Anda di halaman 1dari 4

Tema pleno paroki tahun 2022 lalu diambil dari Injil Lukas 13:8-9: “Tuan,

biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya
dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak,
tebanglah dia”. Tema ini sangat menarik sekaligus menantang kita semua baik
sebagai gembala, petugas atau agen pastoral, keluarga, orang muda, dan sebagai
umat beriman. Tema ini juga menjadi sumber inspirasi dan motor penggerak
seluruh rencana, rancangan, dan program kegiatan pastoral yang sudah kita
jalankan di tahun lalu baik dalam lingkup keluarga, KBG, lingkungan, stasi
maupun paroki. Tema ini juga menjadi tolok ukur bagi kita untuk mengevaluasi
seluruh kegiatan pastoral yang sudah kita jalankan di tahun yang sudah lewat.
Apakah rencana-rencana dan program-program yang sudah digagas bersama
sebelumnya itu sudah berjalan dengan baik atau malah tidak berjalan sama sekali.
Jawabannya akan kita temukan dalam evaluasi kita hari ini.

Dalam perumpamaan tentang pohon ara yang tidak berbuah, sang


pengurus kebun meminta Tuhan untuk memberikan kesempatan satu tahun lagi
kepada pohon ara untuk berbuah. Dan jika kesempatan itu disia-siakan, pohon itu
harus ditebang karena ia hidup dengan percuma dan hanya menghabiskan zat-zat
nutrisi yang dibutuhkan pohon anggur dalam kebun itu. Kesempatan itu tidak
akan disia-siakan oleh pengurus kebun itu. Ia berjanji untuk mencangkul,
memberi pupuk, memangkas bagian yang tidak perlu, dan berbagai macam cara
akan ia lakukan supaya pohon itu berbuah dan tidak jadi ditebang.

Lebih jauh, sebagai umat Paroki St. Petrus Kolisagu, kita pun mesti
bertanya, sejak berdirinya paroki ini tahun 1995 hingga sekarang, pertumbuhan
macam apa yang sudah kita rasakan? Dalam rentang waktu yang panjang itu,
apakah iman kita bertumbuh dengan baik? Apakah kita sudah menghasilkan
buah-buah yang baik dari penghayatan iman kita? Apakah ada perubahan dari
tahun ke tahun? Kalau pertumbuhannya belum begitu baik, apa kendala atau
tantangannya? Apa upaya dan usaha yang sudah kita buat untuk mengatasinya?

Kadang-kadang bagian yang tidak efektif dari kita juga harus dibersihkan,
dipangkas atau dipotong. Proses ini memang tidak menyenangkan. Proses ini
menyakitkan. Tetapi untuk mendapat hasil yang baik dan memuaskan, proses

1
yang menyakitkan itu harus dilewati. Sebab, tidak ada keberhasilan tanpa usaha
dan kerja keras. Dan itu semua butuh proses. Kita tidak bisa menanam pohon hari
ini dan berharap untuk memetik buahnya besok. Sebagaimana Tuhan memberi
kesempatan kepada pohon ara untuk berbuah, kita pun senantiasa diberi
kesempatan untuk bertumbuh dan berbuah. Ada banyak potensi dan daya dalam
diri kita masing-masing untuk bertumbuh dan berbuah. Karena itu, kita mesti
menggunakan kesempatan yang Tuhan berikan itu untuk mengaktifkan seluruh
daya dan potensi hidup kita untuk menjadi berkat bagi orang lain melalui
pengabdian, pelayanan dan pemberian diri kita dalam tugas-tugas yang
dipercayakan kepada kita.

Melanjutkan tema pleno tahun lalu, pleno awal tahun yang akan kita
adakan hari ini mengambil tema dari kutipan Injil Matius 2:12: “Maka pulanglah
mereka melalui jalan lain”. Tema ini merupakan tema Natal kita tahun 2022 yang
diinisiasi oleh KWI (Konferensi Waligereja Indonesia) dan PGI (Persekutuan
Gereja-Gereja di Indonesia). Tema ini mengajak kita untuk merefleksikan
perjalanan dan usaha tiga orang majus dari Timur untuk mencari dan menemukan
Yesus, Sang Raja yang baru lahir di Betlehem itu melalui tuntunan bintang. Ketika
sampai di istana Heodes, mereka diinterogasi dengan teliti oleh Herodes karena
Herodes cemas dan takut dengan kabar bahwa akan ada raja orang Yahudi yang
baru dilahirkan. Singkat cerita, mereka akhirnya kembali ke negeri mereka melalui
jalan lain setelah diperingatkan dalam mimpi.

