Paper Anemia
Paper Anemia
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Anemia adalah kondisi medis yang ditandai dengan jumlah sel darah merah yang
rendah atau kadar hemoglobin yang rendah dalam darah. Hemoglobin adalah protein yang
terdapat dalam sel darah merah dan berfungsi membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh
jaringan tubuh. Kekurangan hemoglobin atau sel darah merah dapat mengganggu
kemampuan tubuh untuk menyediakan oksigen yang cukup kepada sel-sel dan organ-organ
penting.
Anemia adalah masalah kesehatan yang cukup umum di seluruh dunia, dengan
dampak yang signifikan terhadap kualitas hidup individu serta beban kesehatan masyarakat.
Anemia dapat mempengaruhi semua kelompok usia, tetapi rentan terutama pada anak-anak,
remaja, wanita hamil, dan wanita usia subur.
Penyebab anemia dapat bervariasi, termasuk defisiensi nutrisi seperti zat besi, vitamin
B12, dan asam folat. Selain itu, penyakit dan kondisi tertentu, seperti penyakit kronis,
gangguan genetik, perdarahan kronis, gangguan penyerapan, atau infeksi, juga dapat menjadi
penyebab anemia. Gejala anemia meliputi kelelahan, kelemahan, pusing, sesak napas, pucat,
dan denyut jantung yang cepat. Anemia yang tidak diobati atau terus berlanjut dapat
berdampak negatif pada kualitas hidup, daya tahan tubuh, dan fungsi fisik serta kognitif.
Pencegahan dan penanganan anemia melibatkan pendekatan yang komprehensif.
Upaya pencegahan mencakup edukasi gizi, konsumsi makanan yang kaya nutrisi, dan
pengembangan kebijakan kesehatan yang mendukung. Dalam beberapa kasus, terapi
penggantian nutrisi atau intervensi medis mungkin diperlukan. Penanganan anemia juga
harus memperhatikan penyebab dasarnya, seperti pengobatan penyakit yang mendasari atau
pemberian transfusi darah.
Dalam hal ini, akan dibahas lebih lanjut tentang epidemiologi anemia, serta
pentingnya upaya pencegahan dan penanganan yang tepat. Dengan pemahaman yang lebih
baik tentang anemia, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran, pendeteksian dini, serta
memberikan perawatan yang efektif bagi individu yang terkena dampaknya.
PEMBAHASAN
1) IDENTIFIKASI
a. Antropometri
Tanda-tanda antropometri pada penderita anemia dapat mencakup:
1. Berat badan rendah
Penderita anemia seringkali mengalami penurunan berat badan
yang tidak diinginkan karena kelemahan dan kurangnya nafsu makan.
2. Kekurusan
Karena penurunan berat badan, penderita anemia dapat terlihat
kurus dan tubuhnya kurang subur.
b. Klinis
Anemia adalah kondisi medis yang ditandai oleh jumlah sel darah merah yang
rendah atau kadar hemoglobin yang rendah dalam tubuh. Tanda-tanda klinis yang
umum ditemukan pada penderita anemia meliputi:
1. Kelelahan dan kelemahan
Penderita anemia seringkali merasa lelah yang berlebihan dan
mengalami kelemahan fisik. Mereka mungkin merasa tidak bertenaga untuk
menjalani aktivitas sehari-hari.
2. Sesak napas
Kurangnya sel darah merah atau hemoglobin dapat mengurangi
kemampuan darah untuk mengangkut oksigen, sehingga penderita anemia
seringkali mengalami sesak napas, terutama saat beraktivitas.
3. Pusing dan pingsan
Kekurangan oksigen dalam tubuh dapat menyebabkan penderita
anemia merasa pusing atau bahkan pingsan dalam beberapa kasus.
4. Kulit pucat
Kurangnya sel darah merah dapat membuat kulit terlihat pucat atau
kusam. Selain itu, warna bibir dan gusi juga dapat menjadi pucat.
5. Denyut jantung cepat
Jantung berusaha untuk mengkompensasi kekurangan oksigen dalam
tubuh dengan memompa darah lebih cepat. Hal ini dapat menyebabkan
peningkatan denyut jantung pada penderita anemia.
6. Sakit kepala
Kekurangan oksigen dalam otak dapat menyebabkan sakit kepala pada
penderita anemia.
7. Kehilangan nafsu makan
Beberapa penderita anemia mengalami penurunan nafsu makan atau
mual.
c. Biokimia
Cadangan besi yang kurang merupakan tanda awal dari defisiensi besi.
Feritin serum memiliki spesifisitas yang tinggi untuk diagnosis defisiensi besi,
terutama jika dikombinasi dengan penanda lain seperti hemoglobin. Pemeriksaan
biokimia yang dilakukan dalam manajemen anemia defisiensi besi adalah feritin
serum, Total Iron Cinding capacity (TIBC), saturasi transferin, Zinc Protoporphyrin
(ZPP) dan soluble Transferrin Receptor (sTfR).
2) FAKTOR PENYEBAB
a. Langsung
Faktor penyebab terjadinya anemia antara lain adalah asupan yang tidak
adekuat, hilangnya sel darah merah karena trauma, infeksi, perdarahan kronis,
menstruasi, dan penurunan atau kelainan pembentukan sel, seperti: hemoglobinopati,
talasemia, sferositosis herediter, dan defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrogenase.
