Anda di halaman 1dari 5

RESUME PRICING STRATEGY FOR FIRMS WITH MARKET POWER

Diajukan untuk memenuhi

Salah satu Tugas dari Mata Kuliah

Managerial Economics

Dosen Pengampu Dr. Apriwandi, S. E., M. Sc., Akt. CA

Disusun oleh :

REGULER B2 KELAS A1

Filli Yuniarti Tanjoeng 51421220033

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS WIDYATAMA

TAHUN AKADEMIK 2022 – 2023


Pricing Strategies for Firms with Market Power
Berbeda dari perusahaan di pasar persaingan sempurna dimana harga ditetapkan oleh
pasar, perusahaan yang memiliki market power seperti perusahaan pada struktur
monopoli, monopolistik, dan oligopoli dapat menentukan sendiri strategi harga seperti apa
yang akan digunakan guna memaksimalkan keuntungan. Penetapan harga yang hasilnya
optimal sangat berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lainnya,
tergantung dari struktur pasar yang mana perusahaan itu beroperasi.

STRATEGI‐STRATEGI PERUSAHAAN UNTUK MEMPERBESAR LABA

Pada bab sebelumnya, kita mempelajari bahwa memaksimumkan laba dapat dilakukan
dengan menghitung MR = MC, atau dengan markup. Namun masih ada cara lain agar
perusahaan dapat memperoleh untung yang lebih besar, yaitu dengan meng‐extract
(“memeras”) surplusnya konsumen. Strategi yang dapat digunakan untuk memaksimalkan
keuntungan perusahaan dengan mengambil surplus konsumen yaitu dengan menggunakan
strategi Price Discrimination (deskriminasi harga), Two Part Pricing (Dua Harga yang
Berbeda), Block Pricing (Harga dalam blok), dan Commodity Bundling ( komoditas yang
dikemas).

1. Diskriminasi Harga (Price Discrimination)

Yaitu membebankan harga yang berbeda untuk suatu produk/ jasa yang sama. Price
discrimination dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu ;

o Diskriminasi Harga Tingkat Pertama (First Degree Price Discrimination)

yakni setiap konsumen dibebani dengan harga yang berbeda tergantung dari kemampuan
/kemauan membayar untuk setiap barang/jasa yang dibeli. Dengan demikian surplus
konsumen akan “disedot” semaksimal mungkin, untuk mendapatkan keuntungan yang
maksimal. Tetapi cara ini sulit bagi manajer untuk dilaksanakan di perusahaan besar,
karena manajer harus tahu berapa maksimum harga setiap kosumen mau dan mampu
membeli barangnya.
o Diskriminasi Harga Tingkat Kedua (Second‐degree price discrimintation)

Yaitu membagi penurunan harga dan permintaan jumlah barang di garis permintaan menjadi
beberapa kelas jumlah produk. Keunggulan cara ini dibandingkan dengan cara first‐degree
adalah perusahaan tidak perlu megetahui kemampuan konsumen terlebih dahulu. Dan
perusahaan membebankan biaya yang berbeda untuk konsumen yang berbeda, atas
kemampuan konsumen sendiri. Contohnya adalah PLN yang menetapkan tarif listrik yang
berbeda‐beda tergantung dari jumlah penggunaannya.

o Diskriminasi Harga Tingkat Ketiga (Third‐degree price discrimination)

Merupakan strategi diskriminasi harga berdasarkan grup demografis. Perusahaan dapat


memperoleh keuntungan dengan memberikan harga yang berbeda pada grup yang berbeda
atas barang yang sama. Contohnya yaitu diskon harga restoran untuk pelajar. Dengan
demikian konsumen dibagi menjadi 2 grup; grup 1 dengan MR1 dan grup 2 dengan MR2.
Dan menghasilkan laba maksimum pada MR=MC,karena ada 2 grup konsumen maka
untuk memaksimum laba, maka marginal revenue untuk setiap grup adalah MR1 = MC dan
MR2 = MC.