Keputusan para majus untuk pulang melalui jalan lain dapat dipahami
secara rohani bahwa sesudah bertemu dengan Yesus, kita seharusnya tidak lagi
menjalani hidup dengan cara yang sama lagi. Jalan lain adalah simbol perubahan
hidup yang total, dari cara hidup yang lama ke cara hidup yang baru, dari jalan
hidup yang lama ke jalan hidup yang baru, dari manusia lama ke manusia baru.

Kita sepakat bahwa jalan lain itu adalah jalan yang dikehendaki Tuhan,
sebab Tuhan sendirilah yang mengendaki supaya mereka menempuh jalan yang
berbeda untuk kembali ke negeri mereka. Pulang melalui jalan lain ini bukannya
tanpa risiko. Jalan lain adalah jalan yang penuh rintangan, sebab selain jaraknya
yang tentu lebih jauh, mereka juga pasti akan menemui banyak bahaya di jalan.

2
Jalan yang dikehendaki Tuhan bukanlah jalan yang mulus dan nyaman, tetapi
jalan terjal yang sulit dan mungkin dipenuhi banyak kerikil. Sekalipun demikian,
kita tahu bahwa inilah jalan yang menuntun ketiga majus itu untuk tiba dengan
selamat di negeri mereka. Jalan lain bukanlah jalan pintas, karena jalan yang
dikehendaki Tuhan bukan jalan yang serba instan. Jalan pintas dan instan
seringkali menuntun orang pada penyesatan dan kehancuran, tapi jalan yang
dikehendaki Tuhan menuntun orang kepada keselamatan.

Ada banyak cara dan strategi, metode dan jalan yang kita pakai dan kita
tempuh dalam kegiatan-kegiatan pastoral kita selama ini. Dengan jujur dan
rendah hati kita patut bertanya diri: Apakah jalan yang kita tempuh itu sudah
efektif dan berdaya guna? Apakah jalan yang kita pakai selama ini sudah
mendatangkan manfaat dan pertumbuhan dalam hidup beriman kita? Apakah
hidup dan cara beriman kita selama ini sudah menghasilkan buah atau tidak?
Kalau selama ini jalan yang kita tempuh adalah masa bodoh dengan hidup
menggereja, maka jalan lain apa yang mesti kita buat untuk bisa terlibat aktif?
Kalau selama ini jalan pintas yang kita tempuh adalah bemalas-malasan di rumah
pada hari minggu ketika orang lain pergi ke gereja, maka jalan lain apa yang mesti
kita buat untuk menyadarkan kita betapa pentingnya ekaristi? Jika selama ini kita
lebih banyak bergantung pada pastor dan enggan proaktif, maka jalan lain apa
yang mesti kita ambil? Jika selama ini, kita hanya suka mengajukan protes ini dan
itu tanpa memberi solusi atau jalan keluar, maka jalan lain apa yang mesti saya
tempuh? Kalau selama ini saya selalu menunda atau menunggak kewajiban saya
yang mesti saya penuhi, maka jalan lain apa yang mesti saya buat? Kalau selama
ini saya lebih banyak menuntut hak-hak saya tanpa mau peduli dengan kewajiban
saya sebagai orang beriman, jalan apa yang harus saya tempuh? Pertanyaan yang
lebih penting dari itu ialah, apa yang sudah saya berikan untuk gereja sebagai
wujud iman saya, bukan apa yang sudah gereja berikan untuk saya.

Kita berharap, semoga melalui pleno kali ini, kita bisa menemukan jalan-
jalan lain atau kemungkinan-kemungkinan lain yang lebih efektif untuk
membangun paroki kita sebagai suatu persekutuan umat Allah yang hidup.
Semoga kita dapat menemukan inovasi-inovasi baru dan cara-cara yang kreatif

3
dalam karya pastoral kita agar pelayanan kita boleh bertumbuh dan menghasilkan
buah melimpah.

Anda mungkin juga menyukai