Anda di halaman 1dari 5

TUGAS ISLAM INTERDISIPLINER

DOSEN PENGAMPU Dr.H, MARDJOKO, M.A.

NAMA KELOMPOK:

Akhmad Sabilal M (2100020002)

Muhammad Akmal Tr (2100020011)

PRODI TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA

2023
1. Etika Penerapan Iptek dalam Pandangan Islam

Jawab

Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) adalah lapangan kegiatan terus-menerus dikembangkan
dalam peradaban Muslim. Hal ini dikarenakan penemuan-penemuan IPTEKS seperti telekominikasi,
transportasi, informasi dan lainnya telah memudahkan kehidupan, memberikan kesengan dan kenikmatan,
sehingga kebutuhan-kebutuhan jasmani tidak sukar lagi pemenuhanannya. Di sisi lain penguasaan dan
pengembangan IPTEKS an sich, tanpa mengaitkan dengan nilai-nilai agama, hanya akan menciptakan
intelektual-intelektual yang miskin eksistensi diri dan moralitas (akhlak) yang mulia. Hal ini terbukti dari
pemanfaatan sain dan teknologi yang cenderung tak terkontrol, sehingga menimbulkan eksploitasi yang
luar biasa, baik dari sisi fisis-biologis maupun dari sisi sosial budaya terhadap kehidupan manusia. Alhasil,
eksploitasi dan eksplorasi berlebihan tersebut melahirkan berbagai bencana, baik bencana material maupun
moral. Hal ini semata-mata merupakan kelalaian dari manusia itu sendiri. Allah SWT selalu mengingatkan
kepada manusia dalam firmanNya:

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri,
dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Q.S. As-Syuura [42]: 30)

Tragedi tersebut di atas, menurut Daradjat (1979), disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi
cara pandang dan berpikir masyarakat modern, antara lain: (1) kebutuhan hidup yang semakin meningkat
dan konsumtif; (2) rasa individualistis dan egoistis; (3) persaingan dalam kehidupan; (4) keadaan yang tidak
stabil; dan (5) terlepasnya IPTEKS dari agama.
Ilmu yang berkembang di dunia Barat saat ini berdasarkan pada rasio dan pancaindera, jauh dari wahyu dan
tuntunan ilahi. Meskipun telah menghasilkan teknologi yang bermanfaat bagi manusia. Di sisi lain,
perbudakan terjadi dan kekayaan alam dieksploitasi. Contoh ilmu pengetahuan yang sudah terbaratkan itu
(westernized), yaitu yang terjadi pada dunia pertanian sangat berlebihan dalam penggunaan bahan-bahan

kimia, seperti luasnya penggunaan pestisida, herbisida, pupuk nitrogen sintetis, dan seterusnya, bahkan
meracuni bumi, membunuh kehidupan margastwa, bahkan meracuni hasil panen dan mengganggu
kesehatan para petani. Pertanian yang semula disebut dengan istilah agriculture (kultur, suatu cara hidup
saling menghargai, timbal balik komunal, dan kooperatif, bukan kompetitif) berkembang lebih popular
dengan istilah agribusiness, sebuah sistem yang memaksakan tirani korporat untuk memaksimalkan
keuntungan dan menekan biaya, menjadikan petani/penduduk lokal yang dahulu punya harga diri dan
mandiri lalu berubah menjadi buruh upahan di tanah air sendiri (Setia, 2007). Dalam dunia kedokteran
modern dikenal praktik vivisection (arti harfiahnya “memotong hidup-hidup”), yaitu cara menyiksa hewan
hidup karena dorongan bisnis untuk menguji obat-obatan agar dapat mengurangi daftar panjang segala jenis
penyakit manusia (Croce, 1999).

Praktik ini selain tidak beretika keilmuan dan tidak “berperikemanusiaan” juga menyisakan pertanyaan
instrinsik tentang asumsi atas tingkat kesamaan uji laboratorium hewan dan manusia yang mengesahkan
eksplorasi hasil klinis dari satu ke lainnya. Sementara itu konsep IPTEK terungkap dalam kenyataan bahwa
Al-Qur’an menyebut-nyebut kata akar dan kata turunannya tidak kurang dari 800 kali (Trianto, 2007).
Dalam sejarah peradaban Muslim, konsep IPTEKS secara mendalam meresap ke dalam seluruh lapisan
masyarakat dan mengungkapkan dirinya dalam sejarah semua intelektual. Gambaran Al-Qur’an tentang
spirit pengembangan IPTEKS termaktub dalam Al-Qur’an surat Ar-Rahman ayat 33:

“Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka
lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan (sains dan teknologi).” (Q.S. Ar-
Rahman [55]: 33)

Seruan Allah di atas, merupakan tantangan dan anjuran untuk terus-menerus memajukan IPTEK dengan
maksud memahami rahasia-rahasia Allah pada apa yang ada di langit dan di bumi. Melalui penemuan-
penemuan akan rahasia Allah tersebut diharapkan tumbuhnya kesadaran akan kekuasaanNya

2. Cara menanamkan etika dalam berteknologi yaitu

A. Pengertian Etika dan Teknologi Informasi dan Komunikasi

1. Etika

Sebelum membahas mengenai etika penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), kita harus
terlebih dahulu tahu tentang apa itu etika. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), etika adalah
ilmu tentang asas-asas akhlak, sedangkan akhlak berarti budi pekerti atau kelakuan. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa etika adalah ilmu yang mengatur tentang budi pekerti atau tata cara berperilaku.

2. Teknologi Informasi dan Komunikasi

Teknologi informasi dan komunikasi terdiri dari 3 kata, yaitu teknologi, informasi, dan komunikasi.
Teknologi informasi bermakna menggabungkan bidang teknologi seperti komputer, telekomunikasi dan
elektronik dan bidang informasi seperti data, fakta, dan proses (Munir, 2005). Pengertian secara
terminologis, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pernyataan seseorang kepada orang lain
(Effendy, Onong Uchjana, 2008). Dapat disimpulkan bahwa teknologi informasi dan komunikasi adalah
teknologi dalam pengolahan data, fakta dan proses menjadi pernyataan yang dapat diterima dan diketahui
oleh orang lain.

3. Etika dalam Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi

Setelah membahas pengertian dari etika dan teknologi informasi dan komunikasi secara terpisah, maka
dapat digabungkan menjadi satu. Penggabungan ini yang nantinya dapat memberikan jawaban apa
pengertian dari etika dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Etika dalam penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi adalah ilmu tentang tata cara menggunakan teknologi dalam mengolah
data supaya dapat diterima oleh orang lain.
B. Manfaat Teknologi Informasi dan Komunikasi

Di era sekarang pemanfaatan TIK tidak dapat dipisahkan dari diri seseorang. Semua orang menggunaka
perkembangan TIK sesuai kebutuhan mereka. Pemanfaatan TIK dalam keseharian contohnya, seseorang
dari pedesaan yang menghubungi kerabat melalui telepon genggam/seluler. Dalam pengertian sebagai
wahana komunikasi yang berupa telepon genggam/seluler, TIK tidak hanya menjadi dominasi masyarakat
perkotaan saja tetapi sudah memengaruhi kehidupan masyarakat perdesaan (Siahaan, 2015). Semakin
berkembangnya teknologi TIK bukan hanya melalui sebatas komputer dan internet. Contoh pemanfaatan
TIK bagi seorang pelajar, melalui perkembangan TIK mereka bisa saling berbagi pengalaman,
memudahkan untuk mencari referensi dalam belajar dan pengerjaan tugas, serta berdiskusi bersama tanpa
harus mempermasalahkan jarak.

C. Dasar Aturan Penggunaan Teknologi

Dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi berbasis elektronik diperlukan beberapa aturan.
Aturan-aturan dalam menggunakan informasi diatur tertulis secara hukum, yang kemudian disebut dengan
Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Undang-undang ITE mengatur beberapa hal,
meliputi:

Pengakuan informasi atau dokumen elektronik sebagai alat bukti hukum yang sah,

tanda tangan elektronik,

penyelenggaraan sertifikasi elektronik,

penyelenggaraan sistem elektronik,

perbuatan-perbuatan yang dilarang dalam menggunakan terknologi informasi (cyber crime), antara lain:

konten ilegal, yang terdiri dari kesusilaan, perjudian, penghinaan atau pencemaran nama baik,
pengancaman, dan pemerasan,

akses ilegal,

intersepsi ilegal,

gangguan terhadap data/data interference,

gangguan terhadap sistem/system interference, dan


penyalahgunaan alat dan perangkat/misuse of device.

D. Etika Penggunaan Teknologi

TIK memiliki banyak manfaat, namun TIK juga dapat berpengaruh buruk. Banyak orang yang
mensalahgunakan kemampuan mereka untuk melakukan hal buruk dengan memanfaatkan TIK. Beberapa
isu yang muncul dalam penggunaan TIK, diantaranya: Broadband, Consumer, Rotection, Cultural diversity,
Cybererime, Digital copyright, Digital divide, Dispute, Resolution, Domain names, E-Banking/ E-Finance,
EContracting, E-Taxtation, Elektronic ID, Free Speech/Public Moral, IP-based Networks/IPv6, Market
Access, Money Laundering, Network Security, Privacy, Standard seting, Spam, adan Wereless (Hendri,
Ellington. 1998). Sebagai pengguna teknologi tidak bisa sembarang dalam penggunaannya. Ada beberapa
etika yang perlu diperhatikan, antara lain:

1.Memanfaatkan fasilitas teknologi dengan baik dan benar.

2.Tidak masuk atau mengunjungi laman-laman ilegal.

3.Tidak membocorkan informasi orang lain.

4.Tidak merusak atau mengganggu informasi orang lain.

5.Menggunakan alat pendukung yang sesuai standar legal.

6.Tidak menggunakan teknologi untuk melakukan hal-hal yang melanggar norma.

7.Tidak menjiplak dan mengakui hak cipta karya orang lain.

8.Setiap kali mencari referensi selalu sertakan sumber supaya terhindar dari prasangka plagiatisme.

9.Memberhatikan tata krama dalam menghubungi orang lain.

10.Mengunjungi laman-laman resmi meskipun berbayar.

Anda mungkin juga menyukai