Anda di halaman 1dari 8

3.

Landasan Yuridis Pengelolaan Limbah B3 Covid-19 Oleh Rumah Sakit

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) berdasarkan Pasal 1 ayat 2 UU
No. 32 Tahun 2009 adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan
fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan atau kerusakan
lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan,
pengawasan danpenegakan hukum.

Pengelolaan limbah rumah sakit adalah pengelolaan bertujuan mencegah dan


menanggulangi pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh
limbah usaha dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah usaha
dan.atau kegiatan serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan hidup tercemar dengan
harapan bias difungsikan kembali sesuai dengan peruntukannya. Pengelolaan limbah pada
dasarnya merupakan upaya mengurangi volume, konsentrasi atau bahaya limbah, setelah
proses produksi atau kegiatan, melalui proses fisika, kimia atau hayati.

Pengertian limbah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang


Perlimdungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 21 adalah bahan berbahaya dan
beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energy, dan/atau komponen lain yang
karena sifat, konsentrasi dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung,
dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayaakan
lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.
Berdasarkan dari wujud limbah yang dihasilkan, limbah rumah sakit dibagi menjadi beberapa
macam seperti :

a. Limbah Padat
1) Limbah Benda Tajam
Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang emiliki sudut tajam, sisi, ujung atau
bagian menonjol yang dapat memotong tau menusuk kulit seperti jarum hipodemik,
perlengkapan intravena, pecahan gelas, pisau bedah. Semua benda tajam ini memiliki
potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan. Benda-
benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan
mikrobiologi, bahan beracun atau radio aktif. Limbah benda tajam mempunyai
potensi bahaya tambahan yang dapat menyebabkan infeksi atau cidera karena
mengandung bahan kimia beracun atau radio aktif. Potensi untuk menularkan
penyakit alan sangat besar bila benda tajam tadi digunakan untuk pengobatan pasien
infeksi atau penyakit infeksi.
2) Limbah Infeksius
Limbah infksius mencakup limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan
isolasi penyakit menular ( perawatan intensif) dan Limbah Laboraturium yang
berkaitan dengan mikrobiologi dari rumah sakit atau ruang perawatan/isolasi penyakit
menular.
3) Limbah Laboraturium
Limbah laboraturium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari
poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular.
4) Limbah Jaringan Tubuh
Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh,
biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi.
5) Limbah Sitotosik
Limbah sitotosik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi
dengan obat sitotosik peracikan, pengangkutan atau tindak terapi sitotoksik dan harus
dimusnahkan melalui incinerator pada suhu lebih dari 1.000 C. Tempat pengumpulan
sampah sitotoksik setelah dikosongkan lalu dibersihkan dan didesinfeksi.
6) Limbah Farmasi
Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat yang
terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang
terkontaminasi, obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi bersangkutan dan
limbah yang dihasilkan selama produksi obat-obatan.
7) Limbah Kimia
Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam
tindak medis, veterinari, laboraturium, proses sterilisasi, dan riset. Pembuangan
limbah kimia ke dalam saluran air kotor dapat menimbulkan ledakan. Limbah kimia
yang tidak
berbahaya dapat dibuang bersama-sama dengan limbah umum.
8) Limbah Radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotope yang
berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah ini dapat berasal dari
tindakan kedokteran nuklir, radiommunoassay, bacterilogis (dapat berbentuk cair,
padat atau gas), penanganan, penyimpanan dan pembuangan bahan radioaktif yang
harus memenuhi peraturan yang berlaku.
b. Limbah Cair
Limbah cair rumah sakit adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari
kegiatan rumah sakit, yang kemungkinan mengandung mikroorganisme bahan
beracun, limbah jaringan tubuh, limbah kimia, dan radio aktif serta darah yang
berbahaya bagi kesehatan. Dimana penanganannya melalui IPAL (Instalasi
Pengelolaan Air Limbah).

Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) maupun limbah padat, cair, maupun
gas bertujuan untuk melindungi sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping
pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit dan pajanan dan limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3). Oleh karena itu pengelolaan limbah di rumah sakit harus
meminimalisir limbah tersebut. Minimalisir limbah yaitu upaya yang dilakukan rumah sakit
untuk mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan dengan cara mengurangi bahan (reduce)
menggunakan kembali limbah (reuse) dan daur ulang limbah (recyclea). Peraturan
pengelolaan limbah rumah sakit dalam hukum positif Indonesia diatur dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit pada bab III huruf F. Selain itu peraturan pengelolaan limbah rumah sakit juga
diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Bab VII bagian kedua Pasal 59
mengenai pengelolaan limbah berbahaya dan beracun.Serta peraturan pengelolaan limbah
rumah sakit juga diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun
2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun dalam Bab VIII pada Pasal
99 mengenai pengelolaan limbah bahan berbahaya & beracun. Dan terakhir, Limbah medis
pada Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup .

Menilik pada kejadian mewabahnya Covid-19, tanggal 30 Januari 2020, World Health
Organization (WHO) menetapkan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) sebagai Public
Health Emergency ofmInternational Concern (PHEIC) atau Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat Yang Meresahkan Dunia (KKMMD). Penyebaran kasus positif Covid-19 yang
terus bermunculan di sisi lain juga terjadi penambahan intensitas limbah buangan dari hasil
perawatan pasien terjangkit. Limbah yang dihasilkanpun tergolong dalam limbah infeksius
atau limbah B3. Limbah B3 medis ini dalam pembuangan akhirnya pun tidak sembarangan
karena didalamnya mengandung zat-zat berbahaya yang berpotensi merusak organ tubuh
manusia yang terpapar limbah tersebut maupun kerusaknya kondisi lingkungan. Limbah
medis pada Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, limbah klinis COVID-19 termasuk
kedalam kategori limbah bahan berbahaya dan beracun yang memiliki kode yaitu A337-1
dengan level kategori bahaya 1 infeksius, diperlukan pengelolaan khusus sebagai upaya
mengendalikan, mencegah dan memutus penularan COVID-19 di lingkungan dan
meminimalisir penumpukan limbah yang dihasilkan dari penanganan COVID-19.

Dalam rangka menghadapi tantangan pengolahan limbah B3 Fasilitas Pelayanan


Kesehatan (Fasyankes) di Indonesia, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(KLHK) mengeluarkan Surat Edaran Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.
SE.2/MENLHK/PLB. 3/3/2020 tentang Pengelolaan Limbah Infeksius (Limbah B3) dan
Sampah Rumah Tangga yang secara garis besar mengatur mengenai prosedur pelaksanaan
penanganan limbah infeksius yang berasal dari Fasyankes dan sampah rumah tangga ODP
serta pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga sebagai dampak
atas Penanganan Corona Virus Disease (Covid-19). Melalui Direktur Kesehatan Lingkungan
Ditjen Kesehatan Masyarakat, memberikan Pedoman Pengelolaan Limbah Rumah Sakit
Rujukan, Rumah Sakit Darurat Dan Puskesmas Yang Menangani Pasien Covid-19 yang
terdiri dari 3 Bagian yaitu

 Bagian Pertama menyebutkan tentang Pengelolaan Air Limbah.


Air limbah kasus Covid-19 yang harus diolah adalah semua air buangan
termasuk tinja, berasal dari kegiatan penanganan pasien Covid-19 yang
kemungkinan mengandung mikroorganisme khususnya virus Corona, bahan
kimia beracun, darah dan cairan tubuh lain, serta cairan yang digunakan
dalam kegiatan isolasi pasien meliputi cairan dari mulut dan/atau hidung
atau·air
kumur pasien dan air cucian alat kerja, alat makan dan minum pasien dan/atau
cucian linen, yang berbahaya bagi kesehatan, bersumber dari kegiatan pasien
isolasi Covid-19, ruang perawatan, ruang pemeriksaan, ruang laboratorium,
ruang pencucian alat dan linen.
 Bagian Kedua menyebutkan tentang Pengelolaan Limbah Padat Domestik.
Limbah Padat Domestik adalah limbah yang berasal dari kegiatan kerumah
tanggaan atau sampah sejenis, seperti sisa makanan, kardus, kertas,dan
sebagainya baik organik maupun anorganik. Sedangkan limbah padat khusus
meliputi masker sekali pakai, sarung tangan bekas, tisu/kain yang
mengandung cairan/droplet hidung dan mulut), diperlakukan seperti Limbah
B3 infeksius.
 Bagian Ketiga menyebutkan tentang Pengelolaan Limbah B3 Medis Padat.
Limbah B3 Medis Padat adalah barang atau bahan sisa hasil kegiatan yang
tidak
digunakan kembali yang berpotensi terkontaminasi oleh zat yang bersifat
infeksius atau kontak dengan pasien dan/atau petugas di Fasyankes yang
menangani pasien Covid-19, meliputi: masker bekas, sarung tangan bekas,
perban bekas, tisu bekas, plastik bekas minuman dan makanan, kertas bekas
makanan dan minuman, alat suntik bekas, set infus bekas, Alat Pelindung Diri
bekas, sisa makanan pasien dan lain-lain, berasal dari kegiatan pelayanan di
UGD, ruang isolasi, ruang ICU, ruang perawatan, dan ruang pelayanan
lainnya.

