Anda di halaman 1dari 12
AKAAN KPK. : ao Panga rs ( i 293 90323|\A IP ) ae “e ey j s = 3 aM © 4 k ? 2 it Hey 9am Memantapkan Peran Pers sebagai Pilar Keempat Demokrasi Gogor Oko Nurharyoki * Pengantar Pada bulan Februari 2014 ini, bangsa Indonesia, utamanya komunitas pers nasional memperingati Hari Pers Nasional (HPN) yang ke-68. Peringatan puncak HPN itu dihelat di kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu dan langsung dipimpin Presiden RI, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam sambutannya mengupas dinamika pembangunan pers nasional selama setahun terakhir, utamanya dalam memperkokoh pemajuan kehidupan berdemokrasi di Era Reformasi yang makin terbuka sekarang ini. Dalam uraiannya, Presiden, antara lain, menggaris bawahi ihwal dua peran pers yang kontras di tengah kemerdekaan pers selama ini dalam memfasilitasi pemajuan kehidupan berdemokrasi ?. Di satu sisi, pers, menurut Presiden SBY, dapat menjadi pupuk demokrasi yang menyuburkan perluasan penerapan nilai, nilai demokrasi. Kemerdekaan pers menjadi pupuk demokrasi, 1 Sia Khasas Menteri Sekretaris Negara Republik Indonesia ‘Transkrip Pidato Presiden RI, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono, pada Peringstan Hari Pers Nasional ke-68 tanggal 9 Februari 2014, Benteng Marlborough, Kota Bengkalu, Provinst Bengkulu, diunduh dari situs web resmi Presiden RI, Dr. H ‘Susilo Bambang Yudhoyono, ssww presidene.go.id pada tanggal 11 Februari 2014 NEGARAWAN “Jumnal Kementeran Sokrtarit Negara RI | No. 31 | Tahun 2014 menentukan kriteria kecanduan sesuai dengan jenis kandungan yang dikonsumsi, kondisi psikis dan fisik sesaat setelah ditangkap, dan menentukan rencana rehabilitasi termasuk jangka waktu lamanya direhabilitasi, yang dapat digunakan sebagai keterangan ahli dalam berkas perkara untuk kepentingan pemilihan hukuman yang tepat bagi pengguna, agar dapat menurunkan prevalensi penyalah guna narkoba di Indonesia. NEGARAWAN, Juinal Kementerian Sokretariat Negara RI | No. 31 | Tahun 2014 manakala kalangan pers nasional dapat memanfaatkan kemerdekaan itu sebagai akses untuk mendukung penyampaian pewartaan yang obyektif, komprehensif, dan akurat. Pewartaan yang menyeimbangkan antara penumbuhan sikap kritis dengan penyuburan daya nalar masyarakat. Namun di sisi lain, kemerdekaan pers, menurut Presiden SBY, juga berpotensi untuk menjadi hama demokrasi (atau lawan dari pupuk demokrasi), manakala kemerdekaan itu, justru dikelola terlalu bebas, sehingga membuka peluang pewartaan yang tidak akurat, tidak lengkap dan bahkan cenderung bersifat fitnah. Kontrasnya peran pers yang diungkap Presiden SBY, sejatinya adalah bagian dari dinamika tantangan peradaban yang harus dihadapi pers nasional di era keterbukaan yang makin mengglobal sekarang ini. Sebagai bangsa besar yang berwawasan kemajuan, tantangan peradaban itu tentu harus kita sikapi dengan konstruktif. Sikap konstruktif yang, antara lain, diwujudkan dengan mengupayakan agar tantangan itu dapat diubah menjadi peluang yang mempercepat pendewasaan kemerdekaan pers di negeri kita. Pendewasaan kemerdekaan pers, yang Insya Allah, menjadikan pers negeri kita, benar- benar setaraf dengan pers di negara-negara demokrasi yang lebih maju. Makalah ini mengulas singkat salah satu pemicu kontrasnya peran pers yang diungkap Presiden SBY yaitu sebagai dampak langsung dari fenomena revolusi informasi yang menjadi tren dicra global sekarang ini. Makalah ini juga merekomendasikan beberapa upaya yang dapat kita gulirkan guna memperbesar peran pers sebagai pupuk demokrasi, guna mempercepat pemantapan perannya sebagai penopang pilar keempat kehidupan berdemokrasi selain ketiga pilar lainnya, yaitu