2. Dua Harga yang Berbeda (Two Part Pricing)

Merupakan strategi harga dimana konsumen dibebani fix‐fee untuk menjadi anggota
(member), sebelum konsumen boleh membeli produk perusahaan. Setelah itu, ketika
konsumen membeli produk akan dibebani lagi harga per unit. Contohnya adalah member club
tempat kebugaran/gym, member golf. Dalam two part pricing, konsumen dibebani harga per
unit yang sama dengan marginal cost, ditambah lagi perusahaan mendapat biaya jadi member
yang merupakan consumer surplus yang di ekstrak oleh perusahaan untuk memaksimalkan
keuntungannya.

3. Harga dalam blok (Block Pricing)

Merupakan strategi harga dimana produk yang sama dikemas bersama‐sama dalam unit
tertentu, sehingga secara tidak langsung memaksa konsumen untuk membeli semua produk
tersebut jika konsumen tersebut menginginkannya, karena pilihannya hanya dua yaitu
membeli semuanya atau tidak sama sekali sehingga perusahaan mendapatkan untung
yang lebih banyak. Contohnya adalah membeli Coca‐Cola yang sudah dikemas sebanyak 6
Coca‐Cola dalam satu kemasan. Atau membeli 12 tissue yang dikemas dalam satu kemasan.

4. Komoditas yang sudah dikemas (Commodity Bundling)

Yaitu mengemas berbagai macam komoditi (barang/produk) menjadi satu kemasan, dan
menjualnya menjadi satu harga yang lebih murah jika dibanding dengan membeli secara
terpisah. Contohnya biro perjalanan yang menjual satu paket wisata yang termasuk : tiket
pesawat, hotel, dan makan. Komputer, monitor dan software‐nya dijual dalam 1 paket,
mobil dijual dengan satu harga, termasuk AC, power steering, perseneling otomatis.
STRATEGI HARGA UNTUK STRUKTUR BIAYA DAN PERMINTAAN YANG KHUSUS

1. Harga untuk beban puncak (Peak Load Pricing)

Merupakan harga yang dibebankan lebih tinggi pada waktu beban puncak dibandingkan dengan
harga jika dalam keadaan normal/biasa.Contohnya yaitu: Harga tiket bioskop dibebankan
tinggi pada weekend dibandingkan dengan hari biasa. Alasan perusahaan menerapkan
strategi ini adalah karena pada waktu sibuk /beban puncak perusahaan tidak bisa
menampung /memenuhi permintaan semua konsumen, sehingga harus dibebani harga
tinggi pada waktu jam tersebut, dan perusahaan pun bisa mendapat laba yang lebih
tinggi, dengan demikian semua konsumen dapat dilayani dan perusahaan untung besar.

2. Subsidi silang (Cross‐ Subsidized)

Adalah keuntungan dari satu produk dipergunakan untuk mensubsidi produk yang lain, dimana
kedua produk ini masih ada hubungannya. Contohnya yaitu Program komputer Acrobat reader
dapat diakses dari internet secara gratis. Tetapi jika kita ingin memasang program Adobe
acrobat untuk meningkatkan kemampuan komputer, kita harus membeli software‐nya di
toko komputer.

3. Harga Yang Di Transfer Antar Bagian (Transfer Pricing)

Yaitu perusahaan yang terdiri dari departemen‐departemen yang bersifat cost center,
menghitung harga untuk produk yang dihasilkan oleh satu departemen yang akan
dikirimkan ke departemen berikutnya. Tujuannya adalah untuk menghitung laba
maksimum tiap departemen apakah departemen‐departemen itu efisien atau tidak. Harga
jual akhir dari produk yang akan dijual ke pasar disesuaikan dengan strategi harga yang dibuat
oleh perusahaan itu secara menyeluruh.

Anda mungkin juga menyukai