Anda di halaman 1dari 19

REFERAT

HORDEOLUM

Diajukan untuk memenuhi sebagian tugas kepaniteraan klinik dan melengkapi

salah satu syarat menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter di Bagian Ilmu

Kesehatan Mata di RS Islam Jemursari Surabaya

Disusun oleh:
Ainun Nufus (6120019008)

Pembimbing:

dr. Hani Faradis, Sp. M

Departemen / SMF Ilmu Kesehatan Mata

Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

RSI Jemursari Surabaya

2020
LEMBAR PENGESAHAN

Referat

HORDEOLUM

Oleh :

Ainun Nufus (6120019008)

Referat “HORDEOLUM” ini telah diperiksa, disetujui, dan diterima sebagai

salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepanitraan klinik di bagian

Ilmu Kesehatan Mata RSI Jemursari Surabaya, Fakultas Kedokteran Universitas

Nahdlatul Ulama Surabaya.

Surabaya, 02 November 2020

Mengesahkan,

Dokter Pembimbing

dr. Hani Faradis, Sp. M

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................1

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................6

2.1 Anatomi.............................................................................................6

2.2 Definisi..............................................................................................11

2.3 Etiologi..............................................................................................12

2.4 Klasifikasi ........................................................................................12

2.5 Faktor Resiko ...................................................................................13

2.6 Patofisiologi .....................................................................................13

2.7 Manifestasi Klinis.............................................................................13

2.8 Pemeriksaan Fisik.............................................................................14

2.9 Diagnosis Banding............................................................................14

2.10 Tatalaksana......................................................................................16

2.11 Komplikasi......................................................................................17

2.12 Edukasi............................................................................................17

BAB III PENUTUP.................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….19

3
BAB 1
PENDAHULUAN

Kelopak mata adalah bagian yang sangat penting. Kelopak mata berfungsi

melindungi bola mata serta mengeluarkan sekresi kelenjar yang membentuk film

air mata di depan kornea. Penutupan kelopak mata berguna untuk menyalurkan air

mata ke seluruh permukaan mata dan memompa air mata ke seluruh permukaan

mata serta memompa air mata melalui punctum lakrimalis. Kelainan yang didapat

pada kelopak mata bermacam-macam, mulai dari tumor jinak sampai keganasan,

proses inflamasi, infeksi, maupun masalah struktur seperti ektropion, entropion

dan blefaroptosis (Vaughan, 2000).

Hordeolum merupakan infeksi lokal atau inflamasi tepi kelopak mata yang

melibatkan glandula Zeiss atau Moll (hordeolum eksterna) dan glandula meibom

(hordeolum internal). Bakteri Staphylococcus aureus yang tedapat di kulit 90-95%

ditemukan sebagai penyebab hordeolum. Kuman lain yang dapat menyebabkan

hordeolum antara lain Staphylococcus epidermidis, Streptococcus, dan Eschericia

coli. Diagnosis dan tatalaksana yang tepat pada hordeolum dapat mencegah proses

inflamasi dan perjalanan penyakit yang lebih berat (Sidarta, 2004).

Hordeolum biasanya menyerang pada usia dewasa muda, namun dapat juga

terjadi pada semua usia, terutama orang-orang dengan taraf kesehatan yang

kurang. Mudah timbul pada individu yang menderita blefaritis dan konjungtivitis

menahun (Sidarta, 2004).

Tujuan penulisan referat ilmiah ini yaitu untuk menambah pengetahuan

mengenai penyakit mata khususnya hordeolum serta penyakit-penyakit mata

4
khususnya yang mengenai palpebral dan sebagai proses pembelajaran bagi dokter

muda yang sedang mengikuti kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit mata.

5
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Palpebra

Palpebra adalah lipatan tipis yang terdiri dari kulit, otot, dan jaringan

fibrosa, yang berfungsi melindungi struktur-struktur mata yang rentan.

Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat

menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi

kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis

mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi. Palpebra terdiri atas lima bidang

jaringan utama. Dari superfisial ke dalam terdapat lapis kulit, lapis otot rangka

(orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis

membran mukosa (konjungtiva palpebra) (Vaughan, 2000).

Struktur palpebra :

- Lapisan Kulit

Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,

longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.

- Musculus Orbikularis Okuli

Fungsi otot ini adalah untuk menutup palpebra. Serat ottnya

mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit

melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian

otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal;

bagian diatas septum orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar

6
palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus

facialis.

- Jaringan Areolar

Terdapat di bawah musculus orbikularis okuli, berhubungan dengan

lapis subaponeurotik dari kulit kepala.

- Tarsus

Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapi jaringan fibrosa

padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan

penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak

atas dan 20 buah di kelopak bawah).

- Konjungtiva Palpebra

Bagian posterior palpebra dilapisi selapis membran mukosa,

konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus (Vaughan, 2000).

7
Gambar 1. Anatomi Palpebra

Gambar 2. Palpebra Normal

Panjang palpebra adalah 25-30mm dan lebarnya 2mm. Tepian ini

dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior

dan posterior (Vaughan, 2000).

- Tepian anterior Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss

dan Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil

yang bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.glandula

Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu

baris dekat bulu mata (Vaughan, 2000).

- Tepian posterior Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan

sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasea

yang telah dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal) (Vaughan,

2000).

8
- Punktum lakrimal Terletak pada ujung medial dari tepian posterior

palpebra. Punktum inu terfungsi menghantarkan air mata ke bawah

melalui kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis (Vaughan, 2000).

FISURA PALPEBRA

Fisura palpebra adalah ruang elips diantara kedua palpebra yang terbuka.

Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-kira 0,5

cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam. Kanthus medialis lebih

elips dari kanthus lateralis dan mengelilingi lakus lakrimalis. Lakus lakrimalis

terdiri atas dua buah struktur yaitu karunkula lakrimalis, peninggian kekuningan

dari modifikasi kulit yang mengandung modifikasi kelenjar keringat dan kelenjar

sebasea sebesar-besar yang bermuara ke dalam folikel yang mengandung rmbut-

rambut halus dan plica seminularis (Vaughan, 2000).

SEPTUM ORBITALE

Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis yang

terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar antara

palpebra orbita. Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator

palpebra superior dan tarsus superior; septum orbilae inferius menyatu dengan

tarsus inferior.1

REFRAKTOR PALPEBRA

Refraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior,

bagian otot rangka adalah levator palpebra superior, yang berasal dari apeks orbita

dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan bagian

yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus Muller

9
(tarsalis superior). Di palpebra inferior, refraktor utama adalah muskulus rektus

inferior, yang menulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus muskulus obliqus

inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan orbikularis okuli.

Otot polos dari refraktor palpebrae disarafi oleh nervus simpatis. Levator dan

muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus okulomotoris (Vaughan, 2000).

Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra.

Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V,

sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V (n. Trigeminus) (Sidarta,

2004).

Pada kelopak terdapat bagaian-bagian :

1. Kelenjar

Gambar 3. Kelenjar pada palpebra

- Kelenjar sebasea

10
- Kelenjar Moll atau kelenjar keringat

- Kelenjar Zeiss pada pangkal rambut, berhubungan dengan folikel rambut

dan menghasilkan sebum

- Kelenjar Meibom (kelenjar tarsalis) Terdapat di dalam tarsus. Kelenjar ini

menghasilkan sebum (minyak) (Vaughan, 2000).

2. Otot-otot palpebra

- M. Orbikularis Okuli

Berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan bawah, dan terletak di

bawah kuit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra terdapat otot

orbikularis okuli disebut sebagai M. Rioland. M. Orbikularis berfungsi

menutup bola mata yang dipersarafi N.fasialis.

- M. Levator Palpebra

Berorigo pada anulus foramen orbbita dan berinsersi pada tarsus atas

dengan sebagian menembus M.orbikularis okuli menuju kulit kelopak

bagian tengah. Otot ini dipersarafi oleh N. III yang berfungsi untuk

mengangkat kelopak mata atau membuka mata (Vaughan, 2000).

3. Gerakan palpebral:

- Menutup = Kontraksi M. Orbikularis Okuli (N. VII) dan relaksasi M.Levator

Palpebra Superior. M, Rioland menahan bagian belakang palpebra terhadap

dorongan bola mata.

- Membuka = Kontraksi M. Levator palpebra superior (N.III). M. Muller

mempertahankan mata agar tetap terbuka (Sidarta, 2004).

2.2 Definisi

11
Hordeolum adalah infeksi kelenjar palpebra berupa radang akut yang

bersifat supuratif yang biasanya disebabkan oleh Staphylococcus [4]. Bila

kelenjar meibom yang terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut

hordeolum interna. sedangkan hordeolum eksterna yang lebih kecil dan lebih

superfisial adalah infeksi kelenjar zeiss atau moll (Sidarta, 2004).

2.3 Etiologi

Staphylococcus aureus adalah agent infeksi pada 90-95% kasus

hordeolum. Paling sering terjadi pada anak-anak dan dewasa muda dan pada

pasien dengan ketegangan pada mata yang disebabkan oleh

ketidakseimbangan otot.

Penyebab lain dari hordeolum yaitu Moraxella (Sidarta, 2004).

2.4 Klasifikasi

Hordeolum dibagi menjadi (Sidarta, 2004):

a. Hordeolum internum

Radang kelenjar meibom, dengan penonjolan terutama ke daerah

konjungtiva tarsal.

b. Hordeolum ekstrenum

Radang kelenjar zeis atau moll, dengan penonjolan terutama ke daerah

kulit kelopak/palpebral

12
a. Hordeolum eksterna b. Hordeolum interna

2.5 Faktor Resiko

Faktor Resiko Meliputi :

a. Penyakit kronik.

b. Kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk.

c. Peradangan kelopak mata kronik, seperti blefaritis.

d. Diabetes.

e. Hiperlipidemia, termasuk hiperkolesterolemia

f. Penyakit hordeolum sebelumnya.

g. Higiene dan lingkungan yang tidak sehat.

h. Kondisi kulit seperti dermatitis seboroik (Sidarta, 2004).

2.6 Patofisiologi

Hordeolum eksternum timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar zeiss

atau kelenjar moll. Sedangkan Hordeolum internum timbul dari infeksi pada

kelenjar meibom yang terletak di dalam tarsus.

Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi pada tarsus dan

jaringan sekitarnya. Kedua tipe hordeolum dapat juga timbul dari komplikasi

blefaritis. Apabila infeksi pada kelenjar meibom mengalami infeksi sekunder

dan inflamasi supuratif dapat menyebabkan komplikasi konjungtiva (Ilyas,

1996).

2.7 Manifestasi klinis

- Gejala subjektif : rasa mengganjal pada kelopak, nyeri saat ditekan.

13
- Gejala objektif : benjolan pada kelopak mata atas/bawah yang

berwarna kemerahan dan nyeri bila ditekan terutama di pangkal bulu

mata, seperti gambaran abses kecil (Sidarta, 2004).

- Gejala lain :

1. Rasa sakit atau sensasi terbakar

2. Penglihatan terganggu

3. Fase inflamasi : nyeri dan kemerahan

4. Fase supurasi : gejala nyeri menghilang (Sidarta, 2004).

2.8 Pemeriksaan Fisik

 Stadium selulitis : memiliki karakteristik yang terlokalisasi, kaku

(konsistensi keras), merah, dan pembengkakan  pada margin palpebra

yang berbatas tegas.

 Stadium pembentukan abses : memiliki karakteristik terlihat titik pus

(visibl point pus) pada margin palpebral, fluktuasi (+) dan menginvasi

sekitar bulu mata (Sidarta, 2004).

2.9 Diagnosis Banding

Hordeolum Hordeolum Chalazion Blefaritis

interna eksterna

Definisi Infeksi pada Infeksi pada Inflamasi kronis Inflamasi bagian

kelenjar meibom, kelenjar moll dan non-infeksi palpebral hingga

terjadi penonjolan zeis dengan tepi palpebra

kearah konjungtiva penonjolan ke arah

tarsal kulit palpebral

Etiologic Staphylococcus Staphylococcus Timbul spontan Staphylococcus

14
aureus aureus disebabkan oleh aureus, dermatitis

sumbatan pada

saluran kelenjar

meibom

Faktor Stress, hygiene Stress, hygiene Sumbatan kelenjar

Resiko buruk, nutrisi buruk, nutrisi oleh penyakit lain

buruk buruk

Anamnesis KU : benjolan pada KU : benjolan pada KU : benjolan pada KU :

konjungtiva pars kulit palpebra palpebra pembengkakan

palpebra Onset : akut Onset : kronis pada palpebral

Onset : akut Durasi : terus- Durasi : terus- samapi tepi, tampak

Durasi : terus- menerus menerus hiperemis.

menerus Kualitas : nyeri >> Kualitas : nyeri (-)

Kualitas : nyeri >> Kuantitas : bisa Kuantitas : -

Kuantitas : bisa terkena pada 1 atau Memperberat :di

terkena pada 1 atau 2 mata kucek

2 mata Memperberat : Memperingan :kom

Memperberat : dikucek pres hangat

dikucek Memperingan :  Riwayat infeksi

Memperingan : kompres hangat sebelumnya (+)

kompres hangat Gejala penyerta :

Gejala penyerta : - Nyeri tekan

- Nyeri tekan - Penglihatan

- Penglihatan terganggu

terganggu - Rasa

- Rasa mengganjal

15
mengganjal

Pemeriksaan Tanda inflamasi + Tanda inflamasi + Tanda inflamasi - Pembengkakan

pada kelopak mata

sampai tepi kelopak

mata, hiperemis,

palpebral sebagian

menggulung ke

dalam.

2.10 Tatalaksana

- Kompres hangat selama 10-15 menit, 3-4 kali sehari

- Antibiotik :

1. Topikal : neomycin, polimyxin B, chloramphenicol, ciprofloxacin,

tobramycin, fucidic acid, bacitracin  diberikan selama 7-10 hari

pada fase inflamasi

2. Sistemik : Ampicillin 250 mg p.o 3dd1; eritromisin, tetrasiklin

dosis rendah.

- Insisi

Indikasi : bila tidak terjadi resorbsi dengan pengobatan konservatif,

sudah terjadi fase abses,dan tidak ada perbaikan gejala.

Cara insisi :

1. Berikan anastesi local dengan tetes mata pantocain

2. Jika perlu, diberikan anastesi umum seperti pada anak-anak

16
3. Untuk local anastesi bisa menggunakan procain 2% dilakukan

secara infiltrative dan tetes mata pantocain 2%

4. Pada hordeolum interna  dilakukan insisi pada konjungtiva, dan

tegak lurus (vertical) untuk menghindari banyaknya kelenjar-

kelenjar yang terkena.

5. Pada hordeolum eksterna  arah insisi horizontal sesuai dengan

lipatan kulit (Sidarta, 2004).

Gambar 4. Insisi hordeolum

2.11 Komplikasi

1. Selulitis palpebral

2. Abses palpebral (Sidarta, 2004).

2.12 Edukasi

1. Tidak menekan/mengucek mata (hordeolum)

2. Perbaiki hygiene dengan tidak menggunakan make up mata sementara

waktu dan pastikan tangan bersih saat menyentuh mata

17
3. Hindari memakai lensa kontak karena dapat menyebabkan komplikasi

pada kornea (Sidarta, 2004).

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata.
Hordeolum biasanya merupakan infeksi staphylococcus pada kelenjar
sebasea kelopak mata. Hordeolum terdiri dari hordeolum internum
(glandula Meibom) dan ekstrenum (glandula Zeiss atau Moll). Hordeolum
memberikan gejala radang pada kelopak mata seperti bengkak, mengganjal
dengan rasa sakit, merah dan nyeri bila ditekan. Hordeolum internum
biasanya berukuran lebih besar dibanding hordeolum ekternum.
Penanganan hordeolum terdiri dari antibiotik lokal ataupun sistemik
dan pembedahan.
3.2 Saran
Hordeolum dapat terjadi secara spontan pada semua umur dan dapat
dikaitkan dengan kebersihan yang buruk pada kelopak mata. Sehingga
disarankan untuk selalu menjaga kebersihan kelopak mata yaitu dengan
membiasakan mecuci tangan sebelum menyentuh wajah dan mengusap
kelopak mata menggunkan washlap hangat.

18
DAFTAR PUSTAKA

Vaughan, D.G. 2004. Oftalmologi Umum Ed 14. Jakarta : Widya Medika.

Sidarta, I. 2004. Ilmu Penyakit Mata Edisi III. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

Ilyas S. 1996. Ilmu Penyakit Mata Jilid IV. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

19

Anda mungkin juga menyukai