lembaga eksekutif, yudikatif, dan legislatif. NEGARAWAN “Tumal Kemenieran Sacetariat Negara RI | No. 31 | Tahun 2014 Pemajuan Pers Nasional di tengah Revolusi Informasi Sejatinya pers di negeri kita memiliki latar belakang yang unik, yang membedakannya dengan pers di negara-negara lain. Sejarah mencatat, pers nasional sesungguhnya lahir dari rahim revolusi perjuangan bangsa untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Pers nasional bahkan ikut membidani kemerdekaan bangsa ini. Berkat perjuangan, heroisme, dan patriotisme insan pers di masa itu, proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia dapat dikumandangkan ke seluruh penjuru dunia. Setelah proklamasi kemerdekaan dikumandangkan ke seluruh penjuru dunia, pers nasional terus berjuang dengan tinta dan pena, mengobarkan semangat juang di tanah air, seraya mewartakan perjuangan bangsa Indonesia di komunitas internasional. Upaya kejuangan pers nasional itu alhamdulliliah, telah ikut membuahkan dukungan komunitas internasional bagi perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan, Di era pasca kemerdekaan, kemajuan pers nasional sempat mengalami pasang surut seiring dengan kualitas kebebasan pers yang sangat dinamis. Meskipun demikian, pers nasional tetap berupaya keras untuk memberikan kiprah dan pengabdian terbaiknya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, utamanya melalui pewartaan yang mencerahkan dan mencerdaskan masyarakat, serta berperan sebagai penyedia ruang publik untuk saling berinteraksi dan berpolemik secara konstruktif. Dengan rekam jejak seperti itu, nampak jelas bahwa pers di tanah air kita sejatinya adalah pers berkarakter kejuangan. Pers yang senantiasa mengedepankan nilai-nilai nasionalisme, heroisme, dan patriotisme. Bukan pers yang hanya sebatas berorientasi pada bisnis pewartaan dan industri penyebaran informasi. Di masa revolusi fisik, karakter kejuangan itulah yang telah memotivasi para jurnalis patriot untuk mengobarkan semangat juang di tanah air, seraya mewartakan perjuangan bangsa di komunitas internasional. Alhamdulillah, perjuangan mereka telah ikut membuahkan dukungan internasional bagi perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan. NEGARAWAN “Jumal Kementerian Sekretariat Negara RI | No. 31 | Tahun 2014 Insya Allah, dengan semangat kejuangan itu pula pers nasional telah berinisiatif untuk ikut menggelorakan semangat reformasi pembangunan di pertengahan tahun 1998 lalu. Kita juga bersyukur, sejak awal bergulirnya Era Reformasi hingga sepuluh tahun kemudian, pers nasional telah menunjukkan tekad dan komitmen dalam mewujudkan perannya sebagai pilar keempat demokrasi. Kita bersyukur, selama reformasi, pers nasional telah berhasil memanfaatkan kebebasan dan ruang keterbukaan publik yang makin luas untuk menjadikan cipta, karya, dan karsa jurnalistik sebagai wujud nyata dari cita- cita dan harapan seluruh masyarakat dan bangsa Indonesia. Selama lebih dari satu dekade reformasi, pers nasional juga telah memperbesar peran dan pengabdiannya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, memfasilitasi aspirasi publik, dan menjadi kontrol sosial yang makin efektif yang berpihak pada kepentingan publik dan masyarakat luas. Kita sungguh mengharapkan bahwa di era keterbukaan demokrasi yang makin mengemuka sekarang ini, karakter kejuangan pers nasional itu tidak larut, apalagi luntur, karena terpaan arus kebebasan yang luar biasa. Karakter kejuangan itu justru harus terus dipelihara bahkan ditumbuhkembangkan serta dijadikan landasan dalam pelaksanaan tugas konstitusional pers, yaitu sebagai pendukung upaya pencerdasan kehidupan bangsa, fasilitator aspirasi publik, dan kontrol sosial bagi masyarakat. Namun demikian, kita memahami pula bahwa untuk mewujudkan hal itu pers nasional dihadapkan dengan tantangan yang tidak mudah. Seperti yang telah disinggung pada pengantar makalah ini, era globalisasi telah menghadirkan fenomena yang lazim dikenal dengan revolusi informasi’. Revolusi informasi dicirikan dengan perluasan kebebasan beraspirasi, kemajuan teknologi percetakan, informasi, dan telekomunikasi serta keterbukaan pers dan media. Revolusi informasi memfasilitasi kemudahan masyarakat dalam mengakses informasi, kapan dan di mana saja. Revolusi itu juga menghadirkan tren media yang makin terbuka yang terus bergeser pada tren media S Fang, Irving, E. (2000), “A History of Information Revolutions’, Focal Press, ISBN 0-240-80254-3, NEGARAWAN, “Tomal Kemerteran Sekretarat Negara RI | No. 31 | Tahun 2014 baru, yaitu media interaktif. Media yang tidak sebatas pada penyajian informasi satu arah, akan tetapi media yang mampu memfasilitasi penyajian informasi multi-arah. Pada kehidupan berdemokrasi, khususnya pada ranah politik, revolusi informasi ikut memperbesar peran media dalam mempengaruhi dinamika politik. Media massa, berperan makin penting, baik dari proses pendidikan politik, kebijakan politik, hingga keputusan politik. Media massa bahkan ikut menentukan kualitas konsolidasi demokrasi. Di tengah perannya dalam proses pendidikan politik hingga konsolidasi demokrasi, era revolusi informasi juga memfasilitasi potensi pemanfaatan kebebasan pers dan media yang terlalu bebas dan tak terkendali. Era revolusi informasi kadangkala berimbas pada penyajian pewartaan yang tidak mengindahkan data dan fakta yang akurat. Pewartaan yang disajikan tanpa didahului dengan pemilahan data dan fakta yang tersedia, utamanya melalui analisis yang cermat serta kajian yang tepat. Tentu saja kita juga cermati potensi pewartaan yang dilakukan dengan memberikan keberpihakan pada pihak tertentu. Kita juga sering mengamati sejumlah analisis dan kajian media yang sudah tidak lagi bersifat netral dan independen, namun sudah sangat mengedepankan subyektifitas dengan maksud-maksud tertentu yang ditujukan untuk menggiring opini publik. Kondisi itu bila kita biarkan, tentu dapat menjadikan kemerdekaan pers sebagai hama demokrasi, seperti yang diungkap oleh Presiden SBY. Disebut berpotensi menjadi hama demokrasi, karena manakala kondisi itu tidak segera diantisipasi, kemerdekaan pers nantinya justru dapat menumbuhkan media-centered democracy atau demokrasi yang diarahkan, dikooptasi, dan bahkan dikuasai kalangan media, Pada media-centered democracy itu, peran media tidak lagi mencerdaskan dan mendewasakan kehidupan berbangsa dalam berdemokrasi, namun hanya menggiring opini publik untuk memberikan keberpihakan politik yang menguntungkan pihak-pihak tertentu, ‘Tatanan kehidupan berdemokrasi seperti itu, tentu tidak kita inginkan dan bahkan sungguh tidak relevan dengan NEGARAWAN “Jummal Kementerian Sekretarat Negara RI | No. 31 | Tahun 2014 amanat konstitusi. Konstitusi negeri kita secara tegas telah mengamanatkan tumbuhnya people-centered democracy, atau demokrasi yang benar-benar berpusat pada kepentingan publik; dan peran pers yang harus dapat memfasilitasi penyaluran aspirasi dan kepentingan publik itu secara cerdas, netral, dan obyektif, Rekomendasi Pemantapan Peran Pers Nasional sebagai Pilar Keempat Demokrasi Dalam mengatasi tantangan pembangunan pers nasional di era revolusi informasi kita patut merujuk pada Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. Undang-undang itu secara jelas telah mengamanatkan tiga fungsi pokok pengembangan pers nasional yaitu, Pertama, fungsi pengembangan dan pembinaan profesionalisme. Pembangunan pers nasional harus terus kita arahkan untuk memfasilitasi pembinaan insan pers yang makin profesional, ager dapat menunaikan peran sebagai penyedia informasi, kontrol sosial bagi masyarakat, dan agen pendidik masyarakat yang mencerahkan serta fungsi lainnya yang telah diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Kedua, fungsi peningkatan kualitas dan daya saing jurnalistik. Pembangunan pers nasional juga kita arahkan untuk menjadikan pers nasional makin sanggup dalam menyikapi secara konstruktif beragam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pers nasional terus kita bangun dan kita tingkatkan kemampuannya agar dapat memanfaatkan tren media interaktif, yang berbasiskan pada penyajian informasi multi-arah secara produktif serta pemanfaatan beragam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi lainnya guna dapat dikontribusikan dalam memperkuat perannya sebagai institusi fundamental pada tatanan masyarakat madani yang demokratis serta sebagai lokomotif pencerdasan masyarakat. Sama pentingnya dengan itu, pembangunan pers nasional juga kita arahkan agar pers nasional dapat memproduksi karya NEGARAWAN “Jumal Kementarian Sekretarat Negara RI| No 31 | Tahun 2014 jumalistik yang makin bermutu dan makin berdaya saing. Karya jurnalistik yang berlandaskan pada analisa, investigasi, dan telaah yang akurat, kritis, jernih, obyektif, dan konstruktif, serta dengan selalu mengedepankan asas keberimbangan pemberitaan, prinsip netralitas, dan independensi media. Pembangunan pers nasional juga kita upayakan agar dapat berjalan seiring dengan kemajuan industri media massa, untuk dapat dikontribusikan dalam ikut mendukung akselerasi pembangunan ekonomi yang memiasilitasi perluasan lapangan kerja yang berkualitas bagi masyarakat kita. Ketiga, fungsi pembinaan dan pembelajaran bagi warga bangsa. Pembangunan pers nasional kita arahkan pula agar kebebasan pers itu dapat terus tumbuh secara makin harmonis, sesuai kode etik jurnalistik serta peraturan dan perundang-undangan yang berlaku hingga dapat memfasilitasi terciptanya ruang keterbukaan publik yang makin beretika. Keberadaan ruang keterbukaan publik yang makin beretika memfasilitasi pertemuan beragam aspirasi dan opini warga bangsa secara produktif, guna dapat dikontribusikan pada upaya pembelajaran yang saling mencerahkan serta penyelesaian atas berbagai tantangan pembangunan peradaban. Keberadaan ruang seperti itu, juga dapat menjadi katalis dalam mencetak kehidupan berbangsa yang makin dewasa dan makin bermartabat karena mendorong warga bangsa untuk dapat menjadikan keterbukaan ruang publik itu, sebagai akses dalam meraih berbagai peluang yang menguntungkan bagi peningkatan hajat hidup masyarakat di era globalisasi informasi sekarang ini. Dengan mempedomani ketiga penguatan fungsi pers yang telah diamanatkan pada Undang-undang 40 Tahun 1999 tentang Pers itu, dapat dirckomendasikan beberapa langkah pendekatan guna memantapkan peran pers sebagai pilar keempat demokrasi di tengah terpaan tantangan revolusi informasi sekarang ini. Beberapa langkah pendekatan itu adalah, Pertama, memperbesar serta memelihara komitmen dan upaya kebangsaan kita dalam terus meningkatkan kualitas NEGARAWAN “Turnal Kementeran Sekretariat Negara RI | Ne 31 | Tahun 2014 para jurnalis di negeri kita. Sebagai ujung tombak kegiatan pewartaan, kualitas berita yang diwartakan di berbagai media sangat ditentukan oleh para jurnalis. Keberadaan para jurnalis yang mampu menghasilkan karya jurnalistik yang berkualitas, berbobot, dan mencerdaskan berperan penting dalam mendukung pelaksanaan peran pers sebagai pilar keempat demokrasi, utamanya sebagai kontrol sosial dan bagian dari mekanisme check and balances guna mendukung perwujudan people-centered democracy. Guna mewujudkan upaya itu, kita berkewajiban untuk saling bersinergi, berkoordinasi, dan bersinkronisasi dalam meningkatkan mutu para jurnalis nasional. Kalangan pemerintahan di tingkat pusat dan daerah, antara lain, dapat memberikan dukungan dan fasilitasi pada standardisasi pendidikan jurnalis dengan melibatkan partisipasi institusi pendidikan di tingkat pusat dan daerah. Di sisi lain, kalangan industri media massa juga harus terus didorong untuk memberikan dukungan pada pengembangan profesionalisme para jurnalisnya, misalnya melalui peningkatan persyaratan kualitas jurnalistik pada saat dilakukan rekrutmen, fasilitasi kegiatan pendidikan dan pelatihan jurnalistik bagi para jurnalisnya baik di dalam maupun di luar negeri, hingga dorongan untuk mengalokasikan investasi yang seimbang, antara perluasan jaringan bisnis media dengan investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia jurnalis. Kedua, membangun dan menumbuhkan daya kritis serta daya nalar publik melalui beragam kegiatan pendidikan di berbagai pelosok tanah air. Di era kemajuan demokrasi sekarang ini, membendung dan membatasi keterbukaan pers dan media tentu bukan solusi yang terbaik untuk mencegah tumbuhnya fenomena media-centered democracy. Pendekatan yang paling produktif dalam mencegah timbulnya fenomena itu adalah dengan mengupayakan pendidikan yang mencerahkan dan mengedukasi masyarakat dalam menyikapi berbagai ranah kehidupan berbangsa Selain melalui beragam kegiatan pendidikan formal, upaya mengedukasi publik juga dapat dilakukan dengan meningkatkan kiprah institusi humas di berbagai instansi pemerintahan pusat NEGARAWAN “Jornal Kementerian Sekratariat Negara RI | No. 31 | Tahun 2014 dan daerah. Institusi-institusi humas itu harus diupayakan agar lebih peka dan lebih responsif dalam mewartakan kegiatan pembangunan, khususnya hasil-hasil kelembagaannya serta pemanfaatan anggaran negara yang dipercayakan kepada instansinya masing-masing. Pewartaan itu juga harus dapat digulirkan secara berkala serta dengan tata cara yang menarik bagi segenap masyarakat luas. Patut kita cermati, bahwa di era kebebasan beraspirasi yang luar biasa sekarang ini, sudah bukan masanya lagi institusi humas bersikap pasif dan hanya sebatas mewartakan hasil kegiatan kelembagaannya secara sederhana, monoton, dan menjemukan. Institusi humas justru harus makin reaktif dan makin cepat dalam merespons dinamika pembangunan yang berkembang di kalangan masyarakat. Selain pewartaan yang harus dikemas secara lebih menarik dan lebih kreatif, institusi humas juga harus lebih berani berinovasi dalam menjalin hubungan interaktif dengan kalangan publik misalnya: melalui media tanya-jawab; undangan kunjungan publik ke kantor/ instansi pemerintahan di tingkat pusat dan daerah; fasilitasi wawancara menteri/gubernur/bupati dan walikota dengan kalangan publik; serta berbagai langkah terobosan lainnya guna memfasilitasi peningkatan transparansi pengelolaan kegiatan pembangunan, Dengan pendekatan seperti itu, Insya Allah, kita dapat membangun keseimbangan antara penilaian sepihak, yang kadangkala dilakukan kalangan pers dan media; dengan kondisi faktual yang sebenarnya, yang umumnya dialami langsung oleh kalangan pemerintah pusat dan daerah pada pengelolaan beragam kegiatan pembangunan. Tentu saja guna makin menyukseskan upaya itu, Institusi humas di berbagai instansi pemerintahan pusat dan daerah dituntut untuk dapat membina hubungan kelembagaan yang erat dengan kalangan pers dan media. Yang tidak kalah pentingnya, institusi humas itu juga harus diberikan dukungan dan fasilitasi dalam meningkatkan kapasitas sumber daya manusia aparatur, khususnya guna dapat menyikapi tren dan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi informasi dan telekomunikasi. NEGARAWAN “Jurnal Kementerian Sekretariat Negara RI | No.31 | Tehun 2014 Melalui kedua pendekatan itu, kita mengharapkan kondisi pembangunan pers dan media yang mendukung pemantapan perannya sebagai pilar keempat demokrasi. Di satu sisi, kita mantapkan fungsi pers nasional sebagai wahana komunikasi massa, penyebar informasi dan pembentuk opini publik berlandaskan pewartaan yang benar, obyektif, dan terbebas dari kepentingan kelompok tertentu. Di sisi lain, kita perkuat perlindungan bagi independensi pers nasional agar tidak dicederai jurnalisme sesaat yang cmosional dan sejumlah pemanfaatan kemerdekaan pers lainnya yang berpotensi mencederai nilai- nilai universal demokrasi. Kedua pendekatan itu, kita harapkan dapat mendukung pembangunan pers nasional yang benar- benar produktif, yang mencerdaskan kehidupan berbangsa serta ikut membina karakter bangsa seperti yang diamanatkan konstitusi. Penutup Di kurun waktu selama lebih dari enam dekade, pers nasional telah dapat tumbuh dan berkembang pesat sebagai salah satu komponen bangsa yang berkontribusi konstruktif dalam pemajuan pembangunan. Kontribusi konstruktif, yang kita harapkan, merupakan wujud dari penerapan karakter kejuangan pers nasional yang dilahirkan dari rahim revolusi fisik perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Di tengah berbagai tantangan pada era global yang makin terbuka sekarang ini, kita sungguh berharap pers nasional dapat terus memelihara karakter kejuangannya itu dalam menyaj kualitas pemberitaan yang makin mendidik, makin cerdas, dan makin berisi serta fasilitasi pemahaman publik yang produktif guna memotivasi masyarakat agar makin terlibat aktif di semua ranah pembangunan. Namun demikian, kita juga tidak menutup mata terhadap imbas kebebasan global yang luar biasa terhadap pemanfaatan kemerdekaan pers di negeri kita. Presiden SBY, antara lain telah mengingatkan ihwal kemerdekaan pers yang dapat menghadirkan dua peran kontras pers yaitu sebagai pupuk atau hama dalam pemajuan kehidupan berdemokrasi. NEGARAWAN “Juma Kementerian Sekretariat Negara R| No 31 | Tahun 2014 Pada makalah ini telah diulas secara ringkas tentang beberapa pendekatan yang dapat kita lakukan guna memperkokoh peran pers sebagai pilar keempat demokrasi. Melalui pendekatan itu, kita berharap pers nasional dapat memanfaatkan kemerdekaannya sebagai pupuk yang menyemai dan menyuburkan kehidupan berdemokrasi. Pendekatan yang diulas pada makalah ini juga kita harapkan dapat mendorong pemilik industri dan bisnis media agar makin bersemangat dalam terus memberikan perhatian yang seimbang antara pemajuan kegiatan bisnis dengan pembinaan profesionalisme para wartawan seiring dengan perbaikan kesejahteraannya. Menjelang perhelatan demokrasi nasional berupa Pemilu dan Pilpres di tahun 2014 ini, kita mengharapkan pers nasional dapat menunaikan perannya sebagai pahlawan informasi. Pahlawan informasi, yang mampu mencerahkan masyarakat, bahwasanya Pemilu dan Pilpres merupakan proses demokrasi yang penting dalam menentukan masa depan bangsa kita. Pahlawan informasi, yang juga mampu berperan aktif dalam menciptakan suasana kondusif bagi masyarakat agar mereka terdorong untuk melaksanakan hak pilihnya sesuai aspirasi dan pilihannya masing-masing, secara elegan, demokratis, dan bermartabat. DIRGAHAYU PERS NASIONAL ! --00000-~ oe © « S Perpustansan 2 ” reg, = 3 EK yg? & = = rs 5 Bom tense = Pa & eo eok “Jumal Kementerian Sekretariat Negara RI | No. 31 | Tahun 2014 NEGARAWAN

Anda mungkin juga menyukai