Lebih lanjut, KLHK juga mengeluarkan surat No. S.167/MENLHK/PSL B3.3/3/2020


kepada Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang menekankan pada
pemusnahan limbah B3 sesegera mungkin baik itu dilakukan oleh jasa pengolahan limbah B3
dan/atau rumah sakit yang memiliki insinerator. Berdasarkan surat a-quo, limbah medis
penanganan COVID-19 dikategorikan sebagai limbah B3 karena memiliki karakteristik
infeksius. Maka dari itu pengelolaannya ikut tunduk pada Peraturan Pemerintah No. 101
Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dan Peraturan
Menteri LHK No. 56 Tahun 2015. Mengacu pada UU No.32 Tahun 2009 maka untuk
mengelola limbah medis infeksius Covid-19 dapat dilakukan dengan cara:

1) Pengurangan
Mengacu pada ketentuan yang selanjutnya mengenai limbah B3 pada PP No.10 Tahun
2014, dalam permasalahan dalam mengelola limbah medis infeksius Covid-19, pusat
pelayanan kesehatan sebagai penghasil limbah medis infeksius Covid-19 wajib
bertanggung jawab terhadap limbah yang dihasilkan dengan melakukakan pengurangan
limbah melalui substitusi bahan yaitu, memilih bahan baku yang tidak mengandung B3
dari yang semulanya menggunakan bahan baku B3, serta modifikasi proses dimana
menerapkan proses produksi yang efisien dengan memperhatikan keberlangsungan
lingkungan hidup. Prosedur tersebut merupakan hal yang penting untuk meningkatkan
keefektivan pengelolaan dari penggunaan limbah medis infeksius Covid-19 agar dapat
mengurangi jumlah limbah yang ditimbulkan. Pencegahan penumpukan bahan kimia
dan/atau farmasi yang kadaluwarsa ini dapat dilakukan dengan melakukan pengelolaan
yang cermat. Oleh karena itu, dalam mengelola limbah ini harus sesuai dengan prosedur
untuk meminimalkan dampak dari limbah B3.

2) Penyimpanan
Dalam penyediaan fasilitas Rumah Sakit mengenai penanganan pengolahan limbah
sangat perlu untuk direncanakan dengan benar dan dengan proses yang matang. Sarana
dan Prasana yang lengkap tentunya akan menunjang pengelolaan dan penanganan limbah
medis infeksius bekas Covid-19. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun
2014 Tentang Pengelolaan limbah B3, lokasi yang tepat guna penyimpanan limbah atau
TPS B3 Rumah Sakit adalah lokasi yang bebas banjir dan tidak rawan bencana alam dan
juga berada dalam pengawasan kuasa pihak produsen limbah. TPS B3 juga harus
mempunyai saluran pengaliran limbah disertai bak penampung, penerangan, ventilasi,
sesuatu yang mampu menjaga limbah dari paparan sinar matahari dan hujan. Lantai
bangunan yang kedap air, tidak retak, rata, dan juga dilengkapi dengan symbol yang
sesuai dengan karakteristik limbah B3 dan juga terdapat Alat Pemadam Api Ringan
(APAR). Prosedur penyimpanan menjadi perhatian penting untuk mencegah terjadinya
infeksi penularan virus Covid-19 terhadap para tenaga medis maupun yang bukan tenaga
medis, serta terhadap orang yang akan menangani limbah medis B3 ini hingga ke tempat
penimbun dan juga pengolahan limbah medis ini. Adanya penetapan prosedur atau tata
cara standar mensterilkan limbah sebelum dilakukannya penyimpanan merupakan hal
yang penting pula. Penyimpanan sementara pada limbah medis B3 bekas Covid-19 ini
membutuhkan adanya prosedur yakni berupa penanganan dan pengamanan yang khusus,
tepat, dan cermat agar tidak terjadi penularan virus terhadap petugas.Seperti melakukan
pembakaran dengan memakai incinerator untuk pemusnahan limbah medis Covid-19.
Asap dari hasil incinerator harus ditangani dengan tepat agar tidak terbuang langsung ke
udara. Pembuangan asap hasil pembakaran tersebut tidak boleh dilakukan dengan
membuangnya secara langsung melalui udara akan tetapi dengan menyalurkannya pada
bak penampungan yang sudah mengandung cairan klorin sehingga terjamin jika gas yang
terbuang tersebut bebas dari adanya virus Covid-19. Begitupun juga dengan abunya yang
harus ditampung di tempat khusus yang tidak berkenaan langsung dengan lingkungan
hidup.
3) Pengumpulan
Pengumpulan limbah medis infeksius Covid-19 yang tergolong limbah B3 harus
dijalankan oleh setiap fasilitas serta akomodasi pelayanan kesehatan. Pihak fasilitas dan
akomodasi pelayanan kesehatan dilarang melakukan pencampuran limbah medis dengan
limbah non medis, hal tersebut sesuai dengan ketentuan pada Peraturan Pemerintah
Nomor 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun.
Pengumpulan Limbah B3 ini dilakukan dengan cara segregasi (pemisahan) Limbah yang
dilaksanakan sesuai dengan nama limbah B3, serta memperhatikan pula karakteristik
limbah B3 yang dihasilkan. Selain itu, pengumpulan limbah medis juga dilakukan
dengan penyimpanan limbah yang dilakukan sesuai ketentuan perundang – undangan
yang berlaku.
4) Pengangkutan
Mengacu dalam PP No.101 Tahun 2014, Proses Pengangkutan limbah dilaksanakan
dengan memakai alat angkut tertentu. Kendaraan pengangkut limbah dilengkapi dengan
symbol karakteristik B3 serta merupakan kendaraan khusus pengangkut limbah B3.
Perlindungan diri dari pihak yang mengangkut limbah pun harus diperhatikan dengan
memakai APD yang berupa masker dan sarung tangan. Kendaraan terlebih dahulu
didisinfektan agar meminimalisir penularan virus. Alat angkut yang digunakan pada
limbah medis harus juga mudah untuk dibersihkan dan juga dikeringkan. Selain itu,
dalam proses pengangkutan disarankan menggunakan wadah tertutup yang kokoh.
5) Pengolahan
Berdasarkan dalam Surat Edaran yang dikeluarkan oleh Menteri Lingkungan Hidup No
SE.2/MENLHK/PSLB3/PLB.3/3/2020 tentang pengelolaan Limbah Infeksius (Limbah
B3) Dan Sampah Rumah Tangga Dari Penanganan Corona Virus Disease (Covid-19).
Limbah yang berasal dari pusat fasilitas pelayanan kesehatan pengolahannya dilakukan
dengan menggunakan Fasilitas insinerator yang suhu minimal pembakarannya adalah
800◦C; atau Autoclave lengkap beserta pencacah (shredder). Hal ini dilakukan agar
limbah medis infeksius Covid-19 tidak dibuang langsung ke lingkungan hidup.
6) Penimbunan
Penimbunan hanya dapat dilakukan terhadap abu hasil pembakaran incinerator, abu hasil
pembakaran ditimbun kedalam lahan khusus yang benarbenar tertutup serta aksesnya
diawasi dengan ketat oleh pihak penyedia fasilitas pelayanan kesehatan
LINK DAFPUS

 https://core.ac.uk/download/322774051.pdf
 https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/
Pedoman-Pengelolaan-Limbah-Fasyankes-Covid-19_1571.pdf
 https://dli.ejournal.unri.ac.id/index.php/DL/article/download/7523/pdf
 https://journal.ubaya.ac.id/index.php/yustika/article/download/3955/3235
 https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/jkh/article/download/43716/20877

Anda mungkin juga menyukai