Penelitian Simamora, Kartasurya, & Pradigdo (2018), kurangnya kadar zat besi dalam
darah dan kondisi tubuh yang terinfeksi penyakit adalah penyebab langsung anemia.
b. Tidak langsung
Penyebab tidak langsung anemia adalah rendahnya perhatian keluarga,
tingginya aktivitas, dan kurang tepatnya pola distribusi makanan dalam keluarga.
Terakhir, penyebab mendasar anemia adalah rendahnya pendidikan, status sosial,
pendapatan dan sulitnya lokasi geografis tempat tinggal.
4) DETERMINAN
a. Host
Kesalahan dalam pola makan
Kondisi fisiologis
Usia
Kebiasaan pengolahan makan yang salah
Kehamilan
Higine personal
Wanita > pria
Menstruasi atau pendarahan
b. Agent
Konsentrasi Fe rendah
Eklamsia
Inhibitor
Sickle cell
Defisiensi vit.C
c. Environment
Daya beli rendah
Pelayanan kesehatan kurang
Tempat tinggal kumuh
Kondisi tanah (kandungan mineral/Fe rendah)
6) PENCEGAHAN
Pencegahan anemia melibatkan upaya dari beberapa tahap. Berikut adalah
beberapa pencegahan yang dapat dilakukan pada setiap tahap:
Primordial Prevention:
1. Promosi gaya hidup sehat.
2. Pemenuhan nutrisi yang memadai,
3. Memeriksa kesehatan secara keseluruhan untuk mencegah berkembangnya
faktor risiko seperti pola makan yang buruk, kekurangan nutrisi, atau penyakit
kronis yang dapat menyebabkan anemia.
Primary Pervention:
1. Pemenuhan Gizi yang Baik
Konsumsi makanan yang seimbang dan nutrisi yang mencukupi,
termasuk sumber zat besi, vitamin B12, folat, dan vitamin C. Ini meliputi
asupan makanan seperti daging, unggas, ikan, sayuran berdaun hijau, kacang-
kacangan, biji-bijian, dan buah-buahan.
2. Suplementasi Zat Besi dan Asam Folat
Untuk individu yang berisiko tinggi mengalami defisiensi zat besi atau
asam folat, suplementasi dapat direkomendasikan. Hal ini khususnya penting
selama kehamilan atau pada individu dengan kebutuhan nutrisi yang
meningkat.
Secondary Prevention:
1. Pemantauan Kesehatan Rutin
Melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur untuk mendeteksi
dini dan mengatasi kondisi yang dapat menyebabkan anemia, seperti penyakit
radang, gangguan penyerapan, atau gangguan produksi sel darah.
2. Identifikasi Faktor Risiko
Mengidentifikasi dan mengatasi faktor risiko yang dapat menyebabkan
anemia, seperti pendarahan kronis, kekurangan nutrisi, atau penyakit kronis
tertentu. Misalnya, mengatasi perdarahan menstruasi yang berlebihan atau
mengobati penyakit gastrointestinal yang menyebabkan pendarahan.
3. Penanganan Kondisi Kesehatan Mendasar
Mengelola dan mengobati kondisi kesehatan yang mendasari, seperti
penyakit ginjal, gangguan autoimun, atau penyakit kronis lainnya yang dapat
menyebabkan anemia.
4. Edukasi dan Kesadaran
Menyediakan edukasi tentang pentingnya nutrisi yang seimbang,
pentingnya pemantauan kesehatan secara rutin, serta pengenalan gejala dan
tanda-tanda awal anemia bagi individu dan profesional kesehatan.
Tertiary Prevention:
1. Memberikan perawatan medis yang tepat, seperti transfusi darah atau terapi
khusus, kepada individu dengan anemia berat untuk meningkatkan kualitas
hidup mereka dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Rehability:
1. Perawatan medis yang berkelanjutan.
2. Pemantauan kadar hemoglobin.
3. Kepatuhan terhadap rencana pengobatan.
4. Modifikasi gaya hidup untuk mencegah kekambuhan atau eksaserbasi anemia.
DAFTAR PUSTAKA
World Health Organization. (2021). Micronutrient deficiencies: Iron-deficiency anaemia.
Diakses dari: https://www.who.int/nutrition/topics/ida/en/
Camaschella, C. (2015). Iron-deficiency anemia. The New England Journal of Medicine,
372(19), 1832-1843.
Kassebaum, N. J., Jasrasaria, R., Naghavi, M., et al. (2014). A systematic analysis of global
anemia burden from 1990 to 2010. Blood, 123(5), 615-624.
World Health Organization. (2011). Iron deficiency anaemia: assessment, prevention, and
control: a guide for programme managers. Diakses dari:
https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/44539/9789241596107_eng.pdf
Milman, N. (2011). Anemia—still a major health problem in many parts of the world! Annals
of Hematology, 90(4), 369-377. doi: 10.1007/s00277-010-1154-2
GBD 2015 Disease and Injury Incidence and Prevalence Collaborators. Global, regional, and
national incidence, prevalence, and years lived with disability for 310 diseases and
injuries, 1990-2015: a systematic analysis for the Global Burden of Disease Study
2015. Lancet. 2016;388(10053):1545-1602.