemolytic-uremic syndrome, dan vasculitis
 Kelainan pada glomerulus yang dapat berupa
- Penyakit glomerulus primer seperti nefritis dan focal
segmental glomerulosclerosiso
- Penyakit glomerulus sekunder seperti nefropati diabetic dan lupus nefritis
 Penyakit bawaan seperti penyakit ginjal polikistik
 Nefropati obstruktif yang dapat berupa batu ginjal bilateral dan hyperplasia
prostate
 Infeksi parasite (yang sering berupa enterobiasis) dapat menginfeksi
ginjal dan menyebabkan nefropati
 Penyakit ginjal kronis juga dapat idiopatik yang mempunyai gejala yang
berupa penuruhnan aliran darah ke ginjal yang menyebabkan sel ginjal
menjadi nekrosis
4. Manifestasi klinis
Menurut Tanto, 2014 Manifestasi klinis GGK tidak spesifik dari biasanya
ditemukan pada tahap akhir penyakit. Pada stadium awal, GGK biasanya
asimtomatik. Tanda dan gejala GGK melibatkan berbagai system organ, diantaranya
a. Gangguan keseimbangan cairan: oedemaperifer, efusi pleura, hipertensi, asites
b. Gangguan elektrolit dan asam basa: tanda dan gejala hyperkalemia, asidosis
metabolic (nafas Kussmaul), hiperfosfatemia
c. Gangguan gastrointestinal dan nutrisi: metallic taste, mual, muntah, gastritis,
ulkus peptikum, malnutrisi
d. Kelainan kulit: kulit terlihat pucat, kering, pruritus, ekimosis
e. Gangguan metabolik endokrin: dislipidemia, gangguan metabolik glukosa,
gangguan hormon seks
f. Gangguan hematologi: anemia (dapat mikrositik hipokrom maupun normositik
normokrom), gangguan hemostatis.
5. Pemeriksaan penunjang
a. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi ginjal.
 Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan
adanya massa kista, obtruksi pada saluran perkemihan bagianatas.
 Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan
untuk diagnosis histologis.
 Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
 EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan
asam basa.
b. Foto Polos Abdomen
Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau obstruksi lain.
c. Pielografi Intravena
Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi penurunan faal ginjal
pada usia lanjut, diabetes melitus dan nefropati asam urat.
d. USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal , anatomi sistem
pelviokalises, dan ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem
pelviokalises dan ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.
e. Renogram
Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri , lokasi gangguan (vaskuler, parenkhim) serta
sisa fungsi ginjal
f. Pemeriksaan Radiologi Jantung
Mencari adanya kardiomegali, efusi perikarditis
g. Pemeriksaan radiologi Tulang
Mencari osteodistrofi (terutama pada falangks /jari) kalsifikasi metatastik
h. Pemeriksaan radiologi Paru
Mencari uremik lung yang disebabkan karena bendungan.
i. Pemeriksaan Pielografi Retrograde
Dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi yang reversible
j. EKG
Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia karena gangguan elektrolit (hiperkalemia)
k. Biopsi Ginjal
dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal ginjal kronis atau perlu
untuk mengetahui etiologinya.
l. Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal
1. Laju endap darah 2)
2. Urin
Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine tidak ada
(anuria).
Warna : Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan oleh pus / nanah,
bakteri, lemak, partikel koloid,fosfat, sedimen kotor, warna kecoklatan
menunjukkan adanya darah, miglobin, dan porfirin.
Berat Jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan
ginjal berat).
Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular,
amrasio urine / ureum sering 1:1. 3)
3. Ureum dan Kreatinin
4. Hiponatremia
5. Hiperkalemia
6. Hipokalsemia dan hiperfosfatemia
7. Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia
8. Gula darah tinggi
9. Hipertrigliserida
10. Asidosis metabolik
6. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada CKD (SDKI. 2017) sebagai berikut :
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluran urin dan retensi
cairan dan natrium.
2. Perubahan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi paru.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
mual muntah.
HEMODIALISA

1. Definisi Hemodialisa
Hemodialisis berasal dari kata haemo yang berarti darah dan dilisis yang
berarti dipisahkan. Dialisis merupakan suatu proses yang digunakan untuk
mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu
melaksanakan proses tersebut (Smeltzer & Bare, 2011).
Hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti fungsi
ginjal untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran
darah manusia seperti air, natrium, kalium, hydrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan
zat-zat lain melalui membran semi permeable sebagai pemisah darah dan cairan
dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi.
Proses hemodialisis yang terjadi didalam membran semipermiabel terbagi
menjadi tiga proses yaitu osmosis, difusi dan ultrafiltrasi. Osmosis adalah proses
perpindahan zat terlarut dari bagian yang berkonsentrasi rendah kearah konsentrasi
yang lebih tinggi. Difusi adalah proses perpindahan zat terlarut dari konsentrasi tinggi
kearah konsentrasi yang rendah. Sedangkan ultrafiltrasi adalah perpindahan cairan
karena ada tekanan dalam membran dialyzer yaitu dari tekanan tinggi kearah yang
lebih rendah.
2. Tujuan hemodialisa
a. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa
metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang
lain.
b. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang
seharusnya dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.
c. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal.
d. Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang lain.
3. Indikasi
- ARF- Pre renal/renal/post renal, apabila pengobatan konvensional gagal
mempertahankan RFT normal.
- CRF, ketika pengobatan konvensional tidak cukup
- Snake bite
- Keracunan
- Malaria falciparum fulminant
- Leptospirosis
 Genokologi
- APH
- PPH
- Septic abortion
 Indikator biokimiawi yang memerlukan tindakan hemodialisa
- Peningkatan BUN > 20-30 mg%/hari
- Serum kreatinin > 2 mg%/hari
- Hiperkalemia
- Overload cairan yang parah
- Odem pulmo akut yang tidak berespon dengan terapi medis
4. Kontraindikasi
- Ganguuan pembekuan darah
- Anemia berat
- Trombosis/emboli pembuluh darah yang berat
5. Komponen HD
Ada 3 unsur pokok yang saling terkait dalam proses pemisahan tersebut, yaitu:
darah, ginjal buatan dan dialisat. Pada prinsipnya dengan memakai selang
darah akan dipompakan ke ginjal buatan sementara, dari arah yang berlawanan
dialisat dialirkan juga menuju ginjal buatan. Di dalam ginjal buatan terjadi proses
dialysis yang meliputi difusi, osmosis dan ultra filtrasi. Setelah melaui proses dialysis
darah akan dipompakan kembali ke dalam tubuh pasien. Demikian siklus proses
dialisia terjadi berulang-ulang sesuai waktu yang dibutuhkan.
6. Peralatan hemodialisa
a. Arterial – Venouse Blood Line (AVBL)
AVBL terdiri dari :
a) Arterial Blood Line (ABL)
Adalah tubing tubing/line plastic yang menghubungkan darah dari tubing akses
vaskular tubuh pasien menuju dialiser, disebut Inlet ditandai dengan warna merah.
b) Venouse Blood Line
Adalah tubing/line plastic yang menghubungkan darah dari dialiser dengan tubing
akses vascular menuju tubuh pasien disebut outlet ditandai dengan warna biru.
Priming volume AVBL antara 100-500 ml. priming volume adalah volume cairan
yang diisikan pertama kali pada AVBL dan kompartemen dialiser.
Bagian-bagian dari AVBL dan kopartemen adalah konektor, ujung
runcing,segmen pump,tubing arterial/venouse pressure,tubing udara,bubble
trap,tubing infuse/transfuse set, port biru obat ,port darah/merah herah
heparin,tubing heparin dan ujung tumpul.
b. Dializer /ginjal buatan (artificial kidney)
Adalah suatu alat dimana proses dialisis terjadi terdiri dari 2 ruang
/kompartemen,yaitu:
 Kompartemen darah yaitu ruangan yang berisi darah
 Kompartemen dialisat yaitu ruangan yang berisi dialisat
Kedua kompartemen dipisahkan oleh membran semipermiabel.
Dialiser mempunyai 4 lubang yaitu dua ujung untuk keluar masuk darah dan dua
samping untuk keluar masuk dialisat.
c. Air Water Treatment
Air dalam tindakan hemodialis dipakai sebagai pencampur dialisat peka (diasol).
Air ini dapat berasal dari berbagai sumber, seperti air PAM dan air sumur, yang
harus dimurnikan dulu dengan cara “water treatment” sehingga memenuhi standar
AAMI (Association for the Advancement of Medical Instrument). Jumlah air yang
dibutuhkan untuk satu session hemodilaisis seorang pasien adalah sekitar 120
Liter.
d. Larutan Dialisat
Dialisat adalah larutan yang mengandung elektrolit dalam komposisi tertentu.
Dipasaran beredar dua macam dialisat yaitu dialisat asetat dan dialisat
bicarbonate. Dialisat asetat menurut komposisinya ada beberapa macam yaitu :
jenis standart, free potassium, low calsium dan lain-lain. Bentuk bicarbonate ada
yang powder, sehingga sebelum dipakai perlu dilarutkan dalam air murni/air water
treatment sebanyak 9,5 liter dan ada yang bentuk cair (siap pakai).
e. Mesin Haemodialisis
Ada bermacam-macam mesin haemodilisis sesuai dengan merek nya. Tetapi
prinsipnya sama yaitu blood pump, system pengaturan larutan dilisat, system
pemantauan mesin terdiri dari blood circuit dan dillisat circuit dan bebagai
monitor sebagai deteksi adanya kesalahan. Dan komponen tambahan seperti
heparin pump, tombol bicarbonate, control ultrafiltrasi, program ultrafiltrasi,
kateter vena, blood volume monitor.
7. Prosedur pelaksanaan HD
A. Persiapan
 Persiapan pasien
 Persiapan mesin
 Persiapan alat dan obat-obatan
B. Pelaksanaan
 Urutan awal tindakan HD
- Setting: mengeset alat HD
- Priming: pengisian pertama kali AVBL, dialiser menggunakan Nacl
- Soaking: (melembabkan) untuk meningkatkan permeabilitas membran
 Menentukan dan melakukan penusukan
 Memulai hemodialisis
 Melakukan monitoring saat HD
 Mengakhiri HD

C. Tanda tanda dialisis adekuat


 Tercapai BB kering
 Pasien tampak baik
 Bebas simtom uremia
 Nafsu makan baik
 Aktif
 TD terkendali
 Hb > 10 gr/dl

D. Keunggulan HD
 Produk sampah nitrogen molekul kecil cepat dapat dibersihkan
 Waktu dialisis cepat
 Resiko kesalahan tehnis kecil
 Adequasy dialisis dapat ditetapkan segera, underdialisis segera dapat
dibenarkan.
E. Kelemahan HD
 Tergantung mesin
 Sering terjadi: hipotensi, kram otot,disequilibrium sindrom
 Terjadi aktivasi: complement, sitokines mungkin timbul amiloidosis
 Vaskuler access: infeksi – trombosis
 Sisa fungsi ginjal cepat menurun disbanding peritoneal dialysis.
DAFTAR PUSTAKA

Nahas, Meguid El & Adeera Levin. (2010) Chronic Kidney Disease: A Practical Guide to
Understanding and Management. USA : Oxford University Press

SDKI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. jakarta: persatuan perawatan


nasional indonesia.

Smeltzer, S. (2010) . Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume
2 Edisi 